Project. Untitled.
Author’s Notes
Hi, semua. Ini cerita nggak jelas yang dibuat dalam kegabutan, demi belajar dan eksplorasi menulis. Apabila dirasa ada ketidakjealsan plot, world building, character development, dan banyak typo, mohon dimalukmi. It’s just for fun.
Cerita memakai sudut pandang orang ketiga tahu segala.
Tidak ada alasan khusus di balik pemilihan judul. “Project. Untitled.” adalah judul asli yang saya pakai untuk draft cerita ini dan sampai sekarang masih belum terpikir mau diberi judul apa. lol
Ingin rasanya membuat ilustrasi karakter pake generative AI, namun apa daya kemampuan prompting ga hebat-hebat amat, mostly berbayal mahal, dan nggak mau asal comot gambar orang dari sana-sani karena takut kena cekal, jadi deskripsi karakter dalam format tertulis saja. Or just use your imagination and go wild!
CHAPTER I
HOW SOON IS NOW?
Pagi ini Arina yang tadinya bangun dengan suasana hati yang biasa saja menjadi tidak karuan karena pertengkaran yang terjadi saat sarapan pagi sebelum sang suami, Aldi, pergi meninggalkannya untuk urusan pekerjaannya. Adu mulut pagi ini bukanlah yang pertama dalam rumah tangga mereka dan tergolong tidak parah apabila dibanding sebelum-sebelumnya. Dalam beberapa bulan terakhir perdebatan mereka menjadi semakin sering. “Kalau nggak sekarang, mau nunggu sampai kapan, Rin?” tanya Aldi, yang walaupun sudah di ambang kesabaran tetapi masih mencoba untuk sabar. Arina, yang sudah jengah dengan pertanyaan serupa yang dilontarkan tidak hanya oleh suaminya tetapi juga oleh mertuanya setiap kali mereka berkunjung, pagi ini hanya bisa menghela nafas sambil mencuci piring setelah mereka berdua menyantap sarapan yang dibuat dibuatnya. “Tapi Arin masih ragu, Mas.” “Ragu apa lagi? Mas rasa kita udah siap kok. Kita harus berusaha cari tahu apa yang salah dengan kita dalam dua tahun ini belum punya momongan juga.” “Iya deh mas, nanti Arin tanya-tanya teman Arin enaknya ke dokter kandungan mana,” balas Arin agar percekcokan mereka tidak bertambah parah. Lelah gue, batin Arin, yang dalam beberapa bulan terakhir masih ingin meyakinkan suaminya untuk menunda ke dokter untuk sama-sama periksa apakah ada yang salah dengannya ataupun suaminya. Ya, setelah dua tahun Arin dan Aldi belum juga dikaruniai keturunan. “Nah gitu dong. Nanti kabarin Mas ya. Mas berangkat kerja dulu,” kata suaminya, sambil mendekati Arin dan mengecup pipi istrinya sebelum ia meninggalkan rumah dengan mobilnya untuk bekerja. — Dua minggu kemudian, di dalam ruang praktik pribadi seorang dokter kandungan bernama Satria yang usianya ditaksir oleh Aldi sepantaran atau hanya beberapa tahun di atasnya, Arin dan Aldi menunggu penjelasan yang mereka tunggu-tunggu setelah serangkaian pemeriksaan yang mereka lalui dalam seminggu terakhir. “Jadi, kalau dari pemeriksaan yang sudah dilakukan, saat ini yang dapat saya simpulkan bahwa tidak ada permasalahan untuk Ibu Arina. Dari pemeriksaan USG tidak tampak adanya kelaianan di kandung telur, tuba, maupun rahim Ibu Arina. Pun dari hasil laboratorium, hormon-hormon reproduksi Ibu Arina juga dalam batas normal. Dan Ibu Arina juga tidak pernah mengalami gangguan menstruasi selama ini,” kata dokter Satria. “Namun, berbeda dengan Bapak Aldi,” lanjut dokter itu setelah jeda beberapa saat, karena ia perlu mengedukasi pasiennya dengan kata-kata yang tepat. “Setelah konsultasi ke dokter Andrologi dan melalui pemeriksaan laboratorium, didapatkan bahwa Bapak Aldi mengalami Oligoteratospermia, yang mana jumlah sel-sel sperma Bapak Aldi di bawah normal dan sebagian besar dari sel sperma Bapak Aldi memiliki bentuk dan gerakan yang tidak normal sehingga kemungkinan besar itu lah yang menyebabkan Bapak dan Ibu sampai saat ini sulit untuk mendapatkan kehamilan. Kondisi ini penyebabnya dapat bermacam-macam, bisa memang karena faktor genetik atau keturunan, gangguan hormon, atau memang karena faktor-faktor lain seperti pola hidup dan faktor paparan lingkungan” Arina yang selama mendengarkan penjelasan menjadi lebih rileks, hanya bisa mengangguk dan mendengarkan dengan ekspresi yang sulit ditebak. Berbeda halnya dengan Aldi, yang jelas sekali tampak kaget dan kecewa. Setelah diam beberapa saat karena syok mendapati berita macam itu, ia bertanya, “Lalu apa yang bisa dilakukan, dok?” “Dengan kondisi Bapak Aldi saat ini, bukan tidak mungkin sama sekali untuk Ibu Arina mendapatkan kehamilan. Saya sarankan untuk saat ini adalah Bapak dan Ibu memulai program hamil. Nanti Bapak akan saya berikan resep obat dan vitamin yang perlu diminum selama program hamil dan mengubah pola aktivitas seperti lebih banyak makan makajnan bergizi, rajin olahraga, dan cukup istirahat. Untuk Ibu Arina, juga saya mulai untuk terapi dengan vitamin untuk meningkatkan kesempatan untuk dapat hamil. Begitu pula untuk frekuensi bersenggama yang saya sarankan untuk tidak terlalu sering namun juga tidak terlalu jarang, yaitu 1-3 kali per minggu kecuali Ibu Arina dalam masa haid. Mohon memperhatikan masa subur Ibu Arina yang jatuh pada hari ke-12 hingga hari ke-15 siklus menstruasi. Apabila dengan usaha-usaha alamiah masih tidak berhasil, nanti kita dapat mempertimbangkan metode lain seperti bayi tabung. Yang jelas biaya yang diperlukan akan sangat tinggi sekali apabila Bapak dan Ibu menempuh cara itu. Namun itu nanti saja kita bicarakan lebih rinci. Yang terpenting sekarang Bapak dan Ibu mengusahakan cara konvensional lebih dahulu dan banyak berdoa.” Dalam perjalanan pulang, Aldi dan Arina hanya sedikit berbicara. Terutama Aldi yang sambil menyetir dalam kemacetan kota merenungi apa yang dikatakan dokter. Memang selama mendapatkan promosi Aldi semakin sibuk dengan pekerjaannya sehingga pola hidupnya menjadi buruk: sering lembur, makan tidak teratur dan tidak seimbang apabila di kantor, tidur hingga larut, dan tidak pernah olahraga. Sebagai pria berusia 33 tahun, postur tubuhnya dapat dibilang standar pribumi Indonesia keturunan Jawa. Dengan tinggi 170 cm, Aldi berbobot 73 kg, dengan timbunan lemak berlebih di sekitar pinggangnya, yang sebelumnya tidak ia miliki saat sekolah bahkan kuliah, namun semakin menumpuk. akibat pola aktivitas dan diet yang tidak sehat. Di ranjang pun Aldi tergolong biasa saja. Selama ini, saat bercinta dengan Arina, yang frekuensinya semakin lama menurun sejak kesibukannya, Aldi tidak pernah bisa bertahan lebih lama dari 15 menit dan tidak pernah sekalipun memberikan Arina kepuasan. Akan tetapi yang jelas Aldi tidak pernah menyadari hal itu. /// December 2016 Dua bulan berselang, Arina melewati hari-harinya tanpa ada kejadian berarti dalam rumah tangganya. Meskipun kabar yang mereka ingin-inginkan belum didapatkan, Aldi dan Arina tetap dengan patuh kontrol dan melakukan semua saran dokter. “Sabar aja ya, Mas. Mungkin sebentar lagi kita dapat. Kita berdoa aja,” tutur Arina sambil memeluk suaminya yang terlihat termenung di kursi teras belakang rumah mereka, sebuah hunian di kawasan pinggiran ibukota, hadiah pernikahan dari orang tua Aldi dua tahun silam. Aldi merupakan anak semata wayang yang berasal dari keluarga perlente asli kota pendidikan yang tergolong, bukan ternama maupun berkuasa di negeri ini, namun sangat berkecukupan. Seperti Aldi dan Arina saat ini, orang tua Aldi sendiri sempat kesulitan memiliki keturunan hingga 5 tahun dalam pernikahan mereka. Ibu Aldi sendiri sempat mengalami keguguran selama 4 kali sebelum mendapatkan Aldi yang menjadi satu-satunya anak kesayangan mereka. Saat menempuh pendidikan pascasarjana di tahun 2011, Aldi yang saat itu berusia 28 tahun bertemu dengan Arina yang saat itu memasuki tahun kedua menjadi mahasiswa. Arina sendiri juga merupakan anak satu-satunya dari keluarga angkatnya yang saat itu hanya terdiri dari Ibu angkatnya saja karena ayah angkatnya telah meninggal saat Arina masih di SMA. Menurut orang tua angkatnya Arina memiliki darah Sunda dari ibu kandung Arina yang merupakan teman baik dari ibu angkatnya. Ayah angkatnya Arina tak tahu asal usulnya. Sedangkan orang tua angkatnya sendiri tidak memiliki anak kandung. Hubungan Arina dan Aldi selama pacaran tergolong harmonis dan terbuka. Walaupun mereka berdua dibesarkan dengan keluarga yang cukup agamis, namun bagi mereka secara personal seks bukan sesuatu yang harus ditunggu untuk dilakukan sebelum menikah. Sebelum meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan, Aldi dan Arina telah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan sangat hati-hati agar Arina tidak hamil by accident, walaupun beberapa tahun kemudian terbukti bahwa mereka tidak perlu mengkhawatirkan tentang takut kebobolan karena Aldi sendiri memiliki kondisi yang menyebabkan sulitnya Arina untuk hamil. “Iya, Rin,” Aldi membalas pelukan Arina. “Mas Aldi, ngomong-ngomong, jadi beneran harus dinas ke luar pulau akhir-akhir tahun gini?” “Iya nih. Kan mas udah bilang kalau Pak Roni bosnya mas sendiri yang langsung nugasin. Emang kenapa?” “Ya Arin nanti kangen, atuh. Mana seminggu pula. Mana tanggal 31 kan Arin ultah. Nanti nggak jadi-jadi lho adik bayinya di perut Arin,” rajuknya dengan mengerucutkan bibirnya. “Ya gimana lagi. Nanti mas beliin hadiah deh waktu pulang. Nanti sebelum Mas sebelum berangkat kita banyak-banyakin kelonannya. Hahaha,” kekehnya. “Ih, Mas Aldi. Ok deh, hehehe,” timpal Arin tersipu. “Kalau gitu Arin ngerayain ultah sama Cynthia ya.” “Boleh. Apa sih yang enggak buat Arina,” kata Aldi sambil mendongakkan dagu istrinya lalu mengecup bibir mungilnya. Aldi memasukkan lidahnya dan disambut oleh lidah lembut Arina. Sepasang suami istri itu selama beberapa menit melakukan french kiss dan sambil menjarah bagian tubuh masing-masing. Aldi mulai memasukkan jari-jarinya ke celana dalam arina untuk mencari klitoris istrinya, pun Arina mulai menggenggam kemaluan suaminya dari balik celananya yang mulai mengeras. “Mas, di kamar yuk,” kata Arina yang disambut oleh gandengan tangan suami yang menarik Arina masuk ke rumah menuju ke kamar. Di dalam kamar, mereka melanjutkan aktivitas bercinta mereka seperti biasa. Aldi melepas pakaiannya pun dengan Arina yang dengan patuh melepas kaos, celana pendek, dan celana dalam yang ia biasa kenakan di dalam rumah. Setelah tubuh mereka polos, Arina bersimpuh di hadapan Aldi untuk memberikan blowjob kepada suaminya. Batang Aldi yang sempat sedikit melemas pun kembali mengeras dalam kuluman mulut mungil Arina. Tidak sampai dua menit, Aldi langsung mencabut kemaluannya dari mulut Arina dan mengatakan, “Langsung aja yuk, Rin.” Dengen sagera Aldi merebahkan Arina atas ranjang, membuka kedua paha Arina dan mengambil posisi untuk mempenetrasi lubang cinta istrinya. “Mas, nggak mau jilatin Arin dulu apa?” istrinya protes. “Nggak usah ya, Rin. Nanti kan kamu jadi enak juga. Yang penting kan Mas keluar di dalem,” sambil menekan batangnya ke dalam memek Arina yang belum maksimal terlumasi. Arina yang agak sebel, namun tidak kaget, dengan tabiat suaminya itu mencoba semaksimal mungkin untuk menikmati dengan menggesek klitorisnya sendiri saat suaminya mulai genjotannya. “Oh, enak banget memekmu, Rin. Mas nggak pernah nyesel jadi jodohnya Arina,” puji suaminya. “Ah, ah, ah… Iya Mas… punya Mas Aldi juga enak,” timpal Arina yang baru mulai naik libidonya dengan bantuan jari-jemarinya sendiri. Lima belas menit berselang, Arina yang baru saja mulai merasakan nikmat, merasakan sodokan suaminya mulai cepat dan tidak teratur, pertanda bahwa suaminya akan mencapai puncak yang mana ia sendiri tampaknya masih jauh. Walaupun begitu Arina yang disetubuhi suaminya dalam posisi missionary itu tetap mengalungkan kakinya ke punggung suaminya untuk menyemangati suaminya yang akan menggapai orgasme tanpanya. “Ariin, mas mau keluar. Hah, hah, hah…” “Iya mas Arin jugaa,” timpal sang istri untuk menyemangati suaminya sambil tetap menggesek klitorisnya sendiri. “Ariiin, mas keluaaarrr…” Semburan demi semburan sperma terasa hangat di dalam memek Arina, yang juga melenguh, “Masss, Arin nyampe jugaahh,” sambil menggetarkan kakinya. Beruntunglah memek Arina yang mudah basah dan orgasme wanita yang tidak ‘tampak’ seperti orgasme pria, sehingga suaminya tidak pernah curiga selama ini bahwa sebenarnya Arina tidak pernah merasakan puncak kenikmatan saat bercinta dengannya. Aldi yang tersengal-sengal dengan peluh yang ada di keningnya, mengangkat pinggang istrinya untuk ia ganjal dengan bantal, sebelum mencabutnya penisnya. Ritual yang selama dua bulan ini mereka lakukan dengan harapan agar sperma Aldi dapat segera membuahi sel telur istrinya. Sebuah usaha yang pada akhirnya sia-sia karena meskipun telah dua bulan menjalani program terapi kehamilan, jumlah dan bentuk sperma Aldi tidak banyak mengalami perbaikan. Di sisi Aldi yang berbaring terengah, dengan pinggul dan kaki yang dia angkat ke atas sehingga memeknya yang masih tergolong mungil dan relatif sempit itu terpampang jelas, cara yang ia turuti dari dokter agar sperma suaminya tidak meleleh, Arina hanya membatin sebuah rahasia yang ia rencakan diam-diam. Kalau Mas Aldi bener-bener pengen banget punya momongan, aku usahakan Mas akan dapat momongan dalam waktu dekat karena kamu masih suamiku yang aku cintai, batin Arina. ——— End of Chapter 1.
CHAPTER 2
HEAVEN IS A PLACE ON EARTH
Desember 2016 Ding. Ding. Smartphone rahasia Arina menyala menunjukkan pesan baru yang masuk pada sebuah aplikasi berwarna hijau. GROUP CHAT 31/12/2016 13:03 Bima: Gue udah di depan ya beb, @arina. Arina: Ok. Bentar lagi keluar. Setelah membalas pesan, Arina yang sehabis mandi dan telah mengenakan thong berenda warna hitam, Arina melanjutkan mengenakan rok lebar berwarna hitam dan oversized blouse warna merah maroon tanpa menggunakan bra. Setelahnya ia memoleskan make-up yang tampak sangat natural dan tidak berlebih diwajahnya. Tak lupa sebuah kain penutup kepala ia pasang dengan rapi menutupi mahkota hitam yang ia rawat sebahu. Cermin di hadapannya menampakkan seorang wanita cantik berkulit cerah berpawakan mungil proporsional. Dengan tinggi hanya 156 cm dan berat badan 48 kg, Arina termasuk dalam ukuran kecil dibanding wanita-wanita lain. Tapi itulah yang menjadi salah satu daya tariknya. Ketika keluar rumahnya, Arina menghampiri sebuah SUV hitam tampak terparkir di ujung jalan perumahannya dan memasuki kursi penumpang depan dari mobil itu. “Waah, cantik banget nih yang lagi ultah hari ini,” goda Bima yang berada di kursi pengemudi yang langsung tanpa aba-aba mengecup bibir Arina yang berwarna merah maroon, senada dengan gaun yang ia kenakan. Arina yang kaget, refleks menjauhkan diri, “Ih, mas Bima, main nyosor aja! Nanti ada tetangga yang liat, berabe tauk.” Namun tidak tampak raut marah di wajahnya. Tersipu malah yang ada. “Met ultah ya, mbak Arina. Beneran cantik banget ini,” suara lelaki kedua dari belakang sambil tangannya mengelus bahu Arina dan mengagetkannya. “Eh, mas Dimas! Ngagetin aja! Makasih ya,” kata Arina menoleh kebelakang yang badannya terasa berdesir saat disentuh Dimas. “Semoga segera dapet momongan ya mbak, hehehe… Denger-denger lagi program hamil ya sama suami” kata Dimas sambil mengerlingkan matanya. “Pasti bakal dapet lah!” kata Bima dengan lirikan dan seringai bermakna ke arah yang mulai menjalankan mobilnya dan membawa mereka ke tempat yang sudah mereka rencanakan sejak dua bulan lalu untuk merayakan ulang tahun Arina yang hari ini menginjak usia 25 tahun, bertepatan dengan perayaan malam tahun baru. — Setelah perjalanan kurang lebih 3,5 jam ke arah selatan dari ibukota, sampailah mereka di sebuah properti megah di sebuah kompleks hunian dengan latar pegunungan. Masing-masing properti terpisah cukup jauh satu sama lain dengan pepohonan pinus dan taman. Ketika ia turun dari SUV yang sudah terparkir di pelataran sebuah villa luas yang tergolong mansion, Arina disambut oleh suasana sunyi sore yang dingin, sunyi, dan menenangkan. Arina melihat sudah ada 3 mobil lain selain milik Bima, yang menandakan bahwa semua teman-temannya sudah berkumpul. Segera ketika memasuki ruang tengah, Arina disambut riuh ucapan selamat dari semua orang yang berada di ruangan itu dan Cynthia, satu-satunya wanita selain Arina, memeluknya. “Selamat ya, teh Arin! Semoga sukses program hamilnya,” ucap Cynthia sambil cipika-cipiki. Perempuan yang lebih muda 4 tahun dari Arina itu juga tampak menawan dengan gaun hitam selutut dan rambut panjang sepunggung yang tergerai. “Aaw, maksih banyak ya beb!” balas Arina sambil memeluknya. Begitu pula dengan yang lain yang hadir di situ, yang semuanya adalah lelaki, mengucapkan selamat satu-persatu. “Cantiknya nona-nona kita malam ini, bikin tak sabar kalau kalian cantik begini,” kelakar Agam. Badan kekarnya memeluk Arina dengan lembut. “Good luck ya dik Arin. Moga cepet dapat momongan,” kata Roni yang memberikan ciuman di pipi Arina yang tersipu. “Makasih ya bang Roni. Mas Aldi jangan sering-sering ditugasin yang jauh-jauh dong, bang. Kasian,” timpal Arina. “Bah. Cemana dik Arina ini. Kalau nggak abang tugasin jauh nanti dik Arina tak bisa main sama kami. Katanya mau bayi, hahaha,” jawab Roni yang merupakan atasan suami Arina itu. “Hehe… Iya sih, bang,” kata Arina makin tersipu. Bima dan Dimas yang sudah memberikan selamat saat menjemput Arina juga menyelamatinya kembali. Lalu pria terakhir yang belum mengucapkan selamat tiba-tiba menariknya kedekapannya lalu memagut bibir mungil nan merah Arina dengan sangat sigap namun tetap lembut hingga lidah mereka bertahut. Semua orang yang ada di situ bersorak melihat tingkah mereka dan tak luput Cynthia mendokumentasikan momen tersebut di dari smartphone-nya. Setelah momen cukup romantis yang seharusnya hanya ia bagi dengan suaminya berakhir, Arina makin tersipu namun tersenyum lebar di dekapan pria berbadan besar yang usianya terpaut lebih dari 11 tahun dengannya. “Udah siap kan, sayang?” bisik Gio, pria yang masih mendekap Arina. “Iya, Mas,” jawab wanita yang tingginya bahkan tidak sampai dagu sang pria, sambil tersenyum dan mengangguk. Walaupun sudah sering berkumpul bersama orang-orang yang ada di ruangan tersebut, Arina kadang masih saja sedikit gugup, apalagi saat ini ia memiliki tujuan yang berbeda dari sebelum-belumnya. Namun ia yakin kegugupannya akan pudar seiring dengan berjalannya acara yang akan mereka lalui malam itu. “Mari kita semua toast dulu! Untuk Arina!” gelegar suara besar aksen ketimuran Agam sambil semuanya menenggak red wine yang sudah mereka siapkan. Beberapa menit setelah meminum anggurnya, Arina merasa badannya mulai memanas dan pipinya merona lebih merah. Begitu pula dengan Cynthia, kulit khas Chindo-nya yang sangat putih mulai menampakkan rona merahnya. “Yuk mulai aja yuk!” Cynthia dan Arina digiring oleh lima lelaki ke ruangan sebelah yang merupakan ruangan santai dengan pintu kaca terbuka menghadap ke sebuah kolam renang dan taman. Ruangan itu sendiri sudah dimodifikasi sedemikian rupa oleh sang pemilik, yaitu Gio, dengan 2 sofa yang sangat lebar saling berhadapan dan beralaskan karpet tebal yang sangat lembut. Seluruh meja telah dipinggirkan ke pinggir ruangan sehinga ruangan tersebut terasa sangat luas. Kedua wanita didudukkan oleh para pria di masing-masing sofa: Arina, digiring oleh Bima dan Gio, sedangkan Cynthia oleh Agam, Roni, dan Dimas. Para pria mulai mencumbui dan mencoba melucuti pakaian kedua wanita dan pakaian mereka sendiri. Cahaya di langit mendung mulai meredup menandakan matahari baru saja terbenam. Terdapat 7 orang manusia, 2 wanita dan 5 pria, tidak terikat status pernikahan sedang memulai aktivitas tabu dan rahasia yang banyak disebut orang sebagai pesta seks atau orgy. Arina, wanita yang tampak sebagai istri baik-baik dan setia di mata suaminya, Aldi, menjadi salah satu dari mereka, dan ini kisah kenakalannya. — Lenguhan mulai terdengar bersahut-sahutan di ruang tengah villa itu. Tampak di salah satu sofa sebuah tubuh kekar berwarna kecoklatan Bima dengan kontol berkulup sewarna kulitnya menghunus sangat tegak, keras, dan membengkok ke atas melalui area pubisnya yang berjembut tercukur rapi. Pusaka pria keturunan Pulau Dewata itu sedang diberi blowjob oleh Arina yang berada di atas tubuh Bima dengan memeknya terekspos sempurna di hadapan mulut Bima untuk ia jilat dan sedot. Ya, kedua insan itu tampak sangat berkonsentrasi penuh dengan kegiatan mereka dalam posisi 69. Posisi favorit Bima dalam memulai bercinta dan ‘memanaskan’ tubuh wanitanya. Ia begitu berkonsentrasi dalam membuat memek yang telah menjadi milik bersama itu agar siap ia setubuhi. Walaupun sudah 4 tahun mengenal Arina dan menggagahi lubang basahnya, dia masih sangat mengapresiasi tubuh wanita yang berkatnya menjadi bagian dari perkumpulan rahasia mereka itu. Dalam 3 bulan terakhir tidak bertemu semenjak program hamil Arina di mulai, betapa ia merindukan lubang merekah yang ditumbuhi jembut yang jarang karena wanita itu rajin melakukan perawatan dengan wax. Di bawah sana, Arina sendiri yang kepalanya masih memakai hijab sebagai helai kain terakhir yang masih menempel pada tubuhnya, tampak menyedoti batang kejantanan lelaki yang sudah tidak ditemuinya semenjak ia memulai program hamil, terdengar mendesah karena ulah pejantannya yang mengolah memeknya yang tidak perlu waktu lama untuk menjadi basah. Namun apa daya bibir merah mungilnya tersumpal benda besar dan keras yang terdapat di selangkangan Bima, meskipun bukan yang terbesar di antara pria-pria selingkuhannya ini. Di sofa sebelah, tampak Cynthia, seorang gadis Chindo yang berpawakan sintal sedang sedang bersimpuh memberikan blowjob di hadapan Agam yang duduk di sofa. Gaun yang ia kenakan sudah kusut tersingkap melingkar di perutnya, sehingga terpampanglah sepasang payudara berukuran 36C yang memang tak tertutup bra dan selangkangan yang masih tertutupi celana dalam hitam berenda. Tampak mulut Cynthia naik turun menyedot sebuah batang kejantanan terbesar di ruangan itu. Batang yang tak disunat seperti milik Bima itu tampak hitam legam dan mulai mengeras berkat Cynthia. Jemari Cynthia dengan telaten meratakan air liurnya dari ujung kontol yang jelas tidak dapat masuk semuanya ke mulutnya agar membasahi seluruh batang perkasa yang agak melengkung sedikit ke kiri. Dari belakang Cynthia, Roni mengangkat pantat gadis itu untuk membebaskannya dari gaun dan celana dalam yang ia kenakan. Setelah berhasil melucuti penutup tubuhnya, kedua lubang cintanya terpampang jelas dihadapan Roni. Tanpa ragu segera Roni memulai menjilat sebuah lubang mengkerut yang terletak di atas memek wanita ketika mereka menungging. Ya, Roni akan memulai dengan me-rimming Cynthia yang merasa geli karena jenggot ‘goatee’ milik Roni yang menyapu area intimnya. “Sayang, tadi sebelum ke sini sudah dibersihin kan pantatnya?” tanya Roni, yang dibalas dengan anggukan Cynthia yang siang tadi sudah buang air dan melakukan enema—mencuci saluran pembuangan, yang menjadi kegiatan yang saat ini sudah mahir ia lakukan sebelum bertemu pria-pria di ruangan ini. Karena apabila tidak, hal-hal yang ‘tidak diinginkan’ dapat terjadi di tengah kegiatan seks analnya. Mendapatkan lampu hijau, Roni langsung mengolah lubang matahari Cynthia yang tampak kembang kempis. Lubang anus Cynthia sudahlah dieksplorasi oleh seluruh pejantan di ruangan itu namun menjadi kepuasannya tersendiri oleh Roni yang memang pecinta seks anal untuk selalu pertama ‘menyiapkan’ lubang pantat para betinanya, terlepas para pejantan yang lain ikut melakukan anal seks ataupun tidak. Selama 10 menit, Roni dengan telaten memasukkan jari tengahnya lalu diikuti jari telunjuknya dan menggerakkan jari-jarinya di anus Cynthia untuk melebarkan cengkraman otot anusnya yang sudah lebih mudah untuk dilonggarkan dibanding pertama kali ia di-anal. Setelah dirasa cukup, Roni meludahi kontolnya sendiri dan mulai menghunjamkan kejantanannya yang memiliki ciri khas kurus panjang seperti tubuhnya. Merasa ada benda tumpul memasuki pintu belakangnya, Cynthia melepaskan hisapannya dari kontol Agam hingga tampak juntaian ludahnya dari penis Agam yang kini cukup mengkilap, suatu siasat yang diajarkan Agam agar para betina lebih terlumasi saat ia nanti melakukan penetrasi ke lubang cinta mereka. Namun, saat ini Cynthia yang dikagetkan oleh Roni, menoleh kebelakang dan merajuk, “Iih, Bang Roni, kenapa Cynthia jadinya beneran dianal duluuu. Kok nggak memek dulu.” “Hehehe… Ya gapapa sayang, abang nanti kau juga bakalan dianal. Jadi makanya disiapin lebih awal gini lebih baik,” kekehnya melihat wanita muda yang terpaut 18 tahun dengannya itu mencengkram paha Agam karena pusaka panjang Roni sudah ¾ yang masuk. Inilah mengapa Roni dijuluki ‘spesialis anal’, karena memang selain fetish-nya dengan lubang pembuangan wanita, kontol kurus panjangnya relatif dapat ditolerir para wanita sebelum mendapatkan anal dari kontol pejantan yang lebih tebal. Setelah dirasa cukup dalam, Roni mulai perlahan menggenjot lubang anus Cynthia. Tampak keduanya mulai mengucurkan keringat, Roni karena berusaha menusuk pintu belakang Cynthia, sedangkan Cynthia menahan ngilu lubang yang biasa dipakainya untuk membuang kotoran keluar tubuh malah menerima kelamin Roni kedalam tubuhnya. — Dimas yang sedari sibuk menyalakan kamera yang sudah terpasang di berbagai sudut villa itu untuk merekam perbuatan maksiat mereka setiap kali pesta, akhirnya kembali ke ruangan itu, melucuti boxer yang dipakainya dan duduk di samping Agam agar Cynthia juga dapat menyiapkan kontolnya yang sudah setengah berdiri. Begitu pula dengan Gio yang sedari tadi entah kemana kembali memasuki ruangan dan berkata kepada Bima yang sedang hanyut dalam persenggamaan mereka dengan Arina woman on top. “Bro, jangan lupa. Gapapa lo yang tusuk pertama tapi jangan sampe keluar di dalem,” kata Gio serius. “Kasih Arina klimaks doang. Udah disepakatin kan yang boleh crot di dalam memek Arin sampe dia positif hamil cuma gue doang.” “Iye iye bawel,” timpal Bima sambil ia mengamati ekspresi sange Arin dan mencucupi kedua bongkahan payudara berukuran 34C itu. “Lagian sejak kapan coba Arin cewek lo doang. Kan Arin cewek bersama. Lagian lo juga Rin, kenapa sih harus milih Gio duluan. Harusnya gua dulu dikasih kesempatan ngasih lo anak Rin,” protes Bima yang merupakan teman kuliah Aldi sekaligus selingkuhan Arina. Memang Bima lah yang mengenalkan Arina ke Gio hingga terbentuknya sebuah perkumpulan laknat ini. Sangatlah wajar kalau Bima kecewa ketika wanita yang sempat iya belokkan kesetiannya dari suaminya itu memilih Gio sebagai bapak dari calon anak pertamanya. “Aahh.. Mas Bima… Plis jangan bahas lagiiihh sekaraangg…” pinta Arina ditengah nafsunya yang dibuat semakin naik oleh pria yang terlihat cemburu itu. “Kan Arin udah minta maa- AW!” lanjut Arina namun terpotong akibat hentakan keras Bima. Bima yang tidak mau berdebat lebih lanjut akhirnya diam saja dan memilih berkonsentrasi membuat Arina orgasme dan menahan klimaksnya agar ia tidak keluar dalam memek Arina. Bagaimanapun sebagai lelaki sejati ia masih menghargai keputusan wanita yang menjadi milik mereka bersama itu. Melihat gerak gerik Arina yang tampak nafasnya semakin berat, dengan sigap segera menaikan tempo dan kekautan tusukannya ke atas menyambut pinggul Arin sehingga Arin tampak makin histeris. Bima sebagai pejantan yang sangat mengerti tubuh Arina segera menarik tubuh Arina kedekapannya dan menyumpal bibirnya. Arina yang tubuhnya telah telah basah dengan keringat kenikmatan, mendapati dirinya didekap oleh tubuh kekar berkeringat Bima dan dicium dengan mesra, melenguh sejadi-jadinya dan menyemprotkan cairan cinta ke tubuh dan kejantanan Bima. “Mmmmhhh AAAHHHH,” badan Arina bergetar mendapati orgasme pertamanya sejak beberapa bulan tidak didapatkannya sejak program hamil. Orgasme sejati yang didapat dengan bersenggama, yang diberikan oleh kontol yang bukan suaminya. Kontol yang kokoh dan perkasa, yang walaupun sudah membuat betinanya orgasme masih tegak menghunus celah cinta seorang wanita yang tanpa sepengetahuan suaminya beberapa hari ke depan diharapkan berhasil dijadikan seorang ibu oleh sahabatnya Gio karena suaminya tidak kunjung berhasil melakukannya dalam 2 tahun pernikahannya. “Sayang, gue cabut ya? Habis ini gue DP sama Gio ya,” bisik Bima mesra yang ditanggapi hanya dengan anggukan lemah oleh Arina sehabis orgasme dahsyat pertamanya. Bima kemudian duduk dan menaikan pinggul Arina untuk mencabut kontolnya yang bersarang di lubang cinta wanita yang ia rayu untuk selingkuh dengannya sejak Arina masih berpacaran dengan Aldi. Ya, Bima adalah selingkuhan pertama Arina. Pria yang mengajaknya masuk ke dalam dunia kenikmatan hewani ini cukup ‘baper’ karena tidak Arina pilih untuk menjadi bapak dari anak pertamanya. Walaupun para anggota grup saling sepakat untuk sebisa mungkin menjaga perasaan masing-masing agar tidak melibatkan cinta, namun kadang secara alamiah entah itu rasa cinta, suka, sayang, atau protektif dapat muncul dari kebiasaan mereka bersetubuh selama beberapa tahun. Dan untuk Arina, perasaan itu muncul untuk Gio, dan sedikit memudar untuk Bima. Perasaan yang berbeda dari cinta yang dia rasakan untuk suaminya namun sama-sama valid dan susah untuk dideskripsikan. Dan Gio, sebagai pejantan yang merasa egonya membumbung karena dipilih betinanya, memenuhi panggilan itu dan menyanggupi untuk mengabulkan permintaan betinanya untuk dibuahi, tak peduli sang betina bukanlah pasangan sahnya dan dia sendiri 11 tahun lebih tua dari si wanita dan ia sendiri sudah memiliki dua buah hati yang saat ini berusia 7 dan 5 tahun. Semua sudah mereka rencanakan dalam beberapa bulan terakhir dan sebentar lagi akan mengeksekusi rencanya tersebut di malam tahun baru 2017 yang menjadi saksi bisu perbuatan amoral ketujuh insan itu, terutama Arina dan Gio. — Beberapa momen sebelum Arina mencapai orgasme pertamanya, terdapat beberapa tubuh manusia yang saling bertaut. Bermula ketika Roni menarik tubuh Cynthia kebelakang dan merbahkan tubuhnya di atas sofa tanpa melepas tautan kontolnya yang bersarang di anus si wanita. Tak elak, tautan tersebut semakin menancap dalam dan mengubur kontol Roni sepenuhnya dalam relung tubuh Cynthia. Tak berhenti di situ, Roni dengan telaten mengangkat dan meregangkan paha Cynthia dan memampangkan bagian intim tubuhnya bagian depan, memek tembem amoy yang selalu rajin terawat merekah merah muda merona dengan jembut yang selalu dicukur rapi oleh empunya. Dengan posisi tersebut, tak ayal memberi kode kepada pejantan lain untuk segera mengaryakan lubang surgawi si gadis yang masih menganggur. “Bang Agam dulu apa saya dulu bang?” tanya Dimas. “Lu dulu aja tak masalah. Nanti biar gue sama si nona berdua saja,” timpal Agam. Tak membuang waktu, Dimas segera melahap rekahan memek Cynthia yang berhiaskan jembut rapi terawat berbentuk hati. Gadis itu menyambut pagutan Dimas di bibir bawahnya dengan desahannya. Roni menghentikan genjotannya agar Dimas dapat berkonsentrasi mengolah memek Cynthia. Roni memang sangat suka mengerjai Cynthia dengan cara ini, dimana ia harus memulai bercinta dengan seks anal terlebih dahulu. Saat Dimas menjilati biji kelentit Cynthia, ia memasukkan jari tengah dan jari manisnya ke dalam lubang cinta si wanita dan mulai memainkan jemarinya di dalam sana hingga cairan cinta Cynthia makin melumasi lubangnya itu. Tak ingin membuang waktu, Dimas segera mencabut jemarinya dan memposisikan kontolnya di pintu surga dunia si wanita. Lebih baik membuat Cynthia klimaks dengan kontolnya saja, batin Dimas. Pria termuda di ruangan itu memiliki pawakan yang cukup bongsor dan tergolong chubby. Andai saja Dimas lebih rajin gym Cynthia dapat membayangkan kemiripannya dengan Gio untuk memiliki tipe tubuh yang digolongkan sebagai ‘dad’s body’, suatu tipe tubuh pria yang meskipun sudah tertimbun lemak, masih tampak masa otot-otot besar berkat latihan beban. Momen yang ditunggu-tunggu Cynthia akhirnya tiba ketika kontol padat, tebal dan bersunat milik Dimas mendobrak pintu depan dari lubang cintanya. Cynthia mendongak dan melenguh ketika senti demi senti dengan pasti hingga dirasa kepala kontol si pria menyentuh mulut rahimnya. Mata sipitnya menatap si pria dengan pandangan sayu. Dipandang seperti itu oleh si betina, tak ayal si pejantan segera merangsek tubuh sintal amoy berpayudara 36C itu dengan dada berbulunya dan memberikannya french kiss penuh nafsu dan memulai menggerakkan pinggulnya. Merasakan partnernya telah memulai genjotan di memek, Roni yang kontolnya dengan sabar menanti di dubur Cynthia mulai bergerak juga. Tak lama, tubuh ketiga insan berbeda ras dan generasi itu mulai bergerak secara harmonis. Ketika Dimas menghunjam memek Cynthia, Roni menarik kontolnya, dan begitu pula sebaliknya bagai piston mesin kendaraan bermotor. Lengkap sudah, batin Cynthia. Selangkangannya terasa penuh sesak tersumpal kontol-kontol pejantan yang bukan kekasihnya. Suatu sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelum menjadi pemuas nafsu pejantan-pejantan di ruang itu dan tidak mungkin ia dapat apabila ia hanya setia kepada pacarnya saja. — Sedangkan di sofa seberang dari Cynthia, terdapat seorang wanita yang sesaat lagi akan mengalami hal yang sama dengannya. Setelah mengatur nafas seusai orgasme pertamanya diberikan oleh Bima, Arina bersimpuh di hadapan kontol perkasa Gio yang berbaring di sofa untuk disepong. Serambi memberikan blowjob, Arina melirik ke atas memperhatikan fitur menawan pria yang menarik hatinya itu: kepala berambut buzzcut, wajah berjambang tipis, badan gempal dengan bulu halus menutupi dada perut hingga bergabung di jembutnya. Pria bernama Gio itu memiliki tubuh tubuh dad’s bodyyang sangat gempal berkat hobinya bertahun-tahun lalu untuk latihan beban bersama Agam dan Bima. Berbeda dengan kedua rekannya tersebut, setelah disibukkan dengan pekerjaannya, sudah tidak sesering dulu untuk melakukan latihan. Akibatnya otot-otot besarnya tertimbun sedikit lemak namun Arina sangat suka karena dekapannya yang terasa begitu melindunginya sebagai wanita, dan karena Arina juga menaruh perasaan suka padanya selama beberapa tahun terakhir. Kontol berurat kecoklatan yang sedari tadi disedotnya sudah mengkilap tegak sempurna dan siap untuk digunakan untuk mengobrak-abrik Arina. Seperti milik Bima, tampak adanya kulup di batang kejantanan Gio yang ukurannya juga sebelas dua belas dengan milik Bima, namun masih dibawah Agam, namun yang jelas semua terasa besar untuk Arina yang mungil, apabila dibandingkan dengan milik suaminya. “Yuk masukin sayang,” pinta Gio yang menarik tubuh pasangannya untuk mengangkang di atas tubuhnya. “Bentar aku lepas dulu jilbab aku. Panas banget,” kata Arina sambil akhirnya melepas kain penutup terakhir di tubuhnya dan ia buang ke belakang sofa. Tampaklah rambut sebahu yang sudah lepek karena keringat yang tampak menggairahkan bagi Gio. Setelah dirasa pas berada di depan belahan memeknya, Arina menurunkan tubuhnya dan menusuk lubang cintanya dengan kontol pria yang diam-diam ia sukai itu. Perlahan tapi pasti, senti demi senti dari kejantanan Gio tertanam hingga kepala kontolnya merangsek mulut rahim Arina walaupun masih terdapat sisa batang kontol berjembut milik Gio yang tak dapat masuk. Tak lama terdapat sepasang tangan yang mendorong punggung Arina ke depan, mengingatkannya untuk segera menempel ke tubuh Gio. Arina yang pasrah menuruti, disambut oleh ciuman mesra Gio yang mendekap tubuh mungilnya hingga kedua bukit kembarnya menggencet dada Gio yang bidang dan besar. Dalam posisi itu Arina mengekspos lubang kedua yang tampak di atas memeknya yang sudah tersumpal batang kejantanan Gio untuk mulai dijarah oleh Bima yang merasakan dengan jarinya bahwa kerutan anus yang sudah dua bulan tak dijamahnya itu tampak sedikit rapat. Melihat gelagat Bima, Gio yang mengerti langsung menggenjot memek Arina tanpa aba-aba yang disambut lenguhan dari bibir si wanita yang tersumpal bibir Gio. Tujuan Gio adalah agar Arina libido Arina meningkat lagi dan lebih rileks. Dan benar saja, setelah beberapa genjotan, anus Arina tampak kembang kempis, tanda undangan bagi kontol pejantan lain agar segera bertamu ke rongga pembuangannya yang pastinya sudah ia bersihkan sebelum datang ke villa. Segera Bima meludahi anus Arina dan dengan sigap menekan kepala kontol yang kulupnya sudah ‘terkupas’ dan masih mengkilap akibat cairan cinta Arina. Tekanan pertama yang mendobrak anusnya membuat Arina melepaskan adu lidahnya dengan Gio dan mendongak mengambil nafas. Bagaimanapun, anal seks masih menjadi tantangan bagi seorang wanita haus belaian seperti Arina dan Cynthia meskipun mereka sudah beberapa kali mengalaminya karena kekuatan otot yang melingkari anus sangatlah berbeda dengan otot-otot memek. Namun, pria-pria dalam ruangan itu selalu memberikan seks anal yang dapat dinikmati betina mereka dan menyemangati mereka dengan rayuan dan dalih bahwa kedua lubang surgawi mereka memang ditakdirkan sebagai sarang kontol-kontol pejantan yang membuat mereka menjadi wanita seutuhnya. Setelah Bima berhasil menanamkan seluruh batangnya di lubang pantat Arina, ia tolehkan wajah Arina agar bisa ia kecup dan memulai gerakan keluar masuk khas persetubuhan. Mendapatkan kode baik, Gio juga mulai menaik turunkan pinggulnya. Lengkap sudah bagi Arina ketika Bima menghunjam, Gio menarik batangnya, begitu juga sebaliknya hingga mereka bergerak dalam suatu tautan bersetubuhan yang harmonis. Tampak peluh menghiasi seluruh tubuh mereka bertiga. Lima belas menit berselang, Arina yang tampak terengah mendekati puncak kenikmatannya. Begitu pula dengan gerakan Bima yang semakin cepat pertanda ia akan mendapatkan klimaks yang sudah ia tahan sejak menggenjot memek Arina di ronde pertama mereka. “Ah… Ah… Ah… Aku mau dapet,” desah Arina. “G-gue juga sayang, yuk barengan…,” desah Bima terbata. “Iya mas Bima keluarin di dalem… AAAAAHHH…,” sahut Arina yang kemudian bergetar tak dapat menahan orgasmenya sehingga ia keluar duluan sebelum Bima. Orgasme pertama dari Double Penetration yang ia alami malam itu membuat kedua lubangnya yang dipenuhi kontol-kontol perkasa berkontraksi dengan hebat. Merasakan kontolnya diperas hebat oleh anus Arina, Bima mengerang “AAAHHH!!” dan menembakkan semprotan keras sperma yang menghangatkan perut Arina. Sperma yang ia harapkan dapat membuahi wanitanya namun apa daya ia hanya diperbolehkan keluar di tempat selain memek Arina. — Kembali ke sofa sebelah tampak tautan tubuh berpeluh milik tiga insan yang larut dalam lumpur kenikmatan. Berbeda dengan Arina di seberang sofa yang sedang di-sandwich dalam posisi cowgirl, yang mana ia menghadap ke tubuh pria yang berada di bawahnya, ‘sandwich Cynthia’ terjadi dalam posisi reverse cowgirl, yang mana punggung Cynthia menindih tubuh Roni sebagai pria yang berada di bawahnya, membuat tubuh bagian depannya sepenuhnya dijarah oleh Dimas yang menindihnya dari atas. Sekitar 20 menit berselang sejak dimulainya double penetration mereka, Cynthia sudah mendapatkan 2 kali orgasme dan akan mendapatkan puncak ketiganya dengan pompaan dua kontol secara malam itu. Cynthia memang termasuk perempuan yang mudah dibuat orgasme, apalagi tubuh mudanya yang masih berusia 21 tahun memang masih penuh hormon seks yang meledak-ledak. Tidak peduli walaupun peraduan kelamin tersebut tanpa didasarkan cinta dan kedua pejantan yang mengisi kedua relung tubuhnya bukan merupakan kekasihnya, hanya rekan-rekan kerja tempat ia magang, yang usianya terpaut cukup jauh dengannya; 10 tahun dari usia Dimas, bahkan 18 tahun dari Roni yang cocok sebagai pamannya. Yang terpenting adalah kedua pria tersebut memberikannya kenikmatan hakiki sebagai wanita seutuhnya. “Nnggghh… Mas Dimaaasss… Cynthia nyampee lagiiih,” lenguh Cynthia melepas pagutan panas Dimas yang menindihnya dan mengalungkan kedua lengannya ke leher Dimas. “Tunggu… Mas… juga… mau… nyampe…,” engah Dimas yang juga dekat dengan puncaknya. “Gue juga kayaknya…,” sahut Roni yang selama 20 menit terakhir dengan sabar menahan tindihan tubuh betinanya yang ia olah liang duburnya dengan tombak kurus panjangnya. “GA BISAAAH CYNTHIA DULUAAANN AAHH!! NGENTOT ENAK BANGETT” teriak Cynthia yang diikuti seluruh otot tubuhnya mengejang bersamaan, terutama otot lingkar memek dan anusnya, dalam rengkuhan Dimas dan Roni. “AHH! MEMEKMU KETAT BANGET GA KUAT MBAK CYN! AHHH!” dengan satu hentakan ia ringsekkan selangkangannya ke selangkangan Cynthia dan melepas puluhan juta benih subur yang bisa saja membuahi sel telur Cynthia andai saja ia lengah untuk minum pil KB nya dengan rutin. Cynthia dalam getaran tubuhnya yang tidak terkontrol berusaha untuk melingkarkan kedua kakinya ke pinggul Dimas agar ia dapat meresapi kedutan kontol perkasa yang memberikannya kenikmatan dan kehangatan hakiki di relungnya. “GUE KELUAR JUGA!!” tiba-tiba Roni berteriak di bawah tindihan Cynthia dan mengagetkan Cynthia, bukan karena teriakannya, namun sensasi kedutan dan lahar panas yang Cynthia rasakan di dalam perutnya secara mendadak. Disembur peju panas secara hampir bersamaan memicu tubuhnya untuk mendapat orgasme mini lanjutan yang menggetarkan seluruh tubuhnya. Wajah khas tionghoa Cynthia mengernyit renyah meresapi seluruh ledakan di setiap ujung sarafnya. Beberapa menit berlalu setelah Dimas mengumpulkan nafasnya, perlahan ia menjauhkan tubuhnya dari tubuh Cynthia yang sudah saling menempel karena banjir dan lengketnya peluh mereka. Dimas mencabut kontolnya dari memek Cynthia secara perlahan, membuat Cynthia melenguh manja. Ketika tercabut seluruhnya dengan letupan khas kontol yang keluar dari memek sempit dan basah, menghamburlah seluruh cairan pembuat bayi Dimas yang sudah tersimpan beberapa minggu, meleleh bahkan hingga mengenai biji zakar Roni yang kontol setengah tegangnya masih menancap di anus Cynthia. Namun beranjaknya Dimas tidak berarti berakhirnya malam itu untuk Cynthia. Tampak sosok pria berotot berukulit gelap sudah mengambil ancang-ancang di depan selangkangan Cynthia. “Lama kali kalian mainnya! Bikin tak sabar saja,” protes Agam yang kontolnya perlahan memasuki relung memek Cynthia baru saja ditinggal kontol Dimas. “Aaahhh… Bang Agammm… Cynthia masih lemess…,” rengek Cynthia yang merasakan liangnya dipenuhi kembali oleh batang besar Agam. Bahkan memeknya yang sudah sangat becek oleh peju Dimas dan cairan cintanya sendiri berusaha untuk beradaptasi karena tiba-tiba diregangkan oleh batang kejantanan Agam. “Udah nikmatin aja cantik. Abang yang genjot. Sini Bang Agam gendong. Tangan sama kaki kau pegangan sini,” ujar Agam. Cynthia yang sudah tidak punya tenaga untuk protes lagi melingkarkan kedua lengannya ke leher kokoh Agam dan kedua kaki jenjangnya ke pinggul pria tersebut. Dalam sekali angkat, lelaki atletis berpawakan 183 cm itu dengan mudahnya mengangkat tubuh putih si amoy dari atas tubuh Roni. Dalam proses tersebut akhirnya keluarlah batang panjang Roni yang sedari tadi bersemayam dalam rektum Cynthia. Bagaikan, sumpal yang tiba-tiba tercabut, berhamburlah seluruh benih Roni yang dari tadi tertanam dalam saluran cerna Cynthia. Tak lama, Agam segera mengayunkan pinggangnya membuat dorongan kepala kontol Agam yang makin dahsyat bagi dinding rahim Cynthia dalam gendongan Agam. Terasa sedikit ngilu bagi Cynthia dengan ukuran kejantanan yang bahkan tidak bisa masuk seluruhnya hingga pangkal. Tetesan segala cairan, peju Dimas, peju Roni, dan lendir cinta Cynthia sendiri terburai terus menetes mengiringi hempasan tubuhnya dan Agam dalam persetubuhan posisi berdiri tersebut. Terdengar desah si amoy yang lama-lama semakin keras karena birahinya dipaksa naik kembali oleh pria yang berusia terpaut 12 tahun darinya; pria yang batang perkasanya mengaduk-aduk liang cintanya. Malam itu masih panjang bagi wanita muda tersebut. — Bersamaan dengan momen Cynthia yang mulai dipecundangi Agam, di sofa sebelah Bima mencabut kontolnya dari anus Arina dengan sekali tarik hingga melelehlah cairan putih sangat kental miliknya itu secara perlahan dari anus Arina. Dengan sigap Gio membalikkan badannya tanpa mencabut kontolnya dari memek betinanya. Tubuh Arina yang mungil membuat hal itu terasa mudah bagi Gio. Dengan kecupan mesra, Gio mengatakan, “Sayang, sudah siap punya momongan ya?” Dengan pandangan sayu Arina mengangguk lemah namun secara sadar berkata, “Iya, mas Gio. Jadiin aku ibu. Kasih aku anakmu.” Dengan aba-aba itu, Gio mulai menggenjot betinanya dengan kuat. Setelah 15 menit, dari posisi missionary, ia lipat kaki Arina seluruhnya kerah tubuh mungilnya agar dia dapat melanjutkan dengan posisi mating press, posisi yang akan meningkatkan keberhasilan pembuahan. Hanya berselang 5 menit kemudian mulai mempercepat genjotannya. Diserang seperti itu di memek mungilnya yang terasa penuh tersumpal kontol besar pria, sebagai wanita Arina tidak dapat dapat menahan orgasmenya dan bergetar di bawah tindihan tubuh besar Gio. Kakinya yang mulai mengejang ia lingkarkan ke pantat Gio agar tidak terlalu bergetar namun akibatnya ia seolah mengunci tautan kelamin mereka agar tidak terlepas, tapi memang itu tujuan mereka, agar Gio menanamkan benihnya di rahim Arina. Memeknya yang berkedut hebat tidak dapat menyemburkan cairan cintanya karena tersumpal batang kejantanan perkasa yang semakin lama semakin mengkilap bagai kayu yang divernis. Diremas sedemekian rupa oleh memek betinanya, seperkasa apapun sang jantan pastilah tidak bisa menahan klimaksnya setelah 40 menit menggenjot betina tanpa henti. “AAAHHH GUE KELUAR SAYANG. CEPET HAMIL ARINA!!!” teriak Gio lalu membungkam mulut pasangannya dengan mulutnya sendiri. Saat kepala kontolnya merangsek mulut rahim Arina dan menyemburkan benih-benih unggul dan sangat subur masuk rahim Arina yang sedang menjalani program hamil telah diperhitungkan sedang memasuki masa subur saat ini. Benih pria yang telah menganugrahi istri sahnya dengan dua anak kini tersemai dalam rahim wanita lain yang sudah bersuami dengan harapan benar-benar tumbuh janin di dalam rahimnya. Lima menit berselang, Arina dan Gio yang bercucuran keringat deras masih tidak bergerak dari posisinya untuk memastikan pembuahan benar-benar terjadi. Keduanya tampak masih menikmati klimaks mereka dalam posisi kontol Gio yang masih keras menancap di memek Arina dalam posisi missionary, kedua kaki Arina mengunci pinggul Gio, tangannya yang iya lingkarkan ke kepala Gio yang nyaris gundul karena buzzcut-nya, dan adu lidah yang meningkatkan hormon oxytocin, hormon cinta yang sedang tinggi-tingginya di dalam tubuh Arina karena ulah pejantannya. Namun berakhirnya sesi percintaan mereka berdua saat itu tidak menandakan akhir dari pesta seks mereka. Arina dan Gio mengulang kembali persenggamaan mereka 2 kali lagi di malam itu dan masih ada esok hari, di tahun baru 2017, mereka berusaha agar mereka menumbuhkan buah hati mereka di dalam rahim Arina. ———
End of Chapter 2