Dilema Sebuah Hati
PART I
BABAK BARU
Terik panas matahari di kota bagian timur Indonesia sangat menyengat kulit siang ini. Lalu lalang kendaraan dan hilir mudik penduduk seperti tidak kenal waktu dan cuaca, semua bergerak dengan tujuan dan harapan yang berbeda beda. Suasana yang berbeda juga terjadi di dalam acara penting di siang ini. Suara tepuk tangan para peserta bergemuruh terdengar di sebuah hotel berbintang di kota terbesar di bagian timur negeri ini. Sebuah hajatan yang diberi nama business forum yang digelar di Ballroom Four Points Hotel di Makasar, dan riuh rendah serta tepuk tangan peserta kembali terdengar berkali kali. Hanya hajatan dunia usaha atau acara partai yang biasanya digelar di hari kerja dan siang hari. Acara besar yang digagas oleh Minning & Energy Magazine mengumpulkan para pelaku usaha di bidang pertambangan, termasuk dari Kadin dan juga HIpmi, dan banyak perusahaan pendukung yang juga bergerak di bidang energy. Hadirnya para sponsor kakap dari banyak perusahaan besar, perbankan dan juga dunia tambang, membuat acara ini terlihat akan kemewahan dan gaungan gengsinya. Seperti tambang yang sedang jadi primadona berkat harga dan komoditasnya, maka acara tahunan ini pun jadi tolak ukur keberhasilan beberapa unit usaha dan juga entitas bisnis mereka. Minning & Energy Magazine sendiri merupakan majalah dan portal online rujukan bagi para pelaku bisnis tambang. Karena selain dikelola dengan sangat professional, informasi dan semua yang terkait tentang tambang dan regulasinya memang banyak mengacu ke majalah dan portal ini, sehingga acara sebesar ini pun banyak jadi perhatian pelaku bisnis. Selain bisnis forum, acara ini juga juga menggelar penghargaan tahunan bagi para insan dan juga unit usaha yang tergabung dalam forum pertambangan dan energi yang mereka gagas. Mulai dari perusahaan raksasa sekelas Adaro, Indika Energy, Bumi Resources hingga usaha tambang rakyat pun ikut diberi penghargaan sepanjang usahanya resmi dan ikut dalam keanggotaan forum ini. Dari sekian banyak penghargaan berdasarkan kategori, terselip sebuah penghargaan yang juga sangat berarti bagi yang menerimanya, dan untuk kedua kalinya secara berturut turut, untuk kategori perusahaan survey lokal, PT Delta Serasi Indonesia terpilih sebagai perusahaan terbaik untuk cargo survey dan asuransi. Penghargaan yang setahun yang lalu juga disabet oleh perusahaan ini. Tepuk tangan membahana saat sosok direktur yang mewakili PT Delta Serasi maju ke panggung untuk menerima penghargaan yang diserahkan oleh Ketua Kadin Indonesia. Senyumannya terus menghiasi wajah tampannya, apalagi saat kamera dan blits menerpa wajahnya, ada kebanggaan tersendiri baginya karena eksitensi perusahaannya semakin diakui secara nasional. Sambutan dari rekan-rekan bisnis dan orang-orang yang duduk disampingnya segera menghampirinya ketika dia kembali ke kursinya. “congratulation Bro…..” “selamat yah Pak…..” “excellent Chief…..” Dengan sabar dia menerima dan menyalami semua ucapan selamat bagi dirinya dan perusahaannya. Memang dalam beberapa tahun terakhir perusahaan yang dipimpinnya ini menggeliat dan mulai menancapkan kukuknya di dunia pertambangan, terutama di Kawasan Timur dan Tengah Indonesia yang mayoritas tambang dan usaha sejenis banyak menjamur disana. Jalur acara bergulir kemudian. Dan sesaat kemudian dia keluar dari ballroom, nampak dia sedang menelpon seseorang disana. Lalu setelah selesai dia menerima beberapa telpon masuk, lalu membalas whatsapp yang dirasanya penting, dan kemudian dia masuk kembali ke ruangan ballroom untuk mengikuti acara lanjutan. Selesai rentetan acara formal, kemudian dilanjut dengan ramah tamah. Acara ramah tamah sebenarnya yang paling ditunggu oleh banyak orang. Karena selain lebih rileks, acara ini juga jadi ajang bertemu dan juga lobi sesama pelaku bisnis. Semua membaur dan saling sapa, sambil mengambil minum, makanan dan kudapan, mereka saling berbincang satu sama lain. “congratulation boss…..” sapa lembut seorang wanita dari belakangnya. Wanita cantik dengan busana hitam elegan, memamerkan senyuman manisnya yang indah untuk sosok yang dia sapa. Dia kaget, dan segera berbalik “oh hai…..” “hai juga….. selamat yah….” “sama-sama Rani….” Jabat tangan, lalu pelukan dan ciuman di pipi kiri dan kanan kemudian menyusul “senang lihatnya deh……” Pria tampan itu tertawa “berkat kerja keras anak-anak…..” Wanita itu bergerak ke sampingnya, dan seperti sedikit menekan agar posisi mereka beranjak sedikit ke pinggiran ballroom yang ramai sekali “ acara kemana nanti?” tanya wanita itu “ acara kemana maksudnya?” “ada perayaan mungkin….” “ngga ada…..” “harus dirayakan dong…..” “hahahaha…. Aku rayakannya dengan anak-anak di kantor…..” Senyuman tipis di bibir wanita itu “ perayaan dengan aku?” pancingnya Sang pria tersenyum “boleh juga…. Aku traktir makan…..” Tatapan lembut kini menatap wajahnya “ aku yang pilih tempat?” “oke….. tinggal pilih waktunya….” “hmmmm…. Waktunya yang sulit nanti……” Tertawa mereka terdengar diiringi cubitan lembut di lengan sang pria “udah ambil makan?” “ngga makan…. Masih kenyang…..” “oh…” “kamu?” “sama…..” Tatapan sang wanita menyapu seantero meja yang berjejer banyak jenis makanan “aku mau buah palingan…..” “oke…..” “kamu mau?” “ngga…. Udah makan pudding barusan….” “manis lho itu….” “ memang sebagai pemanis…..” Wanita ini agak kesal sebenarnya dengan cara menjawab sang pria yang terkesan normatif dan seperlunya. Dia kadang hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan, membuat wanita ini suka sebal namun bercampur greget dengan polah dan laku pria tampan ini. Beberapa kali temu janji mereka batal dan sering berakhir dengan gagalnya semua janji yang sudah diplaningkan dari awal. Selain kesibukan pekerjaan, cara pria ini meresponnya juga terkesan tidak antusias. Namun ini tidak membuat wanita ini mundur, justri dia semakin penasaran dan tetap maju bergerak. Terbuat dari apa sih hati kamu, ganteng? Bsiik hati Rani Dia lalu bergerak mengambil piring kecil, lalu mengumpulkan beberapa potong buah, dan mengambil garpu, menyuapin sepotong semangka ke mulutnya, lalu berjalan ke arah sang pria yang masih berdiri di tempatnya tadi, sambil mengetikan pesan di tangan kanannya, dan tangan kiri masih memegang piring pudding. “mau?” tawar Rani Gelengan kepala yang didapatinya “enak ngga itu?” “lumayan…..” kembali jawaban pendek yang suka bikin dia gregetan “ pengen nyoba…..” “ coba aja…lumayan kok rasanya….” Dasar kurang peka “mau aku ambilin?” tawar sang pria Giliran Rani menggelengkan kepalanya “itu aja aku cobain sepotong…” hidungnya menunjuk potongan pudding di piring “ih… aku ambil sendok baru yah…..” “sendok itu kenapa?” “bekas aku?” “trus masalahnya?” Sang pria tersenyum kecut “yah…. Bekas aku aja….. ngga enak lah….” “ngga punya penyakit menular kan?” Pria itu tertawa “ngga lah….” “ya sudah……” Dia tersenyum kecil “cobain…..” Pria itu menyodorkan piringnya, dan Rani kemudian mengambil sendok kecil itu lalu menyendok sepotong pudding coklat “enak…..” komentarnya Dia tersenyum manis Lalu “mau buah?” “ngga…..” “aku juga ngga penyakitan lho…..” Pria itu tertawa kembali Dasar yah laki-laki, demikian desah hati Rani. Meski kesal dan suka dibuat kecewa sendiri, namun sulit rasanya bagi dia untuk mengeyahkan pesona dan ketampanan pria ini. Karisma dan daya Tarik pria ini memang sukar dielakan bagi wanita normal yang memandangnya. Tubuh tinggi, badannya tejaga dengan baik, kulit putih dan wajahnya yang eank dipandang, membuat pria ini selalu membuat dia penasaran dan tidak berhenti mengaguminya. Memang rasa suka dan perasaan itu suka bikin bete sendiri. Disaat kita suka, yang kita taksir malah cuek. Disaat kita dikejar kejar, yang ngejar malah bukan selera kita Dia meletakan piringnya kembali di meja tempat piring kotor diletakan. Saat dia berbalik, dia melihat pria itu sedang berbincang dengan beberapa orang peserta yang terlihat menyalaminya, termasuk dengan Merry Arista, MC acara di siang hari ini. Meski ada beberapa pria disitu, namun tidak bisa dipungkiri Merry yang juga suka disebut selebritis lokal di Makasar itu, terlihat mendominasi pembicaraan dengan pria yang didepannya. Damn Aslan…… Pesonamu kapan sih hilang dari mataku? Rani lalu bergerak mendekati rombongan yang sedang berbicara, dia segera berdiri disamping Aslan, menyelusup diantara mereka yang sedang berbincang, serta langsung menyapa semua yang berdiri tanpa merasa bersalah, seakan ingin mengenalkan bahwa dialah sosok wanita yang dekat dengan pria itu.
PART II Saat dimana kita berdiri sekarang
Tiga tahun berlalu sudah setelah hari yang sangat mengguncang jiwanya dimana belahan hatinya pergi meninggalkannya…… Kini Aslan Syahril sedang berupaya menata hatinya kembali. Diusia menjelang ke 28 tahun, semua kesuksesan secara material sebagai seorang pria nyaris sudah digapai olehnya. Setahun lebih setelah pindah dari Kendari ke Makasar, kini dia bagaikan sedang meniti jalan menuju puncak karirnya. Posisinya yang diawal dia kerja 7 tahun lalu sebagai trainee surveyor, kini dia menanjak dan berada di top management level berkat kerja kerasnya. Aslan adalah Managing Director PT Delta Serasi Indonesia, yang kini memiliki 4 cabang di Kendari, Balikpapan, Sorong dan Weda. Rumah di Kendari pun kini lebih sering kosong, karena dia lebih banyak di Makasar, bahkan setahun lalu setelah dia awalnya dikontrakin apartmen oleh Yahya, Owner sekaligus komisarisnya, kini Aslan sudah pindah dan mulai mencicil rumah barunya di Cluster Blue Shappire – Sumarrecon Makasar. Secara karir, keuangan, dan masa depan, Aslan sudah bisa dikatakan pria sukses dan mapan sekali. Kesuksesannya juga tentu ikut dirasakan oileh keluarganya. Rumah sederhananya di Bekasi sudah kembali direnovasi, dan kini sudah bertambah satu lagi kendaraan Wuling Almaz dirumahnya, sehingga halaman depan harus dirombak kembali. Linda kini sudah lulus, dan ikut saran Aslan untuk lanjut ke S2 lagi. Mamanya Ulfa pun tetap berjualan dipasar, bahkan tokohnya kini sudah diperbesar. Sayangnya, meski sudah 3 tahun berlalu, dan punya karir yang luarbiasa, kenangan Aslan akan mendiang istrinya bagaikan melekat terus dan sulit dilepaskan. Atas saran Ulfa dan juga Anissah, rumah barunya Aslan di Makasar, mereka keberatan jika Aslan masih memajang foto Nafia. Mereka ingin Aslan menatap kedepan. Bukan mereka tidak sayang dengan Nafia, namun rasanya tidak adil jika Aslan terus menerus hidup dengan bayang-bayang Nafia, padahal usianya masih sangat muda dan panjang perjalanan hidupnya. Setiap ada wanita yang mendekat, dia seperti terlihat selalu menutup dirinya. Bahkan sering sekali dia seakan akan membandingkan wanita yang sedang dekat atau coba mendekat dengan mendiang istrinya. Ini yang dirasa oleh Ulfa, bahkan oleh Anissah dan Jafar sekalipun sangat berbahaya kondisinya. Karena cinta yang terlalu kuat juga tidak baik efeknya. Dia tidak akan mungkin menduda seumur hidupnya, meski aku sebagai mertua sangat sayang dengan dirinya dan mendiang anakku. Tapi bukan berarti dia kemudian harus menutup diri selama lamanya, demikian ujar Jafar ketika itu. Adapun hubungan mereka pun sangat baik. Aslan bagaikan punya dua orangtua saat ini. Jika dia ke Bekasi, maka dia bergantian menginap di rumah Nafia, dan dirumahnya. Di rumah Jafar sendiri, selain kedua orangtua itu, ada juga Adiba yang sudah pulang sejak 2 tahun yang lalu dari Singapore, semenjak gagalnya bahtera rumah tangga dirinya dan suaminya, Adiba memilih pulang ke Jakarta. Kedua anaknya ikut dibawa, dan pindah bersekolah ke Bekasi. Kini perusahaan Jafar dikelola oleh Adiba. Dan ditangan wanita ini, usaha Jafar juga mengalami perubahan yang cukup besar. Meski tidak bekerja secara formal saat dia menikah dengan Anand, namun isi kepala Adiba bukanlah tidak terasah. Dia lulusan Singapore Management Univercity. Sehingga saat semua ilmunya kemudian diajak kembali bekerja, terpakai semuanya. Sama dengan Aslan, Adiba juga lebih banyak berkutat didunia kerja. Di usianya yang menjelang 36 tahun, dia bagaikan sudah malas mencari pria baru akibat dilukai oleh Anand, suami yang sangat dicintainya di awal awal dulu, dipuji puji dan dibanggakan, namun kemudian mengkhianatinya dengan kejamnya. Ternyata begitu Arvind anaknya nomor dua lahir, Anand pun sudah menjalin hubungan dengan teman wanita di kantornya di Bank International itu. Dinas luar negeri bagaikan arena untuk Anand berduaaan dengan selingkuhannya. Dan saat tahu selingkuhannya hamil, Anand pun memilih mengakhiri pernikahannya dengan Adiba, untuk hidup bersama selingkuhannya itu. Aslan sendiri sangat akrab dengan kedua keponakannya. Ravi dan Arvind memandangnya bagaikan sosok ayah, paman dan juga sahabat mereka. Liburan sudah menjadi jatah buat dia berdua untuk jalan dengan Aslan. Terutama anak yang bungsu, Arvind. Arvind malah secara terang-terangan bilang ingin sekolah di Makasar agar dengan dengan Ayahnya Aslan. Mereka berdua ikut dengan cara mendiang bibinya memanggil Aslan. Sehingga bukan paman, om atau uncle, namun mereka memanggilnya dengan sebutan Ayah. Aslan sendiri tidak keberatan dengan sapaan itu, bahkan bisa dibilang dia sangat memanjakan kedua keponakannya ini. Satu hal yang suka ditentang oleh Adiba. Karena semua larangan Adiba pasti gagal total saat anak-anak itu bersama Aslan. Tapi herannya Adiba sendiri pun sulit berkata tidak jika anak-anaknya sudah bermanja manja dengan Aslan. Dia tahu anak-anaknya merindukan sosok ayah, sosok papa yang tidak mereka dapat didiri papi mereka sendiri yaitu Anand. Aslan bahkan sering mengantar kesekolah, mengantar les, bahkan saat Ravi latihan sepakbola atau ikut turnamen si akhir minggu, Aslan kendati berkorban waktu untuk terbang dari Makasar ke Jakarta untuk mendampinginya. Dia hanya tersenyum jika melihat Aslan sampai marah-marah dipinggir lapangan jika Ravi dikasarin pemain lawan. Demikian juga dengan si bungsu Arvind. Anak itu bahkan dekat sekali dengan neneknya Ulfa. Dia jika diomeli oleh maminya atau neneknya Anissah, maka dengan cepat dia lari ke rumah sebelah. Badannya yang gendut, tingkah polahnya yang lucu memang sangat menggemaskan, membuat dia sangat dicintai oleh banyak orang. Termasuk oleh neneknya Ulfa, yang meski tidak ada hubungan darah langsung, tapi yang anak itu tahu, Linda itu tantenya, dan Ulfa adalah neneknya sendiri. Jafar adalah sosok yang sangat bersyukur dengan kondisi ini. Meski kehilangan anak bungsunya, namun kehadiran Aslan baginya bagaikan menggantikan sosok Fia dalam hidupnya. Aslan jadi teman diskusinya, teman nonton bola dengannya, dan juga partner bisnisnya. Banyak orderan yang dia terima berkat relasi dari Aslan yang semakin luas. Ada beberapa sahabat dan suadara yang sempat menyentilnya, agar menjodohkan Adiba dan Aslan saja. Bagi dirinya itu usulan yang tidak masuk diakal. Adiba usianya beda 8 tahun, punya anak dua, dan juga rasanya sulit dia melihat Aslan bisa mencintai wanita lain selain Nafia. 3 tahun berlalu, belum ada satupun wanita yang dikenalkan atau mereka dengar dekat dengan Aslan secara pribadi. Meski Jafar dan Anissah berkali kali meminta Aslan untuk menikah kembali, baik secara tersirat maupun kadang dengan ucapan terbuka tanpa harus menyinggung perasaan Aslan. “dengan satu syarat, abang tetap jadi anak kami…. “ itu syarat utama yang mereka sampaikan ke Aslan ketika itu. Dijodohkan dengan Adiba?? Jafar dan Anissah tidak akan berpikir dua kali untuk menyetujuinya, jika memang jalan itu ada dan terbuka, namun tetap saja bagi mereka ini tidak adil rasanya. Sudah cukuplah Aslan mencintai Nafia dengan hebatnya, tapi bukan berarti mereka harus mengikatnya di lingkungan keluarga selamanya dengan menjodohkan Aslan dengan kakak iparnya, atau bahasa gaulnya naik ranjang. Itu terlalu naif dan sulit bagi mereka untuk mengutarakan ataupun mencoba mengkondisikannya. Karena cinta dan sayang Aslan ke Fia, bahkan ke keluarga mereka sepeninggal Fia, rasanya sulit untuk mereka tambahkan lagi bebannya dengan kondisi itu, meski di ujung semuanya ini, ada harapan terselip sebenarnya, apalagi melihat kedekatan Aslan dengan anak-anak Adiba.