The Monsters [noquote]
Hii sobat perngacengan dan percrotaaann xixxixi…. Selamat datang di cerita khayalan pertamakuu. Setelah bertahun-tahun menjadi pembaca setia, akhirnya saya ikutan menyumbang karya untuk kalian. Semoga bisaa membantu membunuh waktu kalian dan juga memenuhi khayalan para semproters disini xixixi… Selamat Membacaaaa .
BAB I
PENDAHULUAN
“Berani Shoot Vinnn!!” (Slurrppp *bola masuk ke ranjang*)… ‘Teeeeeet’ pluit akhir pertandingan menegaskan kemenangan YESSSSS!!! Semua orang bersorak sorai dan berlari kearah Kevinn dan merayakan kemenangan dengan riuh penuh kegembiraan. Setelah 4 tahun puasa gelar, Fakultas Psikologi mendatangkan kembali piala basket bergengsi dikampus ini. Kevin, sang rookie (pendatang) di turnamen ini menjadi penentu kemenangan dan menjadi rookie satu-satunya yang mendapat mvp di selama 20 taun tunamen ini diadakan. “Gilaaa, center gua emang paling keren dah” ucap rekan Kevin sambil menepok-nepok kepala Kevin “Nah gitu dong Vin, jangan ragu-ragu kalo lagi free. Ada kesempatan, shoot aja” ucap rekan satunya lagi “Iye-iyeee ah, gua jagoannya sekarang hahaha” ucap Kevin dengan tengil Seluruh rekannya pun tertawa melihat ketengilan Kevin ini. Setelah meriung, Kevin cs bersiap-siap untuk memberi hormat kepada lawannya di final—sang juara bertahan. “Gila mimpi apa gua bisa ngalahin Fakultas Teknik, Sang Predator—Penguasa Basket sekampus ini” Ucap Kevin dalam hati.. Setelah saling memberi respect kepada lawan dan suporter, mereka naik ke podium untuk menerima piagam dan piala. Begitu juga Kevin yang sekaligus mendapatkan penghargaan MVP Turnamen dan didaulat masuk Dream Team Tournamen tahun ini. “Gila masih maba (mahasiswa baru) udah menjadi monster aja tuh anak” ucap seorang pada kawannya di tribun. . . . . Setelah bersih-bersih dan beres-beres untuk pulang, sang platih memanggil Kevin, player baru itu. “Vin, Kevin sini dulu” Ucap Pelatih “Iya Coach Indra, ada apa ?” Timbal Kevin “In advance, good game and congrats on the award yaa” Ucap pelatih kepada Kevin “Yes Sir. Aku juga makasih banyak atas bantuan Coach Indra selama latihan dan kepercayaannya buat aku maen di turnamen ini” ucap Kevin “Okeee dan ekh.. begini Kevin ada yang saya ingin tanyakan padamu. Apa yang akan kamu pilih antara Masuk Tim Basket Universitas atau Club Basket luar kampus ?” Tanya Coach Indra pada Kevin Kevin yang kebingungan dengan coach Indra yang mengeluarkan pertanyaan yang tiba-tiba dan se random ini. “Saya masih dalam ambisi saya Coach, saya ingin mempersembahkan piala LiMa (Liga Mahasiswa) ke kampus ini. Mungkin setelah ambisi saya itu, baru saya memikirkan langkah selanjutnya Coach” dengan suara yang tegas Kevin melontarkan jawaban pada Coach Indra. Coach Indra yang sudah mengerti dengan maksud jawaban itu, tersenyum, lalu berkata “Jangan pernah ingkar pada ambisimu, Vin” laku pergi meninggalkan Kevin sendirian. Kevin yang sebenarnya paham maksud dari perbincangan ini hanya melihat kepergian Coachnya dengan rona mata penuh kepercayaan diri. Ahhh capeknyaaaa..” lalu terlelap tak lama setelah menguap ucap Kevin pada saat sampai dikamar apartemennya. Kevin yang hobi menyendiri ini memutuskan tidak tinggal di indekos seperti mahasiswa pada umumnya. Dia tinggal di Apartemen dengan alibi bisa lebih leluasa untuk melakukan segala sesuatunya tanpa ada gangguan dari orang lain. Cowok cool dengan kepribadian agak plegmatis ini memang tidak suka ada yang mengganggu ataupun melakukan hal-hal yang mengganggu apa yang dia suka. Waktu berdetak lebih cepat saat tidur, ya setidaknya itulah yang Kevin sering ucapkan walaupun ia sudah tidur lebih dari 10jam. “Anjing, anjing cepet banget ni waktu. Tu, wa ga, pat… bangsat gua tidur 12 jam” gerutu Kevin setelah ia bangun tidur dan menghitung lama tidurnya itu. Setelah beranjak dari kasurnya, ia menuju kamar mandi dan memasak untuk makan siangnya. Heeep, hufffff.. suara tarik dan hembusan rokok yang di hisap Kevin dibalkonnya itu menghilang selaras dengan segala lamuman Kevin tiap detiknya. “Toko buku ah, siapa tau dapat buku menarik” ucapnya dengan langsung bersiap diri dan menuju basement. “Faaak, kenapa salah ngambil kunci lagi aishhh..” keluh Kevin yang baru sadar salah membawa kunci.
Dengan kemageran dengan dalih capek dengan turnamen kemarin, ia menuju parkiran motor. “Beli buku, cari beans, ngopi, sisanya ngalir. Dompet, hp, rokok, korek aman” Kevin yang megingat lagi apa saja yang akan ia beli dan lakukan dan mengecek apa saja yang ia bawa dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Hal biasa yang sudah dilakukan tanpa diperintah oleh siapapun ini dilakukan Kevin sejak duduk di kelas 6 sekolah dasar. Kevin memang selalu menjadi anak yang bisa menarik perhatian orang-orang disekitarmya dan dianggap selalu 10 langkah didepan teman-teman sebayanya oleh siapapun yang melihat tingkah Kevin ini. . . . . Setelah berkeliling dari toko buku satu, ke yang lainnya. Akhirnya Kevin mendaratkan motornya di toko terakhir. Toko yang baru saja ada di maps yang sepertinya baru ditambhakan minggu-minggu ini. Toko buku yang memiliki nuansa old fashioned dan dark ini membuat Kevin bingung, hanya toko buku ini yang belum ia kunjungi selama ia berkuliah di kota ini. “Hidden gems nih, ga sia-sia gua keluar dari siang” ucapnya dalam hati. Nuansa yang terkesan kuno ini, membuat Kevin terkagum-kagum. “60 ? 70 ? Atau lebih tua ?” Kevin yang mencoba menebak tahun berdirinya toko buku ini. Setelah masuk kedalam, ia disambut oleh wanita di kasir sebrang pintung masuk toko. “Permisi Bu, apa saya bisa melihat-lihat dan mungkin membeli buku disini” ucap Kevin seramah mungkin. “Silahkan, buat senyaman mungkin ya” ucap wanita kasir itu. Kevin mulai mengelilingi toko buku. Rak ke rak, buku ke buku, dan detik pun menjadi menit. Ia terpikat keanggunan interior toko buku itu dan tentunya dengan buku-buku disitu. Setelah membaca buku dan memilih buku yang akan ia beli, di rak buku Fiksi, tepat disebelah buku The Monsters: A Path To Invincibility terdapat sebuah cincin berkilap yang dilingkarannya ada sebuah tulisan kuno yang Kevin sendiri tidak mengerti. Akhirnya Kevin mengambil buku itu karena judul yang menarik mengingat sebutan ia adalah Monster saat di lapangan basket dan mengambil Cincin tersebut dengan niatan mengembalikannya pada kasir. Ia takut ini milik pengunjung sebelumnya atau milik si pemilik toko. Setelah sampai di kasir. “Ibu maaf, ini ada cincin di rak buku saat saya mengambil buku ini *menunjuk buku The Monsters*” ucap Kevin dengan ramah. Setelah melihat cincin itu, Ibu, sang kasir terkejut dan menunjukan mimik yang sedikit ketakutan itu langsung berkata “Ini cincin dari buku ini nak. Buku ini memang menyisipkann sebuah cincin didalam buku terbatas ini. Ibu bisa memastikan ini bukan milik pengunjung dan juga bukan milik saya atau keluarga saya” ucap penjaga kasir ini dengan tenang. “Oh begitu ya Bu. Baiklah kalau begitu saya ambil ya bu cincinnya, lumayan jadi asesoris hehe… Oia Bu berapa totalnya ?” Ucap Kevin setelah menerima penjelasan Ibu yang menurutnya aneh tapi ia hiraukan karena pesona cincin ini memang begitu menarik perhatian Kevin yang akhirnya ia mengiyakan saja daripada diambil kembali oleh si pemilik toko. “Jadi 850.000 semuanya nak” ucap pemilik toko “Ini ya Bu uangnya, tolong cek lagi Ibu siapa tau kelebihan hehe” ucap Kevin dengan bercanda agar membangun suasana yang lebih positif dengan pemilik toko ini “Ada-ada saja kamu.. Saya terima ya uangnya” ucap pemilik toko dengan menanggapi santai candaan Kevin “Namamu siapa nak ? Tanya Ibu ini ” Kevin Bu. Kevin Lexander Nicon Bu” ucap Kevin sambil tersenyum memperkenalkan diri “Terkesan seperti Yunani sekali yaaa Nak. Oia Biorent Zuca. Panggil saja Zuca. Ucap Ibu Ini dengan ramahnya. “Wah ibu Zuca tau juga ya. Ayah saya pecinta mitologi Bu, makanya saya dinamai seperti itu. Baik Bu saya ijin pamit dulu, sudah mau malam juga” ucap Kevin dengan ramah yang sekaligus ijin lulang “Baik Nak, hati-hati dijalan ya Nak. Terimakasih banyak sudah belanja disini.” Ucap Ibu Zuca “Baik Bu, sampai jumpa kembali” ucap Kevin yang setelah itu langsung menuju motor BMW maticnya ini. Sesaat sampai didepan motornya, ia memasukan belanjaan dia kedalam Jok motor dan melihat jadwal dia hari ini. “Ahh, langsung pulang aja deh gausah belanja beans” ucapnya dalam hati setelah mengingat jadwal selanjutnya yang disusul pemeriksaan barang bawaan seperti semula yang sekarang ada cincin barunya yang membuat iya selalu terpukau ini. Setelah semua siap Kevin langsung meluncur. Perjalanan jauh pada malam ini menjadi makan malam Kevin. Toko buku yang baru saja ia hampiri ini berada di pinggiran kota ini membuat perjalanan Kevin memakan waktu kurang lebih 90menit menuju apartemennya yang berada di pusat kota dan dekat dengan kampus. . . . . Ditengah perjalanan, ia melihat nenek-nenek yang sudah sepuh itu membawa jualan dikepalanya. Merasa terenyuh, ia memutuskan melipir untuk membeli dagangannya itu. “Permisi Ibu, saya mau beli jajanannya” ucap Kevin ramah. Dengan wajah yang penuh syukur itu Ibu menurunkan dagangannya dengan hati-hati yang juga dibantu Kevin. “Ini nak ada onde-onde, ada bakwan, ada nagasari, risol, combro. Mau beli berapa nak ?”Tanya nenek ini. Ibu ini ternyata menjual gorengan dan jajanan basah khas daerah Sunda ini. Kevin yang sejak kecil suka dengan jajanan tradisonal khas sunda ini membeli banyak dagangannya. “Saya beli lima per itemnya ya Bu,
tapi yang nagasari ini saya beli tujuh ya Bu” ucap Kevin dengan ramah “Iya nak” ibu ini langsung membungkuskan pesanan pemuda yang ada didepannya ini dan mentotal semuanya. “Ini Nak, jadi 37.000 semuanya. Kalau bisa uang pas ya Nak, Ibu belum ada kembalian, ini baru kamu yany membeli dagangan Ibu” Pinta Ibu dengan nada sedikit sendu ini. Kevin yang mengambil dompet dan melihta tidak ada uang pas akhirnya memilih memberikan dua selebaran 100.000 yang dilipat jadi satu pada ibu penjual ini. “Bu maaf sebelumnya saya tidak punya uang pas dan maaf juga sebelumnya saya tidak bermaksud merendahkan Ibu, tapi ini saya Ikhlaskan kembalian saya. Semoga bisa berguna walaupun hanya sedikit ya Bu” ucap Kevin dengan penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaaan penjual jajanan ini. Merasa tereluh oleh sikap pemuda yang sangat baik ini. Ibu ini menggenggam tangan pemuda ini sambil mendoakannya segala yang baik. “Iya Ibu sama-sama. Terimakasih juga atas doanya. Saya pamit pulang duly ya Bu” Kevin dengan halus melepas genggaman pedagang ini lalu pamit meninggalkan pedagang ini. “Hari yang penuh warna” ucap Kevin dalam hati sambil memandangi langit malam yang cerah saat lampu lintas berwarna merah. . . . . “Segarnyaaaaaa, saatnya bersantai riaaaa” teriak Kevin di kamarnya. Setelah menyeduh sisa stok kopi terakhir, Kevin menuju balkon untuk bersantai dengan jajanan dan tentunya rokok Marlboro kesukannya. Tak luput ia memilih buku-buku barunya itu untuk dibaca di balkon sambil bersantai. Dengan rasa penasaran yang masih tinggi kepada hubungan buku dan cincin yang ia pakai sekarang, Kevin memilih buku berjudul The Monster itu. Detik berganti menit lalu jam, berbatang-batang rokok sudah habis, gelas kopi yang sudah dingin dan jajanan yang sudah habis terlahap, Kevin masih berada di dalam dunia Buku itu. Setelah batang terakhir habis, Kevin menutup buku itu karena merasa lelah dan juga pengap karena menghabiskan sebungkus rokok hanya dalam hitungan jam itu. “Wah pengep banget anjing dada gua duhh.. Baru ini gua ngeroko lupa diri duh” kesalnya pada ulahnya sendiri. Kevin yang sadar tidak boleh berlebihan dalam menghisap rokok ini menyesal sejadi-jadinya karena menghabiskan sebungkus rokok dalam waktu sekejap. Hal yang baru pertama ia lakukan dalam sejarah hidupnya ini membuatnya mengutuki dirinya dan berjanji pada dirinya tak akan mengulanginya lagi. “Semoga aja besok kaga pengep pas latian” harap Kevinn dalam hati. Setelah merapikan balkon dan membereskan semuanya, ia bersiap-siap untuk tidur yang sebelumnya juga sudah bersih-bersih badan dan memakai perawatan wajah dan tubuh malamnya. “Time to sleep, time to take a breath for next day. Goodnight” Ucap Kevin dalam hati. Kevin tetaplah Kevin, ia selalu begitu. Ketika melakukan hal yang bodoh ia akan mengutuki dirinya sendiri, meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruknya itu pada dirinya sendiri dam ketika butuh motivasi ia akan mengatakan hal-hal yang memicu dirinya sendiri untuk berbuat lebih baik lagi. Istilah anak yang memiliki 10 langkah lebih maju dengan sebayanya itu memang benar adanya.
BAB II
BELLANCA NICON
Triit… Triiit… Triiit…. Getar handphone Kevin di desk sebelah kasur tempat Kevin tidur. “Aishh sape lagi ni yang ganggu. Hoooaaaamss” Kevin dengan rasa jengkel membuka handphonenya itu mendapatkan sebuah pesan. “Ahhh si Bella mah ganggu mulu, tau lagi enak-enak tidur malah disuru jemput” Kevin yang mendapat pesan dari Bella, adik perempuannya yang baru lulus dari sekolah meminta Kevin untuk menjemputnya di Bandara. Adik pertama dan terakhir Kevin ini memanglah sangat manja. Mempunyai kepribadian yang sangat berbeda dengan Kevin, membuat Kevin merasa selalu terepotkan bila berurusan dengan adik sematawayangnya ini. Setelah membereskan kamar apartnya dan bersiap diri untuk menjemput Bella, Kevin menuju basement apartement “Bel, bel coba nape si lu selalu gangguin waktu istirahat gua” Kevin yang menggerutu dalam hati perihal kejengkelannya pada Bella pada beberapa saat keluar dari parkiran menggunakan Jeep Cherokee kesayangannya itu. . Sesaat sampai di Bandara, Kevin melancarkan ide jailnya yang sudah ia persiapkan selama perjalanan. “Mamam tuh terik matahari” ucap Kevin dalam hati setelah mengirimkan pesan pada Bella bahwa ia menunggunya di parkiran. Sekali, duakali, tigakali Bella menelepon Kevin tak jua dihiraukan olehnya. Sambil memasang musik dimobilnya, Kevin melanjutkan dengan tidur-tiduran yang tak lama kemudian “PRAK. PRAK. PRAK. PRAK” seorang wanita dari arah jendela penumpang memukuli kaca yang tak bersalah itu. Kevin yang tersadar dan terlebih tak mau membuat kaca mobilnya itu lecet pun hancur langsung menurunkan kaca tersebut. “Dengan Mbak Bellanca Nicon ?” Ucap Kevin sambil terkekeh saat melihat raut muka adik kesayangannya itu. “Au ahhh. Cepet bukaaain Kaaa!!! PANAS TAUUUU!!!” Teriak Bella pada laki-laki yang menjengkelkan itu. “Hahahahhaa, asem bet muke lu Bel. Buruan naik” Kevin yang tertawa lepas dan puas itu akhirnya membukakan bagasi mobil dan pintu mobilnya. “Lagian dateng gak ngabarin, tau-tau dimari aja. Coba ngabarin, kan Kakak bisa preaper dulu malemnya biar ga larut juga tidurnya” lanjut Kevin setelah membereskan barang bawaan adiknya itu. “Kan suprise sih kak. Kalo ngasih tau bukan suprise namanya” jawab Bella sekenanya karena ia sudah terlanjur malas dengan sifat jail kakaknya itu. “Yaudayauda, yu beli eskrim dulu biar ngambeknya udahan. Gimana mau gak ?” Tawar Kevin pada adiknya itu sebagai permohonan maafnya. “YUUUUUUU!! Sama beli makan sekalian ya kak, tadi belum sempat sarapan aku. Lapeeeerrr” Dengan nada melasnya itu akhirnya Kevin mengiyakan permintaan adiknya yang terkadang ngeslin itu . “Kita dine in aja ya Bell, males banget bungkus-bungkus makan lagi” tawar Kevin pada adiknya itu. “Iya kak, terserah deh yang penting makan akuuu. Oia kak kalo aku boleh minta, kita makan diresto Yok**o ya kak, lagi BM hidangan Jepang” pinta Bella pada Kevin dengan menggunakan jurus andalannya: Melas. Kevin yang tidak akan bisa berkutik bila Bella sudah memelas akhirnya mengiyakan dan melaju ke arah restaurant yang dipimta oleh adiknya itu. . “Itadakimaasss” ucap Bella sebelumm menyantap makanan yang sudah tersaji didepannya itu. Kevin yang senyum melihat tingkah adiknya itu membuat iya teringat pada Pacarnya yang sedang pergi berlibur bersama keluarganya. “Kak Isabel liburan ya Kak ? Aku liat SGnya tadi pagi” tanya Bella ditengah-tengah aktifitas makannya “Iyaaa, lagi liburan keluarga ke Milan. Soalnya disana lagi ada parade budaya Itali gituu. Emang kenapa ?” Kevin kini balik bertanya. “Gapapa sih, cuma nanya aja hehehe. Oia berakti selama liburan ini, disini kakak nganggur kan ? Nah untung Bella dateng Kak, jadi bisa nemenin kakak explore nih kota ahhahaa” ucap Bella “Lahh dibalikin dong kalimatnya, kampret emg lu. Aku loh bakalan sibuk latihan Basket, soalnya tiga/empat bulan lagi bakalan ada LiMa dan kakak ga bakalan bisa males-malesan. Jadi kakak ga ada waktu nemenin kamu explore sana-sini wleeee” ucap Kevin sambil mengejek adiknya itu. “Nyebelin muluuu ihhhh. Bodo amat ah kak, aku mau lamgsung pulang aja hmmm” Bella yang nampaknya kesal dengan jawaban kakaknya itu akhirnya mengeluarkan jurus andalannya yang lain: pura-pura ngambek. “Hahahha. Iyaiya bakalan kakak temenin kok Bell. Tapi kalo kakak ada latihan, pliss jangan pernah ganggu yaaa. Soalnya ini ambisi kakak dari jaman sekolah dulu. Oke ?” ucap Kevin dengan nada yang sedikit serius yang membuat Bella mau tidak mau mengiyakannya. Lagipula selama tidak latihan Bella bisa menggunakan kakaknya itu sebagai asisten pribadinya. “Okeee kakakku sayang” ucap Bella. “Nah gitu dong baru Bellanya Kakak. Yauda yu Pulang” ajak Kevin pada Bella setelah menepuk halus kepala adiknya yang menurutnya sudah bertambah dewasa dari sebelumnya. Setelah membeli eskrim sebagai makanan penutup yang juga untuk memenuhi janji Kevin di bandara dan membayar bill pesanan mereka, mereka berdua akhirnya meninggalkan resto Jepang itu dan melaju ke apartemen Kevin. “Semoga Bella bisa makin nurut ama gua, kann enak juga kalo nurut gini ga ngerepotin jadinya” ucap Kevin dalam hati setelah melihat pendewasaan dalam diri adiknya itu. . . Setelah sampai di apartemen, Bella sibuk membereskan barang bawaannya dikamar tamu apartement milik Kevin itu. Sedangkan Kevin telah mengganti pakaiannya lalu menyiapkan minuman untuk adiknya itu. “Bell, nih orange juicenyanya dah kelar. Kakak taro di meja yaaa” teriak Kevin pada Bella dari arah dapur. “Iyaaa kak, makasih yaaaa. Nanti aku minum abis mandi. Udah gerah banget” balas Bella dari dalam kamar. Kevin yang mendengarnya tak menghiraukannya. Ia menuju Balkon untuk menghisap rokok dan bersantai sejenak. Selama libur kuliah, latihan basket pun libur. Hal itu membuat Kevin tidak memiliki kegiatan apa-apa lagi selain membaca buku dan berhibernasi dikamar. “Fiuhhhh, segernyaaaa mandi siang-siang gini” ucap Bella dari kamar. Setelah mengenakan kaos polos tipis dan celana pendeknya ia keluar kamar untuk menjemur handuk dan mengambil orange juicenya. “Ih ngeroko mulu Ka Kevin mah, aku bilangin Bundaaa ya!!!” teriak Bella pada Kevin setelah melihat Kevin merokok di balkonnya itu. “Just do what u can do, b-” ucap Kevin dalam hati menghiraukan ancaman adiknya itu. Kevin sangat jengkel bila ada yang mengganggu apa yang dia suka, tak peduli siapapun itu. Inilah kepribadian Kevin yang kadang membuat orang akhirnya malas dan terkadang takut untuk menghentikan dia. Hanya Ibunda Kevinlah yang mungkin satu-satunya orang yang berani mengomeli Kevin bila ia sudah kelewatan batas melakukan apa yang dia sukai. “Kak Kevin kurang-kurangin ngerokoknya, katanya mau jadi atlit” ucap Bella yang pada akhirnya duduk disebelah Kevin setelah merasa ancamannya tidak mempan padanya. “Iya Bell, sebungkus seminggu doang kok. Lagian kan aku ngimbangin dengan olahraga. Jadi efek negatifnya sedikit, kamu jangan khawatir ya” Kevin yang memberi penjelasan tersebut membuat Bella langsjng diam dan menatap kearah Cincin yang ada di jari manis kakaknya itu. “Kak cincinnya bagus, beli dimana ?
Bella mau” ucap Bella dengan rasa kagum dan penasarannya. “Ini dikasih alumni fakultas kaakak sebagai hadiah turnamen kemarin” ucap Kevin berbohong agar Bella tidak banyak bertanya ini dan itu lagi nantinya. “Ohh gituu, yauda deh” ucap Bella dengan singkatnya. “Oia kak, nanti malem kita ngemall yuu sambil nonton ada movie baru lohh, Bella pengen nonton” sekali lagi Bella mengeluarkan jurus andalannya itu. “Kakak lagi males kemana-mana nih, kita ga usah kemana-mana ya hari ini. Besok aja, kaka janji deh” ucap Kevin dengan nadaa malas berbalut melas. “Okedeh kak gapapa, kakak juga cape habis jemput aku” ucap Bella singkat. “What the F-.. Tumben nih bocah nurut. Wah harus ngadain perayaan nih kalo gini ahahaha” ucap Kevin dalam hati dengan rasa heran bercampur senang itu. “Kak aku mau rebahan aja deh di Kamar, cape juga perjalanan kesini” ucap Bella yang setelah itu menuju Kamarnya meninggalkan kakaknya di Balkon. Setelah dikamar—ditengah aksi mengatur posisi pw untuk tidur, pintu kamar Bella diketuk oleh kakaknya. “Bell bukaa Bell, pen curhat” ucap Kevin pada Bella. “Iya kak Bentar. Cekrek.. pintu kamar dibuka oleh Bella dan mendapati kakaknya yang mematung dihadapannya itu. “Kak inget aku adikmu” ucap Bella terkekeh melihat tampany kakaknya yang menurutnya kocak itu. “Dihh apaansi” ucap Kevin mengalihkan pandangannya dan melongos masuk dan langsung tidur dikasur adiknya itu. “Hahahaha mukanya sampe merah gitu kak” ejek Bella pada kakaknya. “Diem ahh, ntar kejadian nangis” ucap Kevin untuk menghentikan aksi intimidasi Bella. “Tinggal lapor Ayah sama Bunda beres nanti biar kak Kevin dicoret dari keluarga dan karirnya hancur deh wleeee” ucap Bella tak mau kalah. Kevin yang baru saja senang dengan sifat Bella yang penurut di balkon tadi, menarik kata-katanya itu yang menganggap adiknya sudah dewasa. Bella tetaplah Bella. “Apaansi, jelek amat doa lu Bel. Orang mau curhat malah dikata-katain. Nanti karma baru tau rasa” ucap Kevin dengan jengkelnya. Bella yang merasa puas menghampiri kakaknya itu dikasur dan tidur disebelahnya. “Mau curhat apaansi kak ? Ada masalah sama kak Isabel ya ?” Tebak Bella sekenanya. “Sebenernya engga sama Isabelnya” ucap Kevin. “Terus ? Sama Ayahnya ?” tebak Bella lagi sekenanya. *kevin hanya mengangguk*. “Ceritain dong gimana kok bisa masalah sama Ayahnya Isabel ?” Pinta Bella. “Jadi gini, kakak kan pacaran sama Isabel baru lima bulananlah ya dari awal-awal masuk kuliah. Nah kita tuh sembunyi-sembunyian dari orang tuanya si Isabel karena Isabel tuh kayak ga dibolehin pacaran gitu. Pas umur hubungan kakak mau yang keenam bulan, kakak tiba-tiba diputusin dong” “HAAAAAH ? Berakti kakak udah putus dari bulan kemarin ? Kok ga cerita ? Bella yang kaget dan marah karena baru diceritakan hal ini oleh kakaknya. Kevin yang jengkel menyapit pelan hidung deknya yany pesek itu “Makanya org lagi ngomong jan dipotong gituuuuuu!!!” ucap Kevin dengan kesal. “Iyaya maaf kak, yauda lanjut” ucap Bella sambil mengusap hidungnya yang sedikit memerah itu. “Hmmm. Nah kan kakak diputusin dengan tiba-tiba itu meminta alasan yang masuk akal ke Isabel. Mau tau ga alesannya apa ?” *Bella mengakat satu alisnya* “karena dia dijodohinn. Gila ga sih ? Di tahun ini masih main jodoh-jodohan ? Aishh..” ucap Kevin dengan nada sedih. Bella yang masih merasa kentang dan penasaran meminta kakaknya melanjutkan ceritanya itu. Kevin yang kembali mengiyakan lanjut bercerita “Dan tau apa yang lebih sakitnya lagi, Bell ?” Tanya Kevin pada Bella. “Apa Kak ?” “Si Isabel ngomong gini: *flashback* Isabel: Vin aku tau kamu Sayang aku, aku makasih banget atas hal itu. Cuman kita udahan aja ya, sebelum semuanya terlambat Kevin: M-maksud kamu apaan Sa ? Karena hubungan kita masih benerapa bulan ini ? *isabel mengangguk* Kevin: Wah tega ya Sa. Isabel: Aku udah Jujur Vin, kamu juga kan yang minta diawal untuk blak-blakan dan jujur-jujuran buat hubungan kita. Aku ga tau harus gimana lagi. Aku juga gabisa ngelawan kehendak Ayahku, So sorry to say this and thanks for your Love. Byeee. *off” “Gitu Bell ceritanya Ngenes amat ya gua” ucap Kevin setelah bercerita seluruh kronologinya pada Bella. Bella yang sedang mencerna semuanya itu merasa kaget bukan kepalang. Sosok Isabel yang baik hati dan bahkan ia anggap sebagai role modelnyaitu langsung sirna setelah mendengar kisah ini. “Kok Kak Isabel jahat banget ya kak. Aku padahal udah ngefans sama dia. Dia udah Cantik, bodygoals, pinter, dan punya cowok kaya kakak tuh bikin aku iri sekaligus termotivasi kak, ekh ternyata jahat banget” ucap Isabel memberi tanggapan. “Huss gabole gitu. Karena Ayahnya aja dia gitu, aslinya dia Baik. Coba aja ada cara ya gagalin perjodohannya itu” ungkap Kevin. “Ada kak” ucap Bella penuh keyakinan. Kevin yang terheran pun bertanya cara yang jitu bisa mendapatkan kembali Isabel. “Kakak kalau masih suka, kejar aja terus. Cuman jan dipepet parah, kasih space juga. Cewe mah bakalan takluk sama yang namanya perhatian Kak. Walaupun 50:50 dan juga butuh waktu yang lama, tapi kalau Cinta dipaduin sama usaha Mah mungkin persentasenya 100:0 kak” ucap Bella dengan wajah seserius mungkin. “Iya sih yaaa. Yaudah deh tar gampanglah kalo ngurusin itu. Mungkin ada benernya juga Isabel “mumpung belum dalem banget” jadinya kakak coba belajar ikhlasin deh hehehe. Makasih ya Bell udah mau dengerin kakak curhat ga penting gini” ucap Kevin yang berusaha tegar dan berterimakasih pada Bella. Bella yang tersenyum mendengar ucapan Kevin itupun tak menjawab lagi. . “Bell kakak tidur disini ya, dah mager pindah kamar. Gapapa kan ?” tanya Kevin dengan posisi siap kabur untuk menghindari raungan adiknya ini karena Bella paling tidak suka seranjang dengan Kevin dari dulu. Satu-satu alasan Bella tidak mau tidur sekasur dengan kakaknya ini karena Kevin tidur ga bisa diem ‘kaki dikepala, kepala dikaki’ bila dianalogikan. “Iya kak gapapa, tidur aja disamping Bella” jawab Bella. Kevin yang kaget akan jawabannya tersebut makin bingung dengan tingkah adiknya itu. “Aneh ni bocah, kadang bae kadang ngeselin ni anak” ucap Kevin dalam hati dengan dipenuhi kebingungan yang sekaligua memposisikan diri untuk tidur yang begitu juga dengan Bella. . Pada tengah malam, Kevin tiba-tiba terbangun dari tidurnya. “Anjir laper” keluhnya sesaat sebelum menyadari adiknya, Bella, tidak ada disampingnya. “Lah Bella manaa ? Kok ngilang ?” Kevin yang panik akan adik kesayangannya itu akhirnya bangun dan keluar kamar Bella setelah mengecek kamar mandi terlebih dulu. “Bell, Bellaaaa” panggil Kevin sesaat diluar kamar. “Ya kak ? Bella disini” ucap Bella sambil mengangkat tangannya di ruang santai apartemennya Kevinn sambil makan pasta buatannya sendiri. “Ihh dicariin, kirain kemana taunya makan. Mana ga ngebanguninnn huuuu” kevin menyoraki Bella yang cekikikan melihat kakaknta itu. “Bella ga mau ganggu tidur Kakak, pules banget soalnya” jawab Bella apa adanya.
Setelah itu Kevin kedapur membuat makanan untuk dirinya sendiri. Oat+ almond milk dan teh hangat untuk makan malamnya telah disajikan dengan cepat. “Dih sehat bener makanannya” ejek Bella setelah melihat apa yang akan di Makan oleh Kevin. “Males bikin yg ribet-ribet, lagian takut gendut juga kayak kamu nanti kalo makan berat jam segini wleeeee” jawab Kevin sambil mengejek adiknya itu. Bella yang langsung berdiri dan membuka bajunya, lalu berpose ala-ala memakerkan perut datar kebanggannya itu. “Hahahaha iyaiya Bella sayang, kamu tuh paling ga bisa dibecandain soal ginian yaaa” ucap Kevin sambil tertawa melihat adiknya itu yany mudah dipancing emosinya. “Lagian tengah malem ngeselinnnn. Sebagai gantinya kakak cuci piring aku yaaaa, aku mau lanjut kekamar, mau nonton” Bella langsung beranjak kabur dari hadapan Kevin meninggalkan perlatan makannya itu sambil menjulurkan lidah. Kevin yang terkejut akhirnya terkecoh oleh kecerdikan adiknya itu hanya menundukan kepalanya mengutuki nasibnya yang memiliki sifat yang makin tua makin labil. Setelah kejadian di ruang santai, Kevin menyusul Bella kekamarnya. Cekreekk…. Bella yang lupa mengunci kamarnya itu terkejut melihat kakaknya masuk, begitu juga Kevin yang sama terkejutnya dengan apa yang dilihatnya. Bella yang tidak jadi mengenakan kaosnya kembali setelah di ruang santai, sekarang malahmelepas bra hitam yang menutupi bagian payudaranya itu. Dengan cekatan Bella mengambil bedcover untuk menutupi payudaranya itu. “IHHHH KAKAKAK TUH KALO MASUK NGETOK-NGETOK DULUUUUUUU” teriak Bella dengan rasa marah dan maluuu yang bercampur aduk. Kevin yang merasa kikuk pun mencoba mengendalikan suasana “Ya Maaff Bell, kakak gak tau kamu lagi kek gitu. Kakak mau ngambil hp doang. Lagian sapa suruh sih ga make baju segalaaa, aneh” ucap Kevin sekenanya dengan harapan membuat Bella tidak makin marah. “Ihhh seengaknya ngetokloh kak Kevinnnnn!!! Kan aku lepas Bra juga karena ini buat kesehatan dan yang terpenting ini dikamarku!!!!” Bella menjelaskan dengan nada kesaaaal namun tidak ingin memperpanjang masalah ini. “Oalah baru gitu tohh. Yauda maaf yaaa. Kalo gitu yauda gausa dipake aja bra sama kaosnya kalo buat emag buat kesehatan” ucap Kevin setelah mengambil Handphonenya di meja kamar Bella. “Numpang kamar mandi ya, kebelet pipis” tambah Kevin tanpa menunggu jawaban dari Bella ia masuk kekamar mandi. Setelah selesai dari kamar mandi Kevin kembali dikejutkan dengan kondisi Bella yang masih tetap tidak memakai bra dan bajunya ini “Nih kalo bukan Bella, gua sikat nih” ucap Kevin yang merasa dongkol dengan tingkah Bella. “Lah beneran ga dipake dong bajunya” ucap Kevin mengejutkan Bella. “Ihhh kan kakak yang suruh hmmm. Lagian kan Bella udah janji bakalan nurut sama semua omongan kakak” ucap Bella yang membuat Kevin bingung dan terkejut “Kapan dia berjanji kek gitu dan sejak kapan dia jadi penurut gini ?” ucap Kevin dalam hatinya. “Geseran dong, mau ikut nonton” pinta Kevin pada Bella dan Bella pun menuruti permintaan kakaknya itu. “Lah beneran nurut dong” Kevin kembali terheran-heran. “Kamu ga sakit kan Bell ? Kamu kesambet apaan sih kok jadi gini ?” Tanya Kevin pada Bella setelah mengecek suhu tubuh Bella di dahi menggunakan telapak tangannya. “Dihh apaan sih Kak ? Bella sehat kok, Bella juga ga kesambet apa-apa. Kakak noh yang kesambet, aneh!” Bella yang menjawabnya dengan kesal karena diganggu saat menonton. “Noh kan ngeselin jawabannya. Wah bener-bener kesambet nih adek gua” ucap Kevin dalam hati. “Bell ambilin minum dong, kakak haus nih” pinta Kevin pada Bella. Bella yang menghentikan tontonannya terlebih dahulu langsung menuju dapur untuk mengambilkan minumcuntuk kakaknya ini. Kevin yang sekali lagi terheran-heran akan tingkah adiknya ini berpikir keras untuk mengulang semua kejadian ini dalam pikirannya yang mendapatkan hasil nihil untuk pertanyaan dalam otaknya “Ada apa dengan Bella ?” Ditengah kesibukan Kevin, ia dikejutkan dengan kehadiran Bella yang sudah ada didepannya sambil membawa air minum dalam botol minum. “Nih kak minumnya, Bella taro botol biar ngatesipasi kalo kesenggol” ucap Bella. Bella yang kembali ke posisi semula, kembali memutar tontonannya yang ditunda tadi. “Bell bisa ngepargoy kan ? Coba sono kakak mau lihat” pinta Kevin untuk mengetest kejadian aneh yang dialaminya saat ini. Ia sengaja meminta hal ini karena berpikir ini tidak akan dilakukan oleh Bella. Bella yang mendengar permintaan kakaknya ini memberhentikan tontonananya “Bisa kok kak, bentar ya”. Kevin yang benar-benar terkejut melihat Bella, adiknya sendiri pargoy dihadapannya dengan kondisi hanya memakai celana dalam saja. “What theeee H-. Stop, stop udah balik nonton aja lagi. Pake bajunya ama branya sekalian” pinta Kevin dengan nada kesal. “Kakak mau ngeroko di luar dulu” tambah Kevin pada Bella dan langsung menuju balkon untuk menenangkan pikiran, hati, dan tentunya kemaluannya. “Bangsat, ada apa sih sebenernya ini. Kok Bella jadi kayak orang terhipnotis ya ? Tapi kapan di kehipnotis ? Apa dari rumah ya ? Ahh pusing anjing mana ngaceng lagi ni kontol liat Bella duhhh” pikiran Kevin berkecamuk malam itu. Ia memutuskan kedapur untuk mengambil whisky kesukannya. J. W BL merupakan alkohol kesukaannya, ia sengaja menyetok alkohol untuk saat-saat seperti ini. Baginya, whisky adalah teman terbaik setelah kopi untuk berpikir. Setelah lima shot whisky ia minum dan juga hampir setengah bungkus rokok ia hisap akhirnya ia mendapatkan urutan kejadian yang menghasilkan hipotesis *Mindpoint* 1. Bella bilang bakalan nurutin semua permintaanku dan aku yang memintanya 2. Setelah aku mengucapkan kalimat “semoga Bella makin nurut” dimobil setalah makan siang tadi, semua permintaanku dikabulkan tanpa adanya sanggahan, bahkan yang terparah dan hal yang tidak ia sukai sekalipun. 3. Bella tetap memiliki sifat aslinya, tapi ketika aku menyuruhnya dan megajukan permintaan ia akan menurutinya. 4. Permintaan pada siang hari kemarin, masih menempel hingga pergantian hari. Hipotesis: Apapun yang aku minta pasti Bella kabulkan dan tidak ada batasan waktu, alias permanen *off Setelah kurang lebih satu jam ia berdiskusi dengan otak dan hatinya, ia memutuskan untuk membuktikan hipotesisnya dengan beberapa tingkat permintaan yang sudah ia siapkan. Ia ingin tahu sampai mana batas kemampuan aneh ini. Dengan sekali tenggakan whiskynya, ia menuju kamar Bella. Tok, tok, tok. “Bel kakak masuk ya” tanpa menunggu jawaban Bella Kevin masuk kedalam kamar Bella yang tak terkunci itu. Sesuai dugaannya, sebelum ia keluar kamar ia meminta Bella tuk memakai baju dan branya dan Bella patuhi. “Bel aku malam ini tidur disini ya, seranjang samamu” pinta Kevin. “Iya Kak gapapa” jawab Bella singkat lalu melanjutkan pandangan pada tontonannya. “Oke level 1 sukes” ucap Kevin dalam hati. Kevin melangkahkan kaki ketempat tidur dan selonjoran dikasur, tepat disebelah Bella. “Oia Bel, ambilin Whisky ku dong di balkon. Aku mau minum sambil nonton nih” ucap Kevin dengan nekat. Setelah Bella ingin mempause tontonannya, Kevin menghentikannya. “Udah ga usah di pause, buruan!” Dengan sedikit sentakan Kevin langsung menyuruh Bella. Bella yang mendengar sentakan ituu terkejut lallu buru-buru mengambil whisky kakaknya tersebut. “Berakti benar Bella masih memiliki sifat aslinya yang tak suka dibentak. Oke hal ini menegaskan semua point, tinggal menaikan tingkat permintaan” ucap Kevin dalam hati yang tak lama dari itu Bella datang membawa Whisky dan gelas kekamarnya. “Aku taruh dimeja ya kak minumannya” ucap Bella dengan raut wajah yang sedih. Hal ini membuat Kevin sedikit kasihan kepada Bella, mengingat baru kali ini baik Kevin menyentak Bella dan Bella disentak oleh kakaknya. “Maaf ya Bell kakak udah sentak kamu, kakak mengaku salah, kakak kebawa pengaruh minum pas tadi minum diluar” ucap Kevin dengan lirih. Bella yang menahan tangisnya dari tadi akhirnya pecah juga. “Kakak jahat, B-bella cuma mau ngepause tontonan di marahin huhuhuu” Bella yang menangis sangat kencang sambil sesunggukan itu membuat Kevin menahan dulu rencananya terlebih dahulu. Melihat adiknya sedih dan menangis adalah hal yang paling dia benci. Selama hidupnya ia selalu berusaha menjaga adiknya agar tidak sedih bahkan ia selalu mengalah pada adiknya itu agar tidak ada air mata yang keluar dari mata cantik adiknya itu. Sambil memeluk Bella yang masih berdiri didekat meja, Kevin mengusap lembut punggung dan kepala adiknya itu.
“Maafin kakak ya Bell, kakak janji ga bakalan mengulangi kesalahan yang sama” Bella yang mendengar hal itu pun diam dan menyodorkan kelingkingmya untuk memegang janjinya. “Janji kakak udah Bella pegang, jangan diingkari ya kak” pinta Bella dengan mata merah akibat tangisannya. “Iya Janji” ucap Kevin memastikan dengan diiringi senyuman manisnya. “Yuk sekarang tidur, udah mau jam 5. Kan nanti kita bakalan ngemall” ajak Kevin pada Bella yang langsung disetujuimya. Setelah ditempat tidur dan bersiap untuk tidur Kevin teringat misinya tadi, mau tidak mau harus diselesaikan dulu. “Bella ?” Kevin memanggil Bella yang nampaknya belum tidur. “Iya kak ada apa ?” respon Bella terhadap Kevin sambil menghidupkan lampu tidur disebelahnya. “Bell kamu ga lepas baju sama bra kamu ? Katanya tadi buat kesehatan. Lepas aja kali ga usah malu, lagian kan aku kakakmu” ucap Kevin dengan detak jantung yang tak karuan. “Oia kak, Bella lupa hehehe” ucap Bella yang dengan santainya. Gleeeeegggggg “Ajib anjing. Terbukti semuaaaaa!” ucap Kevin dalam hati tak percaya dengan yang terjadi saat ini. Setelah melepaskan pakaiannya dan melemperkannya ke sembarang arah Bella tersenyum ke arah Bella. “Makasih ya kak udah ngigetin, kak Kevin emang terbaik” ucap Bella bahagiaaa dengan perhatiann kakaknya itu. Kevin yang makin melongo dengan respon adiknya itupun hanya bisa tersenyum. “Ga sekalian celana dalamnya Bell ? Lepas aja kali, nanggung gitu” ucap Kevin makin berani. “Okedeh Kak kalo emamg kakak mintanya gitu” tak lama kemudian Bella melepas penutup terakhirnya itu dihadapan kakak kandungnya sendiri. Kevin yang terpesona dengan tubuh indah milik adiknya itu menelan ludah berkali-kali dan meyakinkan dirinya bahwa ini adalah nyata. Tubuh indah Bella yang indah yang kembali ia lihat setelah terakhir pada masa kanak-kanak ini membuat kemaluannya mengeras dibalik celananya itu. Wajah Jepang-Indo, kulit yang putih mulus tanpa gores luka sedikitpun, di bagian badannya Bella memiliki payudara yang bulat kencang dengan nipples berwarna pink kecoklatan yang sangat serasi dengan perut dan pinggul Bella. Vagina bersih tanpa bulu dan kaki panjang membuat dirinya bak wanita tersempurna saat telanjang begini. “Bangsat kenapa gua ngaceng ya liat Bella. Bangsat bangsat, mabok parah nih guaaaa” ucap Kevin menahan dirinya agar tidak melakukan yang lebih jauh. “Kakak ngapain ?” Tanya Bella melihat kakaknya juga melepas semua pakaiannya. “Biar adil dong, masa kamu doang” jawab Kevin dengan santainya. Bella pun terpelongo melihat kemaluan kakaknya menjulang keatas. “Panjang banget punya kak Kevin. Berapa ya ukura….. Ihh apaansi Bella kok mikrnya gitu” Bella yang terperana akan barang kakaknya ini mencoba tidak memikirkan hal-hal aneh. “Ayo bobook Bell, apa mau berdiri terus ?” Tanya Kevin yang sudah duluan kembali kekasur. “Ihh apannsi kak, emangnya mau upacara” jawab Bella lallu menyusul Kevin dikasur. “Oke tinggal satu permintaan pamungkas lagi untuk memastikan semuanya apakah benar atau tidak” ucap Kevin pada dirinya sendiri. “Bel, bel” Kevin kembali memanggil Bella. Bella yang menghadap kekiri, mengalihkannya ke kanan—kearah kakaknya seakan berkata ada apa. “Kamu mulai saat ini harus selalu nurut ya sama kakak kapanpun, dimanapun ya. Kamu sekarang budak kakak dan kakak tuan Bell, paham?” Dengan detak jantung yang berdetak makin kencang nan tak karuan, Kevin menunggu respon dari Bella. “Iya kakakku sayang. Kakak tuan Bella dan Bella budaknya Tuan. Bella bakalan ikutin semua perintah kakak” ucap bela dengan senyum lebar. DEGGG…. seakan-akan dunia Kevin terhenti. Kevin terkejut bukan main dengan jawaban Bella. “Yauda yu Tidur. Kakak pengen sambil peluk Bella dari belakang” pinta Kevin pada Bella. Tanpa berkata apapun, Bella kembali pada posisi semula dengan pelukan hangat dari Kevin. “Tinggal berharap setelah ini” ucap Kevin.. Akhirnya mereka pun terlelap disaat orang lain sudah memulai aktifitas mereka.. . . . .