IJO dan WIMARS.
dia jumpain ane untuk ngelanjutin ni cerita… karena memang ide cerita ini lahir dari kami berdua.
di sini judulnya ane ganti.
tapi.. part 1 sampe 4 masih ori…
dan untuk part selanjutnya imajinasi ane…
sekali lagi, ane mohon maaf kalau cerita ini bikin semak..
untuk om admin, momod. ane mohon ijin..
dan untuk cerita ane yang lainnya.. tetap lanjut.. tidak ada kata tamat di tengah jalan… hanya butuh proses sedikit lama….
“Dimana…?”
“Koperasi…. Kau mau…?”
“Boleh…!”
“Yaudah…. Kau datang besok ke alamat ini…!”
Dengan perasaan senang. Ijo menerima kartu nama yang di sodorkan temannya. Sejak lulus sekolah tingkat SMA. IJo sudah 2 tahun menjadi pengangguran sejati yang pantang menyerah. Rasa malu sebenarnya ada saat menyandang status tersebut. Tapi apa boleh buat, bentuk baut emang bulat.
Mutlak…..
Hidup sebagai tukang palak di terminal sebuah kota kecil. Tentu saja tidak mencukupi kebutuhannya sebagai orang pasaran yang bergelimangan teman saat berduit. Dan itu membuatnya bosan akan kehidupannya yang sekarang. Apalagi, setiap bangun pagi, Ijo selalu di suguhi sarapan omelan dari sang ibu yang merangkap seorang ayah. Belum lagi tatapan sinis emak – emak tetangga, saat Ijo mendekati anak gadis mereka, terasa pahit dan asinnya kehati Ijo.
######
Ijo, yang ber KTP dengan nama lengkap Ijo Palelo, sedang duduk santai menikmati pagi dengan secangkir air tanpa kopi dan juga teh. Senyum sumringah menghiasi wajahnya.
Kemarin dia sudah menelfon sang gadis pujaan hati, kalau hari ini mereka akan bertemu di pantai untuk menikmati angin yang berhembus, sekalian ingin memberitahu kalau dia akan mendapatkan perkerjaan.
“Ijo….!!!! Nggak jadi kau ke kota. Katanya kau mau ngelamar pekerjaan..!??” Teriak seorang wanita dari dalam rumah.
“Ia Makkk…. Bentar lagi. Nunggu si Tonggak, anak pak Tiang, dia yang nganter aku kesana..!”
Baru saja Ijo menyebut nama temannya si Tonggak. Muncullah sebuah motor dan parkir di depan rumah si Ijo. Seorang pria kurus dengan rambut belah tengah, turun dari motor tersebut dan langsung menghampiri si Ijo.
“Gimana … Jadi kan…?”Tanya si pria yang tak lain si Tonggak.
” Jadi… Tapi kita kepantai dulu… !”
“Ngapain…. ?? Katanya mau ke kota…?”
“Jumpain pacar dulu… Minta restu… Biar lebih semangat…!”
Mau tidak mau, Tonggak menuruti permintaan Ijo. Karena Ijo sudah menjanjikan ke Tonggak. Kalau nanti malam akan di traktir ngelonte, asal Tonggak mau mengantarkan ijo hari ini.
Tidak butuh waktu lama bagi Motor Tonggak untuk mencapai tujuan yang di maksud oleh Ijo. Hanya butuh 20 menit dari rumah untuk sampai ke pantai yang di maksud.
Di tepi pantai, telah menunggu pacarnya. Mereka bertemu di bawah pohon kelapa yang dahannya dihembus sang angin. Suasana pantai yang tidak begitu ramai, membuat suara deburan ombak terdengar begitu jelas menerjang tepian pasir putih yang di penuhi kepiting – kepiting kecil. Maklum, saat itu matahari masih manja menyinari dunia.
Kalau bingung ane kasih.
# masih pukul 9 pagi. senjapun belum tiba.
“Mudah mudahan hari ini aku di terima kerja. Doain ya..!”
“Ia…aku akan selalu doain yang terbaik untuk kamu sayang…!”
Ijo klenger, dia menyenggol bahu pacarnya dengan bahunya dengan manja. Setiap kali pacarnya mengucapkan kata sayang, hati Ijo pasti berdansa ria mendengar kalimat tersebut.
“Ini ada duit 20.000. Buat jajan kamu.. Entar kalau aku uda di terima kerja dan dapat gaji.. Aku akan belikan kamu baju, komplit ama celana dalam dan BH.nya..!” Ujar Ijo berjanji. Serius.
Pacar Ijo hanya merengut manja mendengar janji suci yang di ucapkan Ijo. Walau sepele, tapi wanita itu tau, kalau Ijo serius dengan ucapannya.
“Bang.. ! Nanti kalau kamu uda di terima kerja, kamu yang serius ya kerjanya, jangan ngelawan ama Bos, yang tekun.”
Walau kalimat wanita itu kurang bijak. Cukuplah membuat semangat Ijo untuk mengawalai harinya untuk memulai pekerjaan yang belum tentu di terimanya.
“Woi…. Kampret… ! Kau mau ngelamar kerja, atau mau nyusun rencana untuk buat anak.!” Tonggak. Yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, berteriak mengingatkan Ijo akan tujuan awalnya hari ini.
“Yaudah… Dek…. ! Abang berangkat dulu.. Itu anak Demit uda nggak betah ngeliatin kita dari tadi… Maklum.. Dia itu lajang setengah tua..!”
“Hati – hati yang bang… Ntar pas interfiu, kalau abang gugub jawabnya. Abang bayangin aja wajah adek…… !”
Ijo hanya tersenyum mendengar ucapan pacarnya. Kemudian mecium kening pacarnya sebelum pergi bersama Tonggak yang mulai gerah menyaksikan keromantisan Ijo yang kagak masuk akal.
##########
Wimars, gadis mungil dengan tinggi 150cm rambut pendek lurus sebahu, dengan ukuran payudara yang baru tumbuh, maklum…. Umur masih 18 tahun. Tapi bongkahan pinggulnya cukup besar. Lumayanlah untuk di tabok saat melakukan adegan doggy style.
Wimars, berpacaran dengan Ijo sudah cukup lama, sekitar dua mingguan lah. Awalnya mereka kenalan lewat Fb. Walau mereka masih dalam satu Kabupaten. Seminggu kenalan dari fb, merekapun bertukar no Hp. Seminggu kemudian mereka ketemuan. Seminggu kemudian mereka resmi jadian. Aneh tapi nyata. Tapi itulah hidup dan cinta, tidak ada yang tau.
Wimars sendiri kadang bingung, kenapa dia bisa menerima cinta si Ijo. Padahal dia baru mengenalnya, dan juga antara dia dan si Ijo berbeda keyakinan. Padahal tampang si ijo tidak terlalu ganteng, pengangguran lagi. Karena sebelum mereka ketemuan, Ijo sudah membeberkan semua tentang dirinya. Pria miskin yang cukup jujur. Itulah gambaran yang ditangkap pertama kali oleh Wimars mengenai pria yang bernama Ijo Palelo.
Waktu pertamakali kencan alias p.d.k.t, Ijo hanya mampu mentraktirnya makan permen Kis. Alasannya, biar obrolan mereka nyaman dan penuh aroma bunga.
Wimars hanya tersenyum mengingat sekelebat masalalu yang tidak terlalu jauh bersama Ijo. Ijo yang apa adanya, jauh dari kata gengsi, jujur, sedikit berbakti kepada orang tua, dan sadar diri akan siapa dirinya, satu lagi…. Agak brandal dikit…. Sangat dikit.
Wimars seorang gadis yang penuh perhatian.. Tidak terlalu cantik, tapi mampu membuat mata laki – laki berlama – lama memandang wajahnya, tatapan matanya sangat menggoda dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dan satu lagi, dia sangat menyangi binatang yang namanya Anjing. Binatang yang mampu membuat Ijo kencing di celana.
“Wimarss….!” Suara seorang perempuan tua membuyarkan lamunannya.
“Emak…. Ada apa mak…?” Wimars tersenyum.
“Kok ngelamun aja… ?? Kau cuci dulu itu piring…..!”
“Ia mak…!” Dengan malas, Wimars beranjak dari duduknya, dan langsung menuju kedapur tempat pencucian.
######
Sebuah rumah bercat warna coklat, berdiri dengan gagahnya dihadapan Ijo. Tidak terlihat seperti sebuah perkantoran. Awalnya Ijo ragu, tapi melihat alamat rumah itu, sama persis dengan alamat yang diterima dari temannya waktu kemarin.
Ijo, dengan penuh kayakinan memasuki rumah tersebut. Dengan mengucapkan sebuah do’a yang telah lama ia lupakan
“Selamat siang pak… Permisi….!” Ucap Ijo saat berdiri didepan pintu dan melihat seorang pria tengah duduk di sebuah sofa.
“Siang juga Pak… Ada yang bisa saya bantu…!” Tanya pria itu yang langsung bergerak menghampiri Ijo yang masih berdiri didepan pintu, dan mengulurkan tangannya menajak bersalaman.
“Saya Ijo Pak….! Saya mau ngelamar kerjaan..”
Pria itu menatap tubuh Ijo dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Sadar akan cara memandang pria yang ada di hadapannya terhadap dirinya, Ijo hanya bisa tersenyum dalam hati.
“Maaf…. Bukan saya Ijo…. Tapi nama saya Ijo….!” Ujar Ijo mencoba menghancurkan cara pandang pria itu terhadap tubuhnya.
“Oh…. Maaf pak… Ternyata nama bapak Ijo…… Saya kira yang ijo…….!” Pria itu tidak meneruskan kalimatnya. Dia langsung mempersilahkan Ijo untuk masuk dengan menahan senyuman.”Ya udah… Masuk dulu pak..!” Pria itu mempersilahkan Ijo masuk.
Ijo kemudian masuk dan duduk dengan sikap yang sangat di sopan – sopankan.
Ijo-pun mendapatkan berbagai pertanyaan dari pria tersebut. Ijo dengan yakin dan mantap menjawab setiap pertanyaan pria itu.
“Baiklah Pak… Langsung saja….Saya akan menjelaskan sistem kerja bapak. Koperasi kita ini bukan K.U.D… Tapi K.S.U. Bapak akan di terima kerja di sini sebagai karyawan degan catatan, harus jujur. Itu intinya… Setiap hari bapak akan mengutip cicilan piutang dari setiap nasabah yang meminjam di koperasi kita dibagian wilayah A. Dan bapak juga harus mencari Nasabah baru utuk mau meminjam duit di koperasi kita ini. Paling tidaknya, bapak harus bisa mengeluarkan duit pinjaman sebanyak 25 juta perbulannya. ….paham sampai disini..?”
“Siap… Paham pak…!”
“Hahah… Aku suka…. Aku suka…. Aku sukaa… Dengan sikapmu….!!
Pria itu begitu senang mendengar jawaban ijo yang penuh dengan keyakinan. Padahal dia tidak tau. Kalau sebenarnya Ijo masih bingung dengan apa yang di jelaskannya.
“Selama satu bulan kedepan kau akan didampingi, dan aku sendiri yang akan mendampingimu, sekalian perkenalan wilayah nasabah lama..! Aku hampir lupa. Nama lengkapmu siapa…?” Pria itu bertanya lagi.
“Ijo Palelo…?”
BRAAAAAKKKKKKKK …..!
Tiba tiba pria itu memukul meja yang terbuat dari palastik tebal.
“Harap jaga sikap dan omonganmu Pak Ijo….!” Wajah pria itu seketika penuh amarah.
“Maaf.. Pak… Nama lengkap saya memang Ijo Palelo.. Ini K.T.P saya…!” Ijo menyodorkan Ktp nya kepada calon bos nya itu.
Si Bos, yang orang tuanya memberi nama Telle Hurak, mengambil ktp ijo, ia perhatikan ktp yang ada ditangannya. Kepala Telle hanga geleng – geleng santai menahan amarah.
“Ok… Mulai besok kamu bisa kerja… ! Untuk kenderaan, kamu diberi inventaris sebuah motor..!”
“Makasih pak…!”
#########
Malam berbisik menyuarakan suara angin yang bertiup dengan sepoi, dan berpacu dengan irama jangkrik. Suasana pemukiman sebuah desa yang terletak di pesisir pantai, mulai terasa sunyi tanpa ada kata – kata mencekam.
Dari sebuah petikan irama gitar seorang pria yang duduk santai di teras rumah, mengalun sebuah nada – nada yang ala kadarnya. Tidak sumbang. Tapi, cukuplah untuk membuat bibirnya mendendangkan sebuau lagu kesukaannya.
Semua isi hatinya, tentang cinta, tentang pahitnya hidup, tentang ini dan itu. Dengan lantang ia teriakkan dengan sebuah lagu dari berbagai jenis genre yang disatukannya dalam satu bait.
Tidak ada yang terusik dan terganggu oleh teriakan nyayiannya, walau malam semakin larut. Karena nyanyian pria itu sudah menjadi hal biasa didengar oleh para tetangga, bahkan suara nyanyian pria itu, menjadi senjata ampuh para tetangga untuk menakut – nakuti anak mereka agar segera tidur.
Seperti yang terjadi di dalam rumah tetangganya yang memiliki seorang anak yang duduk di kelas 4 sd. Anak tetangganya itu belum juga tidur karena asyik bermain games. Sang ibupun menegur anaknya.
“Ehhh..kok belum tidur… Cepat tidur besok kamu kan sekolah… Awas loh… Kalau kamu telat tidur… Besar nanti, suaramu akan rusak seperti abang – abang yang nyanyi di luar itu…!”
Dan mujarab. Anak tetangga itu langsung masuk kamar dan tidur tanpa melawan orang tuanya.
Kita kembali ke pria yang sedang bermain gitar.
Saat pria itu tengah menikmati permainan gitarnya. Sang ibu datang menghampirinya.
“Ijo…. Ni uda malam… Besok kamu harus kerja,, masak baru masuk kerja uda terlambat.!” ujar sang ibu dengan lembut.
“Ia mak… Bentar lagi…. Masih jam 10 malam… Aku sekalian mau nunggu telfon dari si Wimars..!”
“Kamu jadi pacaran ama dia..?”
“Ya jadi lah Mak..!”
Mmak si ijo hanya menarik nafas dan kembali masuk kedalam rumah.
Masalah tentang cinta, perasaan, gundah, dan senang. Ijo selalu terbuka kepada Ibunya, hanya ibunyalah tempat mencurahkan segala apa yang dirasakannya di dunia fanah ini. Sedangkan bapaknya, sudah pergi meninggalkan mereka menemui sang pencipta, disaat ijo masih berumur 8 tahun.
Sama halnya dengan Wimars, pacarnya sekarang. Ijo sudah menceritakan kepada Ibunya kalau dia punya gebetan baru tanpa ada yang di tutup – tupi, termasuk masalah beda keyakinan. Walau ijo sadar kalau emaknya tidak akan menyetujui kalau dirinya berpacaran dengan Wimars, jika tau tentang perbedaan itu.
TET… TENONETTT… NET…NOOT…
Sebuah nada dering kuno dari hp kuno, memaksanya menghentikan nyanyiannya. Di lihatnya tertera nama ” ayang beb ” dilayar hp. Senyumpun terukir di bibirnya yang hitam karena Wimars menelfon…
Diangkat… Putus.. ternyata Wimars hanya miscol. Ijo balik nelfon Wimars
Ijo: “Halloo… Sayang….!”
Wi: ” ia sayang… ! Gimana… Uda ma’em…!”
Ijo: ” Udah…. Nih… Masih ngunyah sisanya… Adek juga uda makan…?”
Wi: ” Udah abang ganteng….! Abang jadi di terima kerjanya…?”
Ijo: ” Jadi dong….! Kenapa… Adek mau nagih janji abang untuk beliin Bh ya…?”
Wi: ” Apaan sih ah…. Jorok ah.. Ngomong nya.!”
Ijo: “Dek…. Abang boleh minta nggak…?”
Wi: “minta apa…?”
Ijo: “mmmm… Boleh minta cium..!!!!??”
Wi: “Apaan sih… Malu tau…..
Ijo: ” Malau ama siap… Kan… Cuman lewat hp…
Wi: ” Yau da deh… Mmmmmuaaaaccchhh… Udah.. Ah… Aku mau bobok…!”
Ijo: “ya udah…. Kita bobok ya….. Besok abang juga mau kerja… Mat malam..
Wi : ” eh… Untu aku mana…?”
ijo : ” apanya…!??
Wi : ” masak cuma adek yang nyium..abang kan belum nyium adek..
ijo: ” Tadi katanya malu… Sekarang uda minta…
Wi: “di hp kan kagak apa – apa.
Ijo: ” ia deh… Mau di cium di mana..?
Wi: ” mmmmmm….. Di kening aja deh..
Ijo: “mmmuaaahchhh.. Itu untuk kening adek…. Mmmuuuuacchh.. Untuk mata adek… Muuachhh.. Untuk bibir adek..
Wi: “hahahahahaha… Banyak aamm..!”
Teeeeeeeeettttttttttttt…… Teeettttt….
Tiba tiba hp ijo mati. Ijo langsung ngecek 888, ternyata T.M nya habis.
“Kamprettttttt..!” Hatinya berteriak kesal.
Walaupun obrolannya di putus paksa oleh telkomsel karena ijo kekurangan dana. Ijo, dengan penuh perasaan bahagia masuk kedalam kamarnya. Dan berbaring, berharap dalam tidurnya bisa memimpikan sang kekasih.
Hari yang cerah terdapat matahari yang bersinar. Hati yang bahagia terdapat senyum Pepsodent.
# bukan iklan.
Ijo, dibawah guyuran air sumur yang ditimbanya. Dengan telaten tangannya membersihkan seluruh tubuhnya, seluruh Daki di tubuhnya tak luput dari sapuan tangannya, bahkan kemaluannya dengan penuh kehati – hatian, ia bersihkan.
Hari ini ia ingin tampil kinclong dan wangi ketika masuk kantor. Itulah kesan pertama yang ingin ia tampilkan dihadapan sang bos dan teman – teman barunya sesama karyawan.
Setelah yakin tidak adalagi daki yang menempel di kulitnya. Ijo menyelesaikan ritual mandinya. Lalu masuk ke kamar untuk berpakaian. Ijo memilih baju dan celana baru untuk dikenakan. Baju dan celana yang baru 4 kali pakai. Dan itu di belinya waktu lebaran 4 tahun lalu.
“Tampan juga aku rupanya…??!!”
Ijo memuji dirinya sendiri didepan kaca yang yang memilki garis melintang, alias retak. Ia merapikan gaya pakaian yang perlu dirapikan. Ijo langsung menemui Ibunya untuk pamit. Dan dengan niat suci untuk mencari beberapa lembar rupiah, ijo pun berangkat membelah udara pagi dengan motor infentarisnya.
25 menit perjalanan. Ijo sampai ke kantor, dan disambut hangat oleh Telle, sang Bos. Ia diperkenalkan oleh sang Bos kepada seluruh karyawan yang berjumlah 5 orang. Tiga orang laki – laki dan dua orang perempuan. Ijo langsung menyalami teman – teman barunya.
“Ijo……. ! Ijo…… ! Ijo……! Ijo…… ! Ijo…….!”
Setiap kali menyebutkan namanya, para karyawan koperasi pasti tersenyum tersipu geli. Ijo menyadari hal itu. Tapi ia tidak ambil pusing, karena nama yang diberikan oleh kakeknya itu, sangatlah ia banggakan. Dan dia tau, tidak ada di dunia ini nama orang yang sekeren namanya.
Ijo kemudian duduk di tempat yang di sediakan. Dan mulai mendengarkan kata – kata petuah yang diberikan oleh sang bos. Sebuah rutinitas yang wajib didengar para bawahan sebelum berangkat kelapangan.
“Ok… Semuanya sudah siap…!” Ujar Telle yang setelah memberi sepatah dua patah kata penyemangat.
” Siaaaaappppp ….. Pak….!” Para karyawan serentak menjawab penuh semangat.
“Ayo kita nanyikan yel – yel kita..!”
Mereka serentak bernyayi.
” Duiiiiittttt…. Duiiiiitttt… Kesini dong aku mau duit… Duiiiiittttt… Duiiittttt…!
Setelay menyanyikan yel – yel. Merekapun membubarkan diri.
“Untuk… Ijo… Kau ikut aku… !”
“Siap pak…!”
Ijo berangkat dengan Telle dengan mengenderai motor. Sepanjang perjalan Ijo hanya diam tak bicara di boncengan. Hanya mendengarkan setiap penjelasan yang di utarakan oleh Telle. Dan setiap Telle bertanya, apakah ia sudah mengerti atau tidak. Ijo selalu menjawab Ya. Padahal Ijo kurang jelas mendengar kalimat yang di utarakan Telle, karena Ijo memakai helm.
Di depan sebuah kedeai sembako, Telle menghentikan motornya. Mereka kemudian duduk dikursi yang terdapat di bagian kanan depan kedai. Telle menganggukkan kepalanya ketika si empunya kedai melihat kedatangannya.
“Ingat ijo.., Ketika kita menemui nasabah untuk menagih iuran pinjamannya. Perlu kau perhatikan, jika nasabah itu seorang pedagang. Biarkan dia melayani pembelinya dulu. Seteleah lengang, baru kita menagih iurannya..!” Telle menjelaskan kepada Ijo.
“Ia pak..!”
Setelah menunggu beberapa menit. Yang punya kedai datang menghampiri mereka, dengan memeberikan uang sebesar 25 rb. Setelah menerima uang itu. Telle mengeluarkan kertas yang bertuliskan angka – angka seperti kupon. Telle merobek angka 13 dan memberikan kepada sipemilik kedai.
“Maaf Pak.. !! Kenalkan.. Ini anggota baru. Untuk kedepannya, dia yang akan mengutip kerumah bapak..!” Telle memperkenalkan Ijo kepada pemilik warung.
Dengan sopan dan sebuah senyuman, ijo menjabat tangan si pemilik warung, dengan menyebutkan namanya.
“Ijo….!”
“Oh….. Mmmmm….!”
“Kampret… Sombong amat…!” Ijo menggerutu dalam hati.
Si pemilik kedai kembali masuk. Telle memperlihatkan selembar kertas yang berisikan angka – angka mulai dari angka 1 hingga 46.
“Kau perhatikan Ijo.. Ini kertas yang berisikan angka adalah sebagai alat bukti untuk pembayaran nasabah. Seperti bapak tadi, aku merobek angka 13 dan meberikannya. Itu artinya bapak itu sudah membayar iuran yang 13. Dan perlu kau perhatikan lagi. Setiap lembar yang berisikan angka ini. Sudah mempunyai nama masing – masing..! Tuh.. Yang ada di atas..!” Telle menunjuk dibagian atas kertas. ” Jadi kau jangan sampai salas merobek punya orang….! Pahamm…??”
“Paham pak….!”
“Ok.. Kita lanjut lagi…. Setelah menyelesaikan kutipan. Kita akan coba cari nasabah baru..!”
BBRRRRRR…….. BRRRRRRR…!!!
BRRRRRRR…….. BRRRRRRR…!!!
Hp Ijo bergetar didalam kantong depan celana. Ijo langsung mengambil Hp nya dan melihat nama yang tertera.
“Wimars..!” Ijo membatin. Lalu ia menekan tombol hijau.. “Hallo Wi… Ntar aku telfon balik ya, aku lagi ama bos nih..” Ijo langsung mematikan Hp.
######
Pov… Wimars
Senja sudah mulai berlalu, burung camar terbang bergerombolan menuju sangkarnya. Bocah – bocah tetangga masih sibuk dengan permainan mereka di halaman rumahku. Aku tertawa sendiri melihat kelucuan mereka.
Hati yang tadi sedikit kesal ini, kini perlahan mulai memudar. Sejak pagi hingga sampi sore ini. Ijo, pacarku yang tidak terlalu tampan itu, sangat susah untuk menghubunginya. Sempat sih dia sekali ngangkat telfonku, tapi dia cuma bilang, kalau dirinya sibuk, habis itu di tutup telfon tanpa sempat aku mengucapkan satu patahpun. Lagaknya kayak kerja di kabinat kerja aja itu orang.
Ketika cahaya matahari benar – benar hilang ditelan sang Timur. Aku masuk kedalam rumah, dan saat aku ingin menutup pintu rumah, seseorang datang.
“Dek… Permisi…!”
Aku melihat seorang laki – laki berdiri di teras rumah.
“Ehhh.. Pak Pos… !”
“Ini ada surat atas nama Wimars..!”
“Saya sendiri pak..!” Ujarku dan menerima Surat yang diberikan pegawai Pos tersebut. ” Makasih Pak…!”
“Pt. Kelang Sehari.” Jantungku kedat kedut setelah mengetahui asal alamat surat itu.
Sejak aku tamat sekolah tingkat S.M.A sekitar 8 bulan yang lalu, sebulan setelah itu, aku mengirimkan beberapa surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan di luar kota, bahkan ada yang di luar pulau. Dan selama 6 bulan penantian, akhirnya ada juga panggilan.
Tak terlukiskan kebahagaiaan yang kurasakan saat ini. Akhirnya aku bisa mengejar cita – citaku, aku sangat ingin melanjutkan kuliah, tapi orang tuaku tidak mampu. Hanya ada jalan satu – satunya, yaitu aku harus mendapatkan pekerjaan lebih dahulu.
Aku langsung mencari Hp dan berlari kecil memasuki kamarku, aku ingin membagi kebahagiaan ini dengan Ijo.
“Wi.. Kau kenapa..? Wajah kau kelihatan sangat bahagia…?” ibuku bertanya saat aku melewati ruang tengah.
“Ia..mak…. ! Bentar ya mak.. Nanti aku akan ceritakan, aku mau ambil Hp dulu di kamar..!” Ujarku tanpa menghentikan langkahku.
“Mana Hp ku,..! kenapa bisa lupa hp ku diletakkan di mana… ..Aduhhhh.. Pas penting kayak gini, kok nggak kelihatan sih…!” Aku menggerutu karena tidak menemukan Hp ku. Aku sudah memeriksa tempat tidur, lemari pakaianku. Tapi aku belum juga ketemu.
“Maaakkk… Ada liat Hpku….!??”
“Tadi mak liat ada di kamar mandi, dekat bak….!” Sahut Emak dari luar kamar.
Aku baru ingat. Kalau tadi, saat aku buang air besar, aku lagi mencoba mescol pacarku. Aku pun langsung menuju kekamar mandi. Dan ternyata benar. Hp ku ada di sana.
Akupun langsung menghubunginya. Tapi, sampai empat kali, ia tidak juga mengangkat panggilanku. Geram, kesal, perasaan bahagia yang tadi kurasakan seketika hilang.
TRREETTT… TREEETTT….
HP ku berdering, sebuah pesan masuk darinya.
“Dek.. Maaf ya…. Abang lagi buat laporan…. Ntar abang telfon kalau kerjaan abang uda siap!!”
Aku hanya menghela nafas. Dan mencoba menghibur diri dengan menonton Upin Ipin diruang tengah bersama ibu..