48 series : After Graduation
dari pada akun ini kosong banget ga apa apa lah permulaan 48 dulu.
BTW bisikin oshi kalian siapa, kali aja bisa dibuatkan sekuel atau mungkin kalian mau commiss juga hehehe (Jangan milih Michi, masih belum legal woi)
Juli 2024, setelah 3 bulan kepergiannya, semua benar benar terasa hampa, berbeda dengan sebelumnya, apalagi saat latihan, seorang yang dulu selalu bersamaku, menghiburku ketika down, dan selalu memperhatikanku, kini sudah tak kulihat lagi senyuman manisnya. Memang aku sudah memiliki fanbase dan orang orang yang selalu mendukungku, apalagi ditemani para bocah tantrum yang seolah tahu dengan kekosongan di dalam diriku.
Meski aku masih memiliki Feni sebagai sesama gen 3 namun siapa sangka ternyata Feni jauh lebih dipercayai menjadi kapten baru ketimbang dengan Gita sehingga kini fokusnya teralihkan untuk mengatur seluruh tim. Tentu saja sebagai seorang sahabat sekaligus gen yang tersisa aku selalu mendukung segala keputusan Feni, saat sedang down pun aku selalu menyemangati diriku sendiri, “Udah gede, ga bisa manja lagi, harus bisa mandiri.”
Namun sekuat apapun diriku, Gracia tetaplah Gracia, sekalipun berusaha untuk selalu terlihat dewasa, namun dalam diri ini aku hanyalah seorang perempuan yang selalu ingin dimanja dan diperhatikan.
Sampai tibalah hari dimana aku benar benar sudah stress dan ingin meluapkan semuanya, aku pun mengambil tas berisi perlengkapan, memakai jaket kulit, membawa helm full face, dan mengenakan celana jeans hitam meski dengan atasan dress hitam, tidak ku indahkan orang orang rumah yang bertanya aku akan pergi kemana, karena memang aku pun tidak tahu akan kemana. Dengan motor ninja yang selalu ku pakai untuk meluapkan emosiku, aku pun keluar garasi dan pergi entah kemana. Saat suasana jalanan memungkinkan, kubuka helmku dan menikmati terpaan angin di wajahku.
Tentu saja orang orang diluar sana tidak akan menyangka jika seseorang di balik jaket kulit dan helm full face serba hitam ini adalah seorang idol yang sudah berada di ujung karirnya. Entah sudah berapa lama aku berada di atas motor, keliling kota tak tentu arah, sampai bbm ku tersisa seperempatnya.
Saat dalam perjalanan kembali pulang, tiba tiba aku melihat sebuah gedung tinggi dengan tulisan yang membuat pikiranku teralihkan, ku putuskan untuk ‘me time’ dan menginap disana, ku dengar di hotel itu fasilitasnya sangat lengkap terdapat jasa spa, gym, kolam renang, dan bahkan sauna, kebetulan badanku pun sedang ‘rewel’ dan ingin sedikit dimanja.
Singkat cerita aku sudah check in disana selama 1 hari di kamar VIP, orang orang yang berada di lobi jelas kaget melihat penampilanku, seorang idol yang selalu tampil feminim, kini memakai pakaian sangat tomboy dengan menjinjing helm full face, apalagi dengan safety boots yang ku kenakan, mungkin penampilan ini lebih cocok dikenakan Azizi, Feni, atau bahkan Adel.
Jelas saja ku abaikan orang orang disana dan langsung pergi menuju kamarku, setibanya disana, aku langsung melihat lihat kamar setelah membuka sepatuku, “Bagus juga kamarnya.” lalu melihat sebuah buku yang tergeletak di atasnya, ternyata berisikan pelayanan dan fasilitas hotel, di halaman awal terdapat fasilitas restaurant dimana terdapat makanan dan minuman yang dapat ku pesan, halaman selanjutnya terdapat fasilitas spa yang bisa ku panggil dan saat ku fokus membaca tiba tiba sebuah kertas terjatuh dari dalam buku itu.
Ku pikir hanya robekan biasa dan fokus membaca, setelah selesai barulah ku raih kertas tersebut dan membacanya, mataku melotot dan terkejut, ternyata brosur itu adalah pelayanan plus plus yang bisa menyewa perempuan untuk melayaninya dikamar. “Waw, koq ada yang ginian, pasti ada orang yang iseng masukin.” namun berhubung aku penasaran, apalagi saat gabut seperti saat ini, aku pun sedikit nakal dengan scan QR code yang langsung membawaku ke situs mereka, terdapat tulisan disitusnya, “Kami melayani segala macam fetish dan kebutuhan.”
“Hahaha gila.” Tawaku sambil melihat lihat isinya, terdapat banyak sekali video dokumentasi dari beberapa orang cantik namun tidak bisa ku buka karena memang hanya khusus member, karena penasaran dan tidak pernah menonton video porno sama sekali, aku pun mendaftarkan diri ke situsnya, tentu dengan data diri lain asal asalan, di situs itu aku mendaftarkan diri atas nama Gege, setelah menekan tombol finish, “Loh bayar ternyata, ya udah deh, toh cuma 50 ribu ini.” Setelah mengirim pembayaran, terdapat kotak dialog yang berkata, “Terima kasih dan selamat menikmati fasilitas kami.” Aku pun kembali melihat beberapa video porno hasil artis mereka dan terkejut, ternyata seperti ini yang dimaksud dengan video porno, tubuhku langsung merasa hangat, nafasku berat, terlebih saat pertama kali melihat kemaluan lelaki yang sangat besar, panjang, dan berwarna hitam dengan dikelilingi urat urat berdiri tegak.
Mendengar desahan perempuan itu membuatku bergidik namun juga penasaran dengan rasanya, sepertinya enak sekali digenjot seperti itu, sampai akhirnya video itu berakhir dan perempuan tersebut langsung mempromosikan dirinya kalau dirinya bisa disewa di kolom member khusus VIP, aku yang penasaran langsung pergi ke bagian VIP dan ternyata harus membayar lagi, “ok deh 500 ribu, penasaran kaya gimana sih cewe cewe yang dijual.” Aku pun kembali mengirim transaksi dan terkejut melihat kenyataannya, ku pikir perempuan yang menjual dirinya adalah perempuan nakal yang biasa kulihat pargoy di toktok atau ig, ternyata ada juga perempuan yang terlihat baik baik.
Aku pun coba menekan tombol pemesanan dan terdapat kode yang harus ku masukan, yaitu kode yang terdapat di samping nama para perempuan itu. “Hahaha gila ya orang orang.” Aku pun tertawa kemudian tidak sengaja melihat tulisan bahwa aku pun bisa mencarikan perempuan sesuai kriteria yang ku butuhkan tanpa terpaut pada orang orang pada daftar, situs itu klaim bahwa mereka pun punya artis dan selebgram yang bisa disewa namun tidak dimasukan ke dalam daftar dan tentu saja harus menghubungi melalui telepon.
Karena aku kesepian dan butuh hiburan, aku pun menghubungi pihak admin.
“Selamat siang dengan PT Live, ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang perempuan dari balik telepon dengan suara sangat lembut dan terdengar seperti orang baik baik.
“Loh, kayanya saya salah sambung deh kak, maaf ya.” Jelas saja aku merasa bersalah.
“Pasti kakak tau dari situs penyewaan penghibur ya kak? Kakak sudah benar koq, kira kira kakak mau sewa lelaki seperti apa? Kami pasti bisa sediakan.”
“Aku ga butuh laki laki sih, aku cuma butuh ditemenin sama perempuan, kira kira ga keberatan kan kalau aku sewa perempuan juga?” (Maksud Gracia, ditemenin = ajak ngobrol)
“Ditemenin sesama perempuan ya? jelas ga masalah, kami benar benar menyediakan segala kebutuhan dan berbagai jenis fetish, bisa tau ciri ciri yang kakak mau kaya gimana??” (Maksud mereka, ditemenin = lesbian)
Aku pun dengan iseng berkata, “Kalau bisa yang Chindo, tinggi, putih, rambut tebal sepunggung sedikit kemerahan, senyumnya tulus dan manis, biar pun sedikit iseng tapi ada jiwa keibuan juga, dan kalau bisa yang dadanya kecil, bisa?” Tentu saja semua yang ku katakan adalah ciri ciri Ci Shani.
“Kalau gitu akan kami carikan, mohon ditunggu.” Kemudian telepon pun ditutup dengan tiba tiba, “Lah ditutup, bohongan ternyata, kirain beneran.”
Sempat BT dan kembali membaca buku, tiba tiba 20 menit kemudian perempuan itu kembali menelponku dan meminta data diriku, aku pun mengakui diriku sebagai Gege sesuai yang ku daftarkan, persis seperti panggilan Ci Shani kepadaku. Setelah mengisi data diri dia pun meminta hotel, lantai, dan nomor kamarku menginap, setelah kusebutkan dirinya pun menyebutkan biaya sewanya, mulai dari perjam sampai perhati, “..jadi mau pilih yang mana?”
“Mahal juga ya perharinya, tapi ga apa apa deh perhari aja, selama bener ada ciri ciri seperti yang aku minta.”
“Beneran koq kak, semua sudah sesuai dengan apa yang kakak minta, malah kami bakalan kasih kakak selebgram 1 juta followers, kami jamin kakaknya pasti bakalan puas ditemenin talent kita.”
“Wow selebgram, duh siapa ya.” Aku pun langsung tertarik dan berpikir selebgram yang sesuai dengan permintaanku, setelah tidak menemukan jawabannya aku pun bertanya siapa orangnya dan bagaimana cara pembayarannya.
“Hahaha itu kejutan kak, clue nya selebgram udah ga sibuk dan lebih fokus ke dirinya, terus masalah pembayaran, disini kami berbeda dengan agensi lain, disini kami bayar setelah orangnya datang, jadi kakak bisa kasih langsung sama orangnya, supaya kita sama sama enak dan ga ada yang merasa tertipu.”
“Ok deh, kalau gitu aku tunggu ya, terima kasih.”
Setelah dia mengiyakan aku pun bersorak kegirangan, ku lepaskan seluruh pakaianku dan langsung pergi mandi, entah kenapa aku ingin terlihat sempurna ketika perempuan itu datang, “Pokoknya aku bakalan cosplay jadi Ci Shani dan jadi sempurna hahaha.” Ucapku setelah berada sendirian di dalam kamar mandi.
Aku ingat kalau aku pun membawa lulur dan shampo mahal yang baru saja ku beli, segera saja ku ambil dari dalam kamar dan langsung memakai keduanya. Setelah selesai, kini aku tercium sangat wangi dan tampil cantik setelah mengeringkan rambut dan memakai riasan wajah yang mirip seperti Ci Shani Indira.
“Cantik banget aku sekarang.” Tiba tiba terdengar bel kamarku berbunyi dan terdengar suara perempuan yang sangat lemah lembut yang berkata, “Selamat siang, room service atas nama miss gege.”
Aku pun langsung teriak, “Tunggu Sebentar!!” Kemudian memakai dress yang tadi kukenakan sengaja tanpa memakai pakaian dalam apapun, sebelum membukakan pintu ku mainkan dulu putingku sampai berdiri tegak untuk menggodanya kemudian membuka pintu dengan penuh semangat, “Silahkan mas..
Ci Shani!!?”
“Ge!!?”
Kami pun tertawa berdua bersamaan sampai memenuhi lorong hotel, “Masuk masuk, ga nyangka ya kamu hahaha.”
Ci Shani pun masuk sambil membawa tas jinjing besarnya dan kami sama sama tertawa terbahak bahak, kami duduk berdua di samping kasur yang berbeda sambil tak henti hentinya tertawa menahan geli.
Setelah puas menertawakan keadaan, aku pun bertanya padanya, “kamu koq sekarang kaya gini sih? Udah bagus jadi kapten idol malah milih jadi penghibur.”
“Hahaha, aduh ga kuat, ga nyangka kita malah ketemu kaya gini hahaha.. Maaf ya, tpi seriusan aku awalnya cuma iseng doang koq, tapi lama kelamaan malah keasikan, akhirnya keterusan deh.”
Aku pun menatapnya kebingungan, “Asik gimana ngaco ih??”
“Asik aja dipake sama orang asing hahaha apalagi kalau orangnya jelek terus tua gitu, gila nafsu banget genjotin aku hahaha.” Jawab Ci Shani sambil tertawa kencang.
“Hahaha Masa? coba cerita cerita dong.” Pintaku sambil selonjoran di atas kasur.
Ci Shani pun merebahkan dirinya di sampingku sambil menceritakan kisahnya selama 3 bulan menjadi seorang seorang penghibur. Jelas saja bukan ceritanya yang ku perhatikan namun senyumannya dan wajah cantiknya yang sudah lama sekali tidak kulihat secara langsung.
“Terus kamu kenapa, ga ada angin, ga ada hujan koq bisa nyewa aku?” Tanya Ci Shani.
“Lah mana aku tau kamu orangnya, lagian aku cuma sebutin ciri ciri doang, mana tau kalau mereka panggilnya kamu, lagian aku ga tau sekarang kamu kaya gini.”
“Iya sih kadang kalau hoki kamu bisa dapet spek bidadari kaya aku hahaha.” Balas Ci Shani sambil tertawa.
Kami kembali tertawa, Ci Shani masih sama seperti Ci Shani yang dulu, aku pun langsung memeluknya sangat dan berkata padanya, “Aku kangen.”
“Maaf ya.” Balas Ci Shani sambil menyeka air mata yang menetes tanpa kusadari.
Setelah tenang, aku kembali ke rebahan di samping Ci Shani, “eh iya mau minum atau makan? aku bayarin deh.”
“Boleh, kamu pesan aja yang enak, aku ikut aja.”
“Ok.” Aku pun segera memesan makanan dan minuman melalui telepon setelah itu kembali rebahan di samping Ci Shani dan memperhatikannya yang sedang sibuk dengan ponselnya.
“Apa sih liat liat, cantik ya?” Ucap Ci Shani sambil bercanda padaku.
Tidak kubalas dan hanya tersenyum saja, salting dengan perkataan dan senyuman manisnya. Tidak begitu lama pesanan pun tiba dan aku langsung membayarnya dengan QRIS, kami pun langsung menyantap pesanan yang sudah datang bersamaan.
“Oh iya, aku belum bayar kamu ya.” Aku pun mengambil ponsel dan mengirimkan bayaran yang sesuai ke nomor rekeningnya. “Udah aku kirim, coba check.”
Ci Shani pun mengerutkan dahinya dan langsung memeriksa rekeningnya, “Banyak banget, kamu sewa aku seharian.”
“Iya dong, biar ga kamu pergi lagi hahaha.” Balasku sambil menyantap makanan dan sibuk dengan ponselku membalas beberapa pesan yang masuk.
Entah kenapa kulihat Ci Shani seperti kepikiran sesuatu, “Kenapa sih?”
“Ga apa apa.”
Kami pun akhirnya selesai dengan pesanan masing masing dan kembali selonjoran di kasur sambil menonton TV, Ci Shani masih saja terlihat berpikir keras dan kembali kutanyakan hal yang sama, akhirnya Ci Shani pun menjawab sebabnya, “Ga enak aja, kamu bayar aku gede banget tapi aku cuma temenin kamu doang di kamar.”
“Loh kan aku mintanya buat temenin doang, ga apa apa ci, lagian aku juga suka ditemenin sama lu, kapan lagi kita kaya ginian, anggap aja lagi mau manggung kan kita udah sama sama cantik, iya ga hehehe.” Ucapku sambil bercanda mencairkan suasana.
“Eh iya loh, aku baru sadar, kamu koq dari tadi wangi banget, tumben tumbenan, biasanya kalau ketemu aku mandi aja ga pernah loh.”
“Sembarangan hahaha.” Tentu aku tidak berani menjawabnya dengan jujur karena malu kalau aku sengaja tampil sempurna agar orang yang melayaniku nanti akan betah denganku.
“Hayo ngaku, pasti sengaja kan biar betah sama kamu kan?” Ci Shani masih saja seperti dulu, bisa menebak apa yang ada dipikiran orang lain.
Aku masih malu mengakuinya dan hanya membalas sambil tersenyum dan membalas beberapa pesan di ponselku, tidak berani untuk melihat ke arahnya.
Ci Shani pun kembali rebahan dan menatap ke arah TV, tiba tiba Ci Shani berkata, “aku pernah koq ngelayanin sesama perempuan juga.”
“Masa? Pernah disewa sesama perempuan juga?” Jawabku sambil membalas beberapa pesan di ponselku.
Ci Shani terdiam beberapa saat seperti berpikir untuk menjawabnya atau tidak.
“Koq diem? Ga jadi ceritanya nih?” Tanyaku sambil menatapnya sambil tersenyum.
“Aku pernah layanin member di teater pas orang orang udah pada pergi.”
Aku yang mendengarnya langsung melotot, bangkit dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya, “Ci Shani Indira Natio, kapten paling disegani pernah ngelayanin member?? Sama siapa? Kapan??”
“Buat itu aku ga bisa ceritain, udah jangan dibahas ya, jangan dicari tau juga, sekarang yang penting, gimana, kamu mau aku layani juga?”
Aku pun langsung berpikir keras dan penasaran siapa yang dimaksud, “Sama siapa sih?? Gita? Atau Feni?? Masa sama muthe?? Atau jangan jangan sama Christy??” dalam kepala ini pikiranku bertanya tanya dan menebak siapa orangnya, selain penasaran, jujur saja aku jelas merasa cemburu, orang yang sudah kuanggap sebagai kakak terdekat ternyata pernah melakukan hal mesum dengan sesama member di dalam teater.
“Udah ga usah dipikirin, harusnya aku ga cerita nih, pasti kamu mikir keras kan sekarang?”
Aku pun tersenyum dan mengangguk, “habisnya bikin penasaran, perasaan kita tuh selalu barengan, koq bisa gituan di teater.”
“Udah ga usah dipikirin, mending aku layanin kamu ya, biar kamu ga rugi udah keluar banyak uang.” Balasnya sambil tersenyum manis dengan raut wajahnya yang menenangkan diriku, “Sekarang kamu tiduran yang tenang, nikmatin aja jangan tegang.” Ci Shani pun menenangkanku dengan mengusap bahuku lalu mengatur supaya bantalnya nyaman dan menyuruhku untuk rebahan, Ci Shani jelas tahu kalau aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya, jangankan oleh sesama perempuan, dengan lelaki saja aku belum pernah berbuat nakal.
Setelah rebahan dan memastikan posisiku tenang, Ci Shani pun pergi ke bawah kakiku dan melebarkan keduanya, tiba tiba hatiku deg degan, tubuhku gemetaran, dan tegang melihat Ci Shani berada di bawahku, dia pun tersenyum dengan manisnya, “Tenang sayang, yang relax, tarik nafas dalam dalam terus buang pelan pelan.”
Aku pun menurutinya dan melakukannya berkali kali sampai terasa tenang, berbarengan dengan itu Ci Shani menaikan rok gaunku dan masuk ke dalam rok untuk menurunkan celana dalamku, “Loh koq ga ada, kamu ga pake?”
Dengan malu malu ku gelengkan kepala.
“Ciee.. kayanya emang udah siap banget ya hihihi mana pas buka pintu puting kamu keliatan banget berdiri, hayo aku pergi malah jadi nakal ya sekarang, udah berapa kali loh jujur?” Tanya Ci Shani seolah seperti kakak yang sedang mengintrogasi adiknya.
“Ih enak aja, ini baru pertama kali, orang niatnya buat temenin ngobrol doang, kamu sih main grad gitu aja.”
Ci Shani pun menasehati, “Kan masih ada Feni, ada Gita, ada member lain, kenapa kamu stress?? jangan kebanyakan overthinking, ga baik buat diri kamu dan karirmu.”
Aku pun melihat ke arah lain lalu menjawab, “iya sih tapi.. Aahh.. aahh.. Oohh Ci Shanii.. Aahh,,” Tidak ku sangka ternyata Ci Shani sengaja menasehatiku supaya mengalihkan pandanganku, entah sejak kapan rok gaunku terangkat namun yang pasti jilatan dan kuluman Ci Shani sangat luar biasa. Tidak pernah ku bayangkan lumatan Ci Shani bisa seenak ini.
“Oohh.. oohh.. Aaahh..” Mataku pun merem melek, tanganku mencengkram sprei kasur dan badanku menggeliat karena tidak kuat dengan rasa geli sekaligus nikmat yang diberikan orang yang paling kusayangi ini, saking nikmatnya aku sampai menjambak rambut Ci Shani dan menariknya agar semakin rapat dengan vaginaku.
“Oohh Enak banget Ci Shan.. Aahh aahh.. Oohh.. gila enak bangeett.. Maaf Ci Shani a,, aku ga kuat lagi aahh!!” Crr.. CRrr.. Crrr!! Aku pun langsung orgasme dan aku tidak menyangka Ci Shani akan melumat habis semua cairan yang keluar, setelah itu Ci Shani kembali mengulum dan menghisap semua sisa cairan yang berada disana.
Setelah merasa tenang, kubuka mata dan memberanikan diri melihat Ci Shani, hingga mata kami kini saling tatap, “Enak kan sayang?”
“Jadi dari tadi kamu liatin aku nih?”
“Iya dong, kapan lagi bisa liat kamu keenakan.”
Aku pun tertawa malu mendengarnya, “Thanks ya.. Kayanya orang itu beruntung bisa dilayani kamu.”
“Udah lah ga usah dibahas lagi, aku jadi ga enak bikin kamu overthinking lagi.”
“Hihihi abisnya…”
Ci Shani langsung memotong, “..jadi mau ku layani kaya gimana?”
“Bingung hahaha belum pernah kaya gini soalnya, ini aja awalnya iseng dong, terserah kamu deh, atau gini, kamu layani aku sama kaya kamu layani orang itu, bisa kan?”
“Emmhh..” Ci Shani terlihat berpikir keras dan mengusap belahan kemaluanku.
Aku pun tersenyum mendengarnya, “Kenapa sih kayanya kepikiran amat.”
“Gimana ga kepikiran, punya kamu ini masih mulus dan rapat banget, pasti belum pernah kan sebelumnya.”
Sambil tersenyum aku menjawab malu malu, “Ya tapi kalau main sendiri ya pasti pernah lah Ci namanya juga orang normal kan.”
“Iya juga sih, tunggu kayanya aku ada ide.” Ci Shani pun mengeluarkan sesuatu dari tas jinjingnya. Setelah sekian lama mencari, Ci Shani lalu mengeluarkan sebuah celana dalam berbahan latex dengan benda berbentuk lingkaran di tengahnya.
Setelah memakai celana dalam latex itu, Ci Shani kembali mencari sesuatu dari dalam tas besarnya, “Nah ketemu kayanya kamu cocok ukuran segini.” Lalu mengeluarkan dildo seukuran 7-9 cm dan memasangkan pada bagian tengah celana dalam latexnya.
“Gimana sayang, aku makin cantik ga pake ginian.” Ucap Ci Shani sambil berdiri di atas kasur dan mengocok dildo itu dengan dress panjang yang masih dikenakannya.
Mataku melotot dan benar benar takjub dengan apa yang kulihat, tidak salah lagi dirinya dijuluki si paling sempurna, pemandangan di hadapanku benar benar sangat indah, dengan penampilannya yang cantik, gaunnya yang elegan, Ci Shani berdiri dan mengocok dildo itu seolah kontolnya sendiri.
“Koq diem sayang? Kaget ya liat aku kaya gini?” Tanyanya sambil mendekatiku dan mengocok dildo itu tepat di hadapan wajahku.
Aku pun melihat ke wajahnya dan menjawab, “Ga salah lagi disebut sempurna.” Aku berdecak kagum, mataku berkaca kaca, mulutku pun menganga, tidak percaya dengan yang barusan aku lihat.
“Makasih sayang.” Ci Shani tiba tiba meletakan dildo itu di bibirku, reflek ku buka mulutku dan mengulum dildo itu dengan perlahan, Ci Shani mengusap rambut kepalaku dengan lembut seolah menikmati apa yang kulakukan pada dildonya, “enak sayang?”
Tentu saja aku mengangguk dan mulai menegakan tubuhku, Ci Shani meraih kedua sisi rambutku dan mulai menggenjot mulutku dengan perlahan, “Kamu cantik banget sekarang sayang.”
Walaupun beberapa kali tersedak, walau sedikit kesakitan, namun entah kenapa aku malah menikmatinya, tidak ku sangka digenjot oleh Ci Shani bisa seenak ini. Apalagi kini Ci Shani menurunkan dress yang ku kenakan dan kedua toket besarku langsung terlihat jelas, dengan lembutnya Ci Shani memainkan puting dan toketku sampai membuatku tidak kuat dengan rasa nikmat dan rangsangan yang diberikan, aku pun menurunkan dressku sampai terlepas lalu menungging agar Ci Shani lebih bebas menggenjot mulutku.
“Oohh oohh nikmatnya.” Entah aku tidak tahu apa Ci Shani benar benar merasakan enak, namun mendengar desahan dan genjotan dimulutku semakin kuat, membuatku penasaran bagaimana rasanya menggenjot perempuan dengan kontol palsu.
Tidak kuat dengan rangsangan yang diberikan tanganku pun meraih kemaluanku sendiri dan toketnya lalu menggosoknya dengan cepat, “emmhh.. Eemmhh..” Aku pun melenguh menikmatinya.
“Udah ga kuat juga ya sayang?”
Aku menatap wajah Ci Shani dan mengangguk pelan dengan mata sayu.
Ci Shani lalu mengeluarkan dildonya dari mulutku dan melepaskan dressnya, aku benar benar takjub melihat tubuh sempurnanya, apalagi dengan dildo yang tidak terlalu besar itu. Betapa kagetnya ketika Ci Shani menggantinya dengan dildo yang jauh lebih besar lagi, bahkan mencapai 30 cm lebih dengan lingkaran sangat besar.
“Ci.. ga salah?” Tanyaku sambil melongo.
“Kenapa sayang? Kan bagus?” Tanya Ci Shani yang sudah telanjang dan mengocok dildo jumbonya ke arahku.
Dia pun mendekatiku sambil mengocok dildo itu kembali, reflek ku buka mulut dan memasukan dildo yang jelas terlalu besar untuk masuk seluruhnya ke dalam mulutku, tentu hanya masuk kepala hingga leher dildonya saja.
Ci Shani mencengkram kepala belakangku dan mendorongnya perlahan, langsung ku tatap wajah Ci Shani sambil menggelengkan kepala, memberi kode kalau tidak bisa masuk lebih dalam lagi.
“Bisa koq, ayo dicoba ya, bisa koq bisa.” Ci Shani pun menggenjot dildo itu semakin kuat hingga membuatku tersedak dan kepenuhan. Mataku pun sedikit berkaca kaca dan menggelengkan kepala, namun Ci Shani malah tersenyum dan semakin kuat menggenjot mulutku dengan dildo jumbo itu.
Mulutku sudah semakin pegal, tidak kuat lagi dengan rasa sesak dan sakit yang kurasa, aku pun mencoba mendorong tubuh Ci Shani supaya tahu kalau aku tidak nyaman, namun yang ada Ci Shani malah tertawa puas sambil semakin cepat menggenjot mulutku, “Kenapa Ge? Suka kan aku kasarin hahaha.”
Aku benar benar tidak kuat lagi dengan dildo jumbo itu dimulutku, setelah sekian lama memperkosa mulutku, Ci Shani kemudian melepaskan dildo itu sampai membuatku megap megap.
“Hah.. hah.. Hah.. emang tega ya kamu dari dulu.”
Ci Shani tidak menjawabnya dan malah mengusap kemaluanku, “Coba disini ya sayang?”
Jelas aku menggelengkan kepala, tidak terbayang bagaimana kemaluanku yang masih rapat dimasuki dildo sebesar itu.
“Ayo dong, masa kalah sama member lain. Sakit sedikit koq, tapi nanti kamu keenakan. Ayo dong mau ya? Kapan lagi coba aku genjotin.” Ci Shani benar benar memaksaku memasukan dildo jumbo itu, tentu saja aku terus menolaknya.
Namun saat Ci Shani mendorong tubuhku, entah kenapa aku malah menurutinya dengan merebahkan tubuhku, meski mulutku berkata tidak namun kakiku malah meregang.
“Biar kamu cepat terbiasa sayang.” Ci shani pun mendekati kemaluanku dan melahapnya sambil memasukan 1 jari tengahnya.
“Aahh aahh.. Enak Ci.. oohh oohh..”
“Sluurpp.. Sluurpp.. Enak kan? Baru 1 jari loh, gimana kalau dildonya aku masukin ke dalem hihihi.”
Pikiranku pun melayang, dan mulai penasaran bagaimana rasanya digenjot, apalagi yang akan menggenjotku adalah perempuan cantik yang selalu ku kagumi dan selalu ada untukku. Melihat tidak ada lagi perlawanan dari diriku, Ci Shani kemudian bangkit dan mengarahkan dildo itu ke belahan kemaluanku yang sangat basah dan banjir cairan pelumas. Kepalaku terus menerus menggeleng saat dildo itu semakin dekat namun tanpa perlawanan sama sekali.
JLEB!! Akhirnya kepala dildo berukuran jumbo pun masuk ke dalam kemaluanku.
“AARRGH!! SAkiit!! SAKITT! CII!! AARGHH!!”
Ci Shani sama sekali tidak mengindahkan dan terus memasukan dildo itu sampai masuk leher dildonya, barulah dia menimpa tubuhku dan berkata, “Sakit di awal doang sayang, nanti juga kamu keenakan.”
“Aargh!! Ampuun Ci ampuun sakit bangeet.” Ucapku sambil menangis.
Ci Shani pun menyeka air mataku, mendiamkan genjotannya sejenak, lalu mencium bibirku, akhirnya, setelah pertemanan 9 tahun lebih aku bisa merasakan bibir lembut dan tipisnya, lidah Ci Shani pun keluar membuka mulutku dan langsung melumat habis lidahku, sapuan lidahnya benar benar sangat lembut, sedikit kasar, basah, dan sangat hangat. Aku yang barusan kesakitan pun sudah mengabaikan rasa sakit dan perih di kemaluan, ku buka mataku hingga mata kami saling bertemu, ku perhatikan wajah cantiknya benar benar tulus mencium bibirku. Tiba tiba Ci Shani melepaskan ciumannya dan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu ke samping tubuhku, dia pun kembali menggenjotku yang tadi sempat tertunda.
“Aargh.. Arrgh.. Aargh..” Aku masih saja kesakitan, namun yang membedakan, kali ini aku tidak mengeluh atau menolaknya, ku biarkan perempuan cantik ini memperkosa kemaluanku yang masih rapat, biarlah kemaluan ini akan rusak dan berlubang, aku iklas selama yang memperkosaku adalah Ci Shani.
“Gimana sayang? Masih sakit?”
“Aargh sakit banget Ci.. tapi ga apa apa.. Selama Ci Shani yang perawanin.. A.. aku iklas koq.. Aku tahan sampai bisa enak.”
Ci Shani tersenyum mendengarku, “Gitu dong, nanti kalau kamu udah enak, pasti aku layanin, sekarang pasrah aja ya sayang, jangan dilawan.”
Aku mengiyakan dan berusaha tenang meski rasa sakit dan perih ini sangat luar biasa merusak dan merobek robek kemaluanku.
Menit demi menit berlalu, perlahan namun pasti akhirnya aku merasa terbiasa juga, kini sudah tidak ku rasakan rasa sakit dan perih itu, mengetahui itu Ci Shani langsung meraih kedua kakiku dan meletakan di kedua bahunya, dia pun meletakkan bantal dibawah pinggulku sampai terangkat tinggi lalu menggenjot kemaluanku dengan kecepatan penuh dan sangat kencang.
“Aahh aahh.. Aaahh enak Ci.. oohh.. Enak bangeet.. Aahh aahh..” Jelas saja aku mendesah sangat kencang, rasa nikmat ini sangat luar biasa, belum pernah kurasakan nikmati ini sebelumnya.
“Gimana sayang, sekarang udah enak kan? Udah ku layani kan?”
“Iya sayang.. Oohh oohh.. Enak banget Cii.. aahh, Ayo genjot aku lebih kencang lagii.. Oohh.. mantab bangeet.”
Ci Shani tentu menuruti keinginanku dengan menggenjotnya makin kuat. Pandangan Ci Shani kala itu benar benar terlihat puas memperkosaku dan senang melihat ekspresi keenakanku.
Saat aku orgasme untuk kedua kalinya, Ci Shani tidak menghentikan genjotannya, bahkan untuk segera mengizinkanku menikmati orgasmeku sendiri, Ci Shani berkata sengaja supaya aku bisa terus menerus orgasme dan dipuaskan olehnya, benar saja tidak lama dari itu aku kembali orgasme, beberapa menit kemudian orgasme, dan terus orgasme berurutan dengan jarak yang semakin singkat.
Entah sudah berapa lama aku digenjot Ci Shani, kini tubuhku sudah bermandikan keringat, rambutku sudah berantakan, dan kasur ini benar benar basah dengan orgasmeku. Saat itu lah Ci Shani mulai menghentikan genjotannya, “Istirahat dulu ya sayang, pegel banget.” Ucapnya sambil menarik dildo itu begitu saja, hebatnya saking kuatnya tarikan sampai membuatku orgasme untuk kesekian kalinya.
Ci Shani dengan polosnya hanya rebahan disampingku.
“Hah.. hah.. Hah.. udah berapa lama sih? Gila cape banget, tapi puas sih.” Ucapku sambil pergi mengambil botol air mineral di seberang kasur, aku pun memberikan 1 untuk Ci Shani, “Terima kasih.” Balasnya.
Setelah minum sampai seperempatnya barulah Ci Shani menjawab, “Baru 20 menit Ge.”
Aku melotot dan melihat ke arah jam, “Wah beneran ternyata cuma 20 menit, koq kaya lama banget ya.. Perasaan tadi aku keluar banyak banget.”
“Ya memang, semenit sekali, makanya kasurnya banjir banget.” Jawab Shani sambil tiduran di atas kasur basah itu.
“Ga apa apa Ci tiduran di kasur basah gitu?”
“Justru enak tiduran di atas orgasme kamu.”
Aku sedikit salting dan rebahan di samping Ci Shani sambil memeluknya dari samping. Ci Shani lalu meraih wajahku dan kami pun ciuman. Tangan Ci Shani di toketku dan aku mengocok batang dildonya.
“Terima kasih ya sayang udah bikin aku puas.”
“Maaf udah bikin memek kamu berlubang.”
“Masa?” Aku pun merebahkan diri dan memasukan jari tengah ke dalam kemaluanku, benar apa kata Ci Shani, terasa mudah saat ku masukan dan terasa sedikit longgar, “Ih iya hahaha lubangnya gede gini, tapi ga apa apa deh, kenang kenangan dari kamu.”
“Sekarang giliran kamu dong sayang.”
“Gimana?” Tanyaku penasaran.
Ci Shani pun mengarahkanku untuk menaiki tubuhnya dan mengajariku untuk WOT, awalnya aku kaku hanya naik turun biasa dan bergoyang maju mundur biasa, sampai Ci Shani menyuruhku untuk tenang menikmatinya dan membebaskan pikiranku, ku coba semua yang diperintahkan Ci Shani sampai akhirnya aku keenakan dan mulai bergoyang bebas.
“Aahh.. aahh enak Cii..” Ucapku sambil merem melek menikmati dildo jumbo itu mengaduk aduk di kemaluanku.
Ci Shani pun mendukungku dengan mengusap klitoris dan memainkan kedua toketku bergantian. Aku mendesah semakin kuat sampai akhirnya aku tidak kuat dan kembali orgasme sampai membuatku terjatuh di atas tubuh Ci Shani.
Dengan dildo yang masih berada di kemaluanku, kegoyang dan kugenjot sambil ciuman kembali dengan bibir lembutnya. Kali ini aku yang menguasai permainan, meski begitu tetap saja aku tidak bisa menahan orgasme dan semakin membasahi kasur ini.
“Udaahh udah cii.. Ga kuat.. Hah.. hah.. Hah..” Ucapku sambil melepaskan diri dan kembali rebahan di kasur ini. Ku pejamkan mata dan mengistirahatkan diriku, tidak kuat setelah berkali kali orgasme. Kini kurasakan Ci Shani memeluk tubuhku sambil menggesekan dildo di pahaku, ku biarkan Ci Shani melakukan apapun atas tubuhku saat aku tidur nanti, aku tidak kuat lagi, dan kini semuanya gelap.