pamanku tega memperkosaku

Sejak kejadian terakhir aku diperkosa pertama kali oleh sahabatku. Aku mengalami kepahitan yang kedua. berlangsung kurang lebih 2 tahun setelah diperkosa oleh Jeksen. Kini aku telah menikah dengan mas Febrian.

Tentunya aku tidak pernah cerita mengenai pemerkosaan itu. Sebelumnya aku selalu cek kehamilan diam2. Dan hasilnya positif hingga akhirnya aku terpaksa menggugurkan sebelum perutku makin membesar.

Sebut saja namaku Imelda. Ini peristiwa yang tak terlupakan, sehingga aku jadi ketagihan seks. Aku ceritakan kisah ini untuk menuangkan libido ku yang tak terbendung. Jujur saja aku sedang horny apalagi pas ketemu forum ini, jadi kupikir ingin ku bagi ke agan semua yang mesum. Silahkan nikmati.

Umurku 27 tahun, badanku lumayan bongsor untuk cewe se usiaku. Tinggiku 168 cm, berat 61 kg. Lingkar bra 36 dengan cup D. Pantatku lumayan besar. Banyak yang bilang pinggangku kecil seperti body gitar. Oh ya, kulitku putih. Chinese menado. Rambutku hitam panjang hampir sampai pinggang. Wajahku biasa saja. Banyak banget teman yang bilang mirip Vicky Li.

Oke.. Kita mulai

Aku tidak pernah menolak bila mas Febrian meminta berhubungan badan denganku. Tapi masalahnya aku yang cenderung lebih sering kepengen, kebalikannya malah mas Febrian yang jarang minta, selalu sibuk dengan bisnis nya. Meskipun begitu aku selalu dimanjakannya. Mobil pribadi, ponsel, tas, sepatu semuanya tidak pernah kekurangan. Bahkan sampai aku bosan shopping. Merk branded telah banyak menjadi koleksi di lemari ku.

Pagi itu aku baru bangun tidur, duduk di atas sofa, kedua kaki kunaikkan menekuk didepan dadaku sambil bermain ponsel melihat Group chat. Sesekali aku melihat tv berita pagi mengenai kondisi Jakarta pagi ini di depan istana kepresidenan yang ramai dengan orang2. Lalu aku beranjak dari sofa berjalan menuju kulkas yang berada disamping pintu apartemen unitku.

Pagi itu sudah jam 8 lewat sepuluh menit. Seperti biasa, mas Febrian sudah berangkat kerja. Tapi pagi ini ada kertas di tempel di depan pintu dengan pesan pendek..

‘sayang.. Nanti ada demo.. Ingat jangan pergi keluar apartment dulu ya.. I love u’

Aku membaca tulisan itu sambil mengambil susu kotak dalam kulkas yang berada di samping pintu itu..

Lalu aku iseng membalas tulisan mas Febrian dengan emoticon seperti smile and kiss.. Sesaat kemudian kusadari jendela apartemenku yang tiap pagi selalu terbuka gorden nya ternyata ada petugas pembersih kaca dengan gondolanya. Mereka berjumlah 2 orang. Menatapku tanpa berkedip..

Hari itu aku mengenakan kaos putih tipis lengan pendek namun panjang kaos menutup sampai pantatku, batas atas pahaku.

Aku tidak menggunakan bra. Karena memang kalau tidur aku lebih nyaman melepas bra.

Aku baru sadar kaosku ini cukup menerawang memperlihatkan puting payudaraku dan juga celana dalamku yang berwarna hitam.

Tapi aku tetap cuek.. Duduk kembali diatas sofa dengan sengaja kedua kaki kunaikkan keatas sehingga kaos tersingkap memperlihatkan pantat dan pahaku yang montok ini.

Sambil minum susu kotak aku membaca chat di WA sambil sesekali melirik ke mereka para pekerja yang masih membersihkan kaca dengan tatapan liar melihat mungkin pantatku? Pahaku?…

Mereka seperti berbisik sambil tersenyum satu sama lainnya. Mungkin membuat gosip tentang diriku.

Aku pura2 tidak melihat mereka. Tetap membaca Group chat. Sambil menghabiskan susu kotak ku.

Tiba-tiba aku terbangun sudah jam 9:30. Ternyata tadi aku ketiduran di sofa. Dan kulihat jendela sudah silau karena matahari. Pekerja yang membersihkan kaca itu sudah tidak ada. Namun aku kaget menyadari posisiku.. Bajuku tersingkap sampai keatas perut memperlihatkan bagian bawahku yang masih mengenakan celana dalam. Bagian payudaraku masih tertutup kaos. Mungkin aku tidak menyadari saat tertidur tadi.

Tiba-tiba saja kepikiran.. Apakah tadi pekerja itu melihat.

Hmm… Ya sudahlah. Toh sudah kejadian. Kalaupun melihat yang penting mereka diluar gedung dan aku di dalam. Kemudian aku menguap sambil menggeliat, berdiri berjalan ke kamar mandi.

Aku membuka kaos sambil berjalan, kulempar kaos ke sofa tadi, payudaraku lumayan berat menggantung bebas terasa bergoyang kekanan kiri. Sampai di depan pintu kamar mandi aku memelorotkan celana dalamku sampai membungkuk.

Aku merasa pahaku berlemak.. Sambil berdiri di depan cermin besar di depan kamar mandi aku membalik badan, melihat pantatku yang besar, lalu menghadap depan lagi, terus mengamati perubahan badanku.. Payudaraku tidak kendor tapi juga tidak kencang. Aku merasa lebih gemuk dari sebelumnya. Aku mencubit lemak di perutku dan pahaku.

“mungkin aku harus mulai nge’gym lagi” batinku.

Lalu aku masuk kamar mandi menyalakan shower…

Aku mulai mengambil sabun dan menggosok lengan ku, telapak tangan, dan siku tangan. Lalu bagian payudara, aku menyabun dengan lembut seperti memegang mangkok, aku mengusap sambil memilin puting payudaraku.

Air shower membasahi tubuhku terus mengalir sampai ke bibir vaginaku. Aku masih sabunan, mengusap payudara kanan dan kiri bergantian. Lalu giliran perutku..

Saat aku mandi, tiba-tiba aku mendengar suara.. Seperti suara bel pintu. Aku diam sejenak mematikan shower sebentar untuk mendengar suara itu.

Suara hening hanya tetesan air dari shower dan suara tv

Aku berpikir apa mungkin ada orang di depan pintu?

Tidak lama kemudian aku mendengar suara ponsel ku dari kamar. Akhirnya aku mengambil handuk biru muda di belakang pintu kamar mandi melilitkan di badanku.

‘sial.. Handuk kecil pula’ dalam hatiku.

Sambil berjalan keluar kamar mandi, handukku hanya menutup persis diatas puting payudaraku sehingga bongkahan payudara bagian atas menyembul.. Dan bagian bawahnya hanya menutupi sampai bagian atas pahaku. Seperti rok mini.

Masih ada sisa-sisa sabun dibadanku bahkan aku merasakan sisa sabun yang bercampur air di bulu kemaluan vaginaku mengalir turun ke pahaku sampai menetes ke lantai. Aku berlari kecil menuju kamar mencari ponsel ku..

Tiba-tiba pintu unit ada suara ketukan.

Tok.. Tok…!
“Mel…! ” suara pria yang sepertinya kukenal.

Ya. Seperti suara om Yongki, paman dari ibuku. Seketika ponsel kutemukan dan ada panggilan tak terjawab dari om Yongki.

Bener deh itu om Yongki. Sambil memegang ponsel aku bergegas kedepan membuka pintu unit.

Seketika.. Pintu kubuka, om Yongki tepat didepanku. Dia tampak memegang shopping bag di kedua tangannya.

“halo om… Sori tadi lagi mandi” aku tersenyum..

Om Yongki terdiam dan tertegun melihatku.

Sial.. Aku lupa kondisiku sedang memakai handuk ini.. Badanku masih basah dan ada buih sabun.

Hanya bisa menunduk malu tanganku memegang kuat handuk ini, takut terlepas. Wajahku terasa panas.. Rasanya malu sekali.

Setelah om Yongki masuk, aku menutup pintu itu langsung berjalan ke kamar… Sekali lagi aku menoleh ke arah om Yongki.

“maaf.. Tunggu sebentar ya om.. Silahkan duduk aja dulu” pintaku, tangan kananku memberi arah ke sofa sedangkan tangan kiriku memegang handuk bagian atas dekat dadaku.

Om Yongki melambaikan tangan dan tersenyum kecil

“ya. . Oke oke” jawabnya.

Akhirnya setelah berpakaian dan bercermin memastikan penampilanku tidak ada yang salah, aku keluar kamar menyambut pamanku.

“hai Om.. Sudah makan belum” tanyaku sambil mengikat rambut keatas dengan kedua tanganku, sambil berjalan ke arah pantry.

“ohh sudah.. Ga usah repot-repot Mel” jawabnya, sambil membaca majalah yang dia ambil dari atas meja itu.

“ngopi aja? Mau?” tanyaku sambil membuka lemari mencari sendok kecil.

“boleh.. Hitam ya, gak usah pake gula” jawabnya.

Om Yongki cukup sering main ke apartemenku. Apalagi sejak dia cerai dengan istrinya setahun yang lalu.. Eh bukan. Kalau gak salah baru 10 bulan. Beliau adalah adik kandung dari ibuku. Om Yongki merupakan anak lelaki ke 5 dan paling bungsu, sedangkan ibuku anak ke 3.

Setiap datang ke apartemenku, om Yongki selalu membawa sesuatu untukku. Kadang itu kaos, kadang makanan atau snack, sebagai oleh-oleh ketika dia pulang dari luar kota. Om Yongki sering dinas ke luar kota karena pekerjaannya sebagai surveyors lapangan.

Perawakan om Yongki tinggi agak bungkuk seperti postur aktor Hollywood, Nicholas Cage. Tangannya terlihat kelar dengan uratnya yang menonjol, banyak bulu di lengannya.
Wajahnya mirip aktor Hongkong, Anthony Wong.

“bagaimana kabarmu Mel?” tanya pamanku

“yah baik. Gini-gini aja Om” aku melempar senyum sambil membuatkan kopinya.

Tidak lama kemudian aku mengantar kopi Om Yongki dengan nampan kecil..

“hmmm… Wangi ya” kata Om Yongki.

“iya nih kopi Lampung” jawabku membungkuk sambil meletakkan kopi di meja.

“bukan… Maksudku kamu wangi..” katanya.

Aku terkejut malu mendengarnya dan saat aku melihatnya, beliau sedang memandangi belahan dadaku.

Spontan aku kaget dan risih langsung menutup dadaku dengan tangan.

Aku mengenakan sweater hitam lengan panjang dengan bagian leher yang longgar. Sehingga tidak sadar saat aku membungkuk tadi memperlihatkan payudaraku yang terbungkus bra warna hijau tua. Sweaterku cukup longgar dan panjang menutupi separuh pahaku. Sehingga seperti terlihat tidak menggunakan celana. Tapi aku mengenakan celana pendek ketat warna putih.

“kamu tattoo an sekarang? ” tanya om Yongki dengan senyum nakalnya.

“sialan.. Pasti dia tadi melihat tattoo di bagian atas payudaraku” batinku.

Aku hanya tersenyum kecil sambil duduk di sofa yang berseberangan dengannya. Kedua kaki kuangkat menutupi dadaku.

“gambar naga atau ular tuh tadi?” tanyanya.

“hahaha… Om bawa oleh-oleh apa kali ini” aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Tapi matanya sekarang menatap pahaku yang putih montok ini. Dia nampak menelan ludah terlihat dari gerakan jakunnya.

“warna hijau nih yee..” katanya menggodaku.

Seketika langsung kuturunkan kedua kakiku dari sofa.

“brengsek.. Dia melihat celana dalamku” aku mengumpat dalam hati.

Pasti saat kedua kaki kunaikkan ke sofa, celana dalamku yang senada dengan warna bra ku ini terlihat sedikit dibalik celana pendek ketat ini. Aku merasa dongkol dan malu.

“ahh.. Om rese nih” kataku dengan tertawa kecil.. Berusaha mencairkan suasana. Padahal dalam hatiku merasa sebal.

Om Yongki berdiri mendekat, membuatku kaget dan grogi. Lalu dia duduk tepat disampingku. Jantungku berdetak keras.. Aku mulai agak risih dan takut.

“Mel.. Kamu udah makan belum?” tanyanya setengah berbisik didekat kupingku sambil dia membelai rambutku.

Spontan saja kepalaku agak menghindar. Lalu tersenyum kecut…

“om lagi kenapa sih..” tanyaku dengan agak ketus. Aku sedikit mendorong badan Om Yongki dengan sikut.

Tangan om Yongki yang kekar itu langsung membuka resleting celananya dan langsung saja penisnya menyembul keluar. Astaga! Dia tidak memakai celana dalam.

Tentu saja aku sangat shock melihatnya.

Aku langsung bangkit berdiri menjauh dari dia.. Tapi dengan cepat tangannya menangkap tanganku.

“om.. Please jangan aneh-aneh deh!” aku sedikit membentak dengan perasaan panik sambil menarik tanganku, walaupun berhasil tapi cengkraman dia yang kuat mengenggam lengan sweaterku, sehingga arah pergerakan badanku berlawanan dengan tarikan sweaterku sampai pundakku terpampang jelas memperlihatkan tali Bra ku yang berwarna hijau tua itu.

“ih, om.. Kenapa sih…! ” bentakku.

Dia menatap bahuku seperti mau menelanku. Penisnya panjang makin membesar.

“please om.. Lepasin. Lagi kenapa sih om?” aku mulai ketakutan dan memelas. Aku tidak tau mau minta tolong kepada siapa.. Di apartemen ini hanya aku dan pamanku.

Aku mengancam akan berteriak.. Tapi Om Yongki terlihat tenang dan senyumnya makin lebar..

“memangnya om gak tau apa kalau penghuni dilantai 12 ini hanya kamu saja.” katanya.

“ada bu Yuni, ada pak Anwar, pak Dedy..” aku menyebut semua nama penghuni yang kukenal di apartemen ini.

“omong kosong!” bentak dia.

Dia bangkit berdiri dari sofa dengan tangannya yang tetap mencengkeram lengan sweaterku.

“memangnya om gak tau kalau kalian sering main di koridor, lalu di depan pintu janitor, lalu di depan pintu lift, lalu di tangga darurat… ” dia menyebut semua tempat dimana aku dan mas Febrian melakukan seks.

Aku terkejut bukan main. Bagaimana dia tahu semua itu?

Ternyata om Yongki pernah beberapa kali datang ke apartemenku saat aku dan mas Febrian tidak di tempat. Waktu itu ketika dia mau pulang dia mendengar suaraku dengan mas Febrian dibeberapa tempat yang dia sebutkan tadi. Dan dia mengintip diam-diam. Oh tidak..

Aku menjadi kalut. Perasaanku campur aduk..

Lalu tiba-tiba om Yongki memperlihatkan ponselnya kepadaku dengan tangan satunya.

Aku tidak mengerti.. Foto apa yang mau dia tunjukkan..

Tunggu.. Itu bukan foto.. Itu video porno? Astaga

Aku kembali meronta supaya dia melepaskan sweaterku. Cengkraman om Yongki sangat kuat. Dia tidak bergeming sedikitpun.

“diam!” bentaknya. Seketika aku terdiam ketakutan.

“coba lihat lagi yang jelas” katanya sambil terus menyodorkan video itu..

Pas kulihat lagi dengan seksama.. Jantungku rasanya mau copot..

Itu adalah videoku saat diperkosa oleh Jeksen dan kawan-kawan. Aku tidak tahu kalau ternyata adegan itu direkam. Hatiku pilu… Aku tidak menyangka bakal terungkit lagi aib itu. Kini bahkan pamanku mengetahuinya.

“mau saya laporkan ke Febrian? Kamu suka pesta seks” kata Om Yongki memarahiku.

“jangan om.. Please..” jawabku memelas.

Lalu dengan tenaganya yang kuat dia menarik lengan sweaterku sampai tersobek sampai aku terseret hampir jatuh, seketika itu aku menjerit.

“itu aku diperkosa om… Sumpah” aku berusaha menjelaskan.

Hatiku sangat kacau.. Perasaan takut yang aku alami waktu dulu diperkosa oleh sahabatku kini muncul lagi.

“ahh.. Bohong! Kamu keliatan menikmati gitu kok” katanya dengan nada mengejek.

Lalu dengan kasar pamanku merobek sweaterku dengan kedua tangannya sampai membelah dua. Aku menjerit kaget langsung menutupi payudaraku dengan kedua tangan menyilang di dadaku.
Nafasnya mulai terdengar seperti orang kerasukan.

“om sudah lama banget pengen nyicipin kamu, tau!?” teriaknya dengan mata melotot.

Aku mulai menangis.

“Ya Tuhan, kenapa aku harus mengalami ini lagi” jeritku dalam hati.

Aku mulai berlutut seperti menyembah Om Yongki. Memohon supaya tidak melakukan hal buruk terhadapku.

Tapi om Yongki sudah seperti kehilangan kesadaran. Seorang paman yang harusnya mengayomi keponakannya kini tidak berlaku lagi. Dia menamparku sampai aku menjerit kesakitan. Panas dan sakit rasanya pipiku.

Wajahku tepat di depan penisnya yang sudah keras. Dia menurunkan celana jeansnya yang agak bau itu. Kulihat pahanya besar berbulu lebat.

“om.. Please… Hiks..hiks..” aku merengek ketakutan.

Dari posisi dia berdiri didepanku. Aku menunduk menyembah kakinya meminta belas kasihan. Tapi dia langsung membungkuk meraih punggungku, dia membuka kait bra dengan kasar sampai terlepas. Aku menjerit dan menangis sejadinya..

Tanganku mengempit dada menahan bra yang sudah terlepas. Berusaha menutupi payudaraku. Air mataku berlinang di pipi…

Aku melihat ponselnya dilempar ke atas dudukan sofa disampingku. Kemudian telapak tangannya yang besar memegang daguku memaksa kepalaku mendongak ke atas. Wajahku persis dibawah buah zakarnya yang ditumbuhi bulu lebat. Dari bawah penisnya yang berwarna kehitaman dengan bintik-bintik tampak menyeramkan dengan urat yang banyak.

“isep..” ujarnya singkat dengan setengah berbisik.

Aku terisak sambil menggelengkan kepala..

Hatinya seperti es.. Dia seakan lupa bahwa aku ini keponakannya. Dia menjambak rambutku dengan kasar.

“isep.. Ayo cepeet.. ” nadanya datar dengan penuh tekanan.

Tanpa pikir panjang aku mulai membuka mulutku dengan gemetar.. Aku berpikir sebaiknya segera layani nafsu buasnya supaya semua kegilaan ini cepat berakhir.

Aku ragu dengan perasaan canggung dan takut perlahan mulai membuka mulut merasakan benda itu masuk ke dalam barisan gigiku. Tapi kemudian aku menutup mulutku karena ketakutan. Aku tidak yakin bisa melakukan.. Air mataku terus mengalir.

“ampun om.. Hiks.. Hiks.. Please hiks…” aku menangis penuh ketakutan. Aku kembali menunduk seperti orang bersujud..

Aku membayangkan almarhum ibuku yang sudah meninggal 10 tahun lalu, aku membayangkan mas Febrian yang sedang bekerja, aku membayangkan Jeksen yang memperkosaku, semua terlintas begitu cepat. Aku meratapi nasibku.

Akhirnya om Yongki pergi berjalan membuka bingkisan oleh-oleh yang akan diberikan padaku. Aku hanya mendengar suara plastik, suara benda di atas meja..
Lalu aku mendengar suara langkahnya membuka pintu kamar, lalu pintu kamar mandi. Aku masih membungkuk bersujud menyembunyikan wajahku dan terus menangis di lantai itu.

Sekitar 5 menit kemudian aku merasakan posisinya duduk di sofa yang ada disampingku persis..

Tangisanku sudah berhenti.. Tapi aku masih terisak.. Wajahku terasa panas dan basah dengan air mata.

Om Yongki memegang lenganku pelan.. Aku terkejut spontan menarik lenganku menutup dadaku.

“sudah… Jangan nangis.. Minum” dia menyodorkan gelas padaku.

Aku meraih dengan gemetar.. Sambil mengusap pipiku.

Ketika kuminum, ternyata seperti wine. Aku minum sedikit.. ‘Jangan-jangan dia mau membuatku mabuk?’ batinku bertanya.

“abisin..” pintanya dengan tegas.

Wine itu hanya sepertiga gelas.. Aku menurut saja, kuhabiskan. Lalu om Yongki menyodorkan gelas kedua..

Aku menatapnya.. Dalam hati bertanya-tanya.. Apalagi.

Ternyata setelah kuminum hanya air putih. Kemudian Om Yongki meraih kaos putih yang tadi pagi kupakai. Dia menyuruhku menyeka air mata yang membasahi wajahku.

Setelah itu beberapa menit kemudian kami saling terdiam.. Posisiku masih berlutut di lantai dan menyenderkan tubuhku kesamping dudukan sofa. Aku masih menunduk dengan suasana canggung ini. Aku tidak berani melihat om Yongki yang duduk depanku.

Om Yongki berdiri berjalan ke arah pantry.. Aku masih membisu.. Langsung saja bra yang kukempit ini kupakai lagi dan kaos putih yang tadi juga langsung kupakai. Aku berdiri dan jongkok di sofa dengan posisi meringkuk tertunduk sambil memeluk kedua kakiku. Tanpa berani melihat dia.

Harusnya aku lega.. Tapi kenapa perasaanku tidak enak.

“udah.. Kejadian tadi jangan bilang siapa-siapa ya” katanya.. Langsung kujawab dengan anggukkan.

Kudengar dia mencari sesuatu di kulkas. Lalu berjalan kemari duduk di sofa seberangku.. Suara berikutnya dia meminum kopi dari cangkir yang tadi kusajikan padanya.

“bisa ceritakan gimana kejadian yang ada di video itu?” tanya om Yongki berusaha mengajakku bicara.

Aku masih menunduk tidak berani menatapnya. Hanya menggelengkan kepala..

Kudengar suara tv berganti channel. Lalu suara dia meminum kopi lagi… Dan aku masih mematung.

Benar saja dugaanku..

Entah kenapa tiba-tiba jantungku makin cepat dan mulai terasa horny..

Aku ketakutan sampai gemetar.. Aku merasa pengen banget melakukan seks.. Astaga…

“udah enakan..?” tiba-tiba om Yongki bertanya.

Tentu saja aku kaget. Ternyata dia merencanakan sesuatu..

Aku bangkit berdiri dan berjalan buru-buru ke kamarku.

“sorry.. Om..” pamitku meninggalkan ruang tamu. Sekilas kulihat dia tidak menoleh, hanya melirikku sebentar lalu arah matanya kembali menonton tv.

Setelah masuk kamar langsung aku kunci pintu. Lalu aku terduduk di lantai bersandar pada pintu kamar dan mau menangis lagi.. Tapi tidak ada air mata yang keluar. Beberapa saat kemudian aku bangun berjalan menuju kasur dan membaringkan diri sambil menarik selimut.

Rasa horny masih belum padam… Kenapa aku merasa kepengen banget. Pasti om Yongki menaruh sesuatu dalam minuman tadi. Tak sadar tanganku masuk menyelip dibalik celana ketatku mencolek vaginaku..

Rasanya kepengen banget memasukkan kesuatu kedalam.. Aku mulai mencolokkan jariku perlahan. Aku merasakan vaginaku mulai basah..

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara pintu kamar. Spontan aku menoleh ke arah pintu.. Tadi sudah ku kunci.. Batinku meyakinkan.

Kulihat handle pintu turun perlahan bersamaan dengan suara kunci… Dan akhirnya terbuka…

Aku kaget bukan kepalang. Langsung aku meringkuk mundur sampai menyender pada headboard ranjang dan menarik selimutku penuh sampai menutup tubuhku.

Bagaimana mungkin aku terheran dan panik.

Ternyata om Yongki tadi mengambil kunci master yang ada di atas kulkas. Dia mengetahui ada kunci disitu rupanya.. Ohh tidak… Aku mulai sedikit berkunang-kunang.

Om Yongki membuka pintu kamar lebar-lebar dan berjalan pelan ke arah ku..

Dia sudah telanjang bulat. Penisnya membesar menunjuk ke arahku.

Tanganku gemetaran memegang selimut.

Lalu dia menarik selimutku dengan kuat sampai peganganku terlepas. Aku ketakutan meringkuk dengan kedua tanganku kedepan memberi tanda menyetop..

“jangan om… Please..” aku merengek..

Dia semakin dekat naik ke atas kasur sambil melempar selimut ke ujung ruangan kamar. Aku merasakan kasur bergoyang saat dia naik keatasnya..

Tangannya yang kekar menarik kakiku dengan kuat sampai aku terseret merebah diatas kasur..

Dalam sekejap dia sudah diatasku. Lalu tangan kanannya meremas payudaraku yang masih terbungkus kaos. Aku menjerit sekaligus merasakan nikmat.

“om.. Jangan om.. Please” aku memohon..

Tangan kirinya memegang leherku seperti mencekik. Kedua tanganku memegang lengannya untuk menahan sakit dileherku. Tangan kanannya masih meremas payudaraku bergantian sebelah kanan dan kiri. Nafasnya makin kencang kudengar.

Dia menciumku dengan buas.. Aku tidak bisa menghindar karena leherku terkunci. Hanya memejamkan mata dan merapatkan bibirku. Kurasakan dia mencium pipiku, bibirku, hidungku, dan terakhir dia menjilat kupingku!

OH tidak..! Darahku seketika mengalir deras ke ubun-ubun.. Kurasakan diriku terangsang.

“wangimu enak banget Mel” bisiknya sambil menjilat lagi.

Ah.. Tidak.. Jeritku dalam hati.

Kedua tanganku terus memegang menahan lengannya yang kekar mencekik leherku.

Tanpa terasa tangan satunya sudah membuka resleting celana pendekku..

Sesaat dia melepaskan leherku, kedua tangannya dengan cepat menarik celana pendekku turun.. Tapi tidak mudah karena pantat dan pahaku yang montok menghambat..

Dia malah semakin bernafsu. Nafasnya makin keras kurasakan. Lalu kedua tanganku berusaha menarik celana pendekku yang sudah turun hampir separuh paha…

Tapi tangan kiri om Yongki langsung menyingkap kaosku naik sampai membuka sebelah payudaraku yang masih tertutup bra. Tangan kananku langsung menahan tangannya dan berusaha menurunkan kaosku lagi, tapi dengan begitu pertahanan bawahku melemah.. Tangan kanan om Yongki berhasil menarik celana pendekku sampai ke lutut.

Serba salah.. Aku tidak bisa mempertahankan dadaku dan bagian bawah perutku bersamaan.

Jari tangan om Yongki langsung menggesek vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Terus terang aku terangsang. Tapi aku menolak perasaan itu.

Aku berusaha sekuat tenaga memegang tangannya supaya berhenti menggesek kemaluanku. Aku tidak banyak bicara, karena sebaiknya fokus pada tenagaku melakukan pertahanan.

Namun tangan om Yongki cepat menarik cup bra ku yang terbuka sampai payudaraku menyembul… Seketika dia langsung menghisap putingku..

“ahh…” aku tidak sengaja mendesah.

Nafsu om Yongki semakin brutal.

Kedua tanganku memegang kepalanya kujambak mundur rambutnya supaya melepas mulutnya dari payudaraku.

Nafasnya menggebu-gebu. Kedua tangannya memegang pinggulku.. Dan mencengkeram celana dalamku. Aku melotot panik. Benar saja…

Seketika celana dalamku ditarik kuat kebawah arah lututku sampai ada bunyi sobekan.

“aah..! Jangaaan om” jeritku..

Dia melotot ke arah vaginaku yang ditumbuhi bulu halus.. Seperti kesetanan..

Dia langsung membungkuk wajahnya mendekat ke vaginaku. Dia menjilat dengan lidahnya yang kuat..

“ya ampun… Enak” batinku.

Aku seperti hilang ingatan… Ini tidak boleh terjadi.

“om.. Sudah om.. Please om” aku memelas.

Jilatannya kuat seperti menyapu.. Dari bawah ke atas, dari bawah keatas… Terus berulang di bibir vaginaku. Sampai sesekali menembus klitorisku.

Aduhh.. Rasanya enak, nafsuku mengkhianati diriku.

Mataku terpejam sambil tetap mencengkram rambut om Yongki, namun cengkramanku makin melemah karena merasakan rangsangan ini.

Om Yongki mundur berdiri tegap dipinggir ranjang, dia menarik pinggangku kearahnya sampai kurasakan pantatku sudah dipinggir kasur.

“om.. Jangan om.. Jangan.. ” aku menatapnya memelas sambil menggelengkan kepala.

“SSH… Diam” katanya singkat.

Lalu dia melepaskan celana pendekku yang ketat, kemudian celana dalamku.. Setelah itu kedua tangannya mengangkat kedua kakiku sampai mengangkang..

“om.. Aku keponakanmu loh om” aku berusaha menyadarkan dia. Tapi dia sudah tidak perduli..

Kulihat penisnya sudah makin keras mengacung ke atas dengan bentuk yang kasar banyak urat..

“please om.. Jangan..” aku berusaha bangkit tapi susah dengan posisi mengangkang ini.

Aku merasakan kepala penisnya menyentuh bibir vaginaku.. Ohh tidak.. Sepertinya akan menyakitkan pikirku.

Kondisiku yang terangsang ini susah sekali menolak.. Aku pasrah.. Bahkan menanti benda itu masuk ke vaginaku.

Kepala penis mulai menerobos.. Perlahan.. Aku terdiam konsentrasi merasakan.

Makin lama makin dalam.. Mulut vaginaku merasakan penis om Yongki makin masuk kedalam semakin besar.. Rasanya keras seperti kayu.. Hangat. Ohh.. Rasanya membuatku seperti melayang.

Benda itu masuk makin dalam tidak berhenti.. Ya ampun sepanjang apa sih pikirku..

Lama-lama aku menggelinjang merasakan sedikit sakit bersamaan dengan nikmat yang luar biasa. Kepalaku kesamping kutekan pipiku dikasur, tanganku masing-masing disamping badanku mencengkeram sprei kasur.

Aku merasakan penisnya ditarik keluar perlahan.. Tidak sampai kepala penis kemudian masuk lagi dengan agak cepat..

Pokk..!

“ouhh…” desahku.. Sialan enak banget.

Lalu terasa lagi penis itu ditarik perlahan keluar setengah kemudian masuk lagi dengan cepat.

“ahh.. Ssh” aku mendesah tiap benda itu masuk dengan cepat. Payudaraku terasa berguncang

Semakin lama sodokan itu semakin cepat sampai kurasakan basah sekali vaginaku..

Ternyata rasanya tidak sesakit yang kubayangkan. Nikmat sekali penis om Yongki.

Semakin cepat sodokan om Yongki sampai badanku teguncang.. Suara tepukan selangkangan kami terdengar keras..

‘pok..! pok! .. pok! .. pokk…! ‘

Rasanya seperti mau pipis..

“enak gak Mel..?” tanya om Yongki sambil menggenjotku.

Aku hanya diam…

Aku sampai tidak sadar kaosku sudah disingkap keatas sampai dadaku, payudaraku terpampang jelas sedang diremas om Yongki..

“buka.. buka..” perintahnya..

Entah kenapa aku menurut saja. Dengan posisi tiduran ini aku membuka kaos dan melempar asal ke pinggir kasur. Lalu om Yongki menarik bra ku dengan maksud menyuruhku melepasnya..

Aku sedikit mengangkat punggungku untuk meraih kait bra dibelakang punggung. Sambil terus disodok aku mendesah.. Berusaha membuka kait bra yang tidak mau lepas ini..

‘pok… pok… pok…! ‘

Om Yongki terus menyodokkan dengan konstan.. Tenaganya tidak berkurang sedikitpun. Aku digenjot selama kurang lebih setengah jam.

Lalu om Yongki berhenti, mencabut penisnya.. Dia menarik tanganku supaya badanku bangun dan menyuruhku berbalik badan dengan posisi seperti merangkak di atas kasur.. Ya aku tahu dia mau melakukan doggy style.

Dari belakang aku merasakan pantatku di tampar berkali-kali sama om Yongki..

‘pakkk!’

“nakal” katanya

Aku merasakan pantatku bergoyang seperti puding..

‘pakkk!’

“anak nakal” katanya berulang kali mengejekku.

Penisnya yang keras itu digesekkan pada belahan pantatku yang besar ini. Vaginaku terasa basah banget..
Tidak lama kemudian penisnya mulai menempel tepat di bibir vaginaku…
Aku tidak sabar menunggu benda itu masuk kedalam..

Sesaat kemudian penis itu masuk dengan perlahan..

“oouh..” aku mendesah panjang seiring panjangnya batang penis itu masuk kedalam..

Rasanya bener-bener bikin aku melayang..

Penis itu terdiam di dalam.. Aku merasakan batang keras itu hangat berdenyut..

“ya ampun enak banget” batinku

Aku sudah dikuasai nafsu.. Sampai lupa bahwa ini tidak boleh terjadi. Birahiku sudah memuncak mengkhianati diriku.

Lalu aku merasakan pantatku diremas sama om Yongki.. Penisnya ditarik keluar sedikit lalu disodokkan lagi sambil meremas menarik pantatku.

‘pokk! ‘

“ahh…” aku mendesah..

Kemudian penisnya ditarik lagi sedikit… Dan disodokkan lagi dengan kencang..

‘pokk!’

“Aauhh.. Shh..! ” aku menahan sakit sekaligus nikmat.

Terus berulang seperti itu makin lama temponya semakin cepat…

Payudaraku bergoyang masih ditopang bra ku..

Sesekali aku merasakan tangan kirinya di punggungku mengenggam bra bagian pengaitnya, seolah menarik tali kekang kuda. menarik kuat saat menyodokkan penisnya.

‘pokk.. pokk.. pokk..! ‘ tepukan itu mengisi ruangan kamarku. Kamar dimana seharusnya hanya ada aku dan mas Febrian.

Om Yongki terus menggenjotku dengan sangat nafsu.

“memekmu ternyata enak banget ya Mel” kata om Yongki dengan nafas memburu.

Akhirnya aku tidak tahan lagi, pipisku keluar diiringi perasaan yang sangat nikmat sampai melayang rasanya.

Genjotan itu berlangsung hampir seperti setengah jam lamanya.. Sampai aku pipis 3 kali..

Aku merasakan sodokan om Yongki makin cepat makin cepat…

‘plak.. plak… plak.. plak..’

Tepukan antara pantatku dengan pangkal pahanya terdengar becek karena vaginaku sangat basah.

“mmhh..” om Yongki mendesah

“ahh..”

Tak sadar desahanku mengiringi tiap genjotan. Peluh keringat dibadanku sampai menetes di kasur.

Desahan kami saling bersahutan.

Semakin cepat om Yongki menggenjotku. Semakin kuat hentakkannya..

‘plak..! plak.. plak..!’

Sembari pinggangku digenggamnya dengan mantap.

‘plak..! plak..! plak..!’

Nafasnya semakin cepat…

Desahanku juga semakin cepat..

“hmm… Sshh.. Hmm sshh”

Dan akhirnya… Dia mencabut penisnya keluar…

“eerghhh ssshh..” om Yongki mendesah sangat keras.

Aku merasakan cairan panas menyemprot di atas punggungku.. Kadang ada yang menetes jatuh di atas pantatku.

Setelah beberapa detik aku terdiam menunggu semua semprotannya habis..

Lalu aku merebahkan badanku di kasur tengkurap.. Wajahku menghadap samping.. Mengatur nafas…

Om Yongki juga merebahkan badan disampingku sebagian badannya yang berat menimpaku…

Suara nafasnya mulai pelan masih terdengar jelas…

Tangannya meraba mengusap sebelah pantatku sesekali meremasnya..

(… Bersambung)

 

… Sambungan

Setelah selesai memperkosaku. Kami tiduran sejenak melepas lelah..

Hari itu sudah menunjukkan pukul 12 siang.. Om Yongki memintaku menyiapkan makanan.

Aku terheran dan melotot ke arahnya..

“enak banget lu. Sudah make gw, minta makanan” batinku

Aku beranjak dari kasur lalu mengambil pakaian di lemari, apa aja yang ada diatas tumpukan baju kuambil seadanya, segera kupakai kaos kuning, aku masih mengenakan bra hijau tua tadi yang tidak bisa dilepas waktu melakukan seks. Om Yongki dibelakangku masih tiduran di kasur melihatku dari belakang.

“pantatmu montok banget Mel..” katanya..

Aku tidak mau merespon kegenitannya. Lalu aku mengambil celana dalam warna merah marun dan langsung kupakai. Terakhir aku mengambil celana panjang ketat atau disebut legging, warna abu-abu tua. Segera aku berpakaian dan bergegas keluar kamar.

Saat sudah sampai pintu kamar, aku balik badan bertanya kepada om Yongki.

“om.. Darimana om dapet video itu” tanyaku dengan gusar.

“dari forum Semprot..” kata Om Yongki santai..

“apa tuh?” tanyaku, tidak mengerti maksudnya.

“.. Internet” jawabnya singkat.

“tolong dihapus om.. Please” pintaku.. Sambil membuka pintu kamar dan keluar..

Sebaiknya kabur dari apartemen ini pikirku, tapi aku tidak menemukan ponselku. Aku mencari di kolong sofa, meja, atas kulkas..

“sial.. Aku lupa taruh dimana” aku panik.

Sudahlah biar saja.. Lebih baik aku pergi sekarang juga dari sini. Saat aku membuka pintu unit Apartemen ternyata terkunci. Aku jadi panik.

Pasti om Yongki sengaja mengunci supaya aku tidak kabur. Tapi kan dia sudah selesai menuntaskan nafsunya.. Apa iya jangan-jangan dia mau minta lagi?

Aduuuhh.. Penderitaanku belum berakhir sepertinya.

Pikiranku panik.. Aku mondar mandir berusaha memikirkan cara keluar dari sini.

Tidak lama kemudian om Yongki keluar dari kamar, masih telanjang bulat. Penisnya turun kebawah menggantung dengan ukuran lebih kecil dari sebelumnya. Tangannya memegang celana dalamku yang tadi saat memperkosaku.

Aku sudah tidak nyaman sekarang dengan situasi ini.

“sebaiknya om pergi dari sini sekarang” kataku dengan ketus. Aku berdiri didekat pantry dengan tangan kebelakang mencari pisau atau garpu atau apapun untuk membela diri..

Dia hanya diam saja, celana dalamku diangkat kesamping pipinya lalu mencium celana dalam warna hijau tua itu dengan sambil memejamkan matanya. Lalu tersenyum. Senyumnya menyeringai sambil matanya melirikku.
Aku mulai berpikir jangan-jangan dia selama ini adalah psikopat.

Perasaan cemas terus menghantui.. Bagaimana cara keluar dari sini… Rasanya pengen menangis.

Om Yongki mencium terus celana dalamku itu.. Sampai kulihat penisnya mulai naik dan mengembang lagi…
Ya ampun… Males banget deh harus mengulang kejadian tadi…

Om Yongki membungkus penisnya dengan celana dalamku lalu dia mulai mengocoknya pelan-pelan. Tatapan matanya tajam ke lihat mataku kemudian menatap turun melihat dadaku. Spontan aku menyilangkan kedua tangan menutup dadaku…

“om.. Sadar om… Aku mohon! ” teriakku.

Mendadak suara bel pintu berbunyi.. Aku langsung girang menjawab dengan lantang

“ya… Sebentar ya!”

Berharap seseorang diluar pintu itu tahu bahwa ada orang di dalam.. Aku tidak bisa membuka pintu karena dikunci.

“Paman.. Tolong buka pintu ya” suaraku agak keras supaya terdengar oleh seseorang dibalik pintu itu. Aku terus menatap om Yongki.

“bagus deh.. Rasain lu” dalam hatiku.

Om Yongki santai mengambil celana jeansnya di sofa, dia memakai celana lalu memakai kaosnya yang berkerah. Dia berjalan santai ke arah pintu sambil terus memandangku datar…

Pas dia membuka pintu, ternyata ada 2 orang seperti tukang. Aku menduga mungkin petugas manajemen building… Tapi kok rasanya aku pernah liat…

Sesaat aku langsung teringat.

“oohh.. Itu mereka pekerja yang membersihkan jendela apamartemen tadi pagi!” batinku.

Tapi apa urusan apa mereka kemari?

Tiba-tiba saja mereka menerobos masuk.. Salah satu dari mereka meninju om Yongki.

Aku terkejut bukan main.. Aku reflek mundur merapat ke dinding samping tv.. Ketakutan.

2 orang itu masuk kedalam apartemenku.. Dan ternyata ada seorang lagi masuk.. Mereka bertiga!

2 orang langsung membekuk om Yongki dan mengikatnya di kursi meja makan. Yang seorang lagi menutup pintu, melihat suasana apartemenku.

Aku gemetaran takut sekali..

Orang itu menatapku dengan galak.. Badannya tinggi besar mirip om Yongki hanya lebih gemuk dan kulitnya lebih hitam. Aku tidak tau namanya.. Sebut saja Bangsat.

Si Bangsat itu mendekat kearahku..

“halo non.. Ingat saya?” katanya.

Aku berusaha mengingat… Siapa ya dia..

Lalu dia menjelaskan bahwa dia adalah security pintu gerbang apartemen tower A. Dia bilang bahwa aku pernah beberapa kali memakinya gara-gara parkiran. Dia lantas sakit hati. Dia rupanya berteman dengan 2 petugas pembersih kaca itu.

Aku melihat om Yongki sudah diikat dikursi dengan mulut disumpal kain. Om Yongki berusaha meronta tapi dipukul sama petugas pembersih kaca itu. Aku tidak tau nama kedua petugas itu.. Sebut saja tukang 1 dan tukang 2.

Si Bangsat itu memaki diriku panjang lebar dengan kata-kata kasar. Dia lalu menyuruhku duduk di sofa… Aku ketakutan hanya menuruti saja.

Lalu yang kutakutkan benar terjadi..

Dia membuka celananya, ikat pinggangnya dilepas dililitkan di lengannya. Lalu dia melepas celana dalamnya, hanya menyisakan kaos hitam yang dia pakai. Di lehernya ada kalung emas.

Penisnya sudah mengeras.. Ukurannya tidak kalah besar dengan penis om Yongki. Dia menyuruhku berdiri.

“mau cara kasar atau cara halus?” katanya..

Aku ketakutan tidak menjawab apa-apa..

“kalau mau cara halus.. Loe buka sekarang baju loe!” bentaknya.

Aku ketakutan melihat ikat pinggang di tangannya.. Kali ini tidak bisa menangis saking ketakutan..

Tukang 1 dan tukang 2 menyoraki aku dengan kata-kata hinaan..

“udeeeh.. Entot aja langsung bos” katanya..

Yang lainnya tertawa..

Om Yongki hanya diam saja hanya melihatku dengan pasrah.

“Ampun pak… Jangan pak” aku memohon.

Dia cuma diam dan mengacungkan ikat pinggangnya. Aku gemetaran membuka kaosku… Lalu kedua tanganku menyilang menutup dada.

Si Bangsat itu langsung mendekat meraih tanganku dengan kuat, langsung disambut riuh sama 2 orang lainnya.
Aku tidak ada tenaga rasanya.. Pasrah. Tanganku ditarik kebawah, lalu dia menatap payudaraku yang masih terbungkus bra… Matanya melotot takjub..

Tangan satunya naik ke pundak kiriku dan langsung menarik tali Bra ku dengan kuat sampai putus.. Aku menjerit kaget.

“Ampun pak.. Ampun” aku memelas..

“sekarang aja baru ampun ampun loe.. Taik!” bentaknya.

Dia mendorong badanku jatuh kebelakang, duduk di sofa. Lalu dia melihat ponsel om Yongki di sofa dengan posisi video pemerkosaanku yang berhenti kena ‘pause’

Dia mengambil ponsel itu kemudian memutar ulang video… 2 tukang lainnya menghampiri ikutan menonton..

Aku rasanya pengen mati saja…

Lalu si Bangsat melihatku sambil memberikan ponsel itu ke tukang 1.. Tukang 2 saling rebutan pengen menonton.

“dasar loe.. Ternyata bispak!” katanya melecehkan.

Hatiku sakit dihina difitnah seperti itu.

“sini loe!” teriaknya sambil menarik kedua kakiku.. Spontan aku ketakutan menjerit..

“aahh.. Pak! Ampun pak!” kakiku berusaha meronta

Tangannya kesamping pinggangku berusaha membuka celana legging ini. Tapi aku berusaha menahan dengan tanganku sambil memelas..

“pak.. Tolong pak.. Ampun.. Bapak ambil saja uang saya, atau perhiasan saya” aku berbicara asal dengan panik menyelamatkan kehormatanku.

Dia tertawa menoleh ke teman-temannya.. Lalu dia menoleh kepadaku..

“eeh.. Perek! Loe ngomong enteng banget.. Dasar orang kaya sombong loe.. Emang pantes gw perkosa” katanya..

Aku semakin ketakutan setengah mati.

Dia menampar wajahku kencang ‘pakk!’

Sakit sekali dan panas rasanya.. Aku mulai menangis.. Sesaat om Yongki meronta berusaha teriak, tapi mulutnya yang disumbat kain hanya bisa bergumam..

‘hmmff! ” matanya melotot ke si Bangsat. Bagaimanapun juga dia ingin membelaku..

Tapi tiba-tiba tukang 2 menghampiri Om Yongki dan menendang selangkangannya.. Om Yongki kesakitan menunduk. Lalu tukang 2 itu menjambak rambut om Yongki sampai kepalanya mendongak..

“ehh.. Kontol.. Loe liat sendiri kan anak loe itu pecun!” katanya..

Mereka mengira om Yongki adalah ayahku. Padahal ayahku sudah meninggal sejak aku berumur 1 tahun. Setiap kali Om Yongki datang kemari selalu memperkenalkan diri bahwa dia adalah ayahku. Jadi semua orang di area apartemen ini taunya om Yongki adalah ayahku.

“Lo liat nih anak lu gue entot” kata si Bangsat kepada om Yongki..

“jangan pak.. Please.. Hiks hiks pak..” aku menangis memohon belas kasihan.

“pegangin jo” Si Bangsat memberi kode kepada tukang 1. Lalu si tukang 1 menghampiri aku mundur-mundur dengan kedua tangan menolak..

“Ampun bang… Please.. Bang.. Ampun” aku memelas dengan air mata mengalir..

Si tukang 1 membalikkan badanku.. Dari belakang kedua tangannya melewati ketiakku.. Lalu mengangkat kedua tanganku keatas.. Aku tidak berdaya tanganku terkunci. Hanya kakiku meronta menendang kesana kemari sampai menendang gelas kopi terjatuh dan pecah…

Lalu si Bangsat meninju kedua pangkal pahaku dengan cincin batunya yang besar berwarna merah.. Seketika kakiku sakit dan lemas tidak bisa bergerak..

Aku merasakan tangannya disamping pinggangku memegang celana leggingku. Lalu ditarik kebawah dengan mudah.. Sampai terlihat celana dalamku.

Langsung saja mereka bertiga riuhh.. Melihat pahaku..

“manteep coooy!” teriak tukang 2.

Tukang 1 yang dibelakangku masih mengunci kedua lenganku.. Dan aku merasakan penisnya mengeras dibalik celana.. Digesekkan ke pantatku..

“jangan.. Please.. Ampun pak.. Ampun bang..” aku menangis sejadinya…

Lalu si Bangsat didepanku menamparku lagi ‘pakk!’

Aku menjerit, dan terus menangis..

Dia lalu menarik celana dalamku dengan kasar.. Bukannya menurunkan celana dalam tapi menariknya panjang sampai bunyi sobek.. Seketika aku menjerit lagi kaget sambil terus menangis.

Vaginaku terlihat jelas jadi tontonan mereka..

Si Bangsat menjambak bulu kemaluanku dengan kasar..

“sabar ya memek.. Bentar lagi gue nikmati loe” katanya kepada vaginaku. Aku menangis keras ketakutan..

Si tukang 1 menjinjit mengangkat badanku lebih tinggi..

“hajar bos..!” katanya terdengar jelas disamping kupingku.

Penis si Bangsat yang hitam itu tampak besar dan keras mengkilap digenggamnya dengan mantap diarahkan ke bibir vaginaku.

Kepala penisnya digesek-gesekkan di bibir vaginaku.. Tidak lama kemudian dimasukkan dengan paksa.. ‘slepp!’

Langsung masuk penuh kedalam liang vaginaku..

“auhh… Shh” jeritku kesakitan..

Kedua tangannya masing-masing menggendong kedua pahaku sampai disamping kanan kiri pinggangnya, terus dia sedikit berlutut, penisnya sedikit mau keluar dari vaginaku lalu menyodokkan lagi dengan kencang ‘slepp!’

“ahh…! Sshh..” aku merem kesakitan..

Dia terus menggenjotku dengan tenaganya yang perkasa.

Badanku teguncang naik turun digenjot si Bangsat ini dengan posisinya berdiri. Sementara tukang 1 diam saja merasakan penisnya kegesek pantatku yang naik turun..

“ah.. Sshh.. Ahh.. Shh” aku mendesah menahan sakit tiap sodokan penis si Bangsat.

Tangisanku menjadi desahan… Nafsuku mulai terangsang lagi akibat genjotan ini..

Setelah 10 menitan.. Si Bangsat berhenti menggenjotku.. Lalu dia menyuruh tukang 1 melepaskanku.

Si Bangsat tetap berdiri mengangkatku menggendong ke meja makan dengan penisnya yang masih tenggelam di vaginaku.. Aku merasakan denyutan penisnya..

Dengan sigap si tukang 2 langsung menggeser semua benda di atas meja makan.. Sampai terjatuh ke lantai..

Kemudian aku direbahkan di atas meja makan.. Dengan penis yang masih berkedut di dalam vaginaku.. Setelah itu si Bangsat kembali menggenjotku dengan makin buas..

‘Pokk.. Pok.. Pokk.. Pok..’ bunyi tepukan selangkangan nyaring mengisi apartemenku.

Meja makan bergoyang sampai bunyi berderit di atas lantai. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di pundak si Bangsat menahan supaya dia tidak terlalu dekat dengan wajahku. Aku tidak mau dicium..

Tapi tenaga si Bangsat sangat kuat, dia berhasil mendekatkan wajahnya mencium leherku.. Lalu pipiku.. Aku terus memalingkan wajah menghindari mulutnya yang mau mencium bibirku.

Aku hanya menahan desahan selama digenjot si Bangsat.

“hmmf. Hmmf..”

Genjotannya berlangsung sampai 20 menit! Terus terang aku sudah terbawa nafsu.. Vaginaku makin basah..

‘Plak.. Plak.. Plak… Plak..’

Ahh.. Sialan.. Kenapa aku sampai kenikmatan lagi seperti ini.. Pipisku keluar sampai 4x gara-gara si Bangsat.

Sampai akhirnya aku meladeni ciumannya.. Aku mengulum lidahnya. Mulutnya agak bau tapi aku tidak menghiraukan karena nafsuku kini sudah memuncak..

Si Bangsat tidak mendesah dari tadi, hanya suara nafasnya yang terdengar. Dia menegakkan badannya.. Sambil terus menggenjotku kedua tangannya masing-masing meremas payudaraku. Sesekali putingku pelintir.

“ahh.. shh!” aku kesakitan sedikit menjerit.

Lalu akhirnya aku merasakan genjotannya semakin cepat.. Sepertinya dia sudah mau keluar pikirku.

Semakin cepat genjotannya aku sampai merasa melayang lagi. Dan lagi-lagi aku pipis.. Ahh… Brengsek.. Nikmat banget rasanya.

Makin kuat sodokannya..

“ahh… Sshh ahh.. Shh” aku sudah tanpa malu lagi mendesah..

Makin kuat sodokan itu makin cepat.

Dan…

Akhirnya genjotannya tiba-tiba mulai pelan diiringi cairan yang menyemprot didalam liang vaginaku.

Penisnya berdenyut-denyut.. Cairan itu terasa panas didalam lubang rahimku.

Aku mengatur nafas.. Padahal sedikit lagi aku hampir pipis lagi.. Sayang.. Aduh.. Kenapa aku berpikir seperti itu..

Lalu si Bangsat mencabut penisnya keluar dari vaginaku.. Dia berjalan ke arah kulkas mengatur nafas. Dia mencari minuman di dalam kulkas.

Aku merasakan cairan spermanya luber keluar di bibir vaginaku dan mengalir ke belahan pantatku. Lelah bercampur nikmat aku masih terlentang di meja makan.

“lanjut…! ” kata si Bangsat memberi kode pada lainnya..

Langsung saja 2 orang tukang itu rebutan. Mereka tidak sabar pengen menikmati badanku.

Mereka sudah tidak pakai celana.. Hanya bajunya yang masih menempel dibadannya.

Tukang 2 langsung mengelap vaginaku yang basah dengan serbet yang ada di samping kulkas. Lalu dia meremas payudaraku sambil mengemut.. Aku berusaha menahan kepalanya dengan kedua tanganku.. Tapi kemudian tukang 1 datang disamping meja berdiri dekat kepalaku memegang kedua tanganku..

Dia menyodorkan penisnya yang pendek dan gemuk itu ke mulutku. Ditempelnya kepala penis itu ke bibirku.

Tukang 1 memiliki postur gemuk pendek. Kulitnya agak putih. Wajahnya jerawatan berminyak, rambutnya lurus berwarna kecoklatan potongannya seperti mangkok.

Dia mencubit bibirku gemas..

“ayo issepp!” bentaknya.

Akhirnya dengan terpaksa aku membuka mulut membiarkan penis gendut itu masuk.. Dengan kasar dia menjambak rambutku menarik kepalaku berlawanan dengan sodokan penisnya.. Ukurannya tidak panjang tapi diameternya besar memenuhi mulutku..

Aku merasa jijik tapi juga terangsang karena payudaraku terus dijilat sama tukang 2 sambil jarinya mencolok-colok lubang vaginaku.

Tukang 2 ini posturnya agak lebih tinggi tapi kurus ceking, kulitnya cokelat gelap. Hidungnya pesek, wajahnya agak tembem. Kedua pahanya kurus kempot.

Om Yongki masih terikat di kursi itu menghadap aku. Si Bangsat disampingnya menjambak rambut om Yongki.

“liat anakmu.. Memeknya enak banget” katanya.

Aku sudah tidak menangis lagi. Ya.. Tentu saja. Karena aku sudah dirangsang kesekian kalinya. Diriku sudah sangat mudah dikuasai birahi. Aku merasa hina. Menjadi budak nafsu para bajingan.

Aku mengulum penis tukang 1, kujilati penisnya di dalam mulutku.

“ohh…shh.. Enak banget sumpah” dia mendesah. Matanya merem sambil terus memegang kepalaku.

Kemudian aku merasakan vaginaku mulai digesek-gesekkan benda tumpul.. Lalu benda itu mulai menerobos masuk kedalam.. Rasanya kecil tapi panjang…

Penis tukang 2 sudah tenggelam di dalam vaginaku. Rasanya tidak senikmat penis si Bangsat tapi tetap enak.. Nafsuku memperbudak. Aku merasakan badanku bergoyang lagi.. Digenjot tukang 2.

Tukang 1 terus mendesah tiap kali aku jilat bagian bawah batangnya.. Penisnya keluar masuk sampai membasahi mulutku. Rasanya agak asin gimana gitu..

Tangan tukang 1 juga meremas payudaraku yang besar ini. Mereka bergantian meremas payudaraku. Memilin putingku. Sesekali menggenggam dan mengguncang payudaraku dengan gemas. Kedua tanganku dipegang seperti menggandeng oleh tukang 2 yang berdiri sambil terus menggenjotku. Badanku terus bergoyang diatas meja makan yang entah sudah bergeser kesana kemari.

Sekitar 5 menit aku merasakan semprotan cairan panas di dalam kemaluanku. Tukang 2 sudah ejakulasi, matanya sayu menatapku seolah penuh cinta. Padahal aku jijik melihat tampangnya. Penisnya masih tenggelam digoyangkan keluar masuk dengan pelan.. Dia melepaskan tanganku.. Lalu meraba payudaraku, perutku, terus kebawah meraba kedua pahaku. Semprotan spermanya tidak banyak.. Tapi seolah belum puas dia masih saja menggenjotku sangat pelan sampai kurasakan penisnya makin kecil makin tidak terasa..

Mulutku sudah cape mengulum penis tukang 1 sampai rasanya mual.. Tapi dia masih bernafsu terus menyodokkan sambil menahan kepalaku.. Sesekali aku tersedak susah nafas. Mataku sampai berair bukan karena menangis.

Setelah tukang 2 mencabut penisnya yang sudah loyo itu, tukang 1 langsung mencabut penisnya dari mulutku, dia berjalan ke sisi sebelah meja tempat tukang 2 berdiri.

“awass gantian dong” katanya sambil mendorong dada tukang 2 yang kerempeng itu.

Badanku dibalik sama tukang 1 sampai aku telengkup payudaraku terjepit antara badanku dan meja. Aku merasakan pantatku diremas… Dicium… Ditampar..

‘pakk!’

“ahh..” aku mendesah kaget.

Penisnya yang sudah mengeras mulai dimasukkan kedalam vaginaku.. Rasanya montok sekali penis tukang 1.. Semakin dalam dia menusuk.. Makin nikmat..

Tapi penis tukang 1 ini rasanya agak lembek.. Memang ukurannya besar.

Bagaimanapun juga aku sudah terlanjur terangsang.. Gairahku terbakar mengikuti nafsu birahi.

Kedua pahaku digendong sama dia sambil menyodokkan penis gendutnya. Posisiku seperti Superman yang sedang terbang. Hanya saja kedua tanganku pegangan pada pinggiran meja.

“plok.. Plok… Plok..” tepukan pangkal pahanya dengan pantatku.

“ughh.. Sshh..” aku mendesah..

Derit meja terdengar jelas saat aku digenjot. Aku kenikmatan merasakan penisnya keluar masuk didalam kemaluanku..

Ohh.. Rasanya enak banget vaginaku ditusuk-tusuk…

“ughh.. Sshh… Ughh.. Sshh” aku berusaha menahan desahku ditiap genjotannya.

‘plok.. Plok..’ suara tepukan terus berbunyi… Diiringi suara desahan tukang 1 itu. Sesekali sebelah tangannya meremas pantatku yang besar dan kenyal ini.

“sssh.. Oohh.. Enak banget memekmu sayang.. ” katanya sambil mendesah meremas pantatku. Penisnya terus menghujam liang vaginaku bertubi-tubi.

Setelah menggenjotku sampai 3 menitan.. Dia mengangkat sebelah kakiku. Penisnya tercabut sesaat… Pahaku ditaruh didadanya dan betisku ditaruh diatas bahunya. Posisi badanku kini menyamping mengangkang. Penisnya mulai dimasukkan lagi.. Ohh.. Sshh… Aku tidak kuasa menolak nafsu birahi.

Meja terus berderit diatas lantai..

‘pokk.. Pok.. Pok.. Pok…!’ suara tepukan terus berlanjut dengan suara nafas kami saling memburu.

Aku meringis menahan nikmat.. Aduh.. Rasanya mau pipis lagi…

Tukang 1 menggenjotku sambil memanggul sebelah kakiku.. Tangannya meraih payudaraku dan meremasnya.

“ohh… Sshh.. Memek.. Memek.” desahnya terus meracau..

Tidak lebih dari 3 menit aku merasakan genjotannya makin cepat dan makin cepat…

Benar saja.. Aku merasakan semprotan cairan panas lagi di dalam vaginaku.. Pas kebetulan bersamaan pipisku keluar lagi akhirnya… Rasanya seperti melayang… Ah.. Brengsek kenapa aku sangat menikmati.

“ooh….. Mmhhhh” dia mendesah panjang tangannya mencengkram payudaraku dengan kuat sampai aku meringis kesakitan..

Cairan itu terus menyemprot sampai sekitar 10 detik..

Kemudian penisnya dicabut keluar seiring cairan spermanya yang luber keluar dari bibir vaginaku dan aku merasakan mengalir di pahaku.

Setelah semua selesai menuntaskan hasratnya dengan badanku.. Mereka duduk-duduk di sofa.

Aku mulai bangkit berdiri.. Turun dari meja. Aku menunduk malu kondisiku telanjang bulat. Payudaraku menggantung bebas, badanku basah penuh keringat, pantatku dan pahaku juga basah dan lengket banyak sperma. Aku pasti terlihat sangat berantakan sekali. Rasanya mereka semua menontonku..

Si bangsat lalu membuka ikatan Om Yongki.

“ayo.. Sekarang kita mau liat bapak ngentotin anaknya!” teriak si Bangsat.

Spontan saja kedua tukang itu bersorak-sorak.

Mereka tidak tau bahwa Om Yongki adalah pamanku. Dan mereka tidak tau bahwa Om Yongki juga sudah memperkosaku..

Aku pasrah…

(…. bersambung gak yaaa..?)