Pak Sati, Suami Sementaraku

Kini Alia telah kembali ke kotanya dan Domipun telah bertugas seperti biasa. Komunikasi keduanya hanya terjalin beberapa hari setelah mereka berpisah dan yang terjadi kini keduanya sibuk oleh rutinitas masing masing. Berbulan bulan kemudian Alia sudah melupakan Domi, begitu juga laki laki perkasa tanah Papua itu. Rutinitas dijalani Alia dengan rasa penuh pengabdian sebagai abdi negara. Setelah capai menjalani rutinitas kerja seharian Alia dan teman teman sekantornya mengisi waktu senggang sebelum pulang dengan jalan jalan ke sebuah Mall di kotanya. Selama di mall Alia dan teman temannya menghabiskan waktu dengan berbelanja keperluan pribadinya.Tanpa sengaja Alia bertemu David yang saat itu juga belanja keperluan pribadinya.Dengan sikap sama gugup David menyapa Alia.
“Hai…Lia…?lagi belanja apa?” sapa David sedikit gugup.
Disapa demikian Alia kaget dan untuk menutupi kegugupannya dijawab sekenanya,
”mmm….lagi belanja sedikit nich, tak sengaja nemani teman shoping” jawab Alia.
Bagaimanapun keduanya tak mampu menutupi rasa yang pernah ada di antara mereka berdua, apalagi keduanya pernah terikat pernikahan.
“Dengan siapa ke sini Vid?” tanya Alia.
David menjawab dengan ringan bahwa dia ke mall itu sendirian dan kebetulan tak ada yang akan diajak, terang David pada Alia.
Dengan sedikit keberanian David mengajak Alia untuk mampir sekedar melepas haus pada sebuah food court. Alia menyetujuinya namun menerangkan bahwa ia bersama teman temannya.David tak keberatan jika Alia bersama temannya bergabung bersama. Namun teman Alia seolah tahu diri, mereka menyilahkan mereka melanjutkan makan ke food court, sedangkan mereka segera pulang. Maka akhirnya keduanya masuk ke food court dan duduk dengan berhadap hadapan.Rasa cinta yang pernah ada mendorong keduanya untuk larut sesaat dengan nostalgia masa lalu. 

Keasikan ngobrol dan sampailah pada saling mengungkap cerita pribadi masing masing. David mengaku masih tetap menduda karena masih mencintai Alia dan telah mencoba dekat dengan beberapa wanita, namun sosok Alia amat sulit dilupakannya. Begitupun dengan Alia mengaku juga mempunyai hal yang sama, meski pernah dekat dengan beberapa orang pria yang berasal dari berbagai latar belakang. Alia tak mengungkapkan tentang perjalanan cintanya dengan Domi saat kuliah di Jogja dulu. Ia merahasiakan kisahnya itu dari David. Semenjak pertemuan David dan Alia hari itu, perlahan keduanya sering mengadakan pertemuan pertemuan kembali. Terkadang mereka pergi nonton berdua dan makan siang bersama di sela waktu istirahat kantor. Kini Alia kembali menemukan dunianya kembali dan hari harinya sangat indah. Sikap Alia yang ceria dan terlihat berbeda dari biasanya itu memencing kedua orangtuanya ingin tahu apa yang terjadi pada anaknya. Secara gamblang Alia memberitahu kedua orangtuanya tentang hubungannya dengan David yang mulai ia rajut kembali. Sempat kedua orangtuanya menentang dan melarang hubunganAlia itu, sebab bagi mereka akan lebih baik Alia menemukan pria lain dari pada David, apalagi Alia sudah ditalaq tiga. Namun bagi mereka amat penting menjaga kebahagiaan anak bungsunya itu. Di saat malam minggu Alia dan David keluar untuk makan malam pada sebuah restoran.Dan malam itu dengan sungguh sungguh David meminta Alia untuk hidup dan menikah kembali dengannya.
”Tapi kita sudah talaq tiga Vid?” jelas Alia.
David sempat kaget karena ia lupa dengan talaq tiga yang dia ucapkan di muka hakim beberapa tahun yang lalu. Dengan mimik sedih David mengiyakan penjelasan Alia itu. David berpikir keras mencari cara agar dapat bersatu lagi dengan Alia. Alia juga mengakui bahwa sampai saat itu masih mencintai mantan suaminya. Rasa penyesalan yang dalam sempat terucap dari mulut keduanya. Jujur saja Alia mengakui bahwa ia sangat sulit mencari pengganti seperti David, meski ia sempat terlibat cinta sesaat dan melakukan hubungan terlarang dengan teman kuliahnya, namun tak diterangkannya secara detail. Kini yang ada di pikiran keduanya bagaimana cara yang terbaik agar mereka dapat disatukan. Selesai makan malam, sambil bergandengan tangan keduanya berjalan keluar restoran dan menaiki mobil David.

Selama perjalanan tak terdengar sepatah katapun dari keduanya, hanya genggaman tangan yang erat dari David di tangan Alia sambil menyetir sedannya dengan kecepatan sedang. David merengkuh tubuh Alia mendekat ke arahnya, Aliapun merebahkan kepalanya di dada David. Keduanya seperti sepasang muda mudi yang sedang mabuk asmara. Sebelum pulang ke rumah, David mengarahkan mobilnya masuk kawasan pantai dan berhenti di aspal pinggir. Keduanya masih diam membisu dan menyaksikan deburan ombak yang saling berkejaran. David kembali teringat saat pertama kali ia mengucap cinta pada Alia beberapa tahun yang lalu di tempat yang sama, ia ingin mengajak mantan istrinya itu mengingat masa masa pacaran dulu. Dengan sadar Alia masih menyimpan memori kisah bersama David. David kembali merengkuh tubuh mantan istrinya. Alia menurut saja tindakan mantan suaminya itu. Ops…satu sapuan lembut singgah di bibir mungilnya. Alia tak mampu menghalangi tindakan David, ia memejamkan matanya dan malah menikmati kuluman dan cumbuan lidah David di dalam mulutnya. Perlahan Alia pun membalas pertemuan lidah mereka yang saling mengait. Kini ludah David dan Alia sudah menyatu, begitu juga tangan David tak tinggal diam. Seperti mendapat lampu hijau dari Alia, jari tangan David semakin berani meraba payudara mantan istrinya yang mengenakan kemeja pendek saat itu. Dengan melepas satu dan dua kancing atas kemeja Alia, jari David mendapat akses ke benda lunak yang tertutup Bh Alia. Alia membiarkan saja gerayangan dan remasan David saat itu. Keasikan keduanya semakin berlanjut dengan beraninya David memberikan cupangan di dada mantan istrinya itu. David semakin tak sabar ingin melancarkan cumbuannya hingga tangannya berusaha masuk ke dalam celana jeans Alia. Alia tersadar bahwa perbuatan mereka itu terlarang sebelum mereka kembali menikah. Akhirnya Alia menghentikan segala aktifitas David dan minta secepatnya pulang. Jujur saja Alia kembali terangsang oleh perbuatan David tadi, namun ia tak ingin mengulangi kesalahannya saat di Jogja kembali. Setelah merapikan pakaiannya yang terbuka di sana sini, keduanya kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Alia. Selama perjalanan David berkata pada Alia akan mencari cara agar mereka bisa menikah kembali. Sampai di pintu pagar rumah orangtua Alia, Alia turun dari mobil David. David turun dan membukakan pintu, namun karena waktu agak larut, Alia melarang David untuk singgah. Sambil mencium kening Alia, David berjalan menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya.

Minggu pagi itu Alia ditelpon David tentang rencana mereka saat makan malam.David sudah mendapatkan ide untuk memuluskan rencananya rujuk kembali dengan Alia.Rencananya memang menanggung resiko namun karena besarnya hasrat dan keinginannya maka segala resiko akan ia lakukan.Dalam pembicaraan di telpon David minta Alia untuk merundingkan rencananya.Alia harus menikah dulu dengan seseorang untuk sementara waktu bisa beberapa hari agar talaq tiga yang ia jatuhkan bisa terhapus.Yah semua itu tergantung dari kesediaan Alia menjalaninya,dan restu dari kedua orangtua mereka.Alia merasa kaget dan sedikit keberatan dengan rencana David itu, namun karena David bisa meyakinkan kebimbangan Alia makanya Alia menyetujui rencana mantan suamiya itu.Kini mereka tinggal menunggu pendapat orangtuanya. Dalam suatu kesempatan Alia membicarakan tentang rencananya bersama David pada ibunya. Melalui kesepakatan dengan ayahnya,akhirnya keduanya menyetujuinya. Namun yang menjadi kendala adalah menentukan orang yang mau menikahi Alia untuk sementara meski paling singkat seminggu. Dan orang yang menjadi syarat dari ayah Alia adalah harus sudah dikenal keluarga mereka agar rahasia itu terjaga dan bisa menekan orang itu dengan syarat tak akan menyentuh Alia jika sudah syah sebagai suami istri. Setelah berusaha mencari sosok orang yang tepat tak jua mendapatkan hasil karena berbagai faktor dan resiko yang mungkin terjadi, akhirnya ayah Alia menemukan sosok yang ia butuhkan. Laki laki itu adalah Pak Sati, pembantunya yang menunggui bungalownya di desa. Pak Sati orang yang tepat untuk itu, pikir ayah Alia. Sebagai pembantu yang telah ikut keluarganya puluhan tahun Pak Sati tentu akan selalu menuruti keinginan juragannya.Apalagi selama ini Pak Sati amat setia dan tak pernah punya kesalahan. Selain itu laki laki berusia 60 tahun itu agak pincang dan tak akan membuat Alia jatuh cinta padanya, apalagi mana mungkin Pak Sati masih memiliki naluri seksual yang tinggi. Jadi jika Pak Sati yang akan menikahi Alia, maka resiko amat kecil dibanding laki laki muda dan masih memiliki libido tinggi. Orang tua Alia sudah memperhitungkan hal hal yang kecil ini dan ia tak mau dicurangi, apalagi sebagai orang terpandang dan disegani mereka amat perhitungan dalam hal hal yang paling kecil sekalipun.

Secara personal akhirnya ayah Alia memanggil Pak Sati untuk membicarakannya. Sebagai pembantu yang telah mengabdi pada keluarga itu, Pak Sati dan istrinya tak kuasa menolaknya. Apalagi kehidupan keluarganya selama ini amat tergantung pada keluarga ayah Alia. Davidpun menyetujui orang yang akan menikahi Alia adalah Pak Sati. Sebelum pernikahan sementara Alia dan Pak Sati dilakukan ibu Alia terlebih dahulu memperingatkan Alia agar menjaga dirinya,jangan sampai ia terperdaya oleh godaan atau apapun juga selama bersama Pak Sati sebab godaan akan selalu ada bagi dua orang yang berlainan jenis. Apalagi nantinya kemungkinan Alia akan tidur sekamar dengan Pak Sati, namun Alia sudah mengetahui bahwa Pak Sati berjanji tak akan menyentuhnya. Malah Pak Sati berkata pada Alia bahwa ia akan tidur di lantai kamar saja. Pak Sati tahu diri sebab bagaimanapun Alia adalah anak majikannya yang harus ia jaga dan lindungi. Siang itu dengan dihadiri oleh Ayah dan ibu Alia juga David, dilaksanakan akad nikah antara Pak Sati dan Alia. Tidak semeriah saat pernikahan pertamanya dengan David. Pernikahan kedua Alia sengaja dilakukan di desa itu agar jauh dari pandangan tetangga dan kolega keluarga Alia sebab pernikahan itu hanya sementara agar talaq yang pernah dijatuhkan David dapat terhapus. Setelah Alia dicerai Pak Sati maka Alia boleh menikah dengan David kembali. Pernikahan itu sendiri hanya dihadiri beberapa keluarga Alia dan saksi yang dibayar oleh ayah Alia. Dengan mendengar nasehat dan petuah dari penghulu yang akan menikahkan mereka terlihat Alia meneteskan air matanya. Saat itu Alia mengenakan kebaya yang amat serasi dengan kulitnya yang putih. Seperti pengantin yang melaksanakan pernikahan pada umumnya keduanya terlihat memakai pakaian resmi. Selain itu Pak Sati juga mengenakan jas yang dipinjamkan oleh David. Tampak Pak Sati agak kikuk mengenakannya, apalagi ukuran jas itu tak sesuai dengannya yang agak kurus. Dengan sedikit gugup Pak Sati mengucapkan lafaz akad nikah dengan lancar. Setelah pengucapan ijab dan kabul terlaksana penghulu memberikan wejangan dan nasehat tentang hak dan kewajiban sebagi suami istri. Nasehat dari penghulu sudah merupakan hal yang tak asing bagi Alia dan pak Sati, apalagi mereka berdua sudah mengetahuinya dan menjalaninya.

Semua tahapan pernikahan berjalan lancar.Mak Sanah istri Pak Sati hanya sibuk di dapur menyiapkan santapan untuk para yang hadir. Tak ada mimik cemburu atau marah pada Pak Sati. Mak Sanah tahu ini hanya sementara. Pernikahan telah selesai dan penghulu sudah pulang kerumahnya, begitu juga dengan ayah ibu Alia kembali ke kota karena ada urusan penting yang tak bisa mereka tinggalkan. Kini Alia sudah resmi menjadi istri Pak Sati dan sore itu Pak Sati telah kembali kekebun untuk melanjutkan pekerjaanya.Yang tinggal di bungalow hanya Alia dan David. David sengaja kembali agak lambat karena ingin bersama Alia dan berbincang tentang rencana mereka setelah semua ini terlaksana, walau saat itu Alia berstatus istri Pak Sati. Tak lama kemudian Davidpun kembali ke kota karena orangtuanya sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Dan yang tinggal di bungalau senja itu hanya Alia dan Mak Sanah. Pak Sati belum kembali dari kebun. Dalam bungalow tinggal dua orang istri Pak Sati yaitu Mak Sanah dan Alia yang baru dinikahinya. Menjelang malam akhirnya Pak Sati sampai di bungalow, setelah sebelumnya ia mandi membersihkan tubuhnya sepulang dari kebun. Mak Sanah kemudian memanggil Alia untuk makan malam. Mereka bertiga makan malam semeja. Tak ada kesan canggung atau berubah dalam keadaan saat itu.Bagi Mak Sanah ia telah menganggap Alia sebagai anaknya,sebab dulu sering ia gendong dan bawa berkeliling kebun.Dan kini Alia yang dulu masih tetap sama dengan Alia yang sekarang.Seorang gadis yang sopan,hormat dan lemah lembut. Setelah membantu Mak Sanah membereskan meja makan, Alia masuk ke ruang tengah untuk beristirahat sejenak. Acara ijab kabul tadi siang membuat tubuhnya letih dan capai. Malam itu adalah malam pertamanya sebagai istri Pak Sati. Sambil duduk dan menyaksikan acara televisi Alia merasakan matanya mulai ngantuk. Televisi ia matikan, sambil mencari Mak Sanah tampak olehnya pak Sati dan Mak Sanah sedang menyusun dan menata alat alat rumah tangga yang tadi siang digunakan. Alia memberitahu Pak Sati bahwa ia akan tidur duluan dan jika mau ke kamar pintu tak di kunci terang Alia. Pak Sati dan Mak Sanah mengiyakan kata kata Alia itu. Mak Sanah tak merasa cemburu sedikitpun meski suaminya untuk beberapa malam selanjutnya akan tidur sekamar dengan Alia. Mak Sanah percaya suaminya tak akan mampu berbuat yang melanggar kesepakatan dengan orang tua Alia, apalagi Alia sudah mereka anggap anak sendiri. Selain itu Mak Sanah tahu betul bahwa bahwa Pak Sati sudah tak memiliki hasrat lagi kepada wanita seperti halnya Mak sanah sudah tak berhasrat untuk bermesra mesraan.

Semua peralatan dapur dan perlengkapannya sudah selesai dirapikan pada tempatnya. Pak Sati dan Mak Minah pun kembali ke kamar untuk beristirahat. Seperti biasa Pak Sati masuk ke kamar bersama Mak Sanah, namun Mak Sanah mengingatkan Pak Sati bahwa suaminya itu harus menemani Alia di kamarnya. Apalagi kini Pak Sati sudah menjadi suami sementara Alia. Dengan langkah yang terseok seok karena kakinya yang pincang, Pak Sati masuk kamar Alia. Dalam kamar ia melihat Alia sudah tergolek tidur di atas ranjang yang cukup luas dan bersih itu. Pintu kamar ia tutup dan berjalan ke arah ranjang Alia. Ia lihat Alia tertidur sangat lelap mungkin karena kecapaian siang tadi. Pak Sati meraih selimut yang berada di kaki Alia dan menutupkan ke tubuh yang terbaring. Hawa dingin malam amat menusuk tulang. Pak Sati meraih bantal yang terletak di samping Alia dan meletakannya di lantai sudah terbentang karpet. Laki laki tua itu lalu merebahkan tubuhnya di karpet itu bersiap untuk tidur. Tengah malam Alia terbangun karena ia kebelet buang air kecil. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi yang bearada di kamarnya. Sekembali dari kamar mandi ia menyaksikan Pak Sati yang tertidur di lantai beralaskan karpet. Pak Sati meringkuk kedinginan hanya berselimutkan sarung. Alia merasa kasihan melihat laki laki tua itu. Sebelum merebahkan tubuhnya di ranjangnya, ia memperhatikan wajah laki laki tua yang tertidur di lantai kamarnya. Tampak gurat wajah keriput Pak Sati karena dimakan usia, juga kakinya yang pincang itu. Dalam hati Alia merenungkan bahwa begitu besar pengorbanan laki laki itu yang mau menjadi suami sementaranya. Orang kecil seperti Pak Sati dan Mak Sanah tak akan mengharap apa apa, pikiran mereka terlalu sederhana dan lurus, tidak seperti orang orang di kota yang penuh dengan muslihat. Merasa kasihan melihat Pak Sati yang tidur kedinginan, sebagai wanita yang amat hormat pada orang tua dan rasa kemanusiaannya yang amat tinggi, ia bangunkan Pak Sati untuk tidur di atas ranjangnya bersamanya. Alia tak merasakan perbedaan di antara mereka, toh Pak Sati sekeluarga sudah ia anggap keluarganya dan kini adalah suaminya sendiri.
”Pak….pak…..bangun, pindah saja ke atas kasur pak….!” sahut Alia dengan perlahan membangunkan laki laki tua itu.
Merasakan tubuhnya dibangunkan secara reflek Pak Sati terbangun.
”ada apa ….Lia..?” jawab Pak Sati mengusap matanya yang masih ngantuk.
”Bapak tidur saja di samping Lia, di lantai ini dingin Pak” terang Alia.
”Tidak apa,,,Lia,bapak biasa tidur di lantai koq…,”jawab Pak Sati lagi. “Lia,,,gak suka melihat bapak seperti ini dilantai,sekarang naiklah ketempat tidur,!”paksa Alia. Pak Sati tak bisa membantah lagi,dengan terpaksa akhirnya membaringkan dirinya di ranjang berdampingan dengan Alia.

Malam itu Alia dan Pak Sati tidur seranjang hingga subuhnya Pak Sati bangun lebih dulu. Subuh itu ia keluar kamar dan ke dapur untuk memasak. Paginya Alia terbangun dengan tubuh amat segar karena jendela kamarnya sudah dibuka Mak Sanah. Di samping meja riasnya sudah terhidang segelas susu dan roti bakar. Alia bangun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.Ia cuci muka dan gosok gigi dan setelahnya keluar kamar mandi untuk minum susu juga makan roti bakar. Sambil menyantap roti ia melihat pemandangan yang indah dari jendela kamarnya. Pagi itu masih terlihat embun yang menyelimuti perkebunan yang berada tak jauh dari rumah peristirahatan itu. Alia tergerak ingin ke sana, apalagi udara masih bersih dan segar. Tanpa mandi dulu dan hanya menyemprotkan sedikit parfum, Alia meraih sweaternya. Tak lupa minta izin Mak Sanah, ia berjalan ke perkebunan milik keluarganya. Sampai diperkebunan ia melihat para wanita pekerja sibuk menyortir daun teh. Para perkerja asik dengan pekerjaannya. Saat ia asik melihat pekerja, datanglah Pak Sati.
”Dengan siapa kemari Lia?” Sapa Pak Sati.
”Sendirian Pak….Mak Sanah sedang masak ,” jawab Alia.
Pak Sati mengajak Alia melihat lihat ke gudang perkebunan. Sepanjang perjalanan Pak Sati dan Alia sibuk menjawab sapaan pegawai perkebunan. Puas berjalan jalan mengitari perkebunan, Pak Sati mengajak Alia pulang kerumah. Selama perjalanan Alia mendengarkan keterangan Pak Sati tentang kondisi perkebunan. Sampai di rumah Alia masuk ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang berkeringat selama berjalan kaki tadi. Selesai mandi dan berandan seperlunya, Alia keluar kamar. Di ruang makan sudah terhidang makanan yang akan disantap. Mereka bertiga makan pagi sambil bincang bincang. Alia minta Mak Minah menemaninya untuk ke pasar karena ada yang akan di beli dan membeli bahan bakar mobilnya. Di hari kedua itu Alia menghabiskan waktunya di desa bersama Mak Sanah dan Pak Sati. Dari keduanya Alia mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan. Kesederhanaan keduanya membuat Alia semakin mantap menjalani hidupnya. Dalam hati Alia amat bersyukur telah mendapatkan orang seperti Mak Sanah dan Pak sati yang amat bersahaja. Tak salah ayahnya memberikan amanah kepada Pak Sati.

Malam harinya setelah puas berbincang dan berjalan kesana kemari siangnya, Alia masuk kamar. Tak lama kemudian disusul Pak Sati. Alia menyilahkan pak Sati untuk tidur duluan. Ia belum mengantuk dan sedang mengutak atik hpnya untuk menelpon David. Namun beberapa kali ia hubungi nomor hp itu selalu tak aktif. Akhirnya Alia berusaha menelpon ke rumah David. Dari ibunya David, Alia mendapat kabar bahwa David baru saja keluar rumah dengan temannya. Alia terlihat kesal karena malam itu ia ingin berbincang dengan mantan suaminya itu. Alia lantas menghempaskan tubuhnya yang saat itu mengenakan baju tidur di samping Pak Sati. Pak Sati baru saja akan memejamkan matanya, namun merasakan hempasan tubuh Alia matanya tak jadi terpejam.
”Kenapa Lia…bapak lihat kesal sekali?” tanya Pak Sati
Sambil menggerutu Alia menerangkan yang menyebabkan dirinya mendumel. Pak Sati bangun dari berbaring dan duduk sambil menatap Alia yang saat itu terlihat masih kesal.
”Lia….kan sudah dewasa kenapa tak bisa menahan sedikit emosinya? katanya mau kembali rujuk dengan David, nah sekarang karena telpon nggak diangkat saja sudah mau berantam.” terang Pak Sati.
Alia hanya diam dan tak menyahut perkataan laki laki tua itu,ia lalu membalikkan tubuhnya membelakangi suami sementaranya.Sambil kembali berbaring Pak Sati hanya geleng geleng kepala. Tak lama Pak Sati tertidur, namun Alia masih belum bisa memejamkan matanya. Tubuhnya terlihat gelisah dan membalik kiri dan kanan. Kegelisahan Alia menyebabkan Pak Sati tak bisa tidur. Pak Sati lalu duduk memandang Alia yang masih membelakanginya. Wangi kamar dan lotion yang melekat di tubuh Alia tercium oleh Pak Sati. Pak Sati tahu Alia belum tidur, ia ingin membantu Alia agar melupakan kemelut dirinya.
”Lia belum tidur,?” sapa Pak Sati.
Merasa dipanggil laki laki di sampingnya, Alia membalik tubuhnya menhadap Pak Sati.
”Ya pak, mata tak mau tidur” jawab Alia.
Pak Sati memandang Alia yang saat itu memakai piyama tidur yang sesuai dengan kulitnya yang putih dan halus. Leher jenjangnya dihiasi kalung mas putih berhiaskan berlian dengan logo huruf “A”. Dari belahan dada Alia jelas dapat dilihat dengan nyata. Mata pak Sati sempat melihatnya namun buru buru ia alihkan pandangan matanya. Naluri kelelakiannya mulai bangkit, namun ia padamkan

 

Pak Sati duduk di samping Alia yang saat itu juga duduk bersandar di dinding ranjangnya. Pak Sati mengerti kegelisahan Alia dan untuk menghapuskan kegelisahan wanita muda itu, ia berusaha menghibur Alia. Dengan sedikit lelucon dan lawakan dapat membuat Alia tersenyum dan tertawa. Sesekali karena merasa tak tahan akan kelucuan itu, tak sengaja Alia mencubit lengan Pak Sati. Merasa leluconnya bisa membuat Alia tersenyum Pak sati merasa senang. Dan dengan hati hati iapun kedang membalas cubitan Alia. Candaan dan gurauan mampu menghilangkan kegundahan Alia. Tak ragu ragu Alia merebahkan kepalanya di bahu Pak Sati. Bagi Pak Sati sikap Alia itu membuatnya gugup dan salah tingkah. Namun karena Alia yang kini sudah tak sungkan sungkan lagi padanya, timbulah keberanian pada diri Pak Sati. Pak Sati mulai berani mencubit pipi Alia karena gemas. Kini hanya sampai di situ keberaniannya. Puas dihibur Pak Sati, Alia bisa menghilangkan kegundahannya dan perlahan matanya terpejam.Alia tertidur di bahu Pak Sati namun laki laki itu tak berani memindahkan kepala Alia ke bantal. Ia tak mau mengganggu tidur istri sementaranya itu. Pak Sati menahan bobot kepala Alia di dadanya, wangi rambut dan tubuh Alia tercium di hidung Pak Sati. Begitu juga saat Alia menggerakkan tubuhnya tanpa sengaja buah dadanya bersentuhan dengan tangannya. Laki laki itu tak mau dianggap kuarang ajar meski kini status Alia yah sebagai istrinya. Namun karena ia sudah berjanji tak akan menyentuh ataupun menuntut haknya pada Alia. Sebelum ayam jantan berkokok Pak Sati sudah keluar dari kamar Alia, sebelumnya tubuh Alia ditutupi dengan selimut tebal karena hawa dingin pegunungan yang menusuk tulang. Tubuh sintal dan mulus itu sudah aman dari hawa dingin. Dengan langkah terpincang Pak Sati membersihkan rumah dan membuka jendela agar hawa pagi masuk ke dalam rumah itu. Tak lama kemudian ia kedapur menyiapkan sarapan pagi bagi Alia. Mak Sanah belum bangun dan masih di kamar belakang. Sebagai laki laki yang memiliki nafsu dan gairah, kejadian malam bersama Alia diatas pembaringan masih terbayang di benaknya. Sangat sulit bagi Pak Sati untuk menghapus bayangan sosok Alia yang dulu ia lihat masih anak anak, remaja hingga saat ini sudah jadi wanita dewasa yang cukup matang. Kecantikan dan kehalusan tubuh Alia sulit ditepisnya seakan ada yang membisikinya agar menuntut haknya sebagai suami pada wannita muda itu. Namun sejauh ini Pak Sati masih merasa takut. Seharian ia sangat sulit menepis bisikan dan godaan dalam hatinya. Apalagi seharian juga ia menemani Alia berkeliling perkebunan hingga sampai desa tetangga hanya berdua saja. Perjalanan ini jarang dilakukan Alia karena ingin memanfaatkan masa cuti kerjanya yang 2 minggu. 

Selama berjalan kaki menaiki bukit dan hutan kecil di pebukitan itu, tak jarang Alia minta Pak Sati untuk menuntunnya saat turun dari pebukitan. Meski kakinya pincang Pak Sati tetap bisa menaiki bukit dengan langkah mantap dan tanpa hambatan. Ia mampu mengalahkan langkah Alia yang sudah kecapaian. Dengan kasihan Pak Sati berusaha membimbing Alia agar sampai di desanya kembali. Sore hari dengan tubuh kecapaian akhirnya mereka sampai di rumah. Hanya beristirahat sejenak, Alia pun mandi untuk membersihkan keringat yang melekat di tubuhnya. Kini Alia sudah terlihat segar dan akan makan bersama Pak Sati dan Mak Sanah. Terpancar keceriaan di wajah Alia. Masakan Mak Sanah amat lezat dan mampu menambah tenaganya. Habis makan ia duduk santai di ruang keluarga sambil menghidupkan televisi. Baru beberapa saat televisi ia hidupkan, tiba tiba ia teringat David. Alia berjalan mengambil telpon dan menelpon David. Beberapa kali ia hubungi selalu dijawab dengan nada tak aktif. Alia terlihat sewot dan kesal. Ia menghempaskan pinggulnya di sofa ruang keluarga. Di depannya, Pak Sati berjalan untuk menutup jendela karena hari mulai gelap dan nyamuk mulia masuk rumah. Alia bangkit dari duduknya dan masuk kamarnya. Di kamar ia hempaskan tubuh sintalnya itu. Ia tertidur karena tubuhnya capai sehabis berjalan seharian tadi siang. Ia tak sempat menutup tubuhnya dengan selimut. Sudah 2 jam lebih Alia tettidur dengan pulas. Pak Sati masuk kamar dan mendapati Alia tertidur tanpa selimut. Sedang hawa di kamar sangat dingin malam itu. Mata nakal Pak Sati sempat melihat gundukan payudara Alia dari balik piyamanya. Amat mulus dan montok, bisik hatinya. Selimut ia tutupkan pada Alia. Pintu kamar ia kunci dan dengan tertatih Pak Sati naik ke atas ranjang untuk tidur. Malam menjelang waktu masih menunjukkan pukul 22 lewat lima. Mata pak Sati tak mau terpejam. Bayangan tubuh dan wangi parfum Alia menggoda kelakiannya. Pak Sati masih terbayang sosok Alia yang kini tidur di sampingnya. Karena tak mampu menahan keinginan dalam dirinya Pak Sati tak bisa tidur. Dalam sikap diam dan melamun itu, Alia tiba tiba terbagun. Ia melihat Pak Sati sudah berbaring di sampingnya. Ia lihat jam,waktu masih menunjukkan pukul 22.30 wib. Berarti ia telah 3 jam tertidur. Tubuhnya serasa segar sekali karena tidur amat nyenyak. Alia bangun dari ranjang dan berjalan ke arah meja kecil di kamarnya. Di meja itu selalu tersedia air minum dalam sebuah gelas. Sehabis minum ia kembali berbaring ke atas ranjang.

”Bapak belum tidur ya?” tanya Alia.
”ya…bapak belum ngantuk Lia” jawab Pak Sati.
”kalau begitu bapak cerita lagi ya?” pinta Alia manja seperti dulu saat ia kanak kanak sering minta Pak Sati bercerita.”mmmm….ya,,,baiklah”jawab Pak Sati.Pak Sati memulai cerita lelucon dan Alia pun asik mendengar dengan seksama.Keasikan dan candaan Pak Sati membuat Alia kembali merebahkan kepalanya di dada pak Sati.Tentu saja Pak Sati amat senang sekaligus gembira.Sambil bercerita sesekali matanya mencuri pandang pada belahan dada Alia.Jakun pak Sati naik turun melihat pemandangan indah di tubuh wanita anak majikannya.Alia tak memperhatikan arah mata Pak Sati saat itu. Ia semakin asik saja mendengarnya. Cerita dan candaan Pak Sati mulai mengarah ke hal yang berbau cabul, dengan senyum dan sesekali ia mencubit Pak Sati. Pak Sati pun tak segan mencubit kadang membelai tengkuk Alia. Tanpa rasa marah sedikitpun Alia membiarkan Pak Sati mengelus elus bahunya. Ia mengganggap biasa saja karena percaya Pak Sati tak akan berlaku lebih dari itu. Cerita cerita Pak Sati mampu membangkitkan kembali kisah cinta Alia dan David dan juga Domi saat di Jogja dulu. Naluri sebagai dewasa yang sudah mengenal hubungan laki laki dan perempuan dengan sangat intim pernah dirasakannya. Alia larut dalam buaian masa lalu dan seolah mengajaknya kembali mengulang saat saat bersama David. Beberapa lama kemudian Pak Sati menghentikan ceritanya namun Alia masih saja merebahkan kepalanya di bahu laki laki tua ini. Pak Sati berusaha menyadarkan Alia yang sedang melamun.
”Lia,lia…..” panggilnya.
Alia terkejut karena ia larut dalam lamunan masa lalunya.
”Ya ..Pak,,maaf Lia tadi ingat bang David” jawabnya.
Dengan senyum kebapakan Pak Sati meraih kepala Alia dan memeluknya semakin erat.
”Lia, David secepatnya akan kembali dan jadi milik Lia. Jadi jangan melamun seperti tadi ya” pinta Pak Sati sambil menasehati Alia.
Alia hanya menganganguk setuju. Kepalanya sudah ia sandarkan ke bantal namun matanya masih mau terpejam. Dengan penuh kehati hatian Pak Sati membelai kepala Alia seolah wanita itu anaknya. Alia menerima saja elusan tangan Pak Sati pada rambutnya.

Namun apa yang dikira Alia tak sama dengan apa yang ada di pikiran Pak Sati. Elusan pada rambut Alia terus turun hingga menyentuh tengkuk wanita muda itu.Bulu bulu halus di tengkuk Alia mulai berdiri karena elusan lembut Pak Sati. Alia menikmati saja elusan lembut di rambut dan tengkuknya itu. Kini ia semakin terlihat pasrah dan tak ada penolakan sedikitpun. Penerimaan Alia itu menambah semangat pak Sati untuk terus merangsang wanita cantik ini. wangi tubuhnya seolah menjadi magnit baginya untuk terus mencumbui Alia. Alia mulai merasakan nyaman oleh gerakan tangan Pak Sati. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada laki laki tua yang kini terus mencumbunya. Tak disangkanya Pak Sati tiba tiba menciumi rambutnya dan menghirup wangi rambutnya. Alia masih menerima dan hanya memejamkan mata. Tak mau berlama lama Pak Sati kembali menciumi balik telinga Alia yang putih bersih dan ditumbuhi bulu bulu halus. Bagi pak Sati tak ada keraguan sedikitpun sebab Alia adalah istrinya juga meski sementara, jadi tak ada salahnya jika ia ingin menikmati istrinya itu beberapa hari saja. Gairah birahi Alia kini mulai bangkit setelah sekian lama tak tersalurkan. Dalam diri wanita ini tak ada sedikitpun kekuatan untuk menolak rangsangan yang diberikan suami sementaranya itu. Mata hati dan pikiran Alia seakan buka oleh nafsu birahi yang mulai bangkit dan menuntut pelampiasan. Ia seolah tak peduli siapa yang sedang menggumulinya. Alia tak mudah menyerahkan dirinya pada laki laki apalagi laki laki itu tak setara dengannya. Jika mau jujur Pak Sati amat jauh dari sosok yang ia inginkan, namun semua perbedaan usia dan latar belakang sosial ekonomi tak mampu menghalangngi keinginan naluri dasar manusia seperti Alia. Kini ia pasrah menerima belaian dan cumbuan laki laki tua yang dinikahinya dua hari sebelumnya. Berarti Pak Sati telah melanggar kesepakatan dengan kedua orangtua Alia, begitu juga Alia seperti sudah melupakan instruksi ibunya. Tangan Pak Sati terlihat gugup saat berusaha untuk meraba buah dada Alia. Ia kuatir akan ditepiskan oleh tangan Alia. Namun kekuatirannya itu tak terjadi.Alia membiarkan tangan kurus dan keriput Pak Sati meraba dan memilin payudaranya yang masih mengenakan baju tidur. Tak perlu bersusah payah meski tangannya amat gugup untuk melepaskan kancing demi kancing piyama Alia. Tak ada penolakan sedikitpun dari Alia, akhirnya atasan piyamanya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus dan sintal itu.

Dengan masih mengenakan bra bewarna kuning gading kesukaanya, Pak Sati amat takjub melihat keindahan tubuh Alia yang terbuka bagian atasnya. Leher yang jenjang dihiasi kalung berlian berinisial A, Pak Sati buru buru berusaha mengulum bibir Alia. Namun Alia dengan sedikit enggan melengoskan wajahnya. Bau mulut pak Sati yang biasa mengisap rokok daun menyebabkan bau nafasnya kurang enak. Berulang kali Pak Sati berusaha mengejar bibir Alia sehingga ia tak punya pilihan lagi dan menerima sedotan bibir tebal laki laki tua ini. Beberapa saat kuluman lidah Pak Sati menghisap ludah dan mempermainkan lidah Alia. Alia tampak sesak nafas karena ketatnya pelukan Pak Sati. Alia terpaksa menerima ludah Pak Sati dan tertelan olehnya. Meski masih mengenakan bra, Pak Sati dapat merasakan gundukan payuadara Alia yang semakin mengeras. Ia lepaskan bibirnya dari mulut Alia dan turun ke leher jenjangnya. Jilatan dan sedikit gigitan lembut mampu melenakan Alia. Meski tak sekasar mantan suaminya dan juga Domi, Pak Sati terlihat melakukannya penuh kelembutan dan amat lambat. Gerakan Pak Sati memang lambat, namun mampu memacu birahi Alia. Gerakan kedua tubuh anak manusia berbeda usia tersebut semakin memanas. Pak Sati ingin malam itu ia melaksanakan kewajibannya kepada Alia sebagai syarat syahnya sebagai suami istri. Bra yang masih melekat di dada Alia dirasa Pak Sati membuatnya tak nyaman. Tangannya bergerak ke punggung Alia dan melepas pengaitnya. Benda yang menutup dada Alia terlepas dan terbukalah dua bukit salju yang amat menakjubkan. Putingnya mulai mengeras menandakan pemiliknya sudah amat bergairah. Dinding putih payudara Alia digigit perlahan oleh gigi tongos Pak Sati. Alia hanya mampu memejamkan matanya. Cupangan merah didinding payudaranya semakin banyak. Air ludah Pak Sati membasahi kulit putih di sekitar leher dan buah dada Alia. Seperti bayi yang baru lahir tampak pak Sati mengemuti buah dada Alia. Ia menyusu pada wanita muda yang kini jadi istrinya. Pak Sati amat puas akan penerimaan Alia yang tak menampakan penolakan. Meskipun udara pengunungan amat dingin namu di dalam kamar tersebut amat berbeda. Kedua tubuh anak manusia ini penuh dengan keringat yang keluar dari pori pori keduanya akibat aktifitas yang mulai memanas. Pak Sati kini melupakan istrinya Mak Sanah yang tidur kedinginan di kamar belakang rumah peristirahatan tersebut. Ia sedang berasik masyuk dengan wanita muda yang cantik dan kaya anak majikannya.Tak ada yang salah dengan keduanya, apalagi kini keduanya sudah jadi suami istri yang tentu saja menunaikan hak dan kewajiban sebagaimana ketentuannya.

Tubuh Alia tergolek pasrah diatas ranjangnya,menunggu perlakuan selaqnjutnya dari Pak Sati suami sementaranya.Tubuhnya diarasakan Alia amat panas dan ingin cepat melalui malam itu bersama Pak Sati.Alia merasakan dibawah pusarnya sudah basah oleh lelehan cairaqn pelumas yang keluar dari dalam tubuhnya.Ia sudah siap menerima apapun yang dilakukan Pak Sati sebagai suaminya.David untuk sesaat sengaja ia lupakan agar ia dapat menerima Pak Sati menunaikan kewajibannya. Pak Sati melepaskan baju yang ia kenakan berikut kain sarung yang ia pakai. Dari siang tadi ia sudah berniat malam ini akan melaksanakan kewajibannya. Malam malam sebelumnya ia takut akan membuat Alia marah dan mengadukan pada oarangtuanya.Namun keakraban dan kedekatan mereka beberapa hari ini menjadikan Pak Sati yakin akan mampu menunaikan kewajibannya. Ia juga mengerti Alia sudah paham tentang hak dan kewajiban sebahgai suami istri di dalam kamar. Atas pemikiran itulah Pak Sati kini bersiap melaksanakannya. Alia bukanlah wanita kemaren sore yang tidak tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Meski awalnya ia bertekad tak akan mau disentuh apalagi bersebadan dengan pak Sati yang kini telah jadi suaminya. Setelah ijab kabul hari itu, Alia membaca ulang buku nikah juga syarat syah pernikahan. Perlahan hatinya terbuka dengan harus menerima Pak Sati menggaulinya untuk syarat syahnya pernikahan. Apalagi selama beberapa hari di desa itu ia mendapat banyak hal hal positif tentang kegigihan Pak Sati bekerja pada oarangtuanya dan ketekunannya memelihara semua yang dipercayakan orangtuanya.Pekerjaan Pak Sati tak sebanding dengan apa yang diterimanya selama ini. Dan dengan keterbelakangan pendidikannya ia mau saja menikah hanya untuk beberapa hari saja dengannya. Padahal hal ini amat hina jika dilakukan laki laki dan sebagai cemoohan orang orang. Pak Sati amat baik, jarang ada orang sebaik dirinya untuk saat ini. Orang orang zaman kini semua berpikir atas dasar materi dan keuntungan pribadi. Pak Sati amat jauh dari itu semua dan selama 2 hari tidur sekamar dan seranjang dengannya, Alia melihat pak Sati memegang teguh janji dengan tidak menyentuhnya. Pada malam kedua kemarin, Alia terbangun dan dengan iba melihat laki laki tua pincang yang kini jadi suaminya itu tertidur pulas di sampingnya.Timbul rasa kemanusiaanya, apa yang membedakannya dengan orang ini.

Alia juga salut dengan Mak sanah istri Pak Sati, mak Sanah mengizinkannya menikah dengannya tanpa rasa cemburu sedikitpun.Cara pandang yang dialami Alia selama ini amat penuh dengan hal hal kepalsuan.Mungkin karena kekayaan,ketampanan dan juga segala hal materi keduniaan semata.Malam itu Alia berpikir dan matanya sulit tidur,akhirnya ia menemukan jawabannya.Tak ada salahnya ia menerima pak Sati sebagai suaminya dan melaksanakan kewajiban. Di ranjang yang empuk dan luas di kamarnya, dua tubuh manusia terus bergulat dan saling membelai. Alia tak lagi jijik menerima kuluman lidah Pak Sati. Dengan sepenuh hati ia layani keinginan dasar suaminya itu. Pak Sati dengan gerakan lambat dan penuh kegugupan berusaha melepas celana piyama Alia.
”Pak…jangan takut Pak,Lia, tak marah koq” bisik Alia di telinga Pak Sati.
Mendengar kata kata itu semakin memantapkan langkah Pak Sati. Tak sulit untuk melepas celana yang sedang dikenakan Alia karena sepenuhnya dibantu pemiliknya lepas dari tubuhnya. Tangan tua Pak Sati menarik lepas celana panjang Alia. Celana itu ia letakkan di bawah ranjang, kini ia saksikan Alia hanya memakai celana dalam putih yang sudah basah di tengahnya. Pak Sati amat tahu Alia sudah siap untuk ia gauli. Perlahan dan amat lambat tangannya berusaha melepas kain kecil penutup liang vagina wanita cantik istrinya. Kain kecil penutup terakhir ditubuh Alia lepas. Meski basah namun wangi cairan pelumas kemaluan Alia tak membuat Pak Sati jijik. Ia ciumi kain kecil yang ia pegang lalu ditaruhnya di lantai dekat kumpulan penutup tubuh Alia yang lain. Liang basah Alia dipenuhi oleh bulu bulu halus yang tertata rapi. Tanpa jijik sedikitpun Pak Sati menjilat lelehan cairan dari liang Alia.
”mmm..Pak……mm,,,,,ampumm…mmm” dari mulut Alia keluar keluhan dan engusan berat nafasnya menahan nafsu birahi yang menderanya.
”tenang lia….jangan terlalu gelisah”. bisik pak Sati di telinga Alia ”Bentar lagi ,,,,bapak sedang bikin Lia nyaman” terang pak Sati.
Erangan dan dengusan dari mulut Alia semakin membuat Pak Sati yakin akan usahanya. Dengan intens ia jilati klitoris di lepitan kemaluan istrinya ini. Kedua jarinya juga cukup gesit memilin-milin puting susu Alia. Alia semakin bertambah tak kuasa menahan nikmat birahi yang mendera pusat kemaluannya. Terasa dari dalam tubuhnya akan keluar berjuta getaran aliran larva.

Tak lama tubuh Alia mengejang, kedua tangannya menarik rambut Pak Sati yang memutih, ia terkam dengan tangannya seolah memberikan tanda ia menyonsong orgasme dengan sangat kuat. Pak Sati tetap bertahan di liang sanggama Alia yang sudah melelehkan air orgasmenya. Kedua paha Alia menjepit kepala Pak Sati yang masih bisa bertahan dan menghisap hingga tandas cairan cinta yang keluar dari liang Alia. Tubuh Alia semakin melemah setelah mendapatkan puncak kenikmatannya.Perlahan kedua pahanya mengendur dan melepaskan kepala Pak Sati. Begitu juga kedua tangannya kini semakin terbuka, keringat membasahi kulitnya yang putih mulus. Dari dahi dan leher juga dada Alia basah oleh keringat. Malam ini adalah malam pertamanya bersama Pak Sati. Alia sangat puas mendapatkan saluran pelampiasan birahinya yang terpendam selama ini. Hanya dengus nafasnya yang naik turun teratur terlihat dari gerakan bukit buah dadanya. Pak Sati bangun menjauh dari liang cinta Alia yang sudah ia bersihkan dengan lidahnya. Ia berusaha mencari air minum, air ia tuangkan kedalam gelas dan berikan pada Alia.Alia menerimanya, lalu langsung meminum air yang diberikan Pak Sati.
”terima kasih Pak,” kata Alia
Pak Sati mengangguk dan turun dari ranjang, Alia kini tergolek lemah. Rupanya Pak Sati sedang melepaskan celana dalam yang ia pakai. Kini terlihat kemaluannya yang hitam sudah tegak. Sebelum naik ke ranjang Pak Sati lebih dahulu meminum air dari sebuah mug yang ia siapkan dari siang tadi. Dalam mugnya itu berupa air kelapa muda dicampur telur bebek dan air tebu sebagai minuman penambah daya tahan untuk bersetubuh. Minuman yang ia bawa telah dihabiskan dan kini Pak Sati sudah berada di atas ranjang kembali bersebelahan dengan Alia. Alia tak berani melihat kemaluan Pak Sati yang terlihat pendek namun besar. Lebih besar dari milik David mantan suaminya namun ia ingat hampir sama dengan milik Domi, bedanya milik Domi tak disunat. Di sekeliling batang pak Sati ditumbuhi bulu bulu kasar yang agak jarang. Pikiran Alia seperti dipermainkan oleh sensasi dari dalam khayalannya. Tiba tiba Pak Sati mengulum bibirnya beberapa saat. Dalam kebimbangan pikirannya, Alia menerima kuluman dan permainan lidah Pak Sati. Meski gerakannya tak selincah saat dikulum David juga Domi dulu, gerakan lidah Pak Sati mampu membuat Alia terbakar birahi kembali.

Gelombang birahinya kini kembali pulih dan siap untuk disirami kemesraan dari suami sementaranya. Pak Sati aktif membelai buah dada Alia yang sudah mengeras dan licin oleh keringat yang kembali keluar dari pori pori kulitnya. Dari kulit tubuh Alia yang putih nyata sekali kelihatan bilur aliran darahnya. Selain itu kulitnya amat terawat dan amat mempesona. Pak Sati amat beruntung saat ini karena malam ini akan merasakan kehangatan tubuh istri sementaranya. Pak Sati memeperlakukan Alia seperti seorang putri. Pengalaman dan usia Pak Sati yang sudah tua mampu memberikan menggiring Alia untuk menikmati sorga dunia sebagai suami istri. Jari jari Pak Sati intens memberikan rangsangan dan belaian pada setiap titik titik sensitive di tubuh Alia. Sapuan lidahnya seolah menambah daya baker birahinya. Sedikit gerakan Pak Sati sudah memposisikan diri di antara kedua paha Alia. Ia buka paha Alia dengan tangannya. Alia mengikuti gerakan tangan Pak Sati yang membuka pahanya. Sedangkan wajahnya ia arahkan ke sebelah kiri dan tutupi dengan kedua tangannya. Alia tak sanggup menyaksikan suami tuanya akan memasuki dirinya.Namun sebagai wanita terpelajar,tak mungkin ia akan meminta minta pada laki laki tua itu.Jauh di lubuk hatinya ada peperangan antara birahi dan kewajiban sebagai istri. Namun rasa birahi di dalam sanubarinya telah mengalahkan egoisme pribadinya. Kini ia bersiap menyerahkan dirinya pada laki laki tua yang selama ini ia anggap sebagai pembantu keluarganya itu memasuki organ intim miliknya. Detak suara jam malam itu mengiringi gerakan Pak Sati yang menuntun kemaluannya menuju gerbang kemaluan Alia. Gerakan gugup sebagai laki laki tua menambah sensasi tersendiri bagi Alia. Alia semakin memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Perlahan kepala kemaluan Pak Sati mulai menyentuh pintu kemaluannya. Tapi Pak Sati menarik kemaluannya kembali karena tak leluasa dengan posisi Alia saat itu. Diambilnya sebuah bantal lalu di letakkan di bawah pinggang Alia. Kedua paha Alia ia buka dan tekuk ke arah pinggangnya. Posisi seperti itu sangat bagus bagi Pak Sati, namun merupakan siksaan bagi Alia. Namun Alia tidak protes karena posisi itu belum pas bagi mereka berdua, apalagi pak sati tak begitu tahu posisi posisi sanggama yang baik. Maklum sebagai orang kampung jauh dari informasi tentang hubungan badan yang baik.

Pak Sati bersiap memasuki pintu rahim Alia.Detik detik amat mendebarkan bagi Alia. Dengan perlahan kepala kemaluan Pak Sati mulai memasuki bibir kewanitaan Alia. Alia merasakan gatal dan geli di organ kewanitaannya itu. Tampak Pak Sati berusaha mendorong kemaluannya untuk masuk terus. Dari ujung kepala kemaluannya Pak Sati merasakan hawa hangat kemaluan Alia.
”ah,,,ghr,,,aduh,,,uhm, ugh,,,Pak…mm,,,,Lia gak kuat Pak!” lirih suara Alia saat dimasuki Pak Sati.
Kemaluan Pak Sati masuk dengan perlahan dan dengan gerakan lambat hingga seluruh batang kemaluan laki laki tua itu bersarang di liang kewanitaan Alia. Moment masuknya kemaluan Pak Sati dirasa Alia sedikit nyilu karena itu ia sempat menahan bahu Pak Sati. Namun kini semua sudah amblas kedalam dirinya dengan lancar. Memang kemaluan Alia sudah tak perawan lagi namun yang dirasa Pak Sati liang itu masih amat sempit. Sebelumnya Pak Sati kuatir akan membuat liang Alia berdarah karena diameter kemaluannya yang besar. Namun karena liang itu pernah dimasuki milik Domi maka kini tak ada masalah. Alia masih memejamkan matanya. Pak sati mendiamkan dirinya saat itu dan kedua tubuh anak manusia berlaianan jenis dan usia itu telah menyatu. Dari dekat Pak Sati menyaksikan Alia tergolek pasrah dan memejamkan matanya. Kuluman sesaat di bibir Alia oleh Pak Sati membantu Alia memulihkan rasa percaya dirinya. Kini keduanya sudah menyatu, keringat sudah bercampur begitu juga organ kelamin keduanya juga sudah saling mengait. Dengus nafas berat Alia semakin keras ketika Pak Sati menarik kemaluannya dari liang cinta istrinya. Perlahan keluar lalu masuk lagi dengan gerakan lambat. Alia merasakan bersebadan dengan Pak Sati amat penuh perasaan. Tidak seperti mantan suaminya David yang selalu terburu buru dan kasar, begitu juga saat bersama Domi yang suka cepat tanpa merasakan keinginan wanita dewasa seperti dirinya. Gerakan Pak Sati semakin cepat dan berkualitas. Tak lama Alia kembali orgasme. Ia angkat kepalanya dan gigit bahu suaminya itu dengan kuat. Perbuatan Alia itu menandakan wanita ini mendapatkan kenikmatan sexual yang eksplisit. Perbuatan Alia yang mengigit bahunya dibiarkan Pak Sati. Lelaki tua itu tetap saja menghujamkan batang kemaluannya kedalam liang sanggama istrinya. Alia sudah merasakan kecapaian karena 2 kali mendapatkan orgasme tapi Pak Sati belum juga menyudahi permainan ranjangnya. Ramuan yang ia minum tadi sebelum berhubungan dengan Alia terasa manfaatnya.

Alia sudah kepayahan menahan sesak di dalam kewanitaanya. Di saat Alia kembali merasakan orgasme kembali, Pak Sati menumpahkan air cintanya untuk membasahi rahim Alia. Karena cukup banyak sperma yang ditumpahkan ke dalam liang sempit itu, sebagian tumpah membasahi bantal yang menyangga pinggang Alia. Pak Sati ingin membuahi rahim Alia dengan bibitnya. Namun tanpa ia ketahui Alia sudah memasang alat Kb suntik sebelum ia nikah untuk sementara itu. Alia amat pintar dan cerdas ia sudah memikirkan hal yang tak bisa ia tolak nantinya. Tubuh basah Pak Sati jatuh menimpa kulit mulus Alia. Memang aroma keringat laki laki itu amat menyengat namun karena ia adalah suami sementaranya, maka Alia tak memedulikannya. Kini ia sudah menjalankan kewajibannya, selain itu birahinya juga telah tersalurkan setelah sekian lama tak didapatnya. Kini tinggal beberapa hari lagi ia akan diceraikan Pak Sati. Akibat kecapaian selama berhubungan tadi, Alia dan Pak Sati tertidur dengan berpelukan. Tampak rona wajah kepuasan di wajah Pak Sati begitu juga Alia. Pagi harinya Alia terbangun dengan tubuh sangat lunglai dan capai. Di samping meja kecil kamarnya terhidang sepiring nasi goreng dan segelas susu berikut telur setengah matang. Tak lama kemudian Pak Sati masuk kamar dengan langkah terhuyung karena kakinya memang pincang.
”Lia…makan dulu….biar tenaga kembali fit” terang Pak Sati.
Saat Alia akan bangun dari berbaring, ia baru sadar belum mengenakan apa apa, tubuhnya masih telanjang bulat. Dengan malu ia tutupi tubuh putihnya dengan selimut.
”Pak tolong ambilkan handuk saya,” pinta Alia.
Dengan tertatih Pak Sati mengambil handuk yang berada dekat kamar mandi. Handuk ia berikan pada Alia. Setelah menutupi tubuh telanjangnya, ia masuk kekamar mandi. Pak Sati memperhatikan tubuh yang ia gauli malam tadi dengan seulas senyum. Sementara Alia di dalam kamar mandi, Pak Sati membersihkan kamar Alia. Sprei yang masih belepotan sperma dan bau keringat keduanya diganti Pak Sati. Begitu juga onggokan pakaian Alia juga celana dalamnya ia kumpulkan. Semua kain kotor itu ia bawa keluar kamar untuk dicuci. Pagi itu Pak Sati bekerja sendirian, Mak Sanah istrinya sejak kemaren berada di rumah anaknya di kampung sebelah karena cucunya sedang sakit.

Setelah mandi dan merasakan tubuhnya segar, Alia mengenakan pakaiannya. Ia belum keluar kamar, namun masih makan makanan yang dimasak Pak Sati pagi itu. Dengan lahap ia santap nasi goreng juga telur setengah matang yang disediakan Pak Sati. Sarapan pagi yang disiapkan Pak Sati seketika dapat mengembalikan tenaganya yang terkuras habis karena bersebadan dengan Pak Sati. Alia merasakan kini tubuhnya segar dan bugar kembali. Dengan mengenakan tshirt longgar ia keluar kamar dan duduk di teras rumah peristirahatan milik orangtuanya. Sambil memandang alam pebukitan yang diselubungi embun pagi. Sungguh amat menakjubkan keindahannya. Ingin rasanya Alia berlama lama di desa ini, namun minggu depan ia sudah harus kembali ke kota, selain masa izinnya sudah habis juga pekerjaan yang harus ia laksanakan. Kini tinggal 3 hari lagi ia di desa ini dan hanya 3 hari itu juga Pak Sati harus menceraikannya untuk selanjutnya Alia bisa kembali menikah dengan David. Puas memandang alam sekitarnya, Alia beranjak ke dalam rumah. Ia memanggil Pak Sati untuk diajaknya ke pasar karena ada yang akan ia beli. Dengan alasan pekerjaan di perkebunan yang belum beres, pak Sati menolak ikut ke pasar. Alia berangkat sendiri dengan mobilnya yang sebelumnya telah ia panaskan. Selama di pasar Alia membeli keperluan dapur untuk seminggu dan tak lupa membelikan celana dalam untuk Pak Sati karena ia sempat melihat celana dalam laki laki itu sudah robek dan warnanya yang sudah berubah. Selain pakaian dalam ia juga membelikan wewangian agar tubuh pak Sati tak lagi bau saat bersamanya. Tadi malam Alia merasakan kurang begitu menikmati hubungan dengan Pak Sati karena aroma tubuhnya yang kurang sedap.Selesai berbelanja Alia pulang kerumah dengan bawaan yang cukup banyak. Di rumah Alia tinggal sendirian karena Mak sanah belum kembali karena sedang berada di rumah anaknya, begitu juga Pak Sati sedang ke perkebunan. Siang setelah masak seadanya, Pak Sati pulang dengan sepedanya. Ia sudah melihat mobil Alia sudah berada kembali di dalam garasi. Setelah menutup pagar rumah, laki laki itu masuk ke dalam rumah. Di dapur ia saksikan sudah terhidang makanan yang dimasak Alia. Namun Alia tak terlihat saat itu. Pak Sati masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dan kotoran saat di kebun.

Setelah berpakaian seadanya, ia keluar kamarnya. Alia belum juga ia lihat, laki laki itu berjalan menuju ke kamar Alia. Pintu tertutup namun tak terkunci. Tampak olehnya Alia terbaring di atas ranjang tertidur sendirian. Pak Sati tak ingin mengganggunya, dengan tangannya ia selimuti tubuh istri sementaranya itu. Saat Pak Sati berbalik, ia dipanggil Alia yang terbangun karena diselimutinya.
”kemana Pak?” tanya Alia sambil duduk di sandaran ranjangnya.
”Eh,,,dah bangun Lia?” tanya Pak Sati.
”sudah Pak,apa pak Sati sudah makan?” tanya Alia, “kalau belum ayo kita makan bersama!” ajaknya.
Dengan langkah terseok seok Pak Sati mengikuti Alia yang berjalan mendahuluinya.Di meja makan dekat dapur rumah mereka makan siang bersama. Dengan lahap keduanya makan dan berbincang mengenai situasi perkebunan. Pak Sati berpesan nanti jika Alia sudah ke kota sebaiknya Alia dan David sering datang melihat perkebunannya. Alia menyanggupi saran dan nasehat laki laki tua itu. Pak Sati amat baik dan dirasakan Alia cukup perhatian pada pekerjaan dan tanggung jawab sebagai orang kepercayaan orangtuanya. Siang sehabis makan siang bersama Alia, ada saja yang akan dikerjakan Pak Sati. Namun Alia melarang laki laki itu yang akan menyapu sekeliling rumah. Ia kasihan melihat langkah Pak Sati yang terseok seok dalam berjalan. Pak Sati akhirnya tak jadi membersihkan halaman rumah. Di dalam rumah Alia merasakan tubuhnya sedikit pegal. Dengan tangannya sendiri ia urut bahunya yang terasa berat.Pak Sati menyaksikan Alia yang kecapaian,
”Lia…biar bapak pijit ya?” kata Pak Sati.
Alia pun tak keberatan jika dipijit laki laki suami sementaranya itu. Di lantai beralaskan karpet, ia duduk membelakangi Pak Sati. Pijatan Pak Sati amat enak dirasakannya. Selain rasa nikmat dipijat, ia juga merasakan pergerakan arus birahinya. Entah kenapa sejak ia berhubungan badan malam tadi, Alia merasakan dirinya seolah amat membutuhkan Pak Sati. Tanpa ia harapkan kini Pak Sati menempati tempat tersendiri dalam relung hatinya. Dengan pijatan pijatan yang terus menerus, ia semakin terlena.
”Pak…Lia…ngantuk…Lia ke kamar dulu ya Pak?” sahut Alia.

Pak Sati menghentikan pijatannya lalu berdiri. Ia bimbing tangan Alia menuju kamar wanita itu. Di dalam kamar Alia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Pak Sati berjalan keluar kamar dan mengunci pintu rumah dari dalam. Tak lama kemudian ia pun masuk ke kamar Alia. Sebagai laki laki yang sudah makan asam garam sifat wanita, ia amat mengerti bahasa isyarat dari Alia tadi. Kini pak Sati sudah berada dikamar Alia. Ia kunci pintu kamar dan duduk di samping ranjang Alia, wanita muda yang cantik itu terlihat tertidur, namun ia tahu Alia hanya pura pura tidur. Pak Sati berusaha melepaskan pakaian yang ia kenakan. Pertama ia buka baju koko kusamnya lalu celana panjang yang terlihat sudah usang. Kini Pak Sati hanya bercelana dalam saja. Sambil bertelanjang dada ia naiki ranjang tempat Alia berbaring. Pak Sati berbaring di samping Alia dan meraih tangan halus wanita itu. Tangan Alia ia ciumi dan bawa ke arah dadanya. Alia membuka matanya karena gerakan Pak Sati yang membangunkannya. Alia memang tak menolak perlakuan pak Sati. Laki laki tua itu juga mulai nakal, tangan Alia ia bawa masuk ke dalam celana dalamnya. Alia kaget karena tiba tiba ia merasakan memegang tonggak keras yang mulai bergerak hidup. Amat besar untuk ukuran pergelangan tangannya. Meski mereka pernah bersebadan namun Alia tak pernah memegangnya. Kini tangan halusnya mulai mengenggam batang kemaluan pak Sati. Perasaan Alia semakin bercampur baur karena itu kali pertama sejak menikah dengan pak Sati ia memegang kemaluan laki laki. Pak Sati berbisik,
”Lia….apa punya bapak ini masih Lia butuhkan? jika tidak besok Bapak akan ceraikan Lia.”
Ditanya seperti itu Alia terkejut karena pak Sati sudah bersiap menceraikannya.
”Pak….Lia gak bisa jawab sekarang, yang penting Lia melakukan kewajiban Lia pada bapak….” jawab Alia.
Pak Sati terlihat termenung meresapi kata kata Alia. Tanpa diminta Pak Sati bergerak menciumi bibir Alia.
”mmmhmmmm,,,,,,cccccppppp….ahhhhhhh,” bunyi pertemuan bibir mereka.

Tangan Pak Sati ikut aktif merabai buah dada Alia. Alia kini telah menerima perlakuan Pak Sati dengan ikut membalasnya. Kedua anak manusia berlainan usia dan status itu semakin bebas saling meraba. Alia tak terlalu kaku lagi disaat ia juga aktif menciumi dan menggigit dada Pak Sati .Tanpa ada kata yang terucap kedua anak manusia yang sedang berasik masyuk. Tak membutuhkan arahan, Pak Sati semakin mahir membukai pakaian Alia dengan cepat. Baju dan celana panjang berikut bra dan celana dalam Alia terlepas dari tubuh tuannya. Pak Sati dengan sigap melepas celana dalamnya. Alia juga sudah tak malu lagi menggenggam batang kokoh milik suami sementaranya itu. Tak diminta oleh Pak Sati, Alia ikut membantu mengarahkan kemaluan suaminya itu menuju liang rahim miliknya yang sudah basah.
”Ugh…uh,,uh,,uh,,terus pak..terus pak!” lirih suara Alia meminta Pak Sati agar segera mendorong kemaluannya memasuki dirinya.
Karena usianya yang memang sudah lanjut, Pak Sati berusaha mengimbangi nafsu Alia. Namun secara perlahan dan penuh penghayatan, sikap tenang dan gerakan yang teratur itulah yang membuat Alia menyukai gaya bercinta Pak Sati. Tak butuh waktu lama, Alia mendapatkan orgasmenya
“Uugh,,ugh,,,aduh,,,pak,,,ampun,,,,duhhh!!” dengus nafasnya yang berat.
Tangan Alia mencengkram lengan laki laki tua itu. Tubuhnya menegang dan kedua kakinya menjepit pingang Pak Sati. Pak Sati berusaha sekuat tenaganya untuk memberikan pelayanan terbaik pada Alia. Sebagai suami ia wajib memuaskan hasrat istrinya itu. Kedua tangan Pak Sati berusaha menggapai buah dada istrinya yang sudah basah mengkilap oleh keringat keduanya yang bercampur. Akhirnya Pak Sati mempercepat gerakannya hingga mendorong kemaluannya ke dalam rahim Alia sedalam mungkin. Pak Sati memberikan rasa nikmat persetubuhan itu pada Alia dengan menumpahkan bibit yang akan membuahi rahim istrinya yang cantik itu. Tubuh Pak Sati ambruk di atas tubuh Alia. Keduanya berpelukan dengan sangat erat. Puas dengan persenggamaan barusan, tubuh keduanya berusaha lepas. Kemaluan Pak Sati mengecil dan lepas dari liang sanggama Alia. Tubuhnya jatuh ke samping Alia dan tertidur. Karena kecapaian keduanya tertidur beberapa jam.

Tengah malam keduanya terbangun karena hujan yang turun dengan derasnya disusul rasa lapar yang mendera. Pak Sati bangun dari ranjang dan meraih sarung yang berada di kamar Alia. Laki laki itu tak mengenakan pakaian dalamnya.
”Lia mau makan?” tanya Pak Sati pada Alia.
Sambil berkata perutnya juga lapar, Alia juga bangun dan mengenakan kembali celana dan baju piyama. Ia tak mengenakan apapun untuk menutupi kemaluan dan buah dadanya yang masih lengket oleh ludah dan lendir di kemaluannya. Pak Sati menggandeng tangan Alia keluar kamar untuk makan. Alia mengikuti genggaman tangan Pak Sati yang berjalan di depannya. Sampai di ruang makan Alia dibantu Pak Sati membuka lemari dan meletakkan makanan yang akan mereka makan. Dalam sekejap keduanya makan dengan lahap. Sesekali pandangan mereka beradu dan keduanya tersenyum. Perut keduanya sudah kenyang dan kembali membereskan meja makan. Sambil bergandengan tangan kembali keduanya masuk kamar. Pak Sati sempat membelai rambut anak rambut Alia. Alia menurut saja rambutnya dibelai Pak Sati lalu dicium laki laki tua itu. Pasangan itu akhirnya merebahkan tubuhnya dan saling bercengkrama tak kalah dengan penganten muda usia. Sesekali tangan nakal pak Sati meraih buah dadanya yang tak berpenutup di dalamnya. Tiba tiba tangan Pak Sati menarik tangannya dan membawa tangan Alia ke selangkangannya. Meski sebelumnya Alia pernah merasakan tongkat ajaib pak Sati, namun setiap ia menggenggamnya ada desir aneh dalam dirinya. Namun selagi itu milik suaminya Alia tak memperdulikannya. Ia pegang dan genggam benda yang mulai mengeras dan siap memasuki dirinya. Puas memilin dan merabai dada Alia, Pak Sati turun ke arah organ intim wanita cantik ini. Jari tengahnya mencari klitoris yang terletak di celah liang sanggama wanita muda ini. Tubuh Alia terlonjak menikmati sentuhan jari tangan Pak Sati. Liangnya mulai basah dan seluruh pori porinya mengeluarkan keringat. Tak ada kata di antara kedua anak manusia ini, keduanya berusaha saling memberikan kenikamatan pada pasangannya. Pak Sati memposisikan dirinya di antara kedua paha mulus yang ditumbuhi bulu bulu halus milik istrinya. Tak butuh waktu lama, kepala kemaluan Pak Sati mulai meretas masuk ke dalam liang cinta Alia.
”Ugh,,,uh,,uh,,uh,,aduh,,Pak….terus,,,pak…uh!” Alia mendesah lirih.

Pak Sati terus memaju mundurkan kemaluannya di dalan kemaluan Alia. Sambil memaju mundurkan kemaluannya, tangan Pak Sati meraih buah dada Alia yang selalu memancing niatnya untuk merabanya. Dada Alia cukup indah,selain putih juga dihiasi kalung emas yang berinisial ‘A”. Tangan tua Pak Sati intens memilin dan merabainya mengikuti gerakan kemaluan Pak Sati yang maju mundur.
”ugh,,,,uh,,,Pak!” tubuh Alia mengejang dan tangannya mencengkram tangan Pak Sati.
Ia bangun dan mengigit dada Pak Sati karena gelombang dasyat orgasmenya. Puas dengan orgasmenya, ia melepaskan tubuhnya dari pelukan Pak Sati dan menelentangkan tubuhnya ke ranjang. Keringat kedua anak manusia ini sudah banyak dan membasahi kain sprei. Beberapa menit kemudian Pak Sati pun mulai memuntahkan air pembuat bayinya didalam kemaluan istrinya itu.
”Uh,,,,uh,,uh,,,gh,,gh!” dengus Pak Sati.
Tubuh pria tua itu rebah di atas tubuh Alia. Keduanya akhirnya tertidur karena letih bersanggama. Pagi hari Pak Sati masih terbaring disamping Alia.Pak Sati merasakan puas karena ia dan Alia sudah melalui syarat syah sebagai suami istri. Saat pak Sati terbangun, Alia juga bangun. Keduanya sepakat mandi bersama di kamar mandi kamar Alia. Dengan bersemangat Pak Sati menyabuni tubuh Alia dan sesekali ia raba payuadara istrinya. Di kamar mandi pagi itu, keduanya kembali melakukan persebadanan singkat. Kembali Pak Sati yang orang desa dan pincang itu, berhasil membasahi rahim Alia dengan spermanya. Hampir selama seharian di hari itu mereka berdua melakukan hubungan sex dengan sangat panas. Berbagai gaya telah mereka praktekan. Pak Sati yang awalnya hanya tahu gaya konvensional, akhirnya mengetahui gaya gaya seni bercinta yang lain dari buku buku yang dibawa Alia. Alia pun kini menikmati sentuhan dan siraman air cinta dari Pak Sati. Namun ada sesuatu yang tak mungkin ia ceritakan pada siapapun termasuk David kelak, mulai saat malam ia bersebadan dengan Pak Sati, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda yang ia temukan pada diri Pak Sati. Ia mulai mencintai Pak Sati, jujur ia juga menyukai sifat dan rasa toleransi laki laki itu padanya. Alia juga merasakan kepuasan yang tidak ia temukan saat berhubungan badan dengan David mantan suaminya juga Domi. Rasa kebapakan dan mengayomi yang dimiliki laki laki tua yang pincang itu mampu merubah segala pandangan negatifnya selama ini. Namun karena ingin menjaga martabat dan kehormatan keluarganya juga janji pada David

Akhirnya hari kelima itu Alia rela menerima talaq dari Pak Sati. Sebelum Pak Sati menjatuhkan talaq, malam hari pak Sati dan Alia masih sempat melakukan hubungan badan. Semua kejadian yang dialami Alia bersama Pak Sati tidak diketahui oleh keluarga Alia. Alia juga tak ingin keluarganya tahu sebab akan mencoreng muka keluarga juga resiko Pak Sati akan didepak dari perkebunan. Selesai melewati masa indahnya, Alia pun resmi menikah dengan David kembali. Kedua anak muda pasangan yang serasi ini kembali bersatu. Sebagai pasangan suami istri tentu saja keduanya melakukan hubungan suami istri, David selalu mendapatkan kepuasan saat bersama Alia. Namun tidak bagi Alia, semenjak merasakan berhubungan dengan Pak Sati, ia seolah sulit melupakan sosok laki laki itu. Meski kakinya cacat, namun untuk urusan ranjang dan sikap pada wanita David bukanlah apa apa. Kini Alia hanya menjalankan kewajiban sebagai istri saja pada David, namun jauh dilubuk hatinya ia amat merindukan kehadiran Pak Sati. Waktu berlalu dan bulan demi bulan berjalan hingga penantiannya itu terwujud juga. Saat David harus diopname di rumah sakit beberapa hari karena typus, Alia bertemu Pak Sati yang saat itu di sedang ke rumah orang tua Alia memberikan laporan tentang perkebunan yang ia awasi. Alia meminta Pak Sati menjaga rumahnya dan menunggui suaminya dirawat inap di rumah sakit. Apalagi Alia cukup sibukan oleh pekerjanya, jadi ia tak bisa menjaga David di siang hari penuh. Alia hanya menyempatkan ke rumah sakit saat makan siang dan malam sehabis membesuk suaminya ,Alia dengan ditemani Pak Sati pulang ke rumah. Alia menyetir sendiri mobilnya, Pak Sati duduk di sampingnya. Selama perjalanan pulang Alia banyak bertanya tentang perkebunan dan juga Mak Sanah. Sebelum sampai di rumah, Alia singgah di sebuah minimarket membeli keperluan untuk di rumahnya. Kurang dari sejam keduanya sudah sampai di rumahnya yang cukup asri. Pak Sati turun dari mobil dan membuka pagar rumah, Alia pun memasukan mobilnya ke dalam garasi. Sampai dalam rumah, Pak Sati pun langsung masuk ke kamar khusus tamu. Sedangkan Alia masuk ke kamarnya membersihkan tubuhnya. Malam itu Alia mengetuk pintu kamar Pak Sati mengajak laki laki tua itu makan malam. Pak Sati keluar kamar hanya mengenakan sarung dan baju kaos biasa. Tanpa sungkan karena sudah terbiasa, Pak Sati menuju meja makan bersama Alia. Di meja makan sudah disiapkan Alia makanan dan buah-buahan. Sambil makan keduanya asik ngobrol berbagai hal biasa saja. Alia tak segam menyajikan nasi ke piring Pak Sati, meski berkali kali laki laki itu menolaknya agar jangan memperlakukannya sebagai tamu agung. Alia terus saja memberikan lauk pauk ke piring Pak Sati. Akhirnya laki laki tua itu tak bisa berbuat apa apa menolak.

Selesai makan,Pak Sati diminta Alia duduk di ruang tengah tempat biasanya ia dan David nonton televisi. Setelah membereskan meja makan, Alia pun duduk di samping Pak Sati yang sedang asik menyaksikan acara televisi. Alia duduk amat dekat dengan Pak Sati. Sambil ngobrol ia berusaha memancing Pak Sati mengingat saat mereka sebagai suami istri sementara. Pancingan awal Alia seakan tak diacuhkan Pak Sati sebab laki laki tua itu amat memegang teguh perjanjiannya. Namun karena Alia kini sudah berubah dan malah terlihat atraktif pada Pak Sati. Mungkin karena selama ini Alia selalu mengekang birahinya yang terpendam. Alia semakin berani dan memancing Pak Sati. Semenjak Alia merasakan kejantanan Pak Sati mengaduk aduk kemaluannya, ia semakin tak mempedulikan sikapnya itu. Tapi semua ini ia lakukan hanya pada Pak Sati. Alia semakin berani memegang kemaluan Pak Sati yang masih tertutup cd dan sarung. Kepalanya disandarkan di bahu Pak Sati.Berkali kali Pak Sati mencoba menyadarkan Alia bahwa kini status mereka sudah berubah dan terlarang. Namun nasehat itu tak ada gunanya, apalagi Pak Sati juga laki laki yang punya gairah dan birahi. Diserang dengan cara seperti itu, pertahanan iman Pak Sati pun runtuh. Kini ia mulai berani meraba dan menciumi pipi Alia. Rabaannya juga sampai di payudara indah milik istri David itu. Mendapat balasan dari Pak Sati Alia semakin berani, ia tarik tangan laki laki tua itu menuju kamarnya. Dalam kamar yang luas dan dingin oleh hawa AC, keduanya semakin tak terpisahkan. Tanpa ada banyak kata yang terucap, keduanya sudah sama sama telanjang dan saling meraba juga memilin titik titik sensitif di Alia. Beberapa kali terdengar lenguhan dan rintihan Alia yang seolah tak tertolong oleh gelombang birahi yang menyerangnya. Seolah mendapat izin dari Alia, pak Sati mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki gerbang kenikmatan milik istri David yang dulu pernah ia kawini. Lenguhan kenikmatan keluar dari mulut mungil Alia. Tangan tangan tua dan kasar milik Pak Sati begitu rakus merabai setiap inci kulit mulus yang putih ini. Dingin AC kamar itu kalah oleh panas api birahi dua anak manusia ini. Kedua belum tampak ada yang mengalah.Pak Sati terlihat kuat seperti menunggangi kuda. Kepala Alia miring ke kiri dan kanan mengungkap kenikmatan yang ia rasakan. Malam ini adalah malam yang ditunggu dan dinantinya untuk menlepaskan dendam birahi yang ia pendam selama ini, begitu juga bagi Pak Sati. Tubuh Alia selalu membayangi dirinya, kenikmatan bersebadan yang pernah ia rasakan seolah terus mengejar langkahnya. Kini kedua tubuh berlainan jenis dan usia itu menemukan pelampiasannya. Mereka sebenarnya berjodoh, namun karena angkuhnya kehidupan dunia yang materialis dan status sosial yang membelenggu keduanya, maka mereka tak mungkin bersatu secara baik baik. Sebagai perwujudan dari keinginan keduanya,akhirnya mereka secar sembunyi sembunyi terus melakukan hubungan terlarang itu tanpa diketahui oleh keluarga besarnya dan masyarakat sekeliling mereka.