Akhwat Yang Ternoda
Tapi untuk sekedar infomasi saja, Cerita ini mungkin akan berakhir seperti cerita ane sebelumnya atau cerita-cerita bergenre sama, yaitu adanya kemungkinan terbengkalai karena ke amatiran dan ke abal-abal ane. Namun meskipun begitu, ane akan tetap terus berusaha sekuat mungkin untuk jadi penulis sebenarnya.
Tolong dimaklumi saja ya suhu!!!
Keuangan keluarga Haris semakin hari semakin terasa mencekat manakala saat ini ia harus rela diputus kerja secara sepihak oleh pihak pabrik tempat dia mengabdikan diri selama ini. PHK memang sudah menjadi momok tersendiri bagi semua buruh diluar sana. Ketetapan kerja yang abu-abu serta manajemen yang buruk seringkali di temui di pabrik-pabrik saat ini.
Tapi semua hal tersebut tertutupi dengan tunjangan dan gaji yang memang menggiurkan banyak mata, apalagi ketika adanya sistem lemburan yang bisa dimanfaatkan para buruh untuk mendulang lebih banyak penghasilan, tentu saja pabrik tidak akan pernah kehabisan orang yang berminat untuk bekerja disana. Termasuk untuk Haris sendiri. 10 tahun sudah dia memberikan jiwa dan tenaganya untuk jadi buruh di pabrik yang beroperasi sebagai pembuat biskuit. Hanya untuk mendapati kalau beberapa hari yang lalu dia harus rela di PHK.
“Mungkin sudah bukan rejeki untuk kita lagi Abi” Ucap Istri Haris dengan suara yang lembut. Istrinya Nurul paham betul kalau suaminya tersebut begitu terpukul dengan pemecatan yang di terimanya.
Saat ini, Haris memberitahukan kepada istrinya tersebut tentang pemutusan kontrak kerjanya di pabrik. Awalnya dia berniat untuk tidak memberitahu Nurul karena malu dan juga bingung. Tapi setelah melewati berbagai pertimbangan Haris berfikir lebih baik dibicarakan saja. Haris yakin istrinya pasti mengerti, dan hal itu ternyata benar.
Nurul memang terlihat ikut sedih mendengar kabar ini, namun dia terlihat lebih support kepada suaminya tersebut dengan tidak menunjukkan wajah kekecewaannya. Nurul yakin suaminya pasti lebih terpukul darinya saat ini.
“Maafkan Abi, Mi! Abi janji bakal cari kerja lagi secepatnya” ucap Haris memegang tangan istrinya.
Nurul pun tersenyum “Iya Abi, Umi akan bantu doa buat kelancaran seluruh urusan Abi kedepannya. Semoga Allah memberikan kita jalan rezeki yang lebih baik” Ucap Nurul menenangkan segala gundah gulana di hati suaminya.
“Ammiinnn. Makasih sayangkuu” balas Haris sambil mengecup kening sang istri. Nurul bahkan sampai bersemu merah karena perlakuan suaminya tersebut.
“Yuk kita tidur!” Ajak Haris kemudian.
Namun bukannya mengikuti suaminya yang berselimut, Nurul justru terlihat tersenyum manja seperti meminta sesuatu.
“Umi lagi pengen nih Bi!” Ucapnya secara tiba-tiba menggoyang badan Haris.
Haris yang tadinya sudah nyaman dalam selimut pun terlihat kaget dengan permintaan dari istrinya tersebut. Karena ini adalah pertama kalinya Nurul meminta nafkah batin kepada Haris secara gamblang seperti itu.
“Umi kesambet setan dimana?” Tanya Haris bercanda berusaha mencairkan suasana hatinya yang serasa mau melompat dari tubuhnya.
Bukan apa-apa, tapi selama ini Haris mengenal istrinya Nurul sebagai pribadi yang pemalu dan alim. Meski mereka sudah berumah tangga selama 6 tahun. Tapi Nurul kadang bersikap seperti ABG yang baru jatuh cinta karena sifat pemalunya tersebut.
Lantas ucapannya yang barusan pastilah sangat mengagetkan Haris.
Nurul lalu memasang wajah cemberut “Gak jadi deh kalau gitu” jawabnya menyesal mencoba jujur kepada suaminya tersebut.
Bukan tanpa alasan, Nurul mengatakan hal tersebut karena selama ini dia merasa intensitas hubungan ranjang dirinya dengan Haris sangatlah berkurang. Apalagi semenjak Haris memutuskan untuk berkerja lembur terus-terusan karena ingin menabung untuk membeli rumah. Aktivitas yang seharusnya jadi ibadah tambahan untuk pasangan suami istri tersebut, akhirnya harus ikut dikorbankan juga.
Dalam hati Nurul bahkan mengharapkan kalau suaminya tersebut mau melakukan hubungan ranjang dengannya setiap hari, karena sudah bertahun-tahun mereka menikah, kehadiran malaikat kecil diantara mereka belum kunjung datang juga. Dan Nurul seperti terpukul oleh hal tersebut.
Tapi selama ini dia mencoba mengerti saja karena mungkin memang mereka belum diberi rejeki oleh tuhan yang maha kuasa. Tapi kalau mencoba saja kurang, bagaimana mau mengharapkan hasil yang maksimal?
Itulah yang jadi pemikiran Nurul selama ini hingga akhirnya dia memutuskan untuk berbicara dan meminta lebih dulu kepada Haris suaminya. Tapi bukannya direspon positif, Haris malah mengaggap perkataannya tersebut sebagai lelucon semata saja. Padahal butuh keberanian besar dalam diri Nurul untuk bisa berbicara seperti itu.
Kecewa mungkin adalah hal yang dirasakan Nurul saat ini, tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin dia merengek kepada suaminya untuk diajak berhubungan ranjang. Rasanya tidak pantas seorang istri yang meminta duluan kepada suami.
Haris tiba-tiba bersuara. “Ini pasti gara-gara omongan ibu-ibu komplek, iya kan?” Tanyanya.
Nurul tercekat, serasa bahwa perkataan suaminya tersebut seperti tepat mengenai sasaran. Tapi Nurul berupaya menyembunyikan kegugupannya agar tidak ketahuan.
“Enggak” jawabnya singkat.
Haris menghela nafas “Umi gak perlu berbohong, Abi juga sudah dengar kabarnya”
“Tapi kenapa Abi diam saja?” Nada bicara Nurul pun naik seketika
“Karena semua itu tidak benar Umi” jawab Haris tenang.
Nurul membalik badan menatap suaminya “Abi tau darimana kalau Umi ini gak mandul? Enam tahun kita menikah tapi Umi tidak pernah hamil. Itu namanya apa kalau tidak mandul?” Kata Nurul dengan nada yang semakin tinggi.
Habis sudah rasa sabar yang dimilikinya selama ini melihat sikap Haris yang terlihat begitu tenang-tenang saja, padahal dia tau tentang rumor yang tengah beredar di kampung sekitar. Rumor bahwa Nurul mandul dan tidak bisa memberikan keturunan.
Memang ini bukan pertama kalinya pasangan Haris dan Nurul jadi topik pembicaraan di sekitar. Tepat tiga tahun yang lalu, rumor yang sama juga menghantam keluarga kecil tersebut. Tapi pada saat itu, baik Haris maupun Nurul dengan cepat membantah kabar tersebut dengan memberitahu kalau mereka sama-sama berkomitmen belum ingin mempunyai anak.
Namun setelah tiga tahun kemudian mereka justru belum punya anak juga, rumor tersebut kembali datang menerpa mereka. Entah siapa yang memulai, dan apa tujuannya. Tapi rumor tersebut cukup berpengaruh pada kondisi psikis Nurul.
“Kita sudah pernah ke dokter dan dokter bilang Umi baik-baik saja” balas Haris berusaha menenangkan emosi istrinya.
“Bisa saja dokter nya salah” balas Nurul cetus.
“Kalau begitu ayo kita buktikan saja” ajak Haris yang kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Nurul.
“Dah males. Mending tidur aja” jawab Nurul masih ketus.
Haris tersenyum gemas, salah satu sifat istrinya yang begitu dia sukai adalah sifat marahnya. Entah kenapa dia merasa istrinya tersebut jadi seperti anak ABG putus cinta kalau sedang marah.
“Yakin nih? Padahal tadi Umi yang ngajakin loh” ucap Haris menggoda.
Nurul pun jadi mengutuk dirinya sendiri ketika dia diingatkan akan permintaannya tadi. Mukanya memerah padam saat adegan tersebut kembali terputar dikepalanya. Dia tidak habis pikir kalau dia punya keberanian seperti itu juga.
“Yakin 100 persen” jawab Nurul yang kemudian masuk ke dalam selimut.
Haris tersenyum kecut melihat istrinya.
“Maafin Abi, Mi! Ini semua bukan salah Umi tapi salah Abi. Bukan Umi yang mandul tapi Abi” ucap Haris di dalam hatinya.
Andai saja Haris punya keberanian seperti itu untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Mungkin istrinya tidak perlu merasa terbani oleh rumor-rumor tersebut. Tapi semuanya ditahan oleh Haris karena dia takut akan konsekuensinya di kemudian hari yang berpotensi dirinya akan kehilangan Nurul seutuhnya.
Haris takut kalau sampai istrinya tau, Nurul akan menceraikan dan meninggalkannya seorang diri dan Haris merasa tidak siap untuk hidup tanpa Nurul.
Untuk itu, dia harus menyimpan rapat-rapat rahasia ini meski harus hidup dalam rasa bersalah yang begitu mendalam kepada Nurul di hatinya.
#Bersambung………..