Gairah di dalam tenda

Pada valentine yang lalu aku tidak pernah memikirkan dan menyangka hubungan seks bisa terjadi secepat itu, acara itu kami rayakan di kawasan wisata kaliurang, diman kita berangkat pukul 2 siang semua peralatan camp. Sudah siap untuk 2 hari, sampai ditempat aku langsung mendirikan tenda kira kira pukul 5 sore, sementara Dinda terlihat turun ke sungai kecil yang airnya sangat bening.

Begitu selesai memasang tenda, aku langsung ikut Dinda turun dengan membawa sekalian peralatan mandi. Kulihat Dinda sedang asyik bermain air di atas sebuah batu besar.

“Mandi gih, ntar kesorean lho”, kataku.

“Dingin ah, lagian mau mandi pake apa?”, tanyanya.

“Pake ini aja”, aku mengulurkan kain pantai biru milikku dan sekalian dengan sabun peralatan mandi.

“Tapi Mas pergi dulu dong, aku mau ganti dulu nich”.
“OK”, aku langsung pergi menuju ke hilir sungai, kira-kira 10 menit kemudian, Dinda aku kembali lagi dan kulihat Dinda telah asyik berendam di air.
“Dingin nggak?”, tanyaku.

“Lumayan, ayo mandi juga”, ajaknya.

“Ntar deh”.

Sekilas aku melihat kain bali yang dipakai Dinda tersingkap di air sehingga memperlihatkan pahanya. Dadaku langsung berdesir dan berdegup kencang. Entah setan apa yang menuntunku untuk lebih mendekat ke pinggir sungai agar dapat melihat lebih dekat sosok Dinda.

 

“Ayo”, ajaknya lagi. Aku cuma tersenyum.

Dinda naik ke atas batu dan mulai menggosok badannya. Saat itu mataku tak bisa lepas dari payudara Dinda yang menyembul walaupun telah ditutupi kain bali yang basah. Penisku sudah menegang sejak tadi. Dinda masuk lagi ke air begitu selesai membersihkan badan dan kakinya.

Badan dan kepalanya bersandar ke batu besar yang berada di dalam aliran air dengan mata tertutup. Entah setan mana pula yang merasukiku, aku langsung membuka baju yang kupakai sehingga hanya tinggal celana pendek dan langsung masuk ke sungai. Dinda terkejut dan membuka matanya tapi lalu tersenyum.

“Gak dingin kan?”, tanyanya.

“Dingin ah”, kataku sambil mendekati dia.

Aku duduk di sampingnya dengan posisi yang sama (bersandar di batu), tangan kami saling bersentuhan sehingga membuat dadaku semakin berdegup kencang. Kuberanikan diri untuk meremas tangannya yang berada di dalam air.

Tak ada respon. Kuelus tangannya pelan, semakin ke atas. Posisiku agak miring sekarang. Mata Dinda masih tertutup tapi dapat kurasakan badannya menegang. Rupanya dia juga sudah mulai terangsang.

Kesempatan tersebut tak kusia-siakan. Dinda langsung kurengkuh dan kuhujani dengan ciuman di leher dan terus ke bibir. Dia membalas pelukanku dan mulai meraba-raba punggungku. Bibirnya ku kulum, turun ke leher sambil tanganku melepas kain pantai yang sedang dipakainya dan kuletakkan di atas batu.

Sasaranku kini adalah payudaranya yang merah merekah. Putingnya kuisap-isap. Dinda menggelinjang pelan. Tanganku mulai menggerayangi vaginanya. Dinda meremas rambutku dan mengerang. Dinda kunaikkan ke atas batu.

Kucumbu mulai dari leher, kemuDinda payudaranya kembali kuhisap dan tanganku lebih leluasa memainkan vaginanya. Kuciumi perut dan turun ke kewanitaanya. Kulihat jelas vaginanya berwarna merah ditutupi bulu-bulu yang lebat.

Kuciumi dan kelentitnya kumainkan dengan lidah. Badan Dinda menegang dan dia terus mengerang. Kubuka celana pendekku sekaligus dengan CD-nya. Penisku yang berukuran panjang 18 cm langsung mencuat keluar.

Dinda terlihat agak kaget begitu melihatku dalam keadaan bugil di hadapannya. Aku naik lagi ke atas Dinda. Penisku kumainkan di vaginanya. Kepala penisku kugesek-gesekkan di kemaluannya.

Dinda mengerang. “Mas…, ohhhmm…”.

Dinda kuangkat lagi ke dalam sungai, kurebahkan di pinggir. Badan kami setengah masuk ke dalam air. Kakinya kurenggangkan dengan kakiku, kemuDinda sambil meraba-raba dengan tangan kuarahkan penisku ke vaginanya.

Dengan perlahan kepala penis kumasukkan. Baru sebatas kepala kulihat Dinda mengerang dan menggigit bibirnya. Penisku kutarik pelan dan kugesek-gesekkan hanya sebatas kepala yang masuk tadi. Begitu Dinda tenang, penisku kembali kumasukkan setengahnya. Dinda menjerit. Bibirnya langsung kukulum dan penisku kutarik keluar sedikit.

Pelan-pelan penisku kugoyang-goyangkan sebatas setengahnya yang baru masuk tadi. Begitu Dinda terlihat mulai menikmatinya, penisku kudorong pelan semakin dalam. Dinda kembali menjerit tertahan dan meremas pundakku. Kali ini penisku kubiarkan agak lama bersarang di vaginanya tanpa kugerak-gerakkan. Bibirnya terus kukulum dan payudaranya kuremas.

 

Lebih dari 5 menit kemuDinda aku mulai menggoyang-goyangkan penisku kembali dengan perlahan sambil mengulum payudaranya. Kecipak air terlihat di pinggir sungai karena goyangan tubuh kami. Dinda mulai menikmatinya. Karena berada di dalam air, goyangan kami terasa lain.

Setiap aku menggoyangkan penisku, Dinda membalas dengan menggoyangkan pantatnya di dalam air. Gerakannya pelan karena hambatan di dalam air. Penisku terasa diurut-urut di dalam vagina Dinda. Gerakan kupercepat dan Dinda tetap mengikuti irama gerakannku.

“Ohhh…, Masss…, terusss…”, erang Dinda.

“Kamuuu juga terusss.., goyyangkaaan…, oohh…., mmhhh…”.

Badan Dinda kuangkat ke atas dengan posisi setengah berdiri. Penisku tetap berada dalam vaginanya. Dinda kupeluk erat sambil terus menggoyangkan pinggulku. Badan Dinda terasa mengejang. Mungkin dia akan orgasme, pikirku. Goyangan kupercepat.

“Ohh…, Mass…, teruss.., ohhh…”, bisiknya.

Badan Dinda kuangkat dan kurebahkan di atas rumput lagi, pantatnya kusanggah dengan kain pantai yang basah. Penisku langsung kumasukkan ke vaginanya dan langsung menggoyang-goyangkan pinggulku. Kaki Dinda mengapit tubuhku. Badannya mengejang. Tangannya mencengkeram tubuhku. Gerakan pinggulku semakin kupercepat.

“Ohh…, Masshh…”, Dinda menjerit tertahan saat dia mencapai orgasme.

Dinda memelukku erat. Pinggulku berhenti kugoyangkan dan penis kukeluarkan dari vaginanya.

Aku mengambil sabun mandi dan mulai membaluri penisku. Aku berbaring telentang disamping Dinda, tangannya kubawa ke penisku dan kukocok. Tanganku kulepas dan Dinda terus mengocok penisku. Badanku mulai mengejang.

Tangan Dinda kulepas dari penisku. Dinda kurebahkan kembali dirumput, penisku kumasukkan ke belahan payudaranya dan menggoyangkan penisku. Begitu terasa aku mau orgasme kembali penis kulepaskan dari payudara Dinda dan membiarkannya sebentar.

Begitu aku agak tenang, aku membalikkan tubuh Dinda terlungkup. Kakinya kurapatkan, penisku kumasukkan ke sela-sela paha belakangnya, penisku tidak kumasukkan ke dubur Dinda. Penisku terus kugoyangkan sampai aku mengalami orgasme.

Spermaku keluar di sela-sela pahanya. Aku memeluk Dinda sebentar kemuDinda membalikkan badannya dan kuciumi dengan lembut. Kami berdua terbaring kelelahan. KemuDinda aku bangun dan membersihkan diri dan diikuti oleh Dinda.

Selesai mandi aku melihat jam menunjukkan pukul 16.45. Berarti kami telah bercinta sekitar 45 menit. Aku dan Dinda naik menuju ke lokasi tenda.

Pukul 7 malam aku memasak mie instant dengan corned. Dinda sedang asyik mendengarkan radio di dalam tenda. Kami menyelesaikan makan malam sekitar jam 7.30. Aku dan Dinda duduk berdua di luar tenda sambil membuat api unggun kecil. Dinda bersandar di pundakku sambil memandangi bintang-bintang.

“Dingin ya Mas”, kata Dinda memecah kesunyian.

“Ya”, mau kupeluk?”.

“Mmm…”, Dinda tersenyum sambil merapatkan tubuhnya.

Aku langsung merangkul tubuh Dinda. Terasa payudaranya yang kenyal mengganjal membuatku langsung terangsang untuk mengulang kejaDinda tadi sore. Bibirku langsung mencium kening Dinda, terus turun ke bibirnya.

Dinda membalas perlakuanku. Kami saling berpagutan. Tanganku meremas payudaranya yang terbungkus sweater. Tangan Dinda kubawa ke penisku yang sudah mengeras. Dinda kurebahkan di atas matras, sweaternya kubuka sebatas leher dan payudaranya kuhisap.

“Ouhhh Masss…, terusss”, erangnya.

Aku semakin ganas, di pinggir payudaranya kubuat cupang merah. Celana Dinda kubuka sekaligus dengan CD-nya sebatas lutut. KemuDinda vaginanya ku kulum, kumainkan dengan lidah.
“Terus Mas…”, erangnya.
Celanaku kubuka dan penisku langsung muncul keluar. Tubuh Dinda kumiringkan berhadapan dengan tubuhku. KemuDinda celanaku kubuka seluruhnya sehingga hanya tinggal baju yang menempel di tubuhku.

Penis kumainkan di vaginanya, ujung penis kugesek-gesekkan di kelentitnya. Dinda mengerang-erang. Celananya kulepas semua beserta seluruh pakaiannya. Kini Dinda telah telanjang bulat telentang di atas matras. Aku juga ikut membuka seluruh pakaian yang kukenakan. Kami telanjang bulat berdua, berpelukan, saling membelai, memagut.

 

Aku meraba vagina Dinda, terasa vaginanya telah basah. Dinda kubangunkan dan membuat posisi merangkak. Aku memeluknya dari belakang dan memasukkan penis ke vaginanya dan menggoyang-goyangkan penisku, seperti sore tadi dan Dinda mengikuti irama gerakanku dengan menggoyangkan pinggulnya juga. Bunyi kemaluan kami yang bersentuhan terdengar di antara suara jangkrik.

KemuDinda Dinda kutelentangkan, kakinya kurenggangkan. Satu kaki kuangkat ke atas, aku memasukkan penisku dengan posisi duduk. Penisku kugoyang-goyangkan terus dan Dinda mengerang-erang. Kali ini erangannya tidak ditahan lagi seperti sore tadi.

Tubuh Dinda kuangkat berhadapan dengan tubuhku. Penisku terus menancap di vaginanya. Tubuh Dinda kupeluk erat dan pinggul kami saling bergoyang. Kurasakan penisku seperti diurut-urut hingga menghasilkan sensasi yang luar biasa nikmatnya.

Badannya kurebahkan lagi, kedua kakinya kuangkat, penisku kumasukkan lagi ke liang surganya dengan posisi setengan berdiri. Penisku kugoyang-goyangkan terus. Tubuhku mulai mengejang, kemuDinda penisku kutarik keluar. Tubuh Dinda terus kucumbu sampai aku relax lagi. Aku tidak ingin mengalami orgasme duluan.

Begitu tenang kembali, tubuh Dinda kumiringkan, aku memasukkan penisku ke vaginanya dari belakang. Satu kakinya kuangkat. Lima menit kupertahankan posisi tersebut, terasa tubuh Dinda menegang seperti sore tadi ketika dia orgasme. Erangannya kali ini tak tertahankan lagi.
“Oh…, Mass…, teruss…,ceppatt.., oh…, lebih keras goyangnyaaa..”, erang Dinda.

Aku mempercepat goyangan pinggulku sampai Dinda akhirnya menjerit ketika mencapai orgasme, aku langsung membalikkan tubuh Dinda dan menindihnya. Aku juga hampir mencapai orgasme, pinggulku kugoyang-goyangkan kembali dengan cepat, Dinda hanya pasrah dan aku mengerang keras ketika mencapai orgasme.

“Aku sayang kamu Dinda”, bisikku di telinganya.

Aku bopong tubuh Dinda masuk ke tenda, kumasukkan ke sleeping bag, baju dan peralatan juga kubawa masuk ke dalam tenda. Malam itu kami berpelukan dengan keadaan bugil dalam sleeping bag dan tidur bersama dengan nyenyaknya.