Nikmatnya Tubuh Perempuan
aku mulai mengenal seks melalui internet. Aku mendapat informai situs2 seks tersebut dari teman sebangku di sekolahku. Dia penggemar bokep sejati, aku yang sebangku dengannya akhirnya ketularan. Aku yang penasaran mencoba membuka situs2 porno tersebut. Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju ke kamarku karna sudah penasaran banget. Kunyalakan komputerku dan kubuka situs itu.
Setelah situs terbuka badanku jadi panas dingin. Kuputar movie yang ada d situs itu. Terdengar desahan2 wanita dalam film itu membuatku terangsang. Kontolku pun mengeras. Kata temenku paling enak nonton bokep sambil ngocok. Maka kubuka celanaku dan kukeluarkan kontolku dan kukocok dengan perlahan. Bener katanya nikmat, ini pertamakalinya aku melakukan ini. Aku yang semakin terangsang akhirnya melanjutkan coliku sambil rebahan di atas kasur. Kukocok terus kontolku sambil mendengar desahan wanita dalam film porno itu. Kubayangkan kalau aku sedang berhubungan seks dengan wanita dalam film itu. Bebeapa saat kemudian rasanya ada sesuatu yang mau keluar dari kontolku. Kupercepat kocokanku dan crooooottt…..croooottt… cairan kental putih keluar dari kontolku. Sungguh nikmat rasanya, badanku jadi lemas. Akhirnya aku tertidur.
Jam 6 sore aku bangun, kulihat sperma yang berceceran di selimutku sudah kering. Akupun bergegas mandi. Setelah mandi aku keluar kamar. Aku pergi ke belakang untuk menaruh selimut dan celanaku yan terkena sperma di ranjang cucian. Kulihat di dapur bi ratih sedang menyiapkan makan malam. Bi ratih terlhat sedang menggunakan daster tanpa lengan yang cukup tipis. Sungguh sexy badanya.
“ayo den makan dulu….” kata bi ratih sambil meletakkan makanan di meja makan
Saat membungkuk untuk meletakkan makanan di meja terlihat dengan jelas belahan dada bi ratih yang besar itu. Aku jadi terangsang.
“ Iya bi. Mama belum pulang bi?” kataku sambil terus memperhatikan dada belahan dada bi ratih.
“ Belum den edo” jawab bi ratih tanpa tau kalau aku sedang memperhatikan belahan dadanya.
Setelah menyiapakan makanan bi ratih lalu pergi ke dapur. Saat berjalan kulihat pantat bi ratih yang sexy. Bagian bawah dasternya yang pendek, kira2 15 cm di atas lutut memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus.
Setelah sekilas melihat pemandangan indah itu akupun langsung makan tanpa menungu mama pulang. Setelah makan Aku lansung ke kamarku untuk nonton bokep lagi, sepertinya aku gara2 bi ratih tadi aku jadi terangsang. Kunyalakan komputerku dan kunikmati film porno itu. Tak lupa kubuka celanaku untuk coli sambil membayangkan bi ratih. Saat sedang asik2nya tiba2 pintu kamarku ada yang membuka
“Permisi den edo ini bibi bawain cemilan” kata bibi sambil masuk kamarku
Bibi langsung melihatku dan kaget dengan yang kulakukan
“Den edo lagi ngapain??? Itu….itu …celananya ko di lepas…trus kontolnya di gituin” katanya dengan waja Merah dan terkejut.
“Anu bi…ini..lagi ..anu…bi…” Aku pun menoleh dan bingung harus ngomong apa
“Dan itu kok filmnya film begituan den, den edo Kok nonton film gitu!!!” Tanyanya dengan wajah terkejut
“Anu bi itu…..” Belum selesai kujawab bibi langsung pergi keluar kamar.
Aku bingung apa yang harus kulakukan. Bagaimana kalau bi ratih bilang ke mama, pasti aku dimarahi. Aku harus ngomong sama bibi dan menjelaskannya. Aku pun keluar kamar dan mencari bibi. Kucari di ruang tengah dan dapur tak ada. Mungkin dia ada di kamar.
“Tok…tok…tok…. Bi, bibi ada di dalam?” Panggilku
Setelah kupanggil bibi pun membuka pintu.
“Boleh masuk bentar ga bi? Aku mau jelasin yang tadi” pintaku
Bibi pun hanya mengangguk dan dan mengijinkanku maduk kamarnya. Aku dan bibi kemudian duduk di pinggir kasur. Kuperhatikan wajah dan tubuhnya. Terlihat jelas branya dari balik daster tipisnya. Toketnya terlihat besar. Umur bibi sudah 38 tahun tapi tubuhnya masih terawat dan wajahnya manis.
“Den edo mau bilang apa?” Tanyanya
“Gini lo bi…..” aku pun menjelaskan panjang lebar tentang kejadian beberapa saat yang lalu
“Gtu ya den…” katanya tidak percaya
“Iya bi. Bibi janji ya jangan bilang mama” pintaku memohon
“Iya den bibi janji ga bilang nyonya” jawabnya sambil tersenyum tipis
“Den edo kan masih kecil ga baik nonton gituan” katanya tuk menasehatiku
“Habis aku kan penasaran bi” jawabku membela diri
“Tpi den kalau pingin nanti gmna? Den edo kan belum nikah” katanya
“Ya coli aja bi sampe kluar” jawabku lagi meyakinkan
“coli itu apa den?” Tanyanya penasaran sambil melihat kearahku
“Coli itu gini bi….” aku pun menheluarkan kontolku dan coli disampingnya
“Ihh…den edo kok di keluarin lagi sih itunya!!!” Katanya terkejut sambil memalingkan muka dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
“Katanya bibi pingin tau??” Kataku
“ Iya den tapi g perlu dibuka gitu” jawabnya dan masih sambil menutup wajahnya
“Emang kenapa bi?” Tanyaku sambil trus coli disampingnya tanpa mempedulikannya
“Bibi kan malu den” jawabnya
“Kok bibi malu? Aku aja yang buka celana ga malu” jawabku menantang
“Iya sih den, tapi….” Sambil menoleh k arahku dan melihat kontolku walau masih malu2
“Bibi kalau pingin liat, liat aja bi” tawarku
“Punya den edo gede ya” katanya sambil malu2 dan wajahnya memerah
“Emang segini gede ya bi?” Tanyaku penasaran
“iya den, punya suami bibi aja gak segitu” katanya sambil tersenyum malu
“ini bi pegang aja” aku langsung menarik tangannya dan menaruhnya di kontolku
“Ihhh..den..kok…. bibi kan malu” Katanya terkejut dengan apa yang kulakukan tapi dia tak melepaskan tangannya dari kontolku malah kemudian bibi mengocoknya perlahan.
“Iya bi gtu kocokin….aahhhh….aahhh…enak bi”
“Bibi malu den, den edo nakal” katanya malu
“Bi, rasanya gituan gmna? Bibi kan dah nikah psti tau” tanyaku
“ Ya gtu den” jwabnya malu
“Gtu gmna bi? Ayo critain bi” paksaku
“Y gtu den, awalnya sakit den lama2 enak” jawabnya sambil tersenyum malu
“Kok sakit bi?” Tanyaku penasaran
“Kan pas di prawanin Sakit den, perih gitu” jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya
“Gtu ya bi. Bibi jauh dari suami emang g pingin bi?” tanyaku memancing
“Ya pingin den, pngin bnged malah” jawabnya malu
“Trus bi, lampiasinnya gmna?” mencoba terus memancingnya
“Ya gtuan den” jawabnya dengan wajah yang semakin merah
“Sama siapa bi?” Tanyaku penasaran
“Sama itu….satpam komplek den” jwabnya malu sambil menundukkan wajahnya
“Hah….yang mana bi, pak ujo atau ujang?”
“Dua2nya den” jawabnya sambil menunduk malu
“Enak ga bi?” pancingku lagi
“Enak bnged den, puas bnged” jawabnya dengan antusias
“Bi, ayo gtuan sma edo? Edo jga pingin bi” pintaku memohon
“Jngan den, den edo masih kecil” tolaknya
“Please bi, edo pngin bnged” rengekku
“Bibi g bisa den”
“Bentar aja bi”
seraya kutarik kepalanya hingga wajahnya mendekati kewajahku, kulumat mulutnya dengan rakus kami saling berpagutan, kurasakan lidahnya bermain didalam mulutku, lidah itu mulai menggelitik-gelitik rongga mulutku dan lidahku, air liurnya kurasakan menetes dalam mulutku yg kuhirup dengan rakus dan kutelan.
Puas kami berciuman, kubuka daster tipis bi ratih yg masih membaluti tubuhnya, tampaklah tubuh yg sebelumnya terbalut oleh daster itu, tubuh yg putih, mulus nyaris tanpa noda, kuraba mulai dari leher, bahu, lalu punggungnya, kurasakan kulitnya begitu lembut dan halus. Kini pandanganku tertuju pada buah dada yg masih terbungkus oleh bra, buah dada yg indah walaupun hanya kulihat belahannya saja dari atas, tak sabar aku untuk melihat secara keseluruhan, kubuka kawat pengaitnya sambil bi ratih membantu membukakannya, dan kali ini terpampanglah didepan mataku buah dada yg indah dan lumayan besar, bentuknya itu sangat proporsional, bulat dan padat.
Dengan gemas kuremas payudara itu dengan kedua tanganku, tentu saja masih belum puas, kukulum putting susunya, ku emut dengan rakus, kulihat bi ratih memejamkan matanya menikmati aksi yang aku lakukan, dari mulutnya terdengar desahan yg lembut, puas mengulum putting yang sebelah kiri, kuberalih menikmati putting susu yg sebelah kanan, reaksi bi ratih semakin menjadi, kali ini tangannya merangkul kepalaku, seolah-olah tak ingin kalau aku menyudahi kulumanku pada putting susunya.
” mmmmmpppphhhhh…aaaaahhhh… dennn edoo, aaahhhhh…” gumam bi ratih pelan, seolah hanya berbicara pada dirinya sendiri.
Sekitar lima menit aku menikmati putting susu pembantuku itu, lalu kulepaskan pagutanku dari buah dadanya kukecup bibirnya dengan lembut, dan kubisikan ditelinganya.
” bi, dibuka celana dalamnya ya..? edo, pingin gituan..” bisikku dengan lembut
” jangan den edo, jangan yang itu ya..” jawab bi ratih, agak kaget sepertinya mendengar ucapanku.
Dengan sigap kulepas celana dalam yg masih membungkus selangkangannya, dan terpampanglah vagina bi ratih didepan mataku, memek yg indah, dengan bibir vagina yg tidak terlalu tebal berwarna agak kemerahan, bulu-bulu halus menghiasi bagian atasnya, jembutnya tidak terlalu lebat pikirku, mungkin habis di cukur.
lalu kedua kakinya kurentangkan, dan, wooww sampai menelan ludah aku saat menyaksikan memek bi ratih yang terbuka memperlihatkan betapa lubang memek itu berwarna merah jambu dengan Klentit yg mungil, tak kuasa aku memandangnya untuk berlama-lama, kudekatkan kontolku pada lubang memek yg terbuka lebar itu, kulirik sejenak kewajah bu ratih, kulihat bi ratih menatapku, sepertinya dia masih takut dengan apa yg selanjutnya akan aku perbuat.
dengan bantuan tanganku kubimbing agar ujung kontolku tepat kearah yg kuinginkan, yaitu lubang senggamanya, setelah kurasakan pas, bless..kutekan dengan perlahan, licinnya cairan memek bi ratih mempermudah batang kontolku menembus lubang memeknya, kulihat desahan lembut bi ratih bersamaan dengan proses masuknya batang kontolku untuk yg pertama kalinya.
Saat sedang asik memompa memek bi ratih tiba2 terdengar suara mobil dan pintu garasi yang d buka. Gawat mamaku sudah pulang ternyata, padahal lagi asik asiknya mompa memek bi ratih.
“Den udah den, nyonya udah pulang den nanti ketahuan” kata bi ratih dengan wajah yang takut dan mencoba berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari tindihanku
“iya bi” jawabku dengan raut wajah yang kecewa
Kulepas kontolku dari memeknya dan kupakai celanaku. Kulihat bi ratih juga memakai dasternya kembali. Setelah selesai akupun segera keluar dari kamar bi ratih. Sampai di ruang tengah aku pura pura ketiduran sambil nonton tv. Mama kemudian masuk dalam rumah dan berjalan kearahku.
“edo sayang..kok bobo dsini??? Edo…edo…ayo bangun sayang pindah ke kamar” kata mama mencoba membangunkanku yang pura pura ktiduran.
Aku pun bangun dan langsung memeluk mamaku dengan ekspresi pura pura ngantuk. Kupeluk erat mamaku dan kubenamkan wajahku di dadanya yang besar itu. Tubuh mama lebih tinggi dariku sehingga saat memeluk wajahku pas di dadanya. Mamaku tidak risih karena aq sudah sering melakukannya dan mamaku hanya memanggapnya sebagai sikap manjaku.
“Mama kok baru pulang?” Tanyaku Sambil memeluk mama
“Tadi ada meeting sayang. Bobo d kamar sana” jawab mama
“gendong ma????” Pintaku manja sambil terus menguatkan pelukanku dan terasa dadanya yang besar menempel di wajahku.
“Udah gede kok masih minta gendong” jawabnya sambil mengusap usap kepalaku
“mending minta gendong ma daripada minta nyusu ….hehe” godaku siapa tau di kasih
“anak mama mau susu, susu apa?” Tanya mama penasaran
“Susu mama” godaku sambil membenamkan wajahku di dadanya
“Iiihhhh…kamu ini kyak anak bayi aja” jawab mama sambil tersenyum dan memelukku
“Pingin jadi bayi aja biar ga di tinggalin mama terus” jawabku agak ngambek
“Anak mama ngambek ya??!! Maafin mama ya sayang jarang nmenin kamu di rumah. Ya udah bobo k kamar sana besok pagi mama kasih hadiah buat permintaan maaf mama karena sering ninggalun kamu” jawab mama sambil tersenyum manis.
“hadiah apa ma?” tanyaku penasaran
“rahasia dunk sayang” jawab mamaku dan semakin membuatku penasaran.
“Sekarang aja ma hadiahnya biar g penasaran?” Pintaku
“Besok sayang” kata mama sambil memencet hidungku
“Iya deh ma” aku pun langsung menuju kamar. Dikamar aku langsung mengocok kontolku karena aksi yang tertunda dengan bi ratih tadi. Aku membayangkan ngentotin bi ratih sambil coli dan tak lama kemudian spermaku muncrat. Lega rasanya walaupun sedikit kecewa.
Kira2 besok mama ngasih kado apa ya, aku jadi kepikiran. Apa mama mau kasih game baru atau ngajak liburan. Entahlah, karna lelah akupun tertidur.
Keesokan paginya
Aku keluar kamar tapi tampak sepi, mungkin mama masih tidur. Karna haus akupun pergi ke dapur. kudapati bi ratih di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas. Bi ratih menoleh dan tersenyum manis dan malu menyambut kehadiranku, mungkin karna kejadian kemaren malam. Timbul niat isengku menggoda, kurapati bi ratih yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, aku langsung memeluk dari belakang mencumbui bi ratih. Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan bi ratih menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.
“den edo… jangan den, nanti ketahuan nyonya den..?”
“aman kok bi, mama lagi tidur, kita lanjutin yang kemaren bi?” jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
Tentu saja bi ratih jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.
“Heh…den edo! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar den.. kalau di sini nanti ada nyonya liat gimana?”
bi ratih masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batangku di selangkangannya.
“Kasih sebentar aja kan bisa bi, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada mama dateng..” kataku meminta sambil menenangkan dirinya.
“Ahhs dennn..!” bi ratih kontan menjengkit ketika terasa batang kontolku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya bi ratih jadi pasrah juga, langsung melunak suaranya berbisik.
“Wih, wih den edo.. kok cepet banget sih keras itunya..?”
“Makanya itu.. edo masukin ya?”
“Iya tapi aku belum basah den..”
“Nanti edo basahin sebentar..”
“Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada mama dateng malah tambah penasaran..”
Tanpa membuang-buang waktu kupraktekkan semua yang sudah kupelajari di film porno, aku berjongkok di belakang bi ratih dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu bi ratih sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke sekitar. Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.
Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa kontolku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu memompa batangku masuk meskipun bi ratih selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega setelah kontolku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.
“Keras sekali rasanya den..?” komentar pertamanya sambil menoleh dengan wajah sayu kepadaku di belakangnya.
Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
“Kalau ketemu memeknya bi ratih memang jadi cepet kerasnya..” jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.
Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan, aku menarik dan menusuk batang kontolku, sedang bi ratih memutar-mutar pantatnya mengocoki kontolkuku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar melayaniku saja, tapi ternyata, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.
Dari semula gerak senggama kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Bi ratih tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan kontolkuku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.
“Aahs yyohh bi ratih.. edo sudah mau samppe..”
“Iya den.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh bi ayyoo.. dduuh deenn.. aaddussh hrhh..”
orgasme pertama kami berdua ini saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan seks ini relatif cepat namun bisa juga membawa bi ratih pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga. Ternyata mama yang datang. Bi ratih sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.
“edo sayang, lagi ngapain nak?” tanya mamaku
“ini ma lagi ambil minum, haus” jawabku
“owh…mama mau pergi dulu ya ada urusan. Kamu ga kemana-mana kan sayang?” tanya mamaku
“aku di rumah kok ma, mau kerja kelompok sama intan. Mama hari minggu gini mau kemana?” tanyaku penasaran
“urusan kerjaan sayang. Mama pergi dulu ya?”
“iya ma” jawabku sedikit kecewa
Sejak bercerai, mama jadi tulang punggung keluarga. Karena itu mama selalu sibuk kerja dan jarang dirumah. Di hari minggu ini aku janjian kerja kelompok dengan intan temen sekolahku. Kami janjian ngerjain dirumahku. Rumahku dan intan masih satu komplek.
Satu jam kemudian intan pun datang. Intan ini anaknya cantik dan cukup populer di sekolah. Kulitnya putih dan bodynya mulus banged. Kusuruh intan masuk kedalam rumah. Kulihat intan menggunakan kaos tipis dan rok yang cukup pendek sampe terlihat paha mulusnya. Pikiran mesumku timbul, untuk menikmati tubuh temanku ini.
ilustrasi intan
“edo…bengong aja. Jadi ngerjain gak?” bentaknya
“iya…iya jadi kok. Yuk ke kamarku??” aku mengajaknya ke kamarku
Kami punmulai kerja kelompok, dan kami mulai membahas apa yang harus dikerjakan sambil mikirin gimana caranya nikmatin tubuh intan. 2 jam berlalu dan aku belum nama cara buat nikmatin intan. Kami berdua pun sudah mulai jenuh dengan kerjaan ini.
“eh…do capek nih, istirahat dulu yuk?” katanya
“iya..aku juga capek nih. Kamu haus gak aku ambilin minum ya?” tawarku
“ihhh…dari tadi kek ditawarin” jawabnya protes
“iya maaf baru nyadar kalau belum ngasih minum. Ya udah bentar ya aku ambil” aku lansung ke dapur untuk bikin minum.
Aku mencari bi ratih untuk bikinin minum tapi dia tidak ada di dapur, lalu aku cari dikamarnya. Kulihat pintu kamarnya sedikit terbuka, kuintip dan terlihat bi ratih sedang tidur. Akupun masuk kekamarnya untuk membangunkannya. Bi ratih tidur terlentang dan roknya terangkat keatas dan terlihat celana dalamnya, sungguh pemandangan yang indah dan membuatku terangsang. Bi ratih tidur dengan nyenyak, aku jadi tidak tega membangunkannya, mungkin dia lelah habis kukerjai tadi pagi. Akupun tak jadi membangunkannya.
Akupun kembali kedapur untuk membuat minuman. Dan akupun langsung kembali ke kamar. Dikamar kulihat intan sedang rebahan sambil main hp, terlihat paha mulusnya, ingin segera kunikmati.
“tan…ini minumnya” kataku
“lama banged sih bikinya?” dia pun bangkit dari tidurnya
“tadi ke kamar mandi bentar” jawabku
Tiba-tiba Akupun mendapat ide bagaimana untuk menggoda intan. Aku akan mengajaknya nonton film porno siapa tau dia terangsang. Tapi resikonya bukannya terangsang tapi malah marah2. Akupun jadi sedikit ragu. Akhirnya kuberanikan diri untuk melakukannya.
“intan….?” panggilku
“yup” jawabnya sambil menikmati minumnya
“aku punya film bagus, mau nonton gak?” ajakku
“film apaan?” tanyanya
“udah liat aja, bagus kok” jawabku meyakinkan
Kunyalakan kompeterku dan kuputar film panas itu. film-filmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup halus. Tampaknya intan akan sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun tiba. kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka intan tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan). Sambil duduk bersandar intan tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai memanas itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja. Film terus berputar, nafas intan mulai memburu, malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.
Perlahan aku mulai meletakan tanganku diatas tangan intan yang dia letakan di pahanya. Intan kaget dan menarik tangannya, sehingga tanganku tak sengaja menyentuh pahanya. Dia pun lantas menyingkirkan tanganku dari pahanya. Dia hanya diam saja tidak berucap apa” dan tetap fokus pada film.
Aku pun perlahan kembali meletakan tanganku di kaki intan yang masih tertutup roknya. Aku mengusap perlahan betisnya. Dia tetap berusaha konsentrasi menonton, namun tangannya berusaha menolak elusan tanganku. Tapi aku malah semakin berani dan mulai mengelus pahanya.
“aaah plis edo.. jangan” dia mendesah dan menolak tindakanku. Tapi kali ini tangannya tidak berusaha menyingkirkan tanganku.
Aku pun menarik dagu intan dan mengarahkan wajahnya kearah wajahku. ku tatap matanya dan perlahan ku cium bibirnya. Kunikmati sejenak sensasi yang menjalar diseluruh tubuhku. Bibirku mulai mengulum bibir intan. Sejenak dia nampak menikmati, namu tiba2 dia memundurkan wajahnya dan tampak menitikan air mata.
Sejenak aku merasa bersalah tapi sayangnya nafsu telah menguasai diriku. Aku kembali mencumbunya dan tak ada perlawanan. Intan hanya terdiam dan sedikit terisak. Tanganku mulai meraba payudaranya dari luar kaos putihnya. Yaa benar seperti perkiraanku. Payudara intan tidaklah besar seperti punya bi ratih dan mama, maklum masih 13 tahun. Namun sangat ranum dan kenyal. Aku mulai remas perlahan payudara intan dan lidahku mulai merangsek masuk kedalam mulutnya dan beradu dengan lidah intan. Dia masih mengeluarkan air mata tapi perlahan nafsu mulai menguasai dirinya. Dia mulai melenguh menikmati remasan dan pilinan tanganku terhadap payudara dan putingnya. Dia juga mengimbangi permainan lidahku di mulutnya.
Aku pun lantas melepas kaos yang ia pakai. Tapi dia sempat menolak, namun berhasil aku yakinkan dengan anggukan kecil. Aku pun mengangkat kaosnya ke atas dan melepaskannya. Kini terpampang dua buah payudara yang mungil namun kenyal dan kencang berbalut dengan bra berwana putih. Aku memeluk dan kembali melumat mulutnya. Tanganku mulai bergerak melepas pengait branya dan melepas branya. Aku meremas pelan payudara intan yang terasa sangat kenyal. Aku lepaskan lumatanku dimulutnya. Sejenak aku perhatikan payudaranya yang mungil tapi sangat indah itu.
Lalu aku pun memajukan bibirku dan menciumi payudara intan. Kuhirup perlahan aroma payudaranya sembari lidahku mulai menyapu putingnya. Aku mulai menjilati payudaranya sebelah kanan. Sementara tangan kananku bergerilya di payudaranya yang menganggur.
“aaaah….edooo…. pelan” intan mendesah pelan ketika aku menyedot putingnya yang sudah mengeras. Putingnya yang merah kecoklatan itu masih sangat mungil, sepertinya belum pernah dijamah sebelumnya. Nafasku berhembus lembut ke putting intan. Lalu aku menggigit pelan putingnya yang direspon dengan sedikit aduhan dari intan. Aku sangat menikmati payudara intan. Setelah puas menikmati payudara intan. Aku beranjak untuk melepas celana dan celana dalam yang aku pakai. Terpampanglah penisku yang ukurannya cukup besar untuk seumuranku. intan nampak memalingkan wajahnya.
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Intan sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Intan tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Intan mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam yang tpis dan jarang, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Intan.
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Intan tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Intan kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan temanku ini. Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi.
“edo… aku mau pipis, plis stop dulu.” Intan nampaknya akan mendapatkan orgasme pertamanya. Seperti dia belum pernah mengalami hal tersebut.
“tenang intan, sebentar lagi kamu akan ngerasain kenikmatan yang belum pernah kamu rasain.”
Aku pun semakin liar menjilati dan menyedot klitoris intan, jariku pun mengelus bibir vagina intan.
“aaaaahhh…edo… aku pipisssss.” tiba-tiba seluruh tubuh Intan kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurku. Dengan diiringi lenguhan panjang Intan mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
“Intan merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya” katanya dengan perlahan.
“Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa,” sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
“Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Intan nggak perlu takut atau khawatir soal ini” sambil kubalas pelukannya.
Setelah nafas intan kembali normal, aku kangkangkan kaki intan dan mengarahkan penisku ke vagina intan.
“edo.. plis aku belum pernah begituan.” Nampak intan kembali meneteskan air mata. Sejenak aku merasa bimbang untuk memasukkan penisku ke vagina intan. Tapi karena memang nafsu ku saat ini sedang superior, membuatku tetap meneruskan aksiku. Intan mulai menangis tapi dia tidak melakukan perlawanan.
Kugesekan penisku ke vagina intan. Dan perlahan kepala penisku mulai menyeruak masuk vagina intan. Ohhhh vagina intan sangat sempit, beda banged sama punya bi ratih. Intan sedikit memekik ketika penisku mulai masuk. Aku melesakan perlahan penisku agar bisa masuk seluruhnya. Intan meringis kesakitan dan mengaduh. Bener kata bi ratih, waktu di perawanin perempuan akan merasakan sakit.
Ketika penisku sudah masuk setengahnya intan kembali mengeluarkan airmata. Namun dengan satu hentakan membuat air mata intan mengalir lebih deras dibarengi teriakan kesakitan intan. Sejenak ku biarkan penisku didalam vaginanya, agar vaginyanya menyesuaikan. Perlahan aku mulai memaju mundurkan penisku. Ooh rasanya sangat nikmat, vagina mungil intan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Aku mulai genjot perlahan. intan masih nampak kesakitan, tapi tidak sesakit ketika pertama kali vaginanya dimasuki kontolku. Ketika aku menaikan tempot pompaan, tampak intan mulai menikmati permainanku. Dia mulai mendesah keenakan. Tanganku ikutmerangsang intan dengan memainkan payudaranya. Remasanku di payudaranya membuat dia tidak bisa menahan kenikmatanyang menjalar di sekujur tubuhnya.
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Intan keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki kontol hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Intan dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Intan yang lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Intan dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Intan tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Intan tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.
bersambung
Aku tak menyangka beberapa jam yang lalu tubuh intan dapat kunikmati. Tidak hanya itu saja intan sekarang sudah jadi pacarku. Setelah kuperawani aku menyatakan cinta padanya dan dia menerimanya. Aku juga minta untuk berhubungan seks kapan pun aku mau dan dia setuju. Sebelum dia pulang kami pun berciuman mesra. Karena lelah akupun tertidur.
Ketika aku bangun langit diluar sudah mulai gelap, kulihat jam ternyata sudah jam 6 sore. Aku mandi dan keluar kamar. Tiba2 aku pingin nyusu sama bi ratih, tapi setelah kucari di dapur dan kamarnya dia tak ada, mungkin dia sedang keluar, padahal lagi sange banged. Aku juga tak melihat mama, mungkin dia ada di kamarnya. Apa aku nyusu sama mama aja ya. Tapi apa dia mau??? Gmna caranya ya supaya bisa nyusu sama mama. Apa aku pake cara yang sama kyak si intan??? Kucoba saja, kalaupun gagal paling dimarahi dan di hukum.
Akupun mengambil sekeping film semi untuk kutonton bersama mama di kamarnya. Sampai di depan kamar mama aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Kulihat mama hanya memakai baju tidur yang tipis yang sexy, taka hanya itu sempat kulihat mama memegangi selangkannya.
“edoooo….kmu masuk ga ketuk pintu dulu, mama kan kaget sayang” jawabnya dengan ekspresi terkejut sambil memindahkan tangannya dari selangkangannya.
“maaf ma…edo lupa….hehe” jawabku
“emang ada apa sih sayang, kok kliatannya antusias gitu?” tanya mama heran
“kangen sama mama, kan dari pagi ditinggal trus” jawabku sambil berjalan menuju ranjang mama
“mama juga kangen sayang, sini sayang” jawab mama sambil mengangkat kedua tangannya untuk memelukku
“kangen ma…” jawabku sambil naik keatas ranjang dan memeluk mama dan kudekatkan wajahku kebelahan dadanya.
Baju tidur mama berupa daster yang sangat minim sampai belahan dadanya terlihat jelas. Bagian bawahnya pun sangat pendek sampai paha mulusnya terlihat dengan jelas. Kucium bau badan mama sangat wangi dan menggairahkan. Mama pun mencium keningku dan kubalas cium pipinya.
“ma…aku punya film baru, nonto bareng yuk?” ajakku sambil menatap wajahnya yang menggoda
“film…film apa sayang?” tanya mama penasaran
“gatau jga aku kan belum liat, tapi katanya sih bagus” jawabku meyakinkan
“ya udah sayang langsung setel aja filmnya, kita nonton bareng disini” jawab mamaku sambil mencium pipiku
Akupun beranjak dari ranjang dan kemudian memasukkan kaset cd tersebut ke dalam player dvd. Lalau segera kembali memeluk mama di ranjang.
Sepuluh menit berlalu setelah film di putar, posisinya masih seperti semula, aku memeluk mama dari belakang karena memang sebelumnya adalah biasa kalau aku memeluk mama saat nonton film. Adegan mulai panas ketika memasuki menit ke 15, tak terasa kontolku mulai bangkit dari tidurnya, sialnya lagi badan mama menempel di tubuhku hingga menyulitkan posisi kontolku, untungnya mama mengerti, kemudian menarik badan untuk tidak bersandar lagi ke tubuhku. Kesempatan itu kugunakan untuk memperbaiki posisi kontolku. Tak berselang lama kemudian aku memeluk mama lagi, perlahan kutarik tubuhnya untuk bersandar lagi di dadaku. Aku tidak tahu apakah ia merasakan di punggungnya ada benda keras melintang, sementara tanganku masih melingkar manis di perutnya yang ramping.
Adegan film semakin panas, kami hening tak bicara, yang ada hanya suara cegukan air ludah yang ditelan paksa keluar dari mulut kami berdua. Aku semakin memeluknya lebih erat lagi, mama masih diam dan terus menyaksikan film, darahku sepertinya berdesir hebat, kuberanikan diri kembali untuk mengecup leher bagian belakangnya, satu dua kali mama masih terpaku diam. Akhirnya kubuka pembicaraan.
“Gimana sih rasanya gituan ma..” tanyaku lirih ketika di layar TV adegan telah menjurus ke hubungan seks.
“Nggak tau do.. Mama juga sudah lupa..” jawabnya lebih lirih lagi tapi matanya tetap lurus ke layar TV.
“Mama nggak pengen gituan lagi?” tanyaku terbata-bata.
Yang pasti pertanyaanku tidak terjawab karena setelah itu hening kembali, sepertinya mama sangat menikmati film tersebut dan tidak mempedulikan semua pertanyaanku atau dia mulai risih???.
Pelan sekali aku mulai menggerak-gerakan tangan di sekitar perutnya, dasternya begitu tipis hingga terasa sekali kalau tanganku sedang mengitari pusarnya. Aku menciumi lagi leher bagian belakang, antara hidup dan mati aku memberanikan diri untuk menaikkan rabaan tanganku hingga pelan namun pasti tanganku sampai di dada yang menurutku sangat besar, padat dan montok.
“Ehem..” mama terbatuk, entah sengaja atau tidak hal itu seperti peringatan halus bagiku. Tapi sampai saat itu mama masih membiarkan tanganku di dadanya. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium belakang lehernya, nafasku seperti memburu, aku sudah lupa diri, kuciumi semua leher sampai belakang telinganya.
“Hhhsstthh..” terdengar suara rintihan mama walau pelan tapi terdengar begitu berarti bagiku. Tanganku mulai meremas dadanya, sedangkan tangan kiriku mulai turun menyingkap daster mininya.
“edo jangan nakal ahh..” mama mulai bicara namun masih juga belum menangkis tanganku.
Suaranya begitu pelan dan lembut. Akupun mulai menurunkan reitliting daster yang ada dipunggung mama, hingga sebatas pinggang.
“edo jangan..” Mama mulai bereaksi namun masih belum menghindar. Kuciumi punggung indah mama sembari tanganku berusaha untuk melepaskan tali BH-nya hingga terlepas sama sekali.
“Sayang mau ngapain sih..” ujar mama sambil menyeringai penuh arti. Aku terus berusaha untuk menelanjangi mama. Aku melorotkan daster mini itu, dengan mengangkati sedikit saja pantatnya untuk meloloskan daster itu, lepaslah daster mini aduhai tersebut. Kini mama hanya menggunakan celana dalam saja, tanganku tak henti-hentinya meremas dada mama.
“Hhssthh.. edooo..” mama merintih menikmati belaianku. Di layar TV nampak adegan permainan yang sensasional, mama terus memandangi film itu sambil menikmati remasanku. Aku mulai mengusap celana dalam mama, mama masih diam. Perlahan kugosokkan secara melingkar, sepertinya mama menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Perlahan aku mulai membuka celana dalam mama, dan sepertinya mama memberikan jalan untuk itu, dalam sekejap celana dalam itu telah berada disampingku alias mama telah bugil total. Kembali tanganku mengusap vagina yang sudah sangat basah bahkan cenderung becek itu, sangat hangat dan seperti ada denyutannya.
“Uhh.. edoo jahat..” kata mama sambil meringis kenikmatan. Kini aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya, tapi sepertinya mama menolak, mama tak mau berhadapan denganku.
“Jangan sayang, ini Mama lho bukan orang lain..” kata mama lagi, kesempatan itu kugunakan untuk membuka bajuku sendiri dalam sekejap aku telah bugil juga. Aku masih berusaha untuk menciumi bibirnya.
Dua menit kemudian baru aku mendapatkan. Aku merebahkan mama di ranjang, seluruh bibirnya telah kulumat dan mama membalas dengan sangat garang sepertinya ia sangat haus akan sentuhan setelah sekian lama tak terjamah laki-laki. Aku menindih mama. “edoo..?” ujar mama sambil membeliakkan matanya seolah tak percaya dengan yang digenggam, ketika tangannya memegang kontolku yang sangat sangat tegang. “Emang kenapa Ma..?” tanyaku disela-sela nafasku yang makin memburu. Mama kembali terdiam, sedangkan aku terus merangsangnya, aku tak mau mama keburu sadar, pikirku kalau basah ya mandi sekalian. Aku berusaha memasukkan penisku ke vaginanya namun selalu meleset dan meleset, sepertinya ukuran penisku terlalu besar untuk ukuran vagina mama. Di samping mama yang selalu menhindari tusukanku.
“Ma.. nggak bisa masuk” ujarku perlahan.
“Jangan ya sayang ya, ini mama lho..” mama mulai melarangku sambil membelai rambutku sepertinya ia mulai tersadar.
“edoo tau kok, Mama pengen juga khan? ” aku berusaha untuk menghindar disalahkan.
“Mama nggak munafik, mama akui mama pengen, tapi jangan sama edo dong..” jawab mama lembut untuk meyakinkanku.
“Berarti Mama pengen gituan sama orang ya?” tanyaku balik tak terima.
Sejenak mama terdiam membisu, sekilas aku melihat mata mama mulai berkaca-kaca. Seolah mama tak percaya dengan apa yang baru kuucapkan.
Kemudian berkata, “Mama nggak mungkin gituan sama orang lain, mama terlalu sayang sama edo.. nggak pernah terlintas di kepala mama untuk mencari laki-laki lain..” mama mulai menangis yang membuatku diam sejuta bahasa.
“Bahkan mama rela mati untuk edo.” lanjutnya kembali sambil mengusap air mata yang mulai menetes.
“Mama nggak tega untuk meninggalkan edo.” kembali mama melanjutkan kesahnya.
Aku merebahkan tubuh di samping mama, kondisi kami berdua masih bugil, sedangkan film di TV telah kumatikan. Kami diam, hening sunyi tanpa ada pembicaraan berarti. Aku berpikir bahwa aku benar-benar anak durhaka, bahkan mama sendiri ingin kutiduri.
Ketika tiba-tiba mama bersuara pelan, ” Kenapa sih edo pengen tidurin mama..” tanya mama terdengar seperti pertanyaan seorang hakim di pengadilan.
“Mama.. cantik.” ujarku pelan hampir tak terdengar.
“Karena edo sayang Mama,” lanjutku kembali berusaha untuk meyakinkan mama.
“Mama juga sayang sama edo, tapi apa harus seperti ini penyampaiannya.” tanya mama lagi lebih mendetail.
“Iya emang edo salah kok.. edo salah.. edo salah..” tukasku keras sambil duduk dan memakai celana dalam yang sejak tadi berserakan.
“edo marahh?” ujar mama lembut sambil berusaha meraih kepalaku untuk mengelus rambut yang acak-acakan.
Tak lama kemudian mama memelukku sambil sesekali terisak, “Jangan marah ya.. jangan siksa perasaan mama.” kata mama disela-sela isak tangisnya.
“Maafin edo Ma, tadi edo kurang kontrol,” sahutku pelan sambil membelai punggung mulusnya.
“edo pengen menyerahkan keperjakaan edo untuk mama, pengen kalau mama orang pertama yang mengajari tentang semuanya, tapi edo sadar itu salah..” ujarku membohongi mama dan berusaha merayunya ketika ciuman hangat jatuh di keningku, kemudian turun dan tanpa sadar mulut kami beradu lagi tapi tidak sekencang yang pertama namun begitu lembut hangat dan mesranya. Giliran mama sekarang yang memelukku erat seolah tak ingin dilepaskannya lagi.
“Maafin mama..” ujarnya sambil terus memelukku.
“Mama terlalu egois..” lanjutnya sembari menciumi pipiku dengan penuh kasih sayang.
“Kalau memang itu yang edo mau,” tanpa meneruskan kalimatnya selanjutnya, mama kemudian berjalan menuju ranjangnya. Seribu pikiran telah merambah kepalaku, aku bingung harus bagaimana. Tapi akhirnya aku memilih alternatif kedua, ikut naik keranjangnya.
Aku terpana saat melihat mama tidur terlentang sambil matanya menatap sayu ke arahku. Bulu-bulu lembut tampak tertata rapi di sekitar selangkangannya. Pelan aku mendekatinya, sepertinya gayung bersambut.
“Mama ingin jadi orang pertama yang memberikan sayang seluruhnya pada edo.” kata mama sambil berusaha menutupi selangkangannya dengan kedua tangan, nyata sekali kalau mama masih caanggung untuk bugil di depan orang. Seketika seranganku ke mulutnya dibalas lebih garang lagi. Aku benar-benar tidak tahan, kucoba memasukkan penisku secepat mungkin. Namun selalu meleset.
“Abis edo sihh besar sekali..” sambil tangannya menuntun penisku ke liang tempat aku lahir.
“Ditekan.. sayang..” lanjut mama sambil tangannya tetap memegang penisku agar diam. Aku berusaha untuk menekan, namun terasa seperti ada sesuatu yang menahan. Aku terus berusaha sampai akhirnya, “Slebs..” kepala penisku amblas melewati pintu lubang yang sangat sempit itu. “Ukhh..” mama menjerit tertahan sepertinya mama merasakan sakit. Aku terus menekan menerobos masuk hingga benar-benar amblas seluruhnya, kepala kontolku seperti menyentuh sesuatu yang kenyal di kedalaman sana.
“Sayang yang pelan dong..” ujar mamaku sambil meringis menahan sakit.
Aku mulai mengocokkan keluar masuk, mama benar-benar menikmati setiap gerakan yang kuberikan.
“Uuhh..” mama merintih pelan.
Mama mulai mendekap tubuhku erat. Sedangkan aku terus menurun-naikkan tubuh hingga aku merasakan nikmat luar biasa. Mama mulai maracau tak karuan ketika gerakanku semakin cepat menghantamnya. Suara desahan nafas bercampur dengan suara vagina yang dikocok oleh kontolku, begitu kontras. Nyata sekali kalau vagina mama benar-benar telah basah bahkan mungkin sangat becek hingga mengeluarkan suara yang menurutku aneh, sepertinya ada sesuatu terjadi pada mama, ia semakin mendekapku erat, goyangan pinggulnya semakin liar dan hal itu membuatku seperti akan meledak, keringat telah membanjiri tubuh kami berdua. Aku semakin akan mendekati puncak ketika tiba-tiba mama menjerit dan telah sampai pada puncaknya yang sedetik kemudian aku menyusul ke surga dunia tersebut. Aku terkulai lemas. Diam tanpa ada suara sedikitpun. Sejenak kemudian ada suara isak tangis dari mulut mama, rupanya mama tersadar kemudian berlari ke kamar mandi, setelah itu hening.
Keesokan harinya keadaan tetap seperti biasanya. Sore itu kulihat mama di depan jendela menyaksikan hujan yang turun dengan lebatnya. Aku melihat dari belakang betapa sexy-nya tubuh mama, pantatnya menonjol keluar, penisku serasa meledak saja, melihat hal itu. memang benar kata orang kalau mama seorang wanita yang cantik, tinggi semampai dengan kulit putih mulus, leher jenjang dan dada membulat indah, seandainya saja orang juga tahu kalau mama mempunyai vagina yang indah dengan warna kemerahan dan terlihat seperti milik gadis belasan tahun maka lengkaplah mama sebagai wanita sempurna. kembali kuperhatikkan mama, aku teringat semalam bagaimana mama bagai kuda binal memacu mengejar kenikmatan. Tak terasa penisku membengkak.
Aku pun beranjak menyaksikan hujan dari belakang mama. Kupeluk tubuh mama, mama memegang tanganku di perutnya. Penisku sengaja kutempel di belakang pantatnya.
“Ma.. edo sayang mama,” lirihku pelan.
“Mama juga sayang sama edo.” sahut mama sambil mencium keningku, kemudian ia berbalik menghadapku, mama memelukku dengan melingkarkan kedua tangannya di leherku. Aroma tubuh wanita asli tanpa farfum pun keluar dari tubuh mama, membuatku semakin terangsang. Lama kami saling pandang, mama begitu cantiknya dengan hidung bangir bibir tipis dan mungil. Semakin aku memeluknya erat serasa tak ingin kulepaskan lagi.
Mama memeluk leherku dengan lembut aku pun tak mau kalah, pinggang mama yang ramping kujadikan sandaran tanganku. Tak lama kemudian mama merebahkan wajahku di dadanya, aku merapatkan pelukanku sambil mengelus elus punggungnya, kuciumi rambut mama yang wangi sembari tangan kananku terus menelusuri tubuhnya hingga menuju pantat yang membulat sempurna. Sambil berpelukan, kuremas pantat indah mama.
“Tu khan.. edo nakal lagi,” kata mama protes sambil mencubit belakang leherku.
Aku tak mempedulikan kata-katanya, aku terus meremas pantatnya, perlahan kutarik roknya yang sebatas lutut hingga mendapatkan ujungnya. Dari situ aku memasukkan tanganku untuk memegang langsung pantat yang dibalut celana dalam yang aku belum tau warnanya itu.
“edo, jangan lagi ah..” ujar mama masih menandakan dengan suara yang lembut.
aku tetap bersandar di dadanya, aku terus mendekapnya erat tanpa melepaskannya sedikitpun. Kami terus masih berpelukan ketika tanganku telah berhasil masuk ke dalam celana dalam melewati sisi sampingnya. Terasa sekali kulit pantat mama begitu lembutnya. Perlahan kulorotkan celana dalam penghalang itu, mama masih diam ketika celana itu telah lorot sampai setengah paha, dengan bantuan kakiku akhirnya celana yang ternyata berwarna kuning itu merosot sampai telapak kaki mama.
“edo mau telanjangi mama lagi yaa?” tanyanya sambil menatapku, kali ini mama mengangkat kepalaku menatapnya.
Aku diam tak bisa menjawab, terpaksa wajahku tertunduk malu. Aku tak kuasa memandangi wajah mama. Aku berpikir mungkin mama masih menginginkan kejadian semalam, tapi dugaanku ternyata meleset.
“Maafin edo Maa..” sahutku tertunduk, “Abis edo pengen seperti tadi malam lagi..” lanjutku polos tanpa ada yang tertahan.
“edo pengen lihat mama telanjang lagi?” tanya mama sambil mengelus pipiku.
Aku diam tak bisa menjawab.
“Atau mungkin edo pengen tiduri mama lagi yaa?” kembali pertanyaan itu bagai petir yang berkecamuk di luar menghantam ubun-ubunku.
Mama tersenyum, kemudian menjauh dariku hingga posisi kami berhadapan tapi di sisi tembok yang berlawanan. Perlahan sekali mama menarik kaos yang digunakan hingga terlepas sama sekali, kini mama hanya menggunakan bra yang ternyata berwarna kuning juga sepertinya satu paket dengan celana dalam yang tadi berhasil kulorotkan dengan rok sebatas lututnya.
Saat kemudian kembali bra kuning itu dilepaskan mama hingga menampakkan gundukan kenyal dan montok itu seperti terbebas dari penjara bernama BH. Aku masih terpana dengan kelakuan mama, sepertinya bukan aku saja yang sakit jiwa tapi mama juga sudah tertular dengan penyakit incest-ku. Dalam hati aku berpikir ternyata rok itu telah mencapai lutut hingga ketika tangan halus mama melepaskannya. Tak ada lagi penghalang yang menutupi tubuh indah mama. Cegukkan air liur terdengar seperti pemaksaan ditelan keluar dari mulutku.
“Mama nggak mau ditidurin disini..” sambil mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai mama berlalu menuju kamarnya. Kembali hal ini meninggalkan sejuta pertanyaan di benakku, tapi seperti kemarin aku selalu memilih alternatif yang kedua, mengikuti ke kamarnya. Kali ini aku tak mau setengah-setengah, seluruh pakaianku kulepas semua, ketika aku berjalan ke kamar mama kondisiku sudah dalam keadaan bugil dengan penis tegang mengacung-acung.
Ternyata dugaanku benar mama menuju tempat tidur, terlentang sambil memandangku. Dan aku sudah paham dalam kondisi ini mama sudah dalam keadaan terangsang. Sekarang sudah saatnya aku akan mempraktekkan teori dalam film blue bagaimana cara memuaskan wanita.
Perlahan aku menindihnya, kemudian mulut kami beradu dengan dahsyatnya terdengar bersuara begitu kerasnya, aku menciuminya dengan penuh nafsu. Lalu aku menurunkan ciumanku ke arah leher, mama sedikit melenguh, ketika ciumanku sampai di daerah puting susunya. Kuhisap dan kulum puting yang berwarna kemerahan itu. Kembali ciuman kuturunkan sampai mengelilingi pusar yang kelihatan begitu bersihnya.
“Uhh..” mama melenguh keras saat lidahku menyentuh klitorisnya. Vaginanya begitu basah dengan bau khas yang menambah seleraku untuk menjilatinya, kucoba untuk menjilati daerah basah tersebut. Ufssh.. Asin dan terasa seperti sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya tapi keadaan itu tak membuatku menghentikan kegiatanku, aku terus menjilatinya bahkan semakin rakus seperti ingin membersihkan vagina orang yang paling kusayangi tersebut.
“Mmmhh.. sstt..” mama menjerit tertahan saat kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam dirinya, terasa begitu hangat dan lembab. Kocokan keluar masuk tanganku semakin membuat mama kelojotan tak tentu arah, mama mulai menggerakkan pinggulnya yang tadi hanya diam karena itu aku yakin mama dalam keadaan sangat terangsang. Aku terus menjilati klitorisnya sembari jari tengahku keluar masuk melewati pintu sempit vagina mama. Semakin liar mama menggerak-gerakkan pinggulnya seolah ingin cepat sampai pada orgasmenya. Aku sudah tak tahan, secepat kilat aku menjajarinya, kuciumi mulut tipis mama, kuhisap sepenuh tenaga. Hingga kurasakan penisku digenggam oleh mama dan secara paksa menariknya mendekati lubang kewanitaannya.
“Cepat sayang.. tekan,” mama memohon padaku untuk segera memasukkan penisku ke arahnya.
Perlahan kutekan sambil menikmati sensasi yang timbul ketika menyaksikan wajah mama meringis menahan sesuatu saat penisku melewati dinding dinding sempit vaginanya secara perlahan.
“Bless..” akhirnya penisku terbenam seluruhnya dan tepat mengenai mulut rahim yang kenyal.
“Ouhh.. edo sayang,” mama kembali melenguh saat kucoba untuk menarik penisku secara perlahan dan kembali membenamkannya hingga amblas seluruhnya. Pinggul mama mulai bergoyang lagi mengimbangi tusukanku yang tetap konsisten berirama pelan. Suara decakan vagina yang beradu dengan kontolku mulai terdengar karena kurasakan mama adalah tipe wanita dengan vagina yang becek, namun di situlah nikmatnya berhubungan seks dengan mama, suara itu seperti menambah semangatku untuk terus memacunya.
“Teruskan sayang.. terus..” mama mulai meracau tak karuan, saat hentakanku semakin cepat frekuensinya. Hal ini membuat suara decakan vaginanya semakin terdengar keras, membuat mama terus menjerit tertahan. Akupun seperti ingin melepaskan sesuatu tapi tetap kutahan, aku ingin mencapai orgasme bersamaan dengan mama. Aku semakin mempercepat gerakanku, “Lagi sedikit sayang..” Mama mulai meringis, menantikan malaikat kenikmatan datang menjemputnya. Ketika tiba-tiba, “Ouhhsstt edo..” mama sepertinya telah bertemu dengan malaikat itu. Kurasakan vaginanya berdenyut memijit penisku, aku terus memacu agar malaikat itu jangan pergi meninggalkanku, ketika tak lama berselang, “Cret.. creet.. creet..” penisku menyemburkan lahar panas di dalam vagina mama. Kami tidur memulihkan tenaga, sesaat kemudian mama bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya, dan kali ini tanpa air mata penyesalan. Begitu balik, langsung memelukku. Kami pun tidur sambil berpelukkan mesra.
Beberapa jam kemudian aku terbangun. Sepertinya sudah malam. Kulihat mama sedang duduk di meja rias dan hanya menggunakan handuk, sepertinya mama mau mandi. Karna tau aku bangun mama pun menoleh ke arahku.
“edo udah bangun ya?” tanyanya sambil jalan kearahku
“iya ma” jawabku manja
“edo capek ya habis ngentotin mama?” jawabnya sambil tiduran disampingku dan memagut bibirku, nikmat sekali rasanya
“iya ma capek tapi nikmat” jawabku
“owh iya sayang besok tantemu mira mau nginep disini 3 hari” terang mamaku
Tante mira adalah adik mamaku yang pertama. Mamaku ini 4 bersaudara dan semuanya perempuan. Mama adalah anak pertama selanjutnya adalah tante mira (28), ana (25) dan terakhir dinda (18).
“kamu masih inget tantemu itu kan sayang?” tanya mamaku
“udah lupa ma, kan udah lama banged ga ketemu” jelasku padanya sambil remes2 dadanya
“iya juga ya, trakhir ketemu kamu masih kecil. Ini mama tunjukin fotonya” kata mamaku sambil mengambil hapnya di meja sebalah kasur dan menunjukkan fotonya padaku.
ilustrasi tante mira
“cantik ya ma???” kataku kagum melihat tanteku yang cantik dan tubuhnya yang sexy
“iya dunk sayang, saudara mama kan cantik semua…hehe” jawabnya
“iya ma..mama cantik trus nikmat lagi” jawabku sambil mencium bibirnya
“ihhh…anak mama mesum banget” katanya sambil mencubit hidungku
“mandi bareng yuk sayang, mama mandiin kamu?” ajak mamaku dengan wajah menggoda
“iya ma, ayo” jawabku penuh antusias
Kami pun mandi bersama dan tak lupa bermain lagi sampai puas. Sunggh nikmat hari ini dapat menikmati tubuh mama. Sekarang sudah ada 3 wanita yang jadi pemuasku dan sebentar lagi akan bertambah satu. Tante mira akan menjadi mangsaku selanjutnya.
bersambung