Himpitan Ekonomi

Dijaman yang sudah serba modem, teknologi yang terus berkembang pesat banyak orang yang beranggapan kehidupan akan jadi lebih baik, semua akan menjadi lebih mudah. Namun hal itu hanya berlaku untuk mereka yang memiliki uang. Masalah klasik seperti kesulitan ekonomi masih mejadi hal yang lumrah di negeri ini, hanya karena faktor perut ada orang yang bisa jadi sangat nekat, bisa dengan mudah kehilangan rasa malu, bahkan sampai kehilangan harga diri. Ini adalah cerita tentang orang- orang yang punya masalah dengan keuangan mereka, bagaimana mereka berusaha keluar dari jeratan hutang dan himpitan ekonomi dijaman yang sudah serba modern ini. Mari kita saksikan. Cerita bermula dari sebuah kampung terpencil di pinggiran kabupaten bogor yang berbatasan langsung dengangkuta karawang, orang-orang biasa memanggilnya kampung cikere daerah yang cukup jauh dari hiruk pikuk keramaian kota kampung kecil yang terletak di kaki gunung ini mayoritas warganya menggantungkan hidup dari bertani dan berkebun, mereka mungkin pandai dalam mengahsilkan hasil panen seperti padi dan sayur mayur namun tidak dalam berbisnis, alhasil kebanyakan dari mereka hanya menjadi buruh tani dan tukang kebun di lahan milik juragan juragan dari kota. Untuk membantu keuangan keluarga beberapa istri dan anak gadis mencoba peruntungan dengan bekerja di pabrik konveksi terletak tidak jauh dari desa.
Mari kita tinggalkan sejenak warga kampung cikere, kita beralih ke konveksi tempat warga kampung cikere bekerja, lokasinya berada di kabupaten karawang, sekitar 5 menit menggunakan angkot dari kampung cikere. Sekilas ini terlihat seperti pabrik konveksi biasa, pemiliknya adalah orang korea asli biasa di panggil sebagai Mr. Kim, hasil produkis berupa pakaian sebagian besar di ekspor ke korea. karena lokasinya yang cukup jauh dari kota aturan disini cukup longgar sehingga pengupahan pun kadang tidak sesuai standar yang ada. Namun sebagian besar pekerja yang kebanyakan adalah wanita tidak terlalu mempermasalahkan nya, bisa punya penghasilan tetap setiap bulan pun sudah lebih dari cukup untuk mereka.
Di sebuah ruangan alam pabrik, Kim (48) sedang berbincang dengan pekerjanya. Ia adalah pak Rojak (49), orang kepercayaan mr. kim yang sudah dipercaya menjadi kepala pabrik sejak pabrik ini didirikan 10 tahun lalu. Karena kepiawaian nya pak rojak bisa dengan mudah mengambil hati mr Kim, alih alih bersikap seperti atasan dan bawahan Mr kim sudah menganggap pak rojak seperti kawannya sendiri. Tidak sedikit merek bercerita tentang hal hal pribadi mereka satu sama lain. Seperti hal nya saat
ini. Mr kim bercerita bahwa ia mulai jenuh dengan istrinya. Terutama dalam urusan ranjang, walau Mrs, Kim (41) kim bisa di bilang cukup cantik karena di import langsung dari korea, mr kim merasa hambar dan butuh sensasi baru.

“gimana jak, kamu ada saran buat saya?” tanya mr kim pada pak rojak
“sebelumnya maaf mister, bukan maksud lancang… setau saya nyonya Kim kan cukup cantik. Ko bisa mister merasa jenuh, apa mungkin mister kurang eksplore gaya kali!?” jawab pak rojak.
“itu dia jak, ini bukan soal cantik, sudah jelas bagi saya istri saya itu paling cantik, semua gaya juga sudah saya coba, bahkan kenikmatanya masih sama seperti saat pertama saya menikahinya, hahaha kamu tau maksudnya kan!? cuma saya merasa butuh sensasi baru” ujar mr kim.
Pak Rojak pun sedikit terdiam, ia berusaha memahami mr kim. “kalo mister pengen sensasi baru ajak aja salah satu karyawan kita, mungkin mister pengen nyoba rasa wanita lokal hehehe, nanti saya bantu”

“sebaiknya jangan jak bahaya itu, bisa viral saya… tau sendiri kamu kemrin rame bos yang ajak staycation sama bawahan nya… lagi pula saya tidak mau menghianati istri saya, saya cuma butuh sensasi baru biar hubungan kami kembali bergairah” jawab mr kim
“hmmmm, apa mungkin mister punya fetish tertentu?” selidik pak rojak
“fetish!? Maksudmu seperti penyimpangan seksual gitu?” jawab mr kim
“bukan mister, setau saya sih semacam hal hal aneh yang dilakukan atau di lihat bisa bikin bergairah” ujar pak Rojak
“ohh saya paham, sebetulnya ada cuma saya tidak yakin ini bisa disebut fetish atau bukan” jawab mr kim ragu
apa tuh kira kira mister?” pak rojak mulai penasaran
“Gini Jak di pabrik kita ini kan kebanyakan wanita, belum lagi mayoritas dari mereka adalah muslim yang selalu pakai pakaian tertutup dan kerudung… nah kadang saya suka penasaran jak seperti apa tubuh dibalik pakaian tertutup itu, mungkin jika saya bisa melihatnya gairah saya bisa kembali” jawab mr kim menjelaskan hasrat anehnya
“nah….. hahaha paham saya mister, kalo yang kaya gitu mah jangankan mister saya sendiri juga kadang penasaran pengen ihat” jawab pak rojak sebari cengengesan
Obrolan mereka pun terus berlanjut, intinya pak rojak sudah tau hal yang diinginkan mr. kim, pak Rojak sedikit bingung bagaimana merealisasikannya, pasalnya mr kim ini orangnya cukup idealis, pak rojak sempat mengajak mr kim memasang kamera tersembunyi di wc wanita untuk mengintip mereka, tapi mr kim menolak dengan alasan itu terlalu beresiko dan bisa mengganggu kestabilan bisnis jika sampai ketahuan. Mr Kim tidak ingin karena hasratnya justru bisa merugikan orang lain.
Beberapa hari berlalu sejak obrolan mr kim dan pak rojak. Aktivitas pabrik berjalan normal seperti biasanya. Sebagai kepala pabrik pak rojak sudah seperti mandor, dia hanya bertugas mengawasi dan memastikan semua berjalan lancar. Di saat patrolinya keliling area pabrik, pak rojak di datangi salah satu pegawainya. Ia adalah bu Yenti (40), salah satu warga desa cikere yang bekerja disana. bu Yenti ini hendak meminjam uang pada pak rojak dikarenakan anaknya yang masih SD akan ada outing class minggu depan (jalan jalan). Suaminya baru akan panen 3 minggu lagi sedangkan gajian bu Yenti baru akancair 2 minggu lagi. Akhirnya ia pun mencoba peruntungan dengan coba meminjam uang pada pak rojak, dengan janji di bayar pas gajian nanti.

“butuh 300rb aja pak, buat keperluan sekolah anak, suami saya masih belum panen” ujar bu Yenti
“gimana ya bu, buat saat ini saya juga sedang tidak ada uang, ibu tau sendiri saya punya anak yang masih kuliah, duit terus itu” ujar pak rojak
“apa gak bisa bantu pinjemin ke mister kim dulu pak? Tolong pak saya lagi butuh banget” ujar bu Yenti memelas
“hmmm ya udah nanti saya coba omongin dulu ke bos, siapa tau dia mau ngasih, tapi saya gak jamin dia bakal ngasih ya” ujar pak rojak
“ya udah,pak tidak apa, setidaknya ada usaha dulu, tolong ya pak” ujar bu Yenti

Bu Yenti pun pergi kembali ke area kerjanya meninggalkan pak rojak. Sebari berlalu pergi pak rojak sempat memperhatikan bu Yenti, dari belakang terlihat bongkahan pinggul yang besar bergoyang seirama langkahnya. Wajah bu Yenti pun terbilang cantik, dengan balutan rok panjang dan kaos lengan panjang tidak lupa kerudung persegi dengan warna senada roknya yang biasa ia kenakan (tidak ada seragam kerja / pegawai pakai pakaian bebas). Pak rojak pun berfikir mungkin yang seperti ini yang membuat Mr kim penasaran.

Pak rojak pun bergegas menemui mr kim di ruangan nya.
Setibanya disana pak rojak pun menyampaikan permintaan bu Yenti sebelumnya yang ingin meminjam uang. Awalnya mr kim enggan meminjakan uangnya. Ia beralasan jika ada yang dikasih, di hawatirkan karyawan yang lain akan ikut ikutan meminjam uang. Ia takut itu bisa jadi kebiasaan dan ia merasa itu bukan hal yang bagus. Namun pak rojak pun segera menyampaikan maksud lain nya. Pak Rojak lalu menjelaskan mengenai bu Yenti, usia perawakan dan penampilanmnya. Pak rojak pun mengingatkna kembali mr kim tentang hasrat anehnya kemarin.

“tubuhnya sedikit berisi mister, biasalah ibu ibu usia 40’an, namun dadanya yang besar terlihat masih kencang, belum lagi bokongnya beuuuh mantap, mister pasti suka” ujar pak rojak
“wah boleh juga tuh jak, yang mana orangnya saya pengen lihat dulu” ujar mr kim

pak rojak dan mr kim pun bergegas pergi keluar ruangan nya, mereka berpura pura memantau situasi lapangan. Namun aslinya mereka berdua sedang mengamati bu Yenti. Mr kim cukup terpesona, benar kata pak rojak, di balik kaosnya yang terlihat longgar bu yenti sama sekali tidak bisa menyembunyikan
dadanya yang besar membusung. Bukan hanya itu mr kim juga penasaran dengan apa yang ada dibalik rok panjangnya itu. Pak rojak dan mr kim pu kembali ke ruangan mr kim.

“jadi gimana jak, apa rencana kamu” tanya mr kim
“untuk saat ini saya belum ada rencana mister, cuma kalo mister tertarik nanti saya coba fikirkan” ujar pak rojak
“gini aja jak, tadi kamu bilang dia sedang butuh uang kan, saya akan kasih uang tersebut jika dia mau melakukannya, anggap aja itu upah, jadi dia gak perlu ganti” ujar mr kim
“NAAAH, kalo gitu kita langsung panggil aja dia kesini mister, suruh dia lepas pakaian disini, gimana?” ujar pak rojak girang
“jangan jak, itu terlalu terang terangan, saya kurang suka… lagian emangnya dia bakal mau kita surah telanjang disini!? Saya gak yakin jak lebih baik kamu gak fikirkan cara lain dah, gak perlu sampe bugil jak, cukup nunjukin bebeapa bagian tubuhnya aja” ujar mr kim menyanggah rencana pak rojak
“hmmm gitu ya mister, okelah saya coba fikirkan dulu, nanti saya kabari lagi mister, saya permisi dulu mau balik patroli” ujar pak rojak sebari pamit
“okelah jak, sya mengandalkan mu” jawab mr kim

keesokan harinya, pak rojak bergegas menemui bu yenti, menjelaskan penawaran yang ia berikan pada bu yenti, awalnya bu yenti syok dengan apa yang dikatakan pak rojak. Bahkan ia sempat marah pad apak rojak, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“astaga pak, saya memang butuh uang tapi saya gak sehina itu sampe harus jual diri” ujar bu yenti kesal
“bukan seperti itu bu yenti, coba denger dulu baik baik” jawab pak rojak
“ya tadi pak rojak bilangnya gitu, maaf pak lebih baik gak usah” ujar bu yenti
“bu yenti salah paham, maksud saya bu yenti tidak perlu sampe jual diri, tidak sampe sejauh itu” ujar pak rojak
“lantas apa maksud omongan bapak tadi” tanya bu yenti
“gini bu, ini antara kita aja saya harap ibu bisa jaga mulut setelah dengar penjelasan saya ini sebenrnya Mr kim itu… (pak rojak melanjutkan ucapannya sebari berbisik) punya obsesi aneh, dia penasaran dengan tubuh wanita berhijab, bukan ingin menyetubuhi, dia cuma ingin lihat, saya pernah ajak dia jajan di luar, dia nolak dengan alasan tidak ingin menghianati istrinya” ujar pak rojak menjelaskan
“hah obsesi aneh!? Jadi dia cuma ingin lihat gitu? Ya intinya tetep saya diminta telanjang di depan mr kim kan pak?” ujar bu yenti
“enggak bu, saya juga udah tawarkan itu dia tetap gak mau, dia pengennya melihat diam diam, dia agak jaim orang nya… tapi ya sudah lah, kalo emang bu yenti keberatan tidak apa, saya cuma kasih penawaran, lumayan kan dari pada bu yenti pinjem uang, ya sudah bu silahkan kembali ke area kerja nya” ujar pak ojak hendak menutup pembicaraan
setelah pergolakan batin dalam hati bu yenti, dia pun sedikit tergiur dengan uang itu “jadi saya mesti gimana pak, asal bukan berhubungan intim saya mau” ujar bu yenti lemas

pak rojak pun girang dengan ucapan bu yenti tadi, ia pun segera menjelaskan rencannya pada bu yenti, bu yenti terlihat paham dan mau melakukannya, mereka berdua pun akhirnya deal. Beberapa jam berlalu sejak jam masuk, waktu menunjukan pukul 10, di jam segitu semua sedang sibuk sibuknya dan tidak ada pekerja yang belalu lalang di pabrik. Pak rojak meminta Bu yenti pindah ke bagian pemasangan manik manik yang berada tepat di depan kantor mr kim… disana terdapat meja kerja yang
lumayan tinggi sekita sepinggang orang dewasa, terdapat 2 karyawan laki laki disana, dan bu yenti diminta untuk membantu mereka berdua. Bu yenti pun mengikuti arahan pak rojak, diapit 2 karyawan laki laki, posisi bu yenti kini berdiri di depan meja tepat membelakangi kantor mr kim. Posisi kerja di bagian itu memang mengharuskan mereka berdiri dengan alasan pekerja akan lebih fokus ketimbang bekerja sebari duduk.

Bele bele bele…. Bele bele bele…. Gatcha
“ada apa jak!? Kenapa pake telpon segala, langsung kesini aja” ujar mr kim menjawab telpon dari pak rojak
“gak bisa mister, saya mesti mantau situasi dan kasih intruksi disini, tapi coba mister tengok keluar kantor” ujar pak rojak dari balik telpon, mr kim bergegas pergi kearah pintu kantornya, pintu dengan model ada jendela kecil dibagian atas nya yang berguna untuk melihat keluar pintu. Mr kim kaget saat melihat ada bu yenti di bagian manik manik yang berada tepat di depan kantornya.
“siap mister?” ujar suara pak rojak dari telpon

tidak lama setelah itu kedua pekerja laki laki tadi berpindah posisi sehingga kini posisinya berhadap hadapan dengan bu yenti, terlihat juga pak rojak yang berdiri tidak jauh dari sana. Dari tempat mr kim melihat, bu yenti terlihat berhenti dari aktifitasnya, kedua tangan nya turun dari meja dan segera meraih pinggiran rok yang ia kenakan. Perlahan tangan itu menarik sedikit demi sedikit kain rok yang iang
kenakan. Rok pun perlahan terangkat ke atas. Mr kim yang menyaksikan itu mulai panas dingin, melihat centi centi demi rok bu yenti terangkat memperlihatkan betisnya yang putih mulus. Gerakan bu yenti sempat terhenti saat rok nya sedikit melewati bgaian belakang lututnya kini dari belakang terlihat bu yenti seperti sedang mengenakan rok pendek diatas lutut.

“lanjutkan jaaak” ujar mr kim dengan suara gemetar
“siaaap bos” jawab pak rojak

bu yenti kembali mengangkat rok nya keatas. Terus naik memperlihatkan sebagian paham mulusnya, mr kim pun mulai merasa bergairah, tanpa sadari dia sudah meremas remas batang kemaluanya yang mulai tegang. Bu tenti terus mengangkat rok itu dan yuhuuu, terlihat bongkahan besar bokong bu yenti, terekspose langsung tanpa tertutup celana dalam.

(mulustrasi untuk memperjelas adegan aja)

Sesuai intrksi pak rojak, sebelum pindah tempat buyenti diminta melepas dulu celana dalam nya. Kini bagian belakang rok bu yenti pun sudah sepenuhnya terangkat, ia lalu bergegas menyelipkan ujung rok tersebut ke pinggangnya. Bu yenti lalu kembali berkatifitas dengan bagian bokong yang terekspose jelas ke arah mr kim. Di dalam kantor mr kim mulai mengocok batang kemaluanya.

“pertahankan seperti itu jak” ujar mr kim di telpon

entah intruksi dari pak rojak atau bukan bu yenti seperti memposisikan dirinya agak menungging, mengangkan tinggi bokongnya. Dari balik pintu mr kim terus mengocok sebari menikmati pertunjukan dari bu yenti. Saat dia hampir klimak, tiba tiba sesuatu terjatuh, dari atas meja kerja bu yenti dan mengelinding masuk ke kolong meja. Bu yenti lalu bergegas menggambil barang tersebut dan walaaaa bu yenti kini berada dalam posisi nungging dengan badan masuk ke kolong meja, dogistyle ready.

Barang yang jatoh tadi cukup sulit dijangkau membuat bu yenti berlama lama dalam posisi it, ia sepertinya lupa kalo rok bagian belakangnya sudah tersingkap. Ini adalah impropisasi ujar pak rojak karena ini diluar skenario. Posisi pak rojak kini berada di samping pintu mr kim. Pada saat itu pak rojak dan mr kim bisa dengan jelas melihat belahan memek bu yenti yang terlihat tebal berisi. Di dalam kantor mr kim sudah tidak tahan dan mencapai klimaknya, spermanya belepotan di lantai. Sementara pak rojak justru ikut berjongkok dan menyaksikan lebih jelas memek bu yenti. Tidak lupa ia juga
mengabadikan momen itu dengan hp nya. Bu yenti pun kembali berdiri dan melanjutkan pekerjaannya. Tidak lama setelah itu pak rojak kembali memberi intruksi ia sudah boleh menurunkan kembali roknya, DEG… Seakan tersadar, ia baru ingat sedai tadi roknya dalam posisi terangkat, artinya saat nungging tadi dia tidak hanya menunjukan bokongnya. Ia yakin dalam posisi tadi bukit tebal miliknya pasti ikut terekspose juga.

Singkat cerita sore hari sebelum pulang, pak rojak kembali menemui bu yenti, sesua perjanjian pak rojak menyerahkan sejumlah uang pada bu yenti, bu yenti cukup kaget dengan uang tersebut, padahal di awal perjanjiannya hanya akan dikasi 300rb namun saat itu ia menerima sekiatr 500rb. Pak rojak lalu menjelaskan yang 200 nya adalah bonus. Mr kim sudah cukup puas. Bu yenti pun pulang dengan rasa girang dan lega.

Apa cerita ini perlu dilanjut?