Belajar Nyetir Mobil
Saat di kelas 2 SMA, adik sepupu gue (Donna) yang masih kelas 2 SMP meminta gue untuk mengajarinya menyetir mobil tiap sore, tentu saja tanpa sepengetahuan bokap nyokapnya.
Karena jarak rumah gue ama rumahnya cukup dekat, setelah pulang sekolah, makan siang, bersih-bersih, dan bobo siang, sorenya gue pasti main ke rumahnya.
Pintu pagar langsung kubuka dan kuketok pintu depan rumah. Tok…tok…tok… Tak lama pintu dibuka oleh Donna yang hanya mengenakan kaos lengan setali dan celana pendek. Wow, sexy sekali. Kontolku langsung mulai berdiri.
Tanpa babibu, langsung Donna menyerbu pundakku, bergelendot sambil berkata “Mas Bayu, ajarin Donna nyetir mobil dong, mumpung rumah kosong nih.”, rengeknya manja.
Sambil merasakan empuknya buah dada sekepalan tangan Donna, aku langsung memeluknya dan menjawabnya “Boleh, siapa takut, kapan? di mana?”.
“Sekarang aja mas, kita ke lapangan di pojok kompleks rumah” jawabnya cepat.
“Oke, ayo…” sambil tetap kurangkul dan kutepuk bongkahan pantat ranumnya. Dia hanya tersenyum manja.
Singkat cerita, sesampainya di lapangan, dia nampak kagok sekali menyetir mobil, maklum masih ABG. Sementara itu, sambil menahan gejolak birahi kontol ngaceng ini, aku pun agak kuatir kalo2 dia menabrak sesuatu.
Langsung aja timbul ide gilaku. “Don, kalo nyetir santai aja. Gini deh, kamu tetep nyetir, tapi supaya aman dan untuk jaga-jaga, aku pangku kamu, ok?”
Tanpa protes, di luar dugaanku, Donna langsung setuju. Lalu, segera kuatur posisi kontolku yang semula rada miring ke kanan ini menjadi tepat ke tengah, harapanku selain biar enak gak sakit, supaya bisa tepat kena belahan pantatnya.
Sambil tetap menyetir mobil, Donna langsung duduk di atas pangkuanku, tepat di atas kontolku. Alamak, enak banget. Tanganku kadang memegang setir, kadang memegang paha dan perutnya.
Semula Donna serius, tapi karena kontolku terus berdenyut, akhirnya dia terasa dan makin berkata manja “Mas, persnelengnya kok ada 2 ya? tapi yang di bawah ini keras banget”.
“Iya nih, kayaknya persneleng Mas udah pengen dilemesin deh. Kita istirahat dulu aja yuk di rumah kamu.”.
Gantian dia menjawab cepat “Ayo, siapa takut…” Dengan cepat, sambil tetap memangku Donna, mobil aku arahkan balik pulang ke rumahnya sambil berharap rumahnya masih sepi.
Sampai parkir mobil di garasi, langsung aku cium tengkuknya dan aku raba perut, tetek, dan selangkangannya.
Donna melenguh manja “Ah mas, nakal ah…” dan cepat buka pintu ke kamarnya.
Tanpa membuang waktu, aku cepat mengikutinya dan langsung ke kamarnya di lantai 2. Dia tersenyum manja. Langsung aku rangkul dan ciumi lehernya sambil kulepas kaos dan celana pendeknya. Dia tak mau kalah, dilsepasnya kaos dan celana panjangku.
Sambil meraba-raba kontolku yang udah siap tempur itu, Donna mencium kedua puting dadaku bergantian. Tanganku pun sibuk meremas-remas bongkahan pantatnya dan menciumi kepalanya. Nikmat sekali.
Dari dada, dia langsung turun mencium kontolku dari luar celana dalamku yang mulai basah karena cairan mani dan ludahnya. Setalah itu, dikeluarkannya kontolku yang udah tegak mengacung siap grak 20 cm itu dan dilihatnya dengan seksama.
“Kenapa? belum pernah lihat kontol ya?” tanyaku.
“Iya mas, lucu ya. boleh aku isep kan Mas?” jawabnya polos.
“Boleh dong, malah mas pengen kamu masukin ke memek kamu. Eh, kamu masih perawan kan? Mau kan mas entot?”
Sambil tersenyum dia jawab “iya mas, tapi janji gak sakit ya”.
“Ditanggung nikmat deh, beres…”
“Tapi Mas, aku isep dulu ya, mas juga isep memekku.”.
“Oke…lanjut, tarik…” jawabku sekenanya. Sambil ketawa langsung dia cium topi bajaku. Wuih, terbang rasanya. Aku pun tak mau kalah, dengan posisi 69, langsung kujilat itil dan memeknya. Gurih sekalee..
Sampai suatu saat memeknya becek banget dan dia langsung oragasmo dengan mulut makin kuat ngisep. Cairan cintanya aku minum abis dan kusapu seluruh permukaan memeknya, sedap. Semantara itu, aku masih belum apa-apa, siap tempur.
Setelah istirahat beberapa saat, Donna berbalik dan langsung menindih badanku dan memegang kontolku diarahkan ke memeknya pelan-pelan dan aku remas dan isep kedua tetek ranumnya berputing merah muda.
Kontolku digeser-geserkannya ke bibir memeknya sambil Donna mencium leherku. Setelah agak lama, tak sabar tanganku kembali meremas bongkahan pantatnya dan sekali sentak langsung kuhujamkan kontolku ke memeknya.
“Aduh mas, ehkk…enak mas…nikmaaaatttt…aaaahhhhhh….”
Aku isap mulut dan bibirnya dalam untuk menambah sensasinya sambil kupercepat goyangan sentakanku.
“Brettt…brettt…brettt……” terdengar sesuatu tergesek sobek. Pikirku, mungkin itu selaput daranya. Ah, berhasil juga akhirnya kuperawani dia. Nikmat sekali.
Tak berapa lama, goyangannya menghebat dan rupanya Donna kembali orgasme dengan memelukku berguling-guling. Aku cepat atur napas untuk menahan sedikit lagi ejakulasi.
Posisi kuubah. Aku berdiri dan kugendong dia ke dinding samping pintu menghadap cermin. Sungguh seksi sekali posisiku yang kata orang Batak “martole jongjong” (ngentot berdiri) ini. Terasa seluruh batang kontolku masuk memenuhi lubang memeknya. Kembali Donna klimaks.
Puas bermartole jongjong, kuubah dengan doggy style dengan kaki ku di kanan kirinya dan badanku setengah berdiri gagah dan tanganku sibuk meremas kedua teteknya. Terasa sempit dan menantang menggairahkan. Tak kuat menahan, Donna klimaks lagi.
Terakhir kuposisikan biasa (missionary). Kuangkat kedua kakinya ke bahuku dan kuhujam cepat keras berulang kali kontolku ke memeknya. Donna menjerit keras tak terkendali dengan seksinya. Bersamaan dengan goyangan keras pantatnya yang menandakan untuk keempat kalinya Donna klimaks, aku pun mempercepat hujamanku yang akan klimaks juga.
“Don, aku mau keluar nih, di dalam aja apa kamu isep?”
“Tahan bentar Mas, aku dulu, mas aku isep aja….ahhh….”
Akhirnya Donna klimaks, aahhh…Aku tahan sekuat tenaga meskipun geli dan nikmat tiada tara. Setelah itu, tak kuat menahan lebih lama lagi, cepat kucabut dan kuarahkan kontolku ke muka Donna untuk diisepnya. Pejuku muncrat banyak sekali berulang kali ke mukanya dan sebagian besar ke mulutnya. Sambil lemas menikmati klimaks keempatnya itu, Donna mengocok dan mengisep kontolku dalem-dalem. Hampir semua pejuku ditelannya abis tak tersisa.
“Terima kasih mas, udah ngajarin Donna nyetir dan jadi dewasa” bisiknya manja.
“Iya, sama-sama. Lain kali mau lagi kan?” jawabku nakal.
“Iya dong, aku mau lagi. Jadwal tetap aja ya” senyumnya binal.
“Oke putriku cantik” jawabku sambil kuisep pentil teteknya.
Sejak itu, tiap sore hari, hampir tak pernah absen, aku dan Donna selalu punya kegiatan olah raga rutin, yang biasa kami sebut merger. Selain dengan Donna, aku pun terbuka dalam berhubungan seks dengan cewek siapapun dan manapun, terutama yang cantik dan muda-muda (Cina, Pribumi, Indo, dll.) baik yang sudah pernah / biasa ngentot seperti anak SMU, mahasiswi, dan ibu-ibu muda maupun yang belum pernah ngentot kayak Donna itu.