CAHAYA YANG PADAM
Dalam sebuah kota yang ramai dan gemerlap, ada dua sosok artis dadakan yang sedang mengejar impian mereka. Mayang, seorang penyanyi berbakat dengan suara emas, dan Chika, seorang penari yang mempesona dengan gerakan-gerakan lincahnya. Mereka bertemu di sebuah audisi acara realitas terkenal yang sedang mencari bakat-bakat baru. Mayang dan Chika memiliki semangat yang membara untuk meraih popularitas dan kejayaan. Mereka berlatih keras dan berusaha memperbaiki kemampuan mereka seiring berjalannya waktu. Tidak lama setelah audisi, mereka berdua berhasil lolos dan menjadi bagian dari acara tersebut. Kehidupan mereka pun berubah drastis. Namun, dengan popularitas datang juga tekanan dan cobaan. Mayang dan Chika harus menghadapi gosip, rumor, dan tekanan media yang terus-menerus mengikuti mereka. Mereka mencoba bertahan dan tetap fokus pada impian mereka, tetapi semakin lama semakin sulit. Kegelisahan dan kecemasan mulai merasuki pikiran mereka. Pada suatu hari, sebuah insiden yang tak terduga terjadi. Ketika Mayang dan Chika sedang berada di sebuah acara penghargaan, gedung tempat acara tersebut terkena serangan teroris. Suasana panik dan kekacauan menyelimuti ruangan. Mayang dan Chika berusaha mencari jalan keluar, namun terjebak dalam kekacauan itu. Dalam keadaan yang penuh ketakutan, Mayang dan Chika saling memegang tangan satu sama lain, mencoba bertahan dan mencari jalan keluar. Mereka berdua berlari, berusaha menyelamatkan diri. Sayangnya, dalam kekacauan itu, mereka terpisah oleh kerumunan yang panik. Mayang berjuang untuk melanjutkan perjalanan sendiri, tetapi Chika tidak pernah ditemukan lagi. Keesokan harinya, berita tentang tragedi tersebut menyebar dengan cepat. Mayang merasa hancur. Hilangnya Chika adalah pukulan telak yang membuatnya terpuruk. Ia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Chika, sahabatnya dan rekan kerjanya. Mayang kehilangan semangat dan gairahnya untuk bernyanyi. Cahaya dalam hidupnya telah padam. Chika merasa lelah dan terluka tubuh mugilnya itu penuh baret gesekan saat ia terjatuh Saat ini dia berada di sebuah gudang tersembunyi, jauh dari sorotan publik. Ia duduk di sudut ruangan, mencoba meredakan rasa sakit dan kebingungan yang melanda dirinya. Sementara itu, teroris yang menculiknya menjaga dengan ketat dan berjaga-jaga di sekitarnya. Suasana di dalam gudang itu hening, namun gelap. Chika merasa terisolasi dan takut akan masa depannya yang tidak pasti. Tiba-tiba, seorang anggota teroris masuk ke gudang dan duduk di dekatnya. Chika mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan mata penuh ketakutan. “Kenapa kamu melakukan ini?” tanya Chika dengan suara lemah. Pria itu menatapnya dengan dingin, “Kami melakukannya untuk menyebarkan ketakutan dan menuntut perubahan yang kami yakini.” Chika merasakan adanya ketegangan dalam percakapan. Meskipun ia merasa takut, ia memutuskan untuk mengekspresikan keberaniannya. “Tapi apakah kalian benar-benar mengerti apa yang kalian lakukan? Kalian menghancurkan nyawa dan impian orang-orang yang tak bersalah. Bagaimana itu bisa membawa perubahan yang baik?” “Impian orang tak bersalah katamu!!!? aku tahu dirimu, kamu adalah adik dari alm Va angel itukan? bagaimana bisa dirimu menjadi artis disaat kakakmu baru saja meninggal dalam kecelakan tragis” Mendengar itu Chika hanya bisa terdiam, keadaannya lemas karena belum makan sendari sejak kemarin malam.
Mayang, bersama dengan ayahnya, Dodi, dan ibunya, Yuni, tidak bisa berdiam diri setelah kepergian Chika. Mereka merasa bertanggung jawab untuk mencari sahabat mereka yang hilang. Dengan tekad yang kuat untuk penyelamatan Chika. Mayang, Dodi, dan Yuni memulai investigasi mereka dengan mencari petunjuk tentang lokasi gudang tempat Chika ditahan. Mereka berusaha menyusun rincian yang mereka miliki, berkoordinasi dengan polisi, dan menghubungi sumber-sumber informasi yang mungkin. Sementara itu, Chika tetap berada di dalam gudang dengan teroris yang menjaga dia. Meski kondisinya melemah, semangatnya tetap berkobar. Ia berusaha mencari peluang untuk melarikan diri atau menyampaikan pesan rahasia kepada orang-orang di luar sana. Suatu malam, ketika teroris yang menjaga Chika sedang teralihkan perhatiannya, Chika mendapati sebuah telepon genggam yang tertinggal di dekatnya. Ia menyadari bahwa itu adalah kesempatan langka baginya untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan hati-hati, Chika menyembunyikan telepon genggam tersebut dan mulai mengirim pesan singkat kepada Mayang. Ia memberikan petunjuk tentang lokasi gudang dan meminta bantuan untuk menyelamatkannya. Setiap pesan yang ia kirimkan diisi dengan harapan dan ketabahan. Mayang, Dodi, dan Yuni menerima pesan itu dengan sukacita dan kelegaan. Mereka segera menghubungi polisi dan membagikan informasi yang mereka dapatkan. Tim penyelamat dikerahkan untuk menyusup ke gudang dan mengamankan Chika. Pada malam hari yang gelap, tim penyelamat tiba di gudang yang tersembunyi. Mereka melancarkan operasi penyelamatan dengan cepat dan hati-hati, menggunakan taktik yang disusun dengan baik. Kosong…. Tidak ada siapapun disini….. Dalam kekecewaan dan keputusasaan, Mayang, Dodi, dan Yuni merasa hancur saat mengetahui bahwa teroris berhasil membawa Chika pergi setelah mereka tiba di gudang. Mereka merasa terpukul oleh kegagalan mereka dalam misi penyelamatan.
Ceplas!!!! ceplas!!! tamparan keras Teroris itu pada pipi kanan Chika, “Berani sekali kau memberitahu keluargamu” dilanjutkan dengan pukulan keras pada perut gadis itu … ….. bukkk… bukkk…. “Kumohon udah aku udah ga berdaya kumohon hentikan” pinta Chika dengan suara semakin pelan. Kembali pukulan yang ketiga mendarat tepat pada perut Chika. Argghhh….. teriakan kecil yang semu perlahan, kesadarannya mulai hilang. gadis itu masih hidup hanya pingsan dibuat oleh teroris itu. Chika yang saat ini tak sadarkan diri hanya bisa pasrah dengan kejadian yang akan menimpa dirinya setelah ini. Kedua teroris itu membagi tugas. satu mempersiapkan tubuh chika kemudian satunya mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk Chika. Dilepaskannya seluruh pakaian yang melekat pada tubuh Chika, baju, celana, kemudian bra dan celana dalamnya. Teroris satunya membawa tong barrel drum yang sudah dimodifikasi. Dimasukkannya tubuh Chika dalam drum itu. Hanya kepala Chika yang bisa dilihat dari luar sedangkan sisanya berada dalam barell. dibagian bawah barrel itu sudah dilubangi guna untuk pipis dan BAB Teroris 1: “Pak kami sudah berada di posisi, silahkan datang secepat mungkin” Bapak Misterius: “Saya akan datang 30 menit dari sekarang” T1: (duduk di meja dengan tegang, menunggu kedatangan bapak misterius) Bapak Misterius: (memasuki ruangan dengan tatapan tajam dan dua pengawal di belakangnya) Jadi, Mana dia? T1: Ya, aku punya beberapa urusan yang ingin kuselesaikan denganmu. Ini masalah serius. Bapak Misterius: Beritahu aku apa yang ingin kamu bicarakan. Jangan buang-buang waktu. T1: Baiklah. Aku tahu bahwa kamu memiliki koneksi dengan pasar gelap. Bapak Misterius: (melemparkan pandangan curiga) T1: Aku punya barang yang sangat berharga. Bapak Misterius: (menarik nafas dalam-dalam) Lanjutkan. T1: Aku ingin menjual organ sehat gadis itu. Bapak Misterius: (tersenyum sinis) Jadi, apa yang kamu harapkan sebagai imbalan atas informasi ini? T1: Tentu saja Uang selain itu aku ingin perlindungan. Aku dalam masalah dengan seseorang yang sangat berbahaya, dan aku tidak bisa menghadapinya sendiri. Bapak Misterius: Polisi huh? (sambil memikirkan penawaran tersebut) Baiklah, aku akan melindungimu. Tapi ingat, jika kamu mencoba mengkhianati kami, konsekuensinya akan sangat buruk. T1: Saya mengerti risikonya. Bapak Misterius ini bernama Didik dia dulunya adalah seorang dokter, namun suatu ketika kala dia melalaikan tugasnya, dia dipenjarakan oleh pasiennya karena dugaan malpraktek. seluruh aset dari harta yang berasal dari pekerjaannya disita oleh negara dan denda yang sengat banyak. perlahan kehidupan keras itu membuat dirinya menjadi penyalur organ manusia di underworld koneksinya sekarang luas, Didik bagaikan bos mafia diantara petinggi di dunia underworld.
Kemudian Didik dan kedua pengawalnya berjalan diantar oleh kedua teroris itu menuju tempat dimana Chika berada. Terkejut dan Terangsang. Didik dan kedua Pengawalnya melihat kondisi Chika saat ini. Bawakan air dan siram pada gadis ini aku ingin dia bangun untuk bisa melayani ku. .. .. dibawakan seember air dan diguyurkan oleh salah satu pengawalnya, byurrrrr!!!! haa.. haaa … haaaa… Chika terbangun. Dia kaget di depannya sudah ada Laki-laki lain selain ke dua teroris tadi. “Lepaskan aku!!!, terkutuk kalian” Didik menyuruh pengawalnya memberikan tas perlengkapan yang sudah dibawa sebelumnya. “Aarrhhhhggghhh tolong!!! siapapun tolong aku!!!!!!!” teriakan Chika menggema di dalam ruangan kosong itu. “Hah percuma ini adalah tempat yang jauh dari pemukiman” timpal salah seorang Teroris.
Mulut Chika kemudian disumpal dengan Gag besi yang bolong, memisahkan gigi dan mulutnya. Matanya ditutup oleh kain Blindfold eye. Membuat gadis itu tidak bisa melihat dan berbicara. “Haaaa Haaa Haaaa hooo longggg” pinta chika sendari berusaha mengeluarkan kata-kata. Didik kemudian sedikit menjauh dari barrel drum tepat Chika, kemudian dia memanggil seluruh orang yang ada di ruangan itu. diintruksikanlah semua yang akan terjadi berikutnya. Tanpa sepatah kata balasan dari mereka, hanya anggukan kepala saja. “Bagus jika kalian sudah paham, Parjo, Knill Siapkan kontol kalian, tentunya kalian juga Ardi dan Dio? benar itu nama kalian (nama kedua teroris itu) “YA PAK!!!” segera mereka mengeluarkan kontol mereka masing-masing. “pastikan sperma kalian ditelan oleh gadis ini, agar organnya mendapatkan nutri yang sehat.” “Ketika aku menjadi seorang dokter, aku benar-benar memahami manfaat sperma bagi wanita. Sperma mengandung beragam nutrisi yang penting, termasuk protein, fruktosa, enzim, dan bahkan vitamin C.” Ardi adalah orang pertama yang melakukannya, saat ini Chika hanya bisa menerima, mau tidak mau mulutnya sudah menganga karena gag yang terpasang gloookk gloookk gluppp haaaaa haaaa haaaa 5 menit berlalu sampai akhirnya sperma Adi menyebur keluar di mulut Chika. Chika yang gelagapan memuntahkan sperma adi, dengan cepat Knill mengambil gelas kemudian ditadahnya sperma yang keluar dari mulut gadis itu. Dio sigap tanggap setelah Adi selesai, kontolnya lebih kecil dibanding Adi. Walau begitu ukuranya yang panjang mampu menjulang menuju kerongkongan Chika. Hoooooeegghh Hooooeegghhh begitu lah saat Chika tidak kuat dengan panjangnya kontol Dio, Sperma itu langsung menuju perut tanpa keluar setetespun. Kemudian giliran Parjo. “Knill, tolong buka penutup matanya” pinta Parjo. “Bos si Parjo mau penutup matanya dibuka” “Buka saja Knill, aku juga penasaran apa yang akan di lakukan Parjo” penutup Blindfold itu dibukan kemudian Parjo mulai mengocok penisnya, sesekali dia memasukan pada ujung mulut Chika, “Knill tolong buka matanya aku udah mau keluar ini, biarkan pejuku ku masuk ke matanya” mendengar itu Chika langsung berteriak. “Hhhaaaaa Hooonnggg Haaaa Hooonggg (tolong tolong)” hanya lolongan tidak jelas yang terdengar Crotttt Crotttt…….. Semburan sperma itu masuk kedalam kelopak mata Chika. membuat dia tidak bisa melihat dengan Jelas. giliran berikutnya adalah Knill. seperti yang lain Knill memasukan Kontolnya ke mulut Chika, kali ini Chika sudah lemas, tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Knill kemudian mencabut kontolnya, mengarahkan kontol itu ke hidung Chika, Crottt…. Crottt…. Uhhhuukkk uhuuukk Chika tersedak karana sperma itu masuk melalui mulut menuju kerongkongannya. “Knill masukkan sisa sperma yang ada di gelas tadi ke kedua telinga gadis ini.” “siap pak!!” Sisa sisa sperma itu dimasukkan ke lubang telinga Chika, Chika sudah tidak bisa mendengar apa yang terjadi selanjutnya. Didik memerintahkan untuk mengeluarkan Chika untuk proses Eksekusi.
Proses selanjutnya adalah pengambilan darah. Diambilnya Kapas yang sudah diberi anti septik kemudian diolesi ke pergelangan tangan Chika. Antiseptik digunakan untuk membersihkan area kulit di sekitar vena donor sebelum penyuntikan jarum, sehingga mengurangi risiko infeksi. Kemudian Didik menusukkan Jarum ke pembuluh darah Vena milik Chika, begitu darah mengalir keluar, Didik begitu sigap menghubungkannya dengan selang infus yang akan digunakan untuk jalur darah agar dapat terkumpul di kantong darah. Secara umum, sebagian besar donor darah mengambil sekitar 450-500 ml darah saat satu sesi donor, tapi saat ini Didik tidak memperdulikan aturan itu. dia mengambil sebanyak yang dia bisa. Saat ini, tubuhnya sudah lemas dan kesadarannya perlahan kabur. Dia terbaring di atas meja eksekusi, di tengah kebisingan alat-alat medis Nafasnya terasa berat, dan dia bisa merasakan getaran ketegangan yang melintas di sekitar ruangan tersebut. di dalam kepalanya, Chika merasa seperti terlempar ke dalam dunia yang berbeda. Sementara itu, di dunia nyata, kerusakan yang terjadi dalam tubuhnya tak bisa terelakan, kesadaranya hilang perlahan demi perlahan. Langkah terakhir yang dilakukan Didik adalah membedah perut Chika. Dia mengambil pisau bedahnya dengan hati-hati, memeriksa mata pisau yang tajam dan steril. Napasnya tegang, tapi dia mencoba mempertahankan kestabilan dan fokus yang diperlukan. Di depannya, Chika terbaring dengan tubuhnya yang lemah dan tak berdaya. Darah mulai mengalir, dengan gerakan yang terlatih, dia mulai memotong sayatan pada kulit Chika. Dia melihat organ-organ yang terletak di dalam tubuh Chika dan memeriksa dengan cermat. Didik menggunakan pisau untuk mengambil bagiam yang diinginkannya seperti Jantung, Paru-paru, Hati, Ginjal, Knill dan juga Parjo (pengawal Didik) meletakkan itu semua pada Kotak Storage khusus organ. Cooler organ (organ cooler). Kotak ini dirancang khusus dengan fitur seperti suhu yang dapat diatur, untuk menjaga organ tetap segar dan mempertahankan kondisi optimal sebelum diselamatkan atau ditransplantasikan ke penerima yang sesuai. Kotak organ ini penting untuk menjaga keberlangsungan organ yang akan ditransplantasikan dan meminimalkan risiko kerusakan selama proses transportasi. Langkah terakhirnya adalah menjahit kembali sayatan yang sudah dilakukan, memastikan bahwa tubuh tertutup dengan rapat dan aman. Setelah berhasil menyelesaikan langkah terakhir dengan menjahit sayatan yang sudah dilakukan, Didik Parjo Knill Ardi dan Dio mulai membersihkan ruang operasi dengan cermat. Mereka bekerja dengan hati-hati untuk memastikan kebersihan dan sterilisasi lingkungan sebelum meninggalkannya. Kemudian Didik mentrasfer sejumlah uang pada Adi dan Dio. mereka semua meninggalkan ruang eksekusi setelahnya.