CERBUNG – TAMAT – Mbak Anty, Binor Tetangga Kontrakanku

Halo rekan – rekan sejawat dan khususnya momod dan mimin di forum tercintah ini, ijinkan nubih sedikit bercoret – coret ria di forum ini, minta tolong dibantu bilamana masih sangat banyak kekurangan dan keterbatasannya dari segi tatanan bahasa, kalimat serta waktu dalam mengunggah coretan ini menjadi sebuah cerita yang sekiranya aku bisa tuangkan. Serta semoga ceritaku ini tidak mengandung SARA yang mendiskreditkan suatu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan tertentu seperti rules pada nomor 11. Cerita aku ini silakan di imajinasikan oleh rekan – rekan di mari termasuk cerita fiktif atau real life. Monggo ?? hehehe. Biar makin penasaran hehehe, semoga aku bisa menyajikan cerita yang bisa di baca dan mendapatkan respon dari rekan – rekan sekalian, mari tidak ada salahnya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. Oh iya namaku Randy, usiaku menginjak 30 tahun. Perawakanku tidaklah tinggi tidak juga gemuk dengan tinggi badan 169cm dan berat badan 54kg, kulitku kuning langsat mendekati putih wajah tidak tampan tidak juga sedang – sedang saja dan jauh dari buruk juga sih hehehe. Dan aku memakai kacamata tapi jarang kukenakan paling sering kukenakan kalau malam hari saja karena jujur kalau malam penglihatanku lemah bisa – bisa Mpok Omas aku lihat Ariel Tatum wkwkwkwk (rabun bebek aku) Aku masih seorang lajang dan jomblo (lah malah curcol) aku seorang pegawai swasta di salah satu kota satelit penunjang Ibukota Negara ini, yang rencananya akan pindah dari pulau Jawa ini. Aku memang masih lajang tapi bukan perjaka juga sih hehehe, perjakaku telah di renggut oleh tanganku sendiri wkwkwkwk (pascol) Aku awalnya bekerja di salah satu perusahaan sawit di negara ini, namun seiring melemahnya harga sawit hingga akhirnya aku di minta atasanku untuk babat alas ke segmen atau divisi yang berbeda (babat alas dalam artian bukan pembalakan liar) dari yang sekarang. Aku di percaya memegang divisi baru di segmen kontraktor, design dan interior sebagai Manager Operational. Wah tantangan baru ini !! aku sangat tertarik apalagi dengan kenaikan jabatan dari sebelumnya cuma sebagai staff operational dan logistik. Pindah divisi dan segmen artinya aku harus siap dengan kehidupan baru kembali, semuanya di mulai dari awal lagi dari tempat tinggal dan penyesuaian kerja dengan rekan kerja baru. Perihal tempat tinggal inilah aku yang berulang kali mencari – cari lokasi yang berada paling strategis baik menunjang pekerjaan serta mobilitas wara – wiri kesana kemari termasuk untuk kembali ke rumah orang tua kala libur. Akhirnya aku dapat kontrakan yang pas (pas harganya dan lokasinya) untuk lokasi memang bukan di jalan utama takapa lumayan lebih tenang daripada suasana yang riuh dan gaduh. Lokasi kontrakanku ini bisa di bilang tersembunyi dan terpojokan oleh beberapa cluster – cluster menengah atas di daerah ini dan berbatasan langsung oleh tembok perumahan tersebut (mulustrasi terlampir) dan sebaris kontrakanku ini hanya ada dua petak termasuk tempatku. Untuk ukuran kontrakanku berbeda dengan kontrakan sebelahku karena aku masih lajang ini bukan menjadi persoalan bagiku dan ini pula yang menyebabkan kontrakan yang aku tempati ini cukup lama kosong dibandingkan beberapa kontrakan lainya di sekitarku.
Singkat cerita aku sudah pindah pada hari Rabu, dan belum berkenalan dengan tetangga – tetangga di karenakan hari kerja dan beberapa kontrakan cukup sepi, mungkin pada bekerja berbeda denganku yang kerjanya bebas dan waktunya sangat fleksible. Dan di hari Rabu tersebut aku lebih focus menata kontrakanku yang kecil cuma ada dua ruangan saja ruang utama sekaligus tempat tidur dan kamar mandi dengan ruang dapur yang sangat sempit. Tak terasa hari sudah malam dan tetiba perutku bunyi minta di kasih asupan makanan nih, carilah tempat makan di sekitar sini dapatlah warteg yang lokasinya di sebrang ruko (maaf lupa di masukan ke denah). Karena malas ribet nyuci piring aku putuskan makan di sana sajalah.
Mbak warteg : “madang mas?” (makan mas?)​

Randy : “madang kene bae mbake” (makan sini saja mbak)​

Mbak warteg : “nganggo opo mase?” (pakai apa mas?)​

Randy : “ndog, acar karo orek tempe, sisan njaluk kuahne karo sambelne mbake ombene es teh manis” (telur, acar sama orek tempe, sekalian minta kuahnya dan sambelnya mbak minumnya es teh manis)​
20 menit kemudian setelah semua makanan ludes aku lahap dengan trenginas dan merasa kenyang dan begah. Oh iya mbak warteg tersebut nantinya lebih baiknya aku ganti nama saja belakang setelah kenalan dengan hal yang di luar dugaanku alias memalukan.
Randy : “pira mbakke?” (berapa mbak?)​

Mbak warteg : “limolas ewu” (lima belas ribu)​

Randy : “ealah jancuk lali dompetku blas langka duwitne, sek mbakke arep takon kie atm sing cedak pundi yo?” (ealah jancuk lupa dompetku tidak ada uangnya, sebentar mbak mau tanya atm yang dekat dimana ya?) ternyata uangku tidak ada sama sekali di dompet setelah ku ingat – ingat ternyata tadi sudah aku berikan kepada orang yg membantuku pindahan.​
Mbak warteg : “adoh mas sekilonan, pean gawa pit ra?” (jauh mas sekiloan, kamu bawa motor tidak?)​

Randy : “langka mbakke pitne inyong, priwen ya? Inyong gadai KTP sek yo mbakke sesuk sore inyong tebus, inyong wong anyaran iki sing tinggal di kontrakan Pak Haji” (tidak ada motor saya mbak, gimana ya? Saya gadai KTP dulu ya mbak besok sore saya tebus, saya orang baru disini yang tinggal di kontrakan Pak Haji)​

Mbak warteg : “yowes rapapa tapi janji yo mase sesok mbayar?” (iya tidak apa – apa tapi janji ya mas besok bayar?)​

Randy : “suwerlah mbak inyong ra ngapusi, yen ngapusi inyong di samber mbakke ayu lah” (suwer mbak saya tidak bohong, kalau bohong saya di samber mbaknya yang cantik dah)​

Mbak warteg : “yee.. maunya mase iku” (yee.. maunya mas itu)​

Randy : “ehehhehehe”​

Dan setelah melewati balada memalukan tadi aku berjalan pulang saja ke kontrakanku, dan ternyata tetangga sebelah kontrakanku sudah ada tanda – tanda kehidupannya hehehe.
Randy : “permisi”​

Romli : “ya sebentar”​

Randy : “yah laki dah tetangga gue bukan cewek” gumamku dalam hati.​

Romli : “siapa ya?”​

Randy : “aku Randy mas, tetangga sebelah yang baru” kenalku​

Romli : “oh ini toh tetangga barunya, saya Romli. panggil Romli aja atau abang gak apa – apa soalnya dari Jakarta gue dy”​

Randy : “okedeh bang”​

Tak terasa obrolan ngalor ngidul biasa kan namanya tahap perkenalan diri kepada lingkungan baru, dan jam menunjukan pukul 21.09 aku izin pamit karena sudah lelah dan mengantuk. Dalam setengah mengantuk samar – samar aku dengar ada suara wanita, siapakah itu? namun aku sudah lelah sekali untuk sekedar mengecek lewat jendela. Besok sajalah. >> Bersambung