CERBUNG Teman Minum
01. Impresi Seperti malam-malam lainnya malam itu aku menikmati malam bersama teman-teman di pinggir jalan yang paling populer sebagai tempat mejeng di kotaku. Aku sedang duduk di bumper depan mobil berdampingan dengan Eric sahabat karibku, sambil saling berbagi sebotol tequila kami asik memandang teman-teman lainnya yang sedang bercanda menghibur salah satu teman kami yang baru diputuskan lantaran ketangkap basah selingkuh dengan tante pacarnya sendiri. Tak lama berselang setelah Eric beranjak dari sampingku menghampiri Della yang sedang asyik mendengarkan musik di dalam mobilnya, tiba-tiba aku dihampiri seorang cewek yang langsung mengajakku bicara, kira-kira seperti inilah dialognya seingatku: C :”Bang kita pegi makan yuk, aku lapar nih!” A :”Iya ini memang rencananya kita mau pergi makan, coba kita ajak mereka yuk” Setelah menenggak habis sisa minuman tadi aku mengajak teman-teman lainnya untuk pergi makan, ketika sedang bersiap berangkat si cewek tadi buru-buru mengangkat carrier yang dari tadi digendongnya ke atas mobilku. Si cewek tampak sedikit kesulitan mencoba mengangkat carriernya ke atas mobil FJ40 yang sedang kubawa hari ini, ditambah lagi kondisi mobil ini sudah kuupgrade sedemikian rupa serta merubah ukuran ban menjadi lebih besar dari semestinya yang bertujuan menambah ground clearance mobilku biar tidak mudah nyangkut di medan offroad. Aku mendekati si cewek itu untuk meraih carriernya dan membantu memasukkannya ke mobil, kurasakan sensasi harum aroma parfum bercampur dengan aroma keringat tubuhnya yang menyatu sehingga menciptakan aroma yang menimbulkan rasa nyaman dan kesan seperti sudah terasa akrab dalam memoriku. Dari arah mobil Della kulihat Eric melambaikan tangan dan memberi kode mengabarkan bahwa dia ikut di mobil Della, akhirnya aku cuma berdua sama si cewek tadi menuju ke rumah makan, semerbak aroma yang nyaman dari tubuh si cewek itu mulai kembali menyebar mengikuti sirkulasi perputaran udara dari AC mobil. Aku menikmati sensasi aroma ini dan masih mencoba mengingat kenangan aroma yang kuhirup di hidungku ini hingga suasana di dalam mobil menjadi lumayan awkward karena sepanjang perjalanan aku juga bingung mau buka percakapan apa sama si cewek ini namun karena perjalanan tidak terlalu jauh akhirnya kita tiba di tujuan tanpa sempat bicara apa-apa. Selesai makan dan ngobrol-ngobrol becanda sebentar kamipun memutuskan buat bubaran karena besok teman-teman sudah ada schedule rencana masing-masing dan aku sendiri berencana akan menghabiskan malam menikmati 2 botol tequila yang masih kusimpan bersama Eric malam itu, tapi sayangnya Eric dan Della ternyata punya rencana lain lantas langsung berlalu pergi dan setelah semua teman-teman lainnya pergi tinggallah aku sama si cewek tadi di tempat parkir, aku sempat bingung si cewek ini tadi datang ke tongkrongan ikut siapa? Kenapa tidak ada yang mengantarnya pulang? Dengan penasaran aku nanya kayak ginilah kira-kira ke si cewek itu: A :”Tadi kamu ke tempat nongkrong ikut siapa? kenapa pulangnya ndak ikut mereka?” C :”Tadi aku baru sampe di kota ini bang, dari terminal naik ojek mau ke tempat family” C :”Tapi rupanya familyku lagi ke luar kota jadi ya aku jalan lagi sama ojek itu buat cari penginapan” C :”Pas di jalan abang ojeknya mulai aneh-aneh, terus aku lihat abang rame-rame lagi nongkrong” C :”Langsung aku minta berhenti karena aku ngakunya kalian yang nongkrong itu teman-temanku” C :”karena abang ojeknya masih tetap nunggu makanya langsung saja aku sok akrab ngobrol sama kamu bang” A :”Oh, Kupikir kamu…., ya udah jadi sekarang kamu mau kemana?” C :”ndak tau bang, mungkin mau cari penginapan atau numpang nginap ke tempat abang boleh kali ya?” Awalnya aku memang berniat menawarkan untuk menginap di rumahku, hitung-hitung dia bisa menemani adik kesayanganku satu-satunya di dunia ini di rumah bila aku sedang bepergian atau sedang tidak di rumah. Tapi kuurungkan niatku karena aku baru ingat kalau tadi siang kedua orang tuaku baru pulang ke kota ini untuk menghadiri pernikahan sepupu kami. Lalu aku menawarkan untuk menginap di rumahnya Abah, tetangga depan rumah Eric yang sudah kuanggap seperti orang tua sendiri. Beberapa tahun belakangan Abah selalu mendapat masalah mulai dari kehilangan pekerjaannya, beberapa kali ketangkap gara-gara main judi, ditinggal istrinya yang pulang ke kampung karena ndak tahan bertengkar terus, dan masih banyak lagi, pokoknya complicated sekali masalahnya si Abah. Sampai akhirnya karena keadaan si Abah meminta bantuan keuangan sama aku dengan jaminan rumahnya, cuma dengan sedikit request si Abah masih boleh tetap tinggal di rumah itu. Saat membuka pintu pagar halaman rumah Abah kulihat di seberang jalan mobil Della sudah parkir di depan rumah Eric, di teras rumah Eric tampak duduk beberapa orang sedang asyik ngobrol, dari kejauhan aku tetap bisa mengenali cewek-cewek yang duduk di teras itu, mereka adalah mbak-mbak LC karaoke yang setiap malam selalu party minum-minum bareng teman-teman mereka di teras itu. Sejak aku SMP rumah Eric sudah terkenal sebagai kost-kostan tempat mbak-mbak legend mulai dari pekerja salon, LC karaoke, sampai therapist massage menginap, tentu saja hal itu menjadi faktor yang semakin memperkuat persahabatan antara aku dan Eric. Sambil membawakan carrier si cewek itu kamipun masuk ke rumah Abah, ternyata di dalam rumah kami menemukan si Abah lagi termenung mungkin meratapi nasibnya yang kerap kalah main judi, kemudian akupun mengenalkan mereka dan baru disitulah aku mengetahui nama si cewek ini adalah Monica. Aku meminta izin supaya Abah membolehkan Nica menginap dan si Abahpun pasti mengizinkan karena lumayanlah ada pemandangan bening mewarnai rumah yang sudah lama suram ini. Lalu aku mengantarkan Nica ke kamar yang biasanya kupakai, kamarnya lumayan berantakan karena sering kupakai untuk happy-happy bersama teman-teman. Dengan malu-malu aku mulai membereskan kamar itu, mengumpulkan semua botol minuman dan gelas yang berserakan, mengganti bed cover dan sarung bantal yang sudah ternodai berbagai macam zat aditif bahkan malah sudah mulai menyebarkan aroma yang aneh-aneh, sedangkan Nica duduk manis di lantai sambil membaca majalah yang berserakan. Si Abah juga sesekali masuk untuk membantu membawakan kantong sampah ke luar, dan terakhir masuk ke kamar si Abah pamit bilang mau beli rokok buat penunjang kemachoannya soalnya dia mau main ke rumah Eric nyamperin mbak Tika terapis massage berdada besar yang ngekost di sana. Setelah si Abah pergi Nica mengeluarkan dua botol tequila dari tas ransel yang belum pernah dilepaskan didadanya sejak awal bertemu malam itu, sembari berbicara kurang lebih seperti inilah: N :”Bang ini minuman aku ambil dari dalam mobilmu, aku minum satu ya?” N :“Kalau di tempatku aku seringnya minum arak” N :“Pamanku ahli bikin arak di tempatku, hampir sebagian besar orang di kotaku selalu beli arak bikinan pamanku bang.” Belum sempat aku menyahut Nica sudah membuka segel botol tequila itu dan langsung menenggak minuman tersebut, sembari terus mengendorse arak produksi pamannya dan entah ngomong apa lagi setelah itu juga aku udah lupa. Kutinggalkan Nica yang udah asyik untuk pergi ke ruang makan mencari makanan atau apalah buat jadi cemilan teman minum. Sambil membawa biskuit dan beberapa buah jeruk manis aku masuk ke kamar dan mendapati Nica sudah melepaskan tas ransel di dadanya dan jacket jeans yang dikenakannya, hanya tersisa atasan tank top berwarna biru muda. Terlihat Nica begitu fokus memelototi majalah yang sedang dibacanya dan aku juga fokus memelototi kulit putih mulus Nica mulai dari leher, bahu, lengan, dada, ah pokoknya semua bagian tubuhnya nyaman sekali untuk dipandang. Nica :”Dibayar berapalah model yang mau difoto kayak gini ya bang?” Pertanyaan Nica membuyarkan konsentrasiku menikmati keindahan pemandangan yang ada pada tubuhnya, dari sekian banyak majalah Hai, Aneka, Rolling Stone serta majalah otomotif yang berserakan di lantai ternyata ada terselip beberapa majalah Penthouse dan Playboy yang luput kuamankan ketika beres-beres tadi, saat kupandang Nica sedang menunjukkan jarinya ke gambar seorang model yang sedang berpose telanjang di majalah Penthouse yang sedang dibacanya. Aku :”Ndak tau ya, ntarlah kalau ketemu sama si kakak model itu nanti kutanyakan” Sembarangan saja aku menjawab pertanyaan Nica karena aku udah terlanjur malu, dan udah ngeblank mau ngasi jawaban apa. Setelah itu kamipun mulai menikmati minuman seraya terus-terusan Nica becandain aku perihal temuan majalah-majalah itu. Memang kalau dapat teman minum yang sefrekwensi bawaannya pasti happy banget, apalagi teman minumku kali ini amoy cakep, tinggi, langsing, putih, bening, mulus, catchy, serta bisa cepat synchronize mengakrabkan dirinya. Dia bisa blending dan bisa improvisasi menambah suasana minum yang meski cuma berdua ini bisa menjadi meriah dan menyenangkan, serasa lagi party rame-rame di pantai. Hingga tak terasa berapa lama waktu berlalu kemudian terjadilah sesuatu yang diinginkan ketika aku berusaha untuk meraih botol yang masih tersisa sedikit minuman di dekat kaki Nica, namun belum sempat aku menggapai botol itu tiba-tiba Nica juga memutar badannya mungkin untuk mengambil rokok dan tak sengaja menabrakku dan akupun rebah tersandar di bantal ukuran jumbo yang biasanya dijadikan sandaran tiap main PS di kamar dan Nica tertelungkup di atas tubuhku dengan posisi kepalanya di dadaku dan tangan kanannya tergeletak di perutku. Nica :”Kayaknya aku mabuk nih bang….” Iya samalah jawabku dalam hati sambil mencoba membetulkan posisi baringku biar ndak keseleo dan kembali aroma wangi tubuhnya mulai merebak ke penciumanku, kucoba mengingat kesan aroma yang membuatku merasa nyaman ini namun terasa sulit, mungkin karena pengaruh alkohol. Kurasakan tangan Nica kasak kusuk mencoba mendorong baju kaosku ke atas Nica :”Dibuka kaosnya bang, enak kalau kena ke pipi, hangat”. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya aku dengan sigap menuruti kemauan Nica dan dengan secepat kilat melepas baju kaos yang kupakai lalu kembali ke posisi berbaring yang sangat strategis seperti semula lalu Nicapun Kembali rebah di dadaku, ah what a feelinglah rasanya. Pandanganku lalu tertuju ke leher belakang Nica yang terdapat sedikit rambut-rambut halus yang semakin menipis dari tengkuk ke punggungnya, di punggungnya terdapat tattoo dengan font mirip huruf kanji jepang terus ada angka-angkanya gitu ditulis vertikal ke bawah mengikuti arah tulang belakangnya. Kulitnya yang begitu putih mengundang naluri untuk menggerakkan tapak tanganku, meraba merasakan setiap jengkal kulit punggungnya yang sementara ini hanya bisa kupandangi. Walau sudah dalam pengaruh alkohol tapi aku tetap berusaha untuk jadi gentleman dan meredam naluri yang makin menggebu ini, apalagi mengingat kami baru saja beberapa jam ini berkenalan. Ditengah berkecamuknya perasaan antara pikiran jahat dan pikiran baikku ini, kurasakan tangan kanan Nica yang rebah di atas perutku perlahan mulai bergerak merayap makin turun menyusup ke dalam celanaku, meski pelan tapi terasa semakin turun dan akhirnya jari lembutnya bersentuhan dengan penisku juara bertahan lomba kencing terjauh di kampusku sebelum akhirnya gelar itu harus pindah ke adik tingkat angkatan termuda mahasiswa beasiswa yang berasal dari Somalia. Nica membelai penisku dengan jarinya dari atas hingga kebawah, lalu meraba kearah testisku dan memainkan jarinya dan jemari lembut itu perlahan merayap lagi ke pangkal penisku kemudian melingkarkan jari telujuk dan jempolnya sambil dengan lembut bergerak naik ke ujung penisku. Aku sangat menikmati sensasi itu dan masih bengong menerima kenyataan ini. Aku belum berani menyentuh Nica, hanya mampu memandang bola lampu di plafond yang kondisinya selalu bergerak tak mau diam, pertanda aku sedang mabuk bukan bermimpi. Kurasakan aliran darah semakin deras mengalir kearah penisku, serta kurasakan nafas Nica yang dihembuskan ke dadaku semakin kencang. Belaian jemari Nica sekarang sudah berubah menjadi remasan lembut dengan ayunan naik turun mengocok penisku yang semakin lama semakin dia kuatkan remasan jemarinya seiring dengan semakin keras ereksi yang kualami. Akhirnya naluri sudah mendominasi menguasai seluruh tubuhku, tanganku mulai bergerak menggerayangi tubuh Nica, kurasakan setiap jengkal lembut kulit punggungnya, kuraba rambut halus yang ada di tengkuknya, kubelai rambutnya, kubelai pipinya yang tampak mulai berubah warna semakin merona dan terasa hangat, lalu Kembali aku meraba punggungnya serta melepaskan kancing bra yang ada di punggungnya. Sejenak kuhentikan aktifikas menggerayangi tubuh Nica sembari menunggu reaksinya dan ternyata sesuai seperti harapan nakalku, Nica membalas dengan melepaskan kancing dan restliting celanaku kemudian mendorong celana jeans yang kupakai supaya melorot lepas, setelah berhasil melepaskan celanaku Nica menggenggam penisku dengan kedua tangan lalu memilas-milasnya sembari memberi sedikit remasan manja di sekujur batang penisku. Nica berusaha bangkit dari posisinya dengan sedikit sempoyongan, mencoba untuk berdiri lalu membuka seluruh pakaiannya dan untuk pertama kalinya malam itu aku melihat keindahan tubuh Nica, cewek yang baru beberapa jam lalu bertemu denganku. Tubuh semampai yang kurasa seukuran dengan tinggi badan adikku, mungkin sekitar 170an cm. Berdiri tanpa mengenakan sehelai pakaianpun memberikan sajian visual tubuh langsing putih mulus, dengan perut yang ramping di atas pinggulnya yang lebar dan ditopang dengan kedua kaki jenjangnya yang mulus tanpa guratan ataupun bekas luka. Nica beberapa kali berpose seperti model yang dilihatnya tadi di majalah sambil memegang botol tequila, sesekali berganti pose memutar badannya hingga aku dapat menikmati secara 360 derajat setiap keindahan lekuk tubuhnya. Kemudian Nica merebahkan tubuhnya Kembali ke arahku, memposisikan kepalanya di sebelah kiri batang penisku berbaring miring menghadap tubuhku dan semakin mendekatkan pinggulnya ke lengan kiriku dan langsung kusambut dengan membelai sekujur paha hingga pinggulnya yang indah itu. Nica mulai menggosokkan batang penisku ke wajahnya, menyentuhkan ujung hidung mungilnya ke kepala penisku, sesekali mengecup lembut penisku. Lalu suatu ketika dia menempelkan penisku yang berdiri tegak bersanding sejajar dengan kepalanya seraya memanggilku untuk melihatnya sedang tersenyum manis dengan wajah yang sudah merona merah dan mata sipitnya yang kelihatan seperti terpejam sembari menepuk-nepukkan penisku ke wajahnya, sungguh ini merupakan pemandangan yang sangat menyenangkan. Dia lalu kembali menenggak tequila yang masih tersisa lalu kembali beraksi, kecupan di penisku berganti menjadi jilatan-jilatan lincah lidah Nica, lalu dia menjilati juga bagian pangkal paha kiriku sembari memberi gigitan pelan, kemudian berpindah lagi menjilati kepala penisku, lalu mengulumnya, diselingi dengan menyedot udara di mulutnya saat mengulum penisku hingga penisku terasa seperti sedang di vacuum serta sesekali dia mengulum dengan gerakan naik turun sambil menekankan lidahnya mendorong kepala penisku bergesekan dengan rongga mulut bagian atasnya. Lidah Nica kemudian pindah menjilati tiap sisi batang penisku, perlahan turun ke bawah menjilati testisku, menciuminya, mengulum satu per satu testis bagian kiri dan kanan sedangkan tangan Nica sibuk meremas dan mengoccok naik turun batang penisku yang sudah basah oleh saliva Nica bercampur dengan cairan pelumas putih bening yang keluar dari penisku. Tangan kiriku yang sedari tadi sibuk menggerayangi tubuh mulus Nica akhirnya menyentuh payudaranya yang terasa masih kenyal dan padat walau ukurannya cukup standar SNI saja, saat menggenggam dan meremas payudaranya perlahan kugosokkan jari telunjukku ke putingnya yang terasa sudah mengeras, putingnya yang berukuran agak besar seukuran ujung jari telunjukku tampak mencolok berada di ujung payudaranya yang berukuran standar itu. Kumainkan dengan telunjukku sambil sesekali kutekan kuat putingnya saat genggamanku tengah meremas payudara indah itu. Nica mendesah manja tubuhnya mulai sesekali bergetar lalu kuarahkan jari telunjuk dan jari tengahku ke posisi menjepit putingnya dengan dua jariku sambil tetap meremas-remas payudara Nica yang terasa hangat dan nyaman dalam genggamanku, semakin lama semakin kutambahkan tekanan yang kulakukan pada putingnya hingga akhirnya Nica melenguh dan tubuhnya mengejang. Desahan Nica yang sedang mengulum dan menjilati penisku terdengar manja dan indah di telingaku, tangan kiriku mulai merayap berpindah dari payudara Nica turun ke perutnya yang ramping lalu kulanjutkan meraba dan meremas pantatnya, kuraba pahanya sampai ke lutut lalu kuangkat kaki kanannya sehingga akhirnya aku bisa melihat vagina Nica yang dihiasi dengan bulu pubic yang tumbuh tidak terlalu lebat. Aku bergeser maju mengarahkan kepalaku hingga sekarang vagina Nica terpampang jelas di depan mataku, aku mulai menjamah, meraba vagina Nica yang berwarna pink kemerahan itu, lalu ketika jariku meraba tepat di antara kedua bibir labianya yang menyembul mungil dan sudah dalam keadaan cukup basah Nica lalu mendesah panjang dan menambah kecepatan kocokan, kuluman dan hisapannya pada penisku. Aku semakin lincah memainkan jariku di vagina yang hangat dan terasa semakin basah itu, sesekali kumainkan klitorisnya yang mulai terasa semakin mengeras, kadang kucubit lembut klitoris itu yang membuat Nica mendesah dan terasa cengkraman tangannya yang sedang mengocok penisku bertambah kuat. Aku berusaha memajukan mukaku untuk coba melumat vagina Nica dengan lidahku, namun Nica memundurkan tubuhnya lalu merubah posisinya menungging diantara kedua kakiku sambil tetap menghisap dan mengocok penisku, lalu kemudian dia mengulum sebatas kepala penisku, menggerakkan lidahnya seperti berputar melingkar menyapu seluruh permukaannya lalu kurasa seperti ada gigitan-gigitan lembut berganti lagi menjadi hisapan serta jilatan lidahnya. Sensasi rasa nyaman yang belum pernah kudapati, rasanya seperti seluruh kulitku kesemutan hingga akar-akar rambutku terasa menggelenyar dan terasa merinding di sekitar telinga dan tengkukku. Aku sudah tidak mampu lagi menahan lumatan dan jilatan di penisku ini, lalu aku berusaha untuk bangkit sembari memegangi wajah Nica yang cantik dengan kedua tanganku, mengangkat kepalanya menyudahi lumatan nyaman pada penisku. Kemudian kurebahkan tubuhnya ke Kasur, sekarang aku sudah berlutut di depan tubuh Nica yang terbaring dan membuka kedua kakinya, kuarahkan tubuhku semakin mendekat sehingga kini aku bisa menggesekkan kepala penisku ke klitoris Nica, kumainkan penisku bergerak dari atas ke bawah menyentuh bibir labianya lalu ke lubang vaginanya hingga terasa kepala penisku semakin basah dan menambah sensasi rasa nyaman bagiku, ditambah lagi dengan melihat Nica yang saat ini tengah menggeliat, mendesah seraya menggigit bibirnya. Kembali kuarahkan penisku kearah lubang vagina Nica, pelan-pelan kucoba menekan memasukkan penisku namun terasa sulit karena ukuran penisku. Aku tidak ingin membuat kesan yang tidak nyaman mengingat ini pertama kalinya kami ML, maka dengan sabar kucoba sedikit demi sedikit merenggangkan rongga vaginanya dengan memainkan sambil sesekali menekan kepala penisku. Kugerakkan maju mundur sambil menekan berkali-kali hingga akhirnya bibir vagina Nica mulai bisa merekah membuka menyesuaikan diri sehingga kepala penisku dapat masuk ke dalam vaginanya. Nica Kembali menggeliat dan terasa bibir vaginanya mengejang mencekik batang di bawah kepala penisku. Kudiamkan penisku mendekam sebentar dengan posisi seperti ini, hingga berselang beberapa saat aku mulai menggerakkan Kembali penisku maju mundur menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya namun hanya sebatas kepala penisku saja. Nica menggeliat tak karuan, mendesah namun kali ini desahannya terdengar seperti merasa geram, merasa tidak puas. Mendadak Nica mendekapkan kedua kakinya yang mengangkang itu ke belakang pinggangku, lalu menarik tubuhku ke arahnya memaksa penisku sedikit demi sedikit masuk semakin dalam di vaginanya. Hingga Nica melenguh, memejamkan matanya, tubuhnya mengejang seperti membusungkan dadanya membuat punggungnya terangkat dari kasur hingga tubuhnya hanya bertumpu dengan kepala dan pantatnya saja di Kasur ketika akhirnya aku berhasil membenamkan penisku sepenuhnya masuk ke dalam. Kurasakan sensasi luar biasa di sekujur penisku yang sudah sepenuhnya masuk ke vagina Nica, terasa seperti didekap oleh dinding yang dilumuri oleh cairan lembut dengan sensasi kehangatan menyelimuti penisku dan juga di beberapa bagian batang penisku terasa seperti diremas-remas oleh denyutan kontraksi otot di vaginanya. Nica mulai mengendorkan kedua kakinya yang mendekap pinggangku, menyadari itu akupun mulai melakukan gerakan maju mundur secara perlahan membuat batang penisku terutama kepala penisku merasakan kenikmatan permukaan beserta relief-relief yang ada di sekujur rongga vagina itu. Perlahan semakin kutambah kecepatan gerakan maju mundurku hingga sesekali terdengar suara tepukan khas ketika tubuhku beradu dengan tubuhnya, kemudian kucondongkan tubuhku menjadi sedikit tengkurap di depan tubuh Nica yang terbaring membuat setiap tekanan tubuhku menekan bagian klitorisnya dan Nicapun mengerang, lalu kemudian kutegakkan lagi tubuhku dengan masih tetap menjaga agar kecepatan gerakan maju mundur itu tidak berkurang sembari kutekan kedua paha Nica agar semakin mengangkang lebar hingga penisku merasakan perubahan sensasi jepitan yang terjadi akibat perubahan posisi itu. Nica semakin mendesah, mengerang tak terkendali tangannya mulai meremas-remas payudaranya sendiri terkadang mencubit dan memintal putingnya. Aku sedikit merubah posisiku, kurendahkan sedikit pinggangku sehingga gerakan maju mundurku mulai kuarahkan menyodok kepala penisku kearah dinding bagian atas vagina Nica. Desahan dan erangan Nica semakin intens dan bertambah lantang, tangan kirinya semakin keras meremas payudaranya, sedangkan tangan kanannya kini sedang memijat dan memainkan klitorisnya. Semakin kutambah kecepatan gerakanku, semakin kurasa gerakan kedutan dan cengkraman di rongga vagina Nica juga semakin bertambah kuat hingga akhirnya Nica melenguh, tubuhnya bergetar hebat dan rongga vaginanya berkali-kali berkontraksi mengejang seperti mencekik batang penisku. Kunikmati sensasi interaksi antara rasa nyaman yang kualami di penisku serta pemandangan ekspresi orgasme yang sedang dialami Nica sekarang ini, senyum menikmati kenyamanan di wajahnya yang memerah dan gerakan menggelinjang tubuhnya yang sudah dibasahi keringat. Setelah beberap saat kudiamkan dia menikmati orgasmenya lalu akupun memulai Kembali gerakan maju mundur menggesekkan batang penisku ke rongga vaginanya yang sudah semakin basah hingga mengeluarkan suara berdecak yang semakin meningkatkan sensasi yang kurasakan, kupegang kedua sisi pinggulnya supaya dapat membantu memberi tenaga ketika aku menekankan penisku ke dalam vaginanya, saat semakin kutambah kecepatan gerak maju mundurku tak lama kemudian di bagian perut dan pangkal penisku terasa seperti ada semburan-semburan air yang terasa hangat, kupandangi ke arah vagina Nica ternyata dari situlah semburan itu berasal. Kutambah kecepatan gerakku beberapa saat, kurasakan remasan vagina yang semakin keras kedutannya di penisku hingga suatu Nica mendorong mundur tubuhku dan dari bawah klitorisnya dia mennyemburkan banyak cairan squirt ke tubuhku dan membasahi kasur seraya tubuh Nica mengejang, bergetar dan tampak wajahnya memerah dan terlihat ekspresi seperti tersipu merasa malu. Aku beranjak ke lemari, mengambil beberapa helai handuk, Nica menyambar salah satu handuk itu kemudian bergegas membersihkan bekas cairan squirt yang membasahi tubuhku. Dengan lembut kubelai rambutnya yang berlutut di depanku dan kukatakan it’s ok, it’s natural, dan aku suka. Nica yang semula sibuk membersihkan tubuh dan penisku yang basah kemudian kembali melumat batang penisku dengan mulutnya, aku berdiri terpaku meresapi Kembali rasa nyaman hisapan dan jilatan lidah Nica di penisku sementara kurasakan dinding kamar seperti berputar menari-nari mengelilingi aku. Nica menarik tanganku memaksa tubuhku untuk turun dan mulai mengarahkan aku untuk berbaring, lalu kemudian dia duduk di atas tubuhku meletakkan bibir vaginanya di atas penisku yang terbujur dari pangkal paha hingga ke atas pusatku ini. Nica meraih bungkus rokok dan korek api geretanku di samping lalu menyalakan rokok, kemudian sambil menghisap rokok dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur menggesekkan bibir vaginanya ke sekujur batang penisku hingga gerakan gesekan itu terasa semakin nyaman ketika semakin basah terlumasi oleh cairan vaginanya. Nica semakin intens menggesekkan vaginanya ke bagian ujung penisku dan akhirnya dia memindahkan rokok ke mulutku dan tangannya lalu mencoba memandu penisku untuk masuk ke dalam vaginanya. Kembali kurasakan kenyamanan rongga vagina Nica yang basah dan penuh kehangatan itu kali ini dengan posisi Nica sedang duduk di atas pinggangku dan bergerak maju mundur kadang meliuk-liukkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan badannya. Setelah meletakkan rokok ke lantai kucoba menahan posisi tubuh Nica untuk setengah berjongkok dengan lenganku lalu aku mendorong penisku naik turun ke dalam rongga vaginanya dengan cepat hingga suara berdecak di vagina Nica mulai terdengar lagi, bercampur dengan suara tepukan ketika kedua tubuh kami beradu serta suara Nica yang mendesah dan mengerang sementara semakin kurasa kuku jemari dari kedua tangannya yang bertumpu di dadaku mulai semakin menekan menancap ke dadaku. Sensasi rasa yang luar biasa menyelimuti sekujur penisku semakin bertambah nyaman ketika lambat laun mulai kurasakan lagi kedutan dan remasan kontraksi yang nyaman dari rongga vagina itu, Nica semakin keras mendesah, keringat mengucur dari wajahnya dan menetes di tubuhku. Mata kami saling bertatapan, kurasakan seperti seluruh aliran darah memenuhi bagian kepala penisku, rasa nyaman yang kutunggu-tunggu itu perlahan mulai memuncak. Aku semakin kuat menggerakkan tubuhku, menarik dan mendorong penisku keluar masuk, semakin keras kutekankan tubuhku ke atas membentur tubuh Nica dan di setiap benturan tubuh kami itu mengakibatkan dinding vagina Nica berkontraksi merespon benturan itu dengan remasan yang nyaman. Sesekali terasa Kembali semburan-semburan kecil cairan squirt yang hangat ke perutku yang bercampur dengan kenyamanan gesekan dan remasan vagina Nica pada penisku ditambah dengan pemandangan indah wajah cantik dan tubuh putih mulus dipenuhi keringat dengan payudara yang bergoyang mengikuti irama gerakan yang kulakukan. Semua kenyamanan yang terkumpul itu membuat aku mengalami ejakulasi melepaskan cairan sperma ke dalam rongga vagina Nica membuat vaginanya mengeluarkan suara decakan yang semakin keras mengiringi rasa nyaman yang kurasakan di sekujur tubuhku di setiap semburan ejakulasi yang dimuntahkan penisku. Nica lalu menurunkan tubuhnya, menekan pinggulnya ke bawah membuat penisku masuk lagi sepenuhnya ke dalam vaginanya, penisku masih terus berkedut berkali-kali menikmati ejakulasi yang kualami, nafas kami terengah-engah, Nica merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, terasa payudaranya yang kenyal bergerak seperti tergelincir di dadaku yang telah bersimbah keringat. Nica menciumi leherku, daguku lalu berpindah lagi ke bibirku dan kamipun berciuman meresapi sisa-sisa rasa nyaman yang masih terasa. Nica lalu mulai melepas ciumannya, membangkitkan badannya dan perlahan mencabut penisku keluar dari vaginanya disusul dengan menetesnya cairan sperma bercampur dengan cairan pelumas yang ada di dalam vaginanya kearah penis dan perutku. Nica Kembali meletakkan badannya seperti bersujud diantara kedua kakiku, Kembali melumat penisku dan menggenggamnya serta memijat batang penisku dari pangkal menuju ke atas seperti berusaha mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih ada di penisku, sembari menempelkan payudaranya dan menggesekkannya ke pahaku. N :”Nanti kita sering-sering kayak gini ya” A :”Iya besok lagi” N :”Besok?Emang abang bisa sabar nunggu sampai besok? Dan aku tak kuasa lagi untuk membalas pembicaraan itu, karena aku masih menikmati sisa kenyamanan ejakulasiku yang juga diiringi dengan sensasi kenyamanan lumatan dan pijatan blowjob dari wajah cantik yang sedang kupandangi di depan penisku. Nica terus saja bicara sambil sesekali melumati kepala penisku dengan mulutnya, aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah cantiknya, wajah teman baru, teman minum dan sekaligus teman yang bisa membawa kenyamanan. Nica :”Ayo kita cuci dulu bang, udah mulai lengket nih” Ujar Nica sambil dia menarik aku untuk pergi ke toilet yang letaknya berhadapan dengan pintu kamar. Kuikuti langkahnya sambil berusaha menyalakan rokok, namun korek api yang kupunya ini mulai sulit untuk menyala, lalu aku melanjutkan langkahku ke ruang makan yang menjadi persimpangan antara ruang tamu dan dapur berusaha untuk mencari korek api. Ketika aku sedang kasak-kusuk mencari korek api di ruang makan, tampak olehku Mbak Tika sedang duduk di ruang tamu menghadap ke arahku sedang berbincang dengan si Abah. Setelah berhasil menemukan korek api dan menyalakan rokok akupun segera kembali menyusul Nica ke toilet sembari melambaikan tangan sekedar say hallo ke arah mbak Tika yang saat itu sedang memandang ke arahku. Namun mbak Tikanya cuek saja tidak membalas lambaianku, tak bergeming, tak berkedip. Di toilet aku bergabung mandi bareng dengan Nica, dia menyambutku dengan senyuman sambil menyirami tubuhku yang sejak selesai ML tadi memang sudah tidak mengenakan apa-apa kemudian melumuri sabun ke seluruh tubuhku terutama pada penisku. Sesekali Nica memberi kode memonyongkan bibirnya memintaku berbagi rokok dengannya, lalu kubantu mengarahkan rokok di tanganku ke mulutnya agar dia dapat mudah menghisap rokok yang kami bagi bersama ini. Dia mendekapku, menempelkan tubuhnya ke aku, lalu dengan sedikit berjingkit dia menciumi dagu dan bibirku sambil menekan dan mengusapkan payudaranya ke tubuhku, Nica lalu merendahkan badannya sambil meraih penisku dan mengusapkan ke payudaranya, di usapkan penisku seperti sabun batangan di sekujur payudaranya, lalu memainkan putingnya dengan kepala penisku membuat aku tersandar di dinding toilet menikmati sensasi rasa nyaman hingga akhirnya kenyamanan itu buyar saat panas api rokok yang dari tadi kupegang mulai menjalar mendekati jariku. Kumatikan rokok lalu mengajak Nica untuk segera menyudahi acara mandi manja kami. Saat kami hendak keluar dari toilet ternyata sudah ada mbak Tika yang sedang berdiri di depan toilet sambil tersenyum dan berkata T :”Gantian dong….” Sembari menatap ke mataku dengan suara manja khas mbak-mbak therapist, aku yang tidak mengenakan handuk hanya bisa membalas dengan senyum, tatapan mbak Tika menggerayangi tubuhku, lalu Nica mulai membalas candaan mbak Tika yang sedang terpaku menatap penisku N :”Gantian apa mbak? T :”Gantian pakai toiletlah, masak gantian ML, emang masih kuat? T :“Seru ya, kedengaran dari depan kayak ada konser di kamar kalian” N :”Serulah mbak, Namanya juga konser” N :“Nantilah kalau ada konser lagi mbaknya kita undang ya. Tapi mbaknya kuat ndak kalau cuma nonton konser aja?” N :“betewe kenalin mbak saya Nica pacarnya dia” T :”Saya Tika, ngekost di depan” T :“Main ke sini gara-gara si Abah minta bantu pijetin bahunya katanya terasa kebas udah beberapa hari ini ndak hilang-hilang. Udah dulu ya, mbak kebelet pipis nih” Mbak Tika kemudian buru-buru masuk ke toilet dan kamipun berlalu masuk ke kamar sambil aku menggoda Nica A :”Kenalin saya Nica pacarnya dia” Ucapku menirukan perkataan Nica tadi seraya tertawa menggodanya, Nica lalu mencopot handuk yang membalut di tubuhnya kemudian memukulkan handuk itu ke arahku. N :”Aku sengaja bang ngaku jadi pacar abang, aku hanya berusaha melindungi penemuan baruku” N :“Itu semacam membuat statement ke dia, akukan merhatikan dia. Gaya dia ngomong sama gaya dia mandangin abang tuh beda bang. Kesannya kayak menggoda gitu” N :“Tatapannya itu tatapan sange bang, masak abang ndak nyadar?” Aku yang sedang mengenakan celana hanya menyimak saja dan tidak membalas percakapan itu, padahal aku tahu sejak awal pertama mbak Tika ngekost di tempat Eric, dia memang sudah sering melancarkan godaan-godaan menuju ke jalan yang enak kepada aku dan Eric. Nica yang dari tadi ngomel sambil bongkar-bongkar lemari di dinding kemudian menemukan kaos berlogo band metal dari foreign country yang sengaja kutinggal di sini buat persiapan kalau mau ganti-ganti pakaian, kemudian dia mengenakannya dan tampak kebesaran kedodoran di badannya karena memang berukuran XL, bahkan di badanku kaos itu juga kebesaran. Dengan hanya memakai kaos itu tanpa memakai yang lainnya Nica lanjut membongkar rak cd dan dvd film koleksiku. N :”Ini kenapa film bokep semua isinya bang? Ndak ada film yang normal dikit apa?” A :”Coba cari di rak yang satunya lagi, banyak film actionnya” N :”Oh ini ada ni film The Last Mohican, bagus ndak ya?” Dia lalu memutar film tersebut dan buru-buru merebahkan badannya di samping aku yang dari tadi sedang berusaha keras mencoba menyalakan rokok dengan korek api errorku ini. N :”Gantilah korek apinya bang, beli lagi yang baru. Suara dentingannya saja yang bagus, tapi susah nyala” A :”Iya ntar beli lagi. Aku ambil korek lain dulu di dapur” N :”Jangan lama-lama bang, nanti aku curiga abang diajak konser sama mbak Tika” Kembali Nica mencandai aku sambil tertawa, akupun bergegas ke dapur sambil terus berusaha menyalakan korek api yang kupegang, korek api error, korek api hadiah dari Jessie, orang yang membuat aku error, yang bahkan sampai korek apinyapun belum bisa kutemukan penggantinya. Di ruang tamu kulihat mbak Tika sedang melakukan ritual pijetannya ke si Abah yang sedang meringis menahan sakit karena pijetan mbak Tika, kembali kulambaikan tanganku dan kali ini dia membalas lambaian itu dan kemudian menepuk tangan si Abah yang mulai jahil meraba paha montok mbak Tika. Setelah menemukan korek api akupun Kembali ke kamar, dari pintu kamar sejenak kupandangi Nica dengan wajah cantiknya yang sedang berbaring dengan kaki jenjang, putih dan mulus tanpa mengenakan penutup apapun. Sebelah kakinya yang indah diselonjorkan lurus mengikuti arah tubuhnya yang sedang berbaring sedangkan kaki sebelahnya lagi sedang ditekuk keatas dan ditahan dengan meletakkan telapak kakinya ke kasur membuat aku sangat menikmati pemandangan posenya ini. Aku kembali berbaring memeluk tubuh Nica yang sedang fokus nonton, kemudian sesekali Nica meraih tanganku yang sedang memegang rokok mengarahkan ke mulutnya untuk berbagi menghisap rokok yang sedang kupegang. Saat ini kembali kurasakan perasaan nyaman berada dekat dengan seorang cewek, perasaan nyaman yang sudah lama mati bersamaan dengan kepergian Jessie yang sampai saat ini belum bisa kudapatkan penggantinya.