Kendi Sang Dewi Subur
salam semprot….. setelah lama Vacum ane coba nulis cerita lagi. Cerita kali ini berlatar 1990an di sebuah kawasan jauh dari perkotaan dimana ajaran Klenik masih dipegang teguh. selamat menikmati….
Semai Rahayu
Desa Tingaran dan Sampak sedang dalam masalah besar! Hama tikus dan walang merebak dimana-mana panen raya tahun ini dipastikan gagal total! “Duh bisa gawat ini! Kenapa bisa begini Mbah?” kata gomblo kepala desa Tingaran cemas “ya gimana lagi? Ini gara-gara berkah Nyi Atina tidak bisa turun…” kata Dukun besar dua desa tersebut “Jadi gimana mbah? Kalau dibiarkan begini kita semua kelaparan….” Kepala desa sampak menimpali “kalau sudah begini ya gimana lagi? Segera siapkan kendi satunya lagi buat Semai Rahayu!” “tapi mbah? Apa tidak terlalu terburu-buru?” “Sudahlah…. apa kita punya pilihan lain? segera persiapkan “Kendi” dari tingaran, kalau perlu kita laksanakan malam ini” “baik mbah” kata gomblo bergegas kembali ke desanya ———————— Seorang gadis tampak tertidur di teras sebuah rumah sederhana di tingaran. Shinta namanya. Tidak seperti kebanyakan gadis di desa tersebut dia tidak pernah bekerja berat di ladang, bukan karena malas tapi ibunya tidak memperbolehkannya. Dunia shinta begitu sempit, entah karena alasan apa dia di pingit dalam rumahnya. Tidak boleh berinteraksi dengan para lelaki di desa tersebut. Didalam rumah yang cukup bagus bila dibandingkan rumah penduduk lain di desa tersebut Shinta tinggal bersama ibu dan neneknya. Shinta tidak pernah mengenal Ayah atau kakeknya, entah kenapa ibu dan neneknya tidak pernah membahasnya. “aduh..” Shinta terbangun karena kerikil kecil mengenai kepalanya “woi, shin…. sebelah sini” suara seorang pemuda terdengar berbisik-bisik Shinta mendatangi asal suara yang berasal dari lubang tersembunyi di pagarnya yang tertutup tumbuhan merambat. Suara itu berasal dari Fadli, pemuda dari desa tetangga yang sudah shinta kenal secara diam-diam sejak 5 tahun lalu. Hari itu Fadli yang merupakan anak tetua desa tetangga yang sedang bermain-main secara tidak sengaja menemukan lubang di sebuah pagar, dibaliknya dia melihat gadis manis, mereka berkenalan, dan disinilah mereka 5 tahun kemudian. Mereka tetap bersahabat walau secara diam-diam hanya melalui sebuah lubang kecil seukuran bola sepak. Di usia remaja ini tidak dapat dipungkiri tumbuh rasa suka diantara mereka berdua. “Dli apaan sih pake lempar batu segala? Sakit tahu” “iya deh, maaf-maaf. Kamu sih tidak bangun-bangun kupanggil dari tadi..” “jangan diulangin lagi ya…” “iya deh, eh buku ku udah selesai belum kamu baca? Aku perlu buat sekolah hari senin…” “Nih, kamu enak ya bisa sekolah…. “ “memangnya kenapa kamu ga boleh sekolah?” “bunda ku bilang aku ga ada gunanya sekolah karena keluarga kita punya tugas yang jauh lebih penting” “Udah ga usah sedih nanti kupinjami bukuku yang lain…., udah dulu ya shin aku balik dulu, entah kenapa bapakku jadi sibuk sejak panen tahun ini gagal” “SHINTA…. SHINTA… “ teriakan panggilan ibu shinta mengagetkan mereka berdua “Eh shin… udah ya, sampe besok..” Fadli buru-buru pergi tanpa sempat shinta berkata apapun Shinta segera mendatangi ibunya di ruang utama. Begitu sampai ruang tamu ternyata nenek dan Gomblo si kepala desa sudah menunggu. “Shinta, kapan kamu terakhir kali dapet?” nenek shinta langsung bertanya tanpa basa-basi, shinta tampak kaget dengan pertanyaan yang tak disangka-sangka itu. “sudah 13 hari nek..” “Oh bagus itu! Berarti Semai Rahayu bisa kita laksanakan segera..” ujar gomblo dengan nada lega Shinta melihat ibu dan neneknya memasang muka tegang.. “Anu… Semai Rahayu itu apa ya bunda?” Ibunya akhirnya bercerita bahwa pada jaman dahulu desa sampak dan tingaran sering berperang memperebutkan lahan bercocok tanam. Ketegangan diantara kedua desa semakin panas dan parah. Sampai pada suatu saat kedua desa mengalami gagal panen yang sangat parah, tidak hanya di tahun tersebut tapi berlanjut di tahun-tahun berikutnya, banyak orang mati kelaparan, keadaan begitu carut marut, orang tua bisa saja menjual anaknya hanya demi mendapat beras. Karena keadaan genting tersebut kedua dukun dan tetua dari masing-masing desa mengadakan upacara gaib untuk meminta ampunan dan petunjuk Dewi atina, dewi kesuburan. Para dukun mendapat petuah bahwa Dewi Atina murka karena pertikaian kedua desa dan mencabut kesuburan tanah ini. Jika ingin kesuburan dan kesejahteraan kembali ke tanah ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan penduduk desa sampak dan tingaran. Masing-masing desa harus menyiapkan seorang gadis kembang desa untuk dijadikan “Kendi” (wadah, yang melambangkan rahim, melambangkan kesuburan / berkah). Para kendi inilah yang akan jadi perantara berkah dari Dewi Atina. Kendi desa harus dijaga keperawanannya hingga cukup umur. Bila salah satu kendi sudah cukup umur dia harus menurunkan tugas itu pada putrinya, dengan cara ritual suci persetubuhan dengan dukun dari desa tetangga bernama Semai Rahayu. Bila sang kendi menolak atau bayinya laki-laki, maka perantara terputus dan tempelak akan kembali. Bila hal itu terjadi upacara Semai rahayu sebaiknya segera diulang. Gadis kendi di kedua desa juga berperan sebagai perlambang akan persaudaraan bagi kedua desa, karena pada dasarnya mereka memiliki darah campuran diantara keduanya. Itulah yang terjadi sekarang, tahun lalu gadis kendi dari desa Sampak menolak melaksanakannya dengan dukun Tingaran, akhirnya upacara semai rahayu dipaksakan seakan seperti pemerkosaan, dan entah bagaimana dia keguguran, itulah sebabnya panen tahun ini gagal, selain itu sentimen diantara kedua desa bangkit lagi dan perdamaian yg sudah ratusan tahun terpelihara bisa hancur. “APA? Shinta harus hamil? SHINTA GA MAU!!” shinta shock mengetahui semua itu “HEH KAMU NGOMONG APA BARUSAN HEH….. MENURUT KAMU APA GUNANYA WARGA DESA MEMBIAYAI HIDUP KALIAN!!!” bentak gomblo, shinta langsung bergidik ngeri mendengarnya. Ya, sebagai ganti tanggung jawab yang mereka dapat hidup para Kendi ditanggung oleh warga desa. Itulah sebabnya mereka tidak melakukan pekerjaan keras seperti warga lain. “kami mohon maaf pak… shin jangan ngomong gitu, itu sudah tanggung jawab kita…” ujar ibu shinta “tapi…. Tapikan…. Bunda….” “CUKUP! saya tidak mau dengar yang seperti ini lagi. Keadaan sudah genting, dan anakmu ini satu-satunya harapan kita, makanya kita tak bisa buang-buang waktu lagi!” Gomblo berkata dengan nada kesal “baik pak, maaf pak….” “Baiklah, kalau begitu kita lakukan malam ini juga!!” “Apa? Malam ini juga?” tanya Shinta kaget. “YA… bu jum dan mbah ninik persiapkan anak ini baik-baik“ “baik pak” Gomblo pun bergegas pergi ke sampak untuk mengabarkan dan menyiapkan ritual malam ini. ——————- Malam itu setelah mandi kembang, shinta dibawa ke rumah kepala desa tingaran, disana segala sesuatunya segera dipersiapkan. Didalam sebuah ruangan yang cukup luas beraroma kembang dan dupa, diterangi 2 lentera tua, disanalah ritual semar rahayu akan dilaksanakan. Sambil menunggu rombongan dari sampak beberapa persiapan segera dilaksanakan, Shinta melepas seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat, memamerkan tubuhnya, pendek, putih, dada ukuran C, dan wajah innocent itu membuatnya tampak lebih muda dari umur yang sebenarnya. Sebuah kecantikan yang tak dapat ditandingi gadis manapun di Tingaran maupun Sampak. Ibu kepala desa datang membawa secangkir jamu untuk diminum shinta. Jamu itu segera diminum oleh shinta. Tidak beberapa lama efek jamu itu mulai dirasakannya, shinta merasa agak pusing, perutnya terasa hangat, wajahnya memerah, nafasnya agak terengah-engah, jamu itu memang berfungsi membangkitkan nafsu seksuil shinta. Tubuh shinta saat ini seakan memancarkan aura yang kuat, semua pria pasti bergairah bila melihatnya sekarang. Shinta kemudian ditidurkan telentang pasrah di kasur kapuk ditengah-tengah lantai ruangan. Tubuhnya kemudian ditutupi dengan selimut tipis, dibalik selimut itu shinta sudah tidak mengenakan apapun. Ibu dan nenek shinta duduk di kanan-kirinya untuk menungguinya agar tidak gugup. Kini mereka tinggal menuggu rombongan dari sampak datang. Nenek shinta menyadari wajah cemas shinta. “tenang aja shin, nenek sama bunda akan nemanin kamu terus disini. Kamu kan udah minum jamu jadi tidak akan terlalu sakit kok. Tapi kalau masih ada sakitnya teriak aja, tidak apa-apa, tidak dilarang kok…” ucap nenek shinta menenangkan cucunya. Sekitar pukul 11 malam rombongan sampak datang dan tanpa membuang waktu ritual segera dimulai. Dari luar ruangan terdengar musik gamelan yg dimainkan dari radio tua. Dukun Tingaran yang pertama kali masuk dan mengambil posisi di atas kepala shinta sambil berkali membacakan jampi-jampi permintaan berkah pada Dewi atina. Kemudian diikuti 4 orang kepala dan sesepuh kedua desa yang kemudian duduk di 4 sudut ruangan. Kini giliran Sang dukun dan pendampingnya masuk. Shinta menunggu dengan berdebar-debar, cemas untuk mengetahui pria macam apa yang harus dia layani malam ini. KLEK…. Pintu pun dibuka, shinta kaget bukan kepalang dengan apa yang dia lihat, disana berdiri seorang pria bertopeng menyeramkan yang kelihatannya sudah cukup berumur. Topengnya tidak full face, hanya menutupi setengah muka dari jidat sampai hidung, bagian kumis dan janggut lebatnya yang mulai memutih masih terlihat jelas. Perutnya lumayan gendut dengan kulit gelap yg mulai menunjukan keriput, tubuhnya hanya ditutupi oleh kain hijau yang dililitkan di pinggang sepeti sarung. Tapi kejutan terbesar buat shinta adalah saat melihat pendamping sang dukun, shinta melihat wajah yang sangat dia kenal, itu fadli. Fadli yang merupakan anak kepala desa Sampak diperintahkan ayahnya untuk menjadi pendamping dukun untuk ritual malam ini. Perintah itu begitu mendadak sehingga fadli tidak benar-benar mengerti ritual macam apa yang akan digelar. Tak pernah terpikirkan dibenaknya kalau malam ini dia mendapatkan Front sit di pertunjukan yang bisa dibilang sebuah ritual untuk meyetubuhi seorang gadis secara paksa, lebih-lebih gadis itu gadis yang dia cintai. Fadli shock mematung tidak mempercayai apa yang sedang terjadi tepat di depan matanya. “Ehem…. ehem….” dukun membangunkan fadli dari kekagetannya “iya mbah maaf” fadli segera menarik kain penutup di selangkangan dukun Kain ditarik dan terpampanglah kontol hitam besar dan berurat dukun sampak yang sudah ngaceng cukup tegang, shinta bergidik ngeri membayangkan benda mengerikan itu akan masuk ke tubuhnya. Sambil berjalan ke arah shinta dukun menari-nari sebagai upaya untuk mengundang Dewi Atina untuk hadir malam ini, Fadli mengikuti dari belakang. Ketika sudah dekat dengan kasur shinta, dukun memberikan isyarat pada Fadli. Dengan tangan gemetar fadli terduduk di kiri bawah ranjang, fadli tidak tega melakukan kontak mata dengan shinta, kemudian dengan cepat menarik lepas selimut shinta, tubuh jelita shinta terpampang jelas untuk dipandangi semua orang di ruangan tersebut. Shinta merasa sangat malu harus bugil di depan pria yang dia cintai dan berusaha melawan instingnya untuk menutupi kemaluan dan dadanya dengan tangan. Dukun semakin bernafsu untuk menyantap tubuh muda shinta, kontolnya tampak semakin mengeras. “Shinta, aku Mbah Darto dari sampak, apa mbah boleh melaksanakan semai rahayu bersamamu?” tanya sang dukun dengan sehalus mungkin, menyembunyikan hasrat binatangnya yang sudah menggebu. “Boleh mbah” jawab shinta singkat “Apa kamu bersedia mengandung dan membesarkan anak gadis mbah dengan sepenuh hati?” Shinta melirik Fadli seakan memintanya untuk melakukan sesuatu. Fadli yang menyadari hal itu hanya memalingkan muka tak mampu melakukan apapun. Hati shinta hancur melihatnya. Kemudian ditatapnya lagi sang dukun. Dari lubang mata topeng shinta menyadari ada tatapan tajam dibaliknya, mental shinta pun jatuh. “be… bersedia mbah… hiks…” jawab shinta sedikit menangis, setitik air mata tampak diujung matanya Mendengar jawaban shinta mbah darto tidak membuang-buang waktu lagi, kaki shinta dikangkangkan dan mulutnya segera menghajar meki shinta. Shinta mulai belingsatan menerima serangan lidah si mbah, lidahnya makin dalam masuk mencari selaput dara untuk memastikan keperawanannya. “Ini dia ketemu, mekinya juga masih sempit sekali, tidak diragukan lagi keperawanan mu shin…hehehehe…..” Shinta merapatkan kakinya semakin menjepit kepala sang dukun dan semakin menggeliat, kemaluannya terasa sangat peka pada rangsangan karena jamu yang dia minum tadi. “uuhh…. Aahhh…ihh.. hah….” Erang shinta. Menyadari gadisnya itu akan orgasme, Mbah darto memerintahkan Fadli untuk memberinya sebuah cangkir. Sambil terus mengusap clit shinta, cangkir itu ditempatkan di depan mekinya. “UUUhhhh ….. UUUhhhhh OOOOHHHH…..” Shinta orgasme hebat. Sebagian lendir dan urine shinta keluar dan ditampung oleh cangkir si dukun. Dukun kemudian mencampur sedikit arak pada cairan orgasme shinta. Menyeruput sedikit, kemudian memerintahkan Fadli untuk membagikan isi cangkir tersebut pada 4 kepala desa dan sesepuh Tingaran & sampang yang sedang duduk di 4 sudut ruangan. Setelah itu dukun melanjutakan serangannya dengan meraba-raba setiap jengkal tubuh shinta. Mulai dari perut lalu naik ke tetek, lalu pundak, leher, pipi, bibir, sampai rambut panjang halusnya. Tidak ada yang lepas dari inspeksi sang dukun. Pelan-pelan tubuh besar hitam sang dukun mulai menindih shinta. Si dukun makin semakin bernafsu untuk menggagahi gadis itu hingga cairan precum mulai keluar dari kontolnya membasahi perut shinta. Serangan mulai dipusatkan pada dada shinta , dada kanan kirinya diperah habis-habisan. “UHHH… udah mbah…. uh… sakiiiitt…” “tahan… nduk… tahan….” Rintihan itu semakin menambah libido mbah darto. Mulut shinta yang merintih-rintih segera disumpal dengan mulut dan lidah darto. Shinta dapat merasakan aroma rokok dan rasa sisa cairan cinta yang tadi dikeluarkan memeknya. Kontol darto yang sudang ngaceng maksimal dielus-eluskan ke permukaan memek shinta, nafsu shinta pun ikut naik. Kini tiba saatnya ke acara puncak, kaki shinta dikangkangkan lebar lebar, kontol mbah darto sudah siap didepan sasaran. Pengalaman darto merenggut perawan para pasien mudanya sangat berperan disini. Dimasukannya batang perkasa itu centi demi centi, merasakan sensasi kemenangan atas perawan shinta. “HHHHHAAAAHHH…….” Desah Darto “duh… PERIIIHH…. udah…. mbah….. AKKKHHH…” Darto merasakan kontolnya menabrak sesuatu yang langsung robek. Habislah perawan shinta. Beberapa tetes darah tampak di sprei kasur kapuk butut itu. “AKHH… AKH… SAKIT…. KELUARIN DULU MBAH…memekku perih…” Ibu shinta memegang tangan putrinya, berusaha menenangkannya. “tenang shin… nanti hilang kok perihnya… cup..cup..” Setelah diam beberapa saat, si dukun mulai memompa meki gadis malang itu. Makin lama makin kencang “hhh…heh… heh… heh… heh…” darto mulai mendesah “mmhhhh….ah… aha…ahh… auuh….” Desah Shinta “hhh…heh… heh… heh… heh…” “uuuuu…. Peel… pelan… mmmhhh auh..” “hhh…heh… heh… heh… heh…” “aahh…. Hah… Hah… Hah… Hah… bunda… perih… bunda…” “hhh…heh… heh… heh… heh…” “nek… to…ahk…to… tolong nek….” Ibu dan neneknya hanya bisa menggenggam erat tangan shinta. Sedangkan Mbah Darto semakin mempercepat ritme genjotan pinggulnya. “mmmhhh…. mhhh… akh.. hah…hah… hah…” shinta makin belingsatan menerima serangan keperkasaan darto.. “oh…. oh…. peret banget ini memek, memek bunga desa emang ga ada duanya.. ooohhhh…” darto membatin, betapa beruntungnya dia terpilih untuk ritual kali ini. “Akh…udah dulu mbah…. Shinta mau pipis dulu…. akh” Darto yang sadar shinta akan orgasme malah mempercepat genjotannya, semakin dalam dan dalam hingga mencapai mulut rahim shinta. Shinta semakin bingung karena darto seperti tidak mempedulikan permohonan ampunnya. “Ga apa-apa shin, keluarin aja pipisnya disini” ujar bunda shinta “AKH… HAH… HAH…. AKU PIPIS…. PPPIIIIIPPIIIIISSSSSSS………” teriak shinta orgasme Kontol darto terasa makin hangat didalam, ditambah dengan empotan meki shinta yang makin kencang karena orgasme. Merasakan itu darto semakin tidak kenal ampun menyetubuhi gadis itu, tak membiarkannya istirahat sedikitpun. Tiba-tiba tubuh shinta dipeluk, diangkat, dan didudukan dipangkuan darto. Mereka berganti posisi shinta digenjot di pangkuan darto, tangannya memeluk leher darto dan kakinya membelit tubuh dukun tua itu erat-erat. Tubuh mungil shinta terjungkal-jungkal, pemandangan yang begitu erotis. PLOK…. PLOK…. PLOK…. PLOK…. “akhh….HAH…HAH…. IKH….MMMHHH….” desah shinta makin keras “hhh…heh… heh… heh… heh…” “PERIH…. AHHH…. JANGA…. AHHH…..AHHH…. UHHH…..” “HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…” “MMMHHHHH…UHHH..… AHHHH….AUU…” “HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…HEHHH… EH…” “dli…. Tooo…tolo…ng….” Dengan posisi seperti itu Shinta dapat melihat fadli hanya diam terduduk, tidak menatapnya sama sekali. Hati shinta serasa tercabik-cabik. “ha… ha… akh …. mau pipis lagi uukkkhhh….” Memek shinta makin licin saja Darto mengatur kembali ke posisi awal, shinta ditindih dan dipeluk erat-erat, digenjot sekencang-kencangnya dengan kaki mengankan lebar. Menurut pengalaman darto inilah posisi paling manjur ketika menghamili para istri mudanya. “mmmhh…. ukh .. ukh…. ukh….” shinta hanya mendesah-desah memejamkan mata pasrah dengan nasibnya, menyerah pada kenikmatan yang mulai dia rasakan. “Kapan kamu haid anak manis?” tanya dukun Shinta membuka mata berusaha menjawab “Sudah… hampir 2 minggu lalu…. mbah….” jawab shinta kepayahan, dan menutup matanya kembali “Bagus… artinya mulai malam ini kamu akan jadi seorang ibu…” ucap darto sambil berusaha menembus rahim shinta. “hhh…heh… heh… heh… heh…” “PERIH…. AHHH…. JANGA…. AHHH…..AHHH…. UHHH…..” “HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…” “…UHHH..… AHHHH….AUU…AHH…. AHH…. AHH…. AHH….” “HEH… HEH… HEH… HEH… EEEEHHH…” “HAH….uuuuhhh…… MMMHHH…. KELU…AR…” “.. HEH… HEH… EEEEHHH…EEEEHHHHH….AH..” peju darto mulai siap menyembur tepat ke rahim shinta tapi darto berusaha menahan sampai waktunya shinta orgasme. “ahhh…..UHHHH…. PI…PIS…” “SHINTA….. KELU…AAAARR…” “HA….HA….. OOOOOOHHHH……AHHH…!” Shinta melolong merasakan orgasme yang lebih kuat dari sebelumnya, didalam sana ovariumnya juga berkontraksi dan melepaskan telur subur untuk darto buahi. Merasakan memek shinta menyempit dan menyiram kontolnya dengan cairan hangat, benteng darto akhirnya jebol juga. “EEEEHHH…EEEEHHHHH….AH..” “Oh mbah atina turunkanlah berkahmu memalui rahim gadis ini…..!! OOOHHHHHH…….!!” kontol darto menghujam keras rahim shinta dan melepaskan muatan didalam sana. Menanamkan bibit bakal anaknya di ceruk terdalam liang surgawi gadis remaja itu. Peju dengan kualitas dan kuantitas super, jukup untuk menghamili gadis manapun dalam sekali ejakulasi. Tubuh Darto ambruk diatas shinta. Kontolnya mulai melemas di dawah sana. Saat shinta mulai berfikir kalau ritual sudah selesai, tiba-tiba darto memberi aba-aba ke fadli. Dengan tergopoh-gopoh fadli segera menuangkan jamu ke cangkir lain yang kemudian diminum mbah darto. Shinta kaget merasakan kontol darto mulai mengeras kembali. Tidak ada batasan ronde dalam semai rahayu, sang dukun bebas menyetubuhi sang kendi sampai dia merasa yakin berhasil menghamilinya, shinta sadar malam ini masih panjang! Setelah itu shinta terus digarap dengan berbagai posisi, semuanya diakhiri dengan darto melepaskan pejunya di rahim shinta. Tidak boleh ada sedikitpun yang disia-siakan! Jam telah menunjukan 5.30 pagi, Darto memeriksa memek shinta, dia merasa jumlah peju didalam sana lebih dari cukup untuk memastikan kehamilan shinta. Kemudian memek shinta segera ditutupi kain penutup yang melilit selangkangannya untuk mencegah peju keluar. Shinta hanya tertelentang pasrah di kasur mulai tertidur dengan sensasi hangat dan perih di perutnya hasil perbuatan darto. Ritual ditutup dengan dukun sampak, dukun tingaran, Ibu dan nenek shinta bersama-sama mengelus=elus perut shinta sambil membacakan mantra mengharapkan dewi atina menurunkan berkahnya ke tanah ini melalui si jabang bayi dari shinta. Tidak lupa Ibu kepala desa mengambil sprei yang telah ternoda darah perawan Shinta dan peju Mbah Darto untuk dipajang di pagar kepala desa Tingaran lalu Sampak selama beberapa hari, gunanya untuk menunjukan pada warga desa bahwa Semai Rahayu telah dilakukan dan masa depan kedua desa telah diamankan. Tanpa diperhatikan orang lain, Fadli keluar dari ruangan terkutuk itu, dia sudah tidak tahan lagi berlama-lama disana. Perasaan marah dan dendam mulai berkecamuk dalam dirinya.