Anis yang Nakal
Saat itu, 7 Juni 2012, ketika libur sekolah telah tiba. Aku ingin sekali bertemu dengan pacarku. Pacarku sebut saja Andri mengatakan bahwa ia sedang ditinggalkan sendirian di rumah karena keluarganya sedang ada acara selama 3 hari. Ia memilih tidak ikut karena ia juga ingin bertemu denganku. Aku ingin membuat suprise untuk pacarku. Aku adalah siswi SMA kelas 3 sama seperti pacarku. Oh iya, panggil saja aku Anis. baru 17 tahun lebih dua bulan. Jadi pada saat pacarku sendirian di rumah sepi sekali. Pagi itu aku bersiap-siap menuju rumah pacarku. Tidak ada salahnya dong cewek nyamperin cowok yang penting rumahnya kosong, bisa main-mainlah sebentar. Hehe Setelah selesai dan merasa sudah rapih dan cukup seksi dengan jaket berlapis tanktop dan jeans panjang ketat serta BH dan CD di dalamnya aku langsung menuju rumah pacar aku. Sesampainya di sana aku lihat rumahnya benar sepi sekali. Selamat pagi, ada orang di dalam? Sambil memanggil-manggil orang di dalam. Namun tak kunjung ada jawaban. Sampai keluar anak yang masih kelas 2 SMP, dari rumah sebelah ya bisa dibilang tetangganya. Nyari Kak Andri yah Mbak? tanya anak itu. Iya benar dek, Mbak saudaranya. Kak Andrinya lagi keluar rumah yah? jawab aku berbohong supaya anak ini tidak berfikir macam-macam. Oh, iya mbak. Tadi pergi sama temannya. Tapi ini kunci rumahnya. Tadi Kak Andri titipkan ke saya jawab anak itu dengan polos sambil memberikan kunci rumah Andri padaku. Makasih dek, tapi nanti kalau Mbak nungguin Kak Andri disini sendirian dong. Adek mau temenin Mbak ga? kataku sambil merayu. Boleh Mbak, saya juga lagi ga ada temen kata anak itu sambil mengikutiku masuk ke dalam rumah Andri. Kemudian duduk berdua di ruang tengah bisa dibilang rumah keluarga. Badanku yang pegal sekali, selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan lagi tadi harus berdiri menunggu jawaban. Untung ada anak ini jadi aku harus membalas kebaikannya. Dan seperti biasa aku kepingin dipijitin. Biasanya sih oleh ibu. Tapi aku ingin coba minta dipijat oleh anak ini. Adek namanya siapa? tanyaku sambil memijat-mijat kakiku sendiri. Rangga Mbak jawab anak itu. Oh, Rangga bisa mijetin Mbak ga? Cape nih badan Mbak. Sambil meminta pada Rangga. Boleh Mbak, Rangga coba Rangga nurut saja. Aku langsung berbaring telungkup di karpet depan TV, dan Rangga mulai memijit tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Rangga, tangannya keras sekali, punggungku jadi fresh lagi. Duh, Rangga , mijitnya yang lurus dong, jangan miring kiri miring kanan.., kataku. Abis, posisinya nggak susah Mbak jawabnya. Kamu dudukin aja paha Mbak. Tapi , Mbak... Alah.., nggak usah tapi.. ayo.., Aku tarik tangan Rangga memaksanya untuk duduk di pahaku. Rangga akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai tempat duduknya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain, makin lama makin aku rasakan tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak ngos-ngosan. Kamu kenapa Rangga, capek atau sakit..?, tanyaku. Tidak, tidak apa-apa Mbak, jawabnya. Akan tetapi duduknya mulai tidak karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tidak mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat. Akhirnya, aku menyuruhnya pindah, dan aku bangun, lalu duduk mendekati. Akhirnya aku pun merasa aneh dengan tingkah anak ini. Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat..,Kenapa?, sambil tanganku bermaksud mencubit pantatnya. Tidak, tidak apa-apa Mbak.., jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana bagian selangkangannya yang seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang aku suka sekali menjahili anak kecil seperti Rangga ini, asal ngawur saja seperti Adik laki-lakiku di rumah. Loh.., itu apa di celanamu Rangga, kok nonjol begitu.. Mendengar itu Rangga merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dariku, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yang satu menggerayangi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut. Jangan Mbak, Rangga malu.., katanya. Dasar aku yang nakal, aku pelototin matanya, Rangga langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut. Penasaran, aku buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yang mengeras tersebut, dan astaga, ternyata penis Rangga sudah menegang. Baru kali ini aku melihat penis anak-anak dan sudah disunat yang tegang dan keras tapi masih imut seperti itu. Sementara Rangga diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana aku tidak tahu. Tititmu masih imut yah Sambil perlahan-lahan, kuelus-elus penis Rangga, semakin mengeras penisnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Rangga mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala penisnya yang merah itu, Rangga makin mendesah, Ah.., ah.. Kugenggam erat penis Rangga dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Rangga ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang, Achh... Semakin kencang penis Rangga kukocok, semakin menggeliat badan Rangga membuat aku tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Rangga makin mengeras, Ach.., achh... Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tidak tahan , ia lalu memelukku erat. Mulanya aku kaget akan reaksinya, tapi aku biarkan saja, karena keasyikan mengocok penis Rangga. Rupanya Rangga sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tidak ikut menggeliat juga, meraba badanku dan payudaraku. Waduh anak yang masih kelas 2 SMP kok udah beraninya yah. He Rangga , kenapa.. tegurku, sambil tetap mengocok penis Rangga, Achh , achh.. Aku pengen liat dada Mbak Hanya itu yang Rangga bilang, sementara tangannya mulai berani meremas-remas payudaraku, dan remasannya yang kuat membuatku merasakan sesuatu yang lain, hingga aku biarkan saja Rangga meremas payudaraku, dan Rangga lalu menyingkap baju tanktop yang kupakai, hingga kelihatan BH-ku yang berukuran 34B dan meremas payudaraku lagi hingga keluar dari BH-ku. Acchh , accchh.. Dada Mbak gede yah. Rangga pengen nyusu.. erang Rangga, aku mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat payudaraku tidak terbungkus BH diremas oleh tangan Rangga dengan kuat, sedangkan penisnya tetap saja kukocok-kocok. Dan entah naluri apa yang ada pada Rangga, hingga dia nekat menyosor payudaraku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yang sedang menyusu. Aduh , Rangga , aduhh Hanya itu yang mampu kuucapkan, payudaraku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Rangga. Aku juga mulai menggeliat, kutarik kepala Rangga dari payudaraku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yang muncul secara tiba-tiba, Rangga balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain. Tangan Rangga menggerayangi badanku, melepaskan tanktop dan BH-ku, hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yang dipakai Rangga, dan kupelorotkan celananya, hingga Rangga bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok penisnya, sedangkan Rangga kembali menyosor payudaraku yang sudah keras membukit. Mbak dadanya gede… montok. kata Rangga sambil meremas kuat-kuat payudaraku. Gila… dia jago banget. Aku pun suka dipuji kalau payudaraku besar. Perlahan tangan Rangga menelusuri celana jeansku lalu menyelusup masuk ke dalam, Acchh , Accchh, aku dan Rangga terus mengerang dan menggelinjang. Tangan Rangga menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap vaginaku. Aduuuhh , Rangga.. erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam vaginaku yang mulai kurasakan basah, dan Rangga mempermainkan jarinya di dalam vaginaku. Accchh , aduuuhh , acccchh... Tak tahan lagi, Rangga menarik lepas celana jeans dan celana dalamku, hingga akhirnya aku kini telanjang bulat. Kemudian Rangga mencium bibirku dan aku tetap mengocok penisnya, sedangkan jarinya bermain dalam vaginaku. Accchh.. Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Rangga yang keluar dari mulutku. Kemudian Rangga berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, aku membiarkan saja apa yang akan Rangga lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba aku rasakan sakit yang teramat sangat di selangkanganku. Aaccccchh, Rangga.., apa yang kamu lakukan.., tanyaku. Tapi terlambat, rupanya Rangga sudah memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku, dan seperti tidak mendengarkan pertanyaanku, Rangga mulai mengoyang batang penisnya naik turun dalam vaginaku yang semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yang mengalir membasahi vaginaku. Accchh , Rangga , aduuhh Rangga.., erangku. Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Rangga dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Rangga. Semakin kencang goyangan penis Rangga dan semakin keras pula erangan kami berdua. Accch , aduhh.. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat nikmat yang terdorong dari dalam , dan erangan panjang aku dan Rangga, aahh. Bersamaan semprotan mani Rangga dalam vaginaku dan semburan maniku yang menciptakan kenikmatan yang tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya. Rangga menarik keluar penisnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Rangga, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat penis Rangga, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali. Hingga hari ini aku dan Rangga, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yang tiada taranya.