From McD With Victim

Malam itu kami berempat, para pemuda berandalan, sedang makan di McDonalds Thamrin sebelum ikut balapan liar malam nanti. Kulihat seorang gadis Chinese sedang makan sendirian di sebuah meja, sepertinya ia baru pulang dari kantor terlihat dari setelan blazer dan rok mini biru yang dikenakannya yang sangat serasi dengan kulitnya yang putih mulus, ditunjang lagi dengan tubuhnya yang tinggi langsing sekitar sekitar 170an. Beberapa saat kemudian ia memanggil seorang karyawan yang baru saja mengantar pesanan, “Mbak tolong jangan dikemasi dulu saya mau ke toilet sebentar” katanya sambil berlalu menuju toilet. “Oh ya Mbak silahkan”,jawab karyawan tersebut kemudian diapun kembali ke counter kasir. “Eh kesempatan tuh” kataku pada Ikram temanku. “Lu bawa gak obat tempo hari?”. “Oh pasti dong” jawabnya sambil mengeluarkan plastik kecil berisi beberapa butir pil kecil di dalamnya Diambilnya satu kemudian dia menuju wastafel. Ketika lewat di meja gadis itu, dengan cepat dimasukannya sebutir pil ke dalam gelas gadis itu sehingga langsung larut dalam Coca Cola di dalamnya. Ketika gadis itu kembali, kami cepat-cepat menyelesaikan makan karena dia ternyata hampir selesai makan dan setelah menghabiskan minumnya dia segera keluar. Kami mengikutinya ke tempat parkir. Ketika dia hendak masuk mobilnya, pil itu mulai bekerja membuatnya terhuyung hendak jatuh. Aku segera beraksi, kuhampiri dia “Hei kamu tidak apa-apa?” tanyaku sambil membopongnya berdiri tapi tubuhnya yang telah lemas karena obat tidur langsung ambruk dlm pelukanku sebelum sempat berkata apapun. Tubuhnya yang terkulai lemas itu langsung kubaringkan di jok belakang Civic hitamnya lalu kubawa keluar diikuti mobilku yang dikendarai Ari, temanku yang lain. Kularikan mobil ke rumah nenekku di pinggiran Depok, sebuah rumah kuno dengan halaman luas yang kudapat setelah beliau meninggal delapan bulan yang lalu. Kubopong tubuhnya ke kamar di bawah tanah yang dulunya adalah gudang tapi telah kurombak menjadi ruang santai lengkap dengan peredam suara untuk home teaterku. Cynthia Kubaringkan tubuhnya di ranjang, lutut dan paha yang menjuntai di tepian ranjang membuat roknya tertarik ke atas sehingga terlihat sedikit satin biru muda yang membungkus selakangannya. “Wah nih cewek lebih yahud dari yang kita kerjain tempo hari Sir” kata Tomy padaku Oh ya namaku Yasir, salah satu dedengkot pemuda brandalan di wilayahku, wajahku terbilang sangar dengan anting besar di telinga kiriku dan tato di sekujur kedua lengan. Sebelumnya kami pernah membawa dua mahasiswi UI Depok, yang mobilnya terjebak demo, ke rumahku. Mereka akhirnya menjadi mangsa kami, selama tiga hari kami menyekap dan memperkosa keduanya beramai-ramai “Ok Sir karena lo yang punya ide, lo dapat giliran pertama ok, cepetan tuh ntar keburu siuman repot lo ha ha haa…” kata Ikram Kami lalu memakai topeng yg menutup wajah atas kami. Aku melepas semua pakaianku kecuali celana dalam lalu kutarik tubuhnya ke tengah ranjang. Kulepas blazernya lalu kubuka satu-satu kancing blus tanpa lengannya. Saat kusibak ke samping aku terpesona melihat kulitnya yang putih mulus dengan payudara yang tidak begitu besar, kira-kira 34B, putingnya yang mungil berwarna merah muda terlihat di balik bra transparan biru mudanya. Kedua tangannya kuborgol pada tiang ranjang karena tubuhnya mulai mengeliat lemah. Ari segera menyalakan DVDcamnya untuk mensyuting adegan panas yang akan segera terjadi. “Eh namanya Chintya Halim, wow rumahnya di Green Garden coi, pasti anak orang kaya nih!” sahut Tomy yang lagi asik membongkar tas gadis itu. Saat itu ia mulai mengedip-ngedipkan matanya mulai siuman. Kubelai pipinya yang lembut “Hei Chintya sayang!” bisiku di telinganya, dia langsung terkesiap kaget tapi tak dapat bergerak karena kedua tangannya terikat. “Eegh di mana gue? Si..siapa lu semua?!” pekiknya panik, dia meronta-ronta, kakinya menendang-nendang tapi hal itu justru membuat roknya tersingkap sehingga aku semakin horny, “Hei sia-sia lu meronta, sebentar lagi lu juga akan menikmatinya kok” kataku sambil merengut bh nya hingga robek, “ouch jangaaaan!!” pekiknya sambil meronta makin keras sehingga buah dadanya berguncang bebas, Aku segera meremas kedua payudaranya sambil kukulum bibir tipisnya dengan ganas “mmmpphh..mmpph.”rintihnya, Kudesak lidahnya dengan lidahku hingga dia sesak nafas, lama-lama perlawanannya pun melemah, lalu kulepas pelukanku dan turun ke bagian bawah tubuhnya. Kuraba bagian dalam pahanya hingga masuk ke dalam rok mininya. Ketika kuraih tepian celana dalamnya dia meronta lagi, “Aaaahh aaauuh jja..ngaaan aaaahhh!!” pekiknya tapi gerakannya malah memudahkanku untuk menarik lepas kain berbentuk segitiga itu. “Hei guys help me, ok!” pintaku pada mereka, lalu Tomy dan Ikram segera memegang kedua paha Chintya dan menariknya hingga mengangkang lebar di depanku, “aauch aaahh baaji..ngaaaan aaahah aaahh aampuuuun!!” rintihnya ketika kujilat klitorisnya disusul ke labia mayoranya hingga akhirnya kumasukan lidahku ke liang vaginanya sehingga basementku dipenuhi jeritan dan rintihannya Setelah lima menitan aku bermain lidah di liang vaginanya, perlawanannya mulai lemah, malah kurasakan vaginanya berdenyut-denyut menerima rangsanganku dan semakin basah oleh cairan vaginanya. Memang sekuat apapun dia berontak lama-lama dia tidak akan sanggup menahan rangsangan yang diterimanya terus- menerus. Tubuhnya yang terkulai lemas kutindih dan kulumat lagi bibirnya sambil tanganku meremas lembut payudaranya. Dia hanya mengeliat-geliat lemah, “Mmph mmph” rintihannya terpendam kuluman bibirku. Kemudian kuposisikan penisku di depan vaginanya. Melihat hal itu dia kembali meronta tapi dengan cepat kucengkram pinggangnya sementara kakinya tetap dipegang kedua temanku. Kumasukan penisku yang berukuran 22cm dengan diameter 5cm ke liang vaginanya pelan-pelan tapi hanya ujungnya karena vaginanya sempit sekali “aaaaahhh aaaaucchh…sssaakiiiitt!!”rintihnya, dia menangis keras menyadari dirinya sebentar lagi akan diperkosa empat orang asing Jeritannya makin keras saat kudesak lagi vaginanya dengan penisku. Akhirnya dengan satu sentakan keras penisku berhasil masuk 1/3nya. Dia menjerit keras dan tubuhnya menegang dengan kepala mendongak ke atas, matanya terbelalak menahan sakit yang amat sangat di dalam liang vaginanya. Kudiamkan sesaat gerakanku sampai dia lemas lalu kutarik penisku, dia memekik “aauuhhh sakiiiit hhuu hhuuu jangaaan maaas!! jaangaan perkosa sayaa!!” ia memelas dengan bercucuran air mata Dari vaginanya keluar darah segar yang cukup banyak karena perawannya baru saja kujebol. Rintihannya makin membuatku horny dan segera kemasukan lagi penisku pelan-pelan tapi terus kutekan hingga masuk hampir semua. Ketika kurasakan mentok, Chintya menjerit lebih keras karena besarnya penisku membuat liang vaginanya terkuak dengan maksimal dan saat kupompa maju mundur dia menjerit dan merintih sampai kehabisan tenaga. Aku terus menggenjotnya sekitar 20 menit hingga kulihat dia mulai merasa keenakan di antara rasa sakitnya karena vaginanya mulai menyesuaikan dengan besar penisku. Dia terus merintih-rintih dan tanpa sadar pinggulnya terangkat ke atas menyambut hujaman penisku berkali-kali. Tak lama kemudian dia pun orgasme akibat hujamanku yang tiada henti ditambah gerayangan temanku pada tubuhnya. Setelah kira-kira empat pulun menitan kurasakan denyutan keras dalam diriku, segera kucengkeram pinggulnya dan kutekan penisku dalam-dalam. Aku pun mencapai orgasme dan menyemburkan sperma dengan keras dan banyak dalam liang vaginanya, “Aaaaaaahhh!!”jeritnya histeris, tangannya mencengkram sprei lalu tubuhnya terkulai lemas Kucabut penisku yang telah menciut dan keluarlah cairan spermaku bercampur darah perawannya yang meleleh ke sekujur pahanya dan membasahi sprei. Kucium bibirnya dengan lembut, tubuhnya yang berkilat bermandikan keringat berguncang lemah karena menangis sesegukan. Ketika aku bangkit untuk istirahat, temanku segera meminta jatah menikmati tubuh mulus Chintya. Begitu aku selesai, Ikram yang sudah bugil mendapat giliran berikutnya, ia langsung menindih Chintya dan tanpa buang waktu segera memasukan penisnya yang tak kalah besar. Chintya yang masih lemah tak kuasa melawan, dia hanya merintih lemah sebelum beberapa saat kemudian kehilangan kesadaran selama digenjot temanku yang berambut mohawk itu selama kira-kira setengah jam. Saat siuman Ikram telah menyemburkan sperma dalam liang vaginanya. Chintya sudah tidak kuat melawan dia hanya telentang lemah dengan tubuh seperti huruf x karena tangan dan kakinya terpentang ke empat arah. Kulepas borgol tangannya, kulihat tubuh telanjangnya telentang lemah di ranjang. Kututupi selimut karena kami akan meninggalkannya sebentar ke atas. Dua temanku yang lain tidak mau menyetubuhinya saat ini karena dia terlalu lemah. Kami takut dia tak kuat dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti Rini mahasiswa UI tempo hari, tubuhnya tak kuat digilir tujuh orang berturut-turut hingga harus dirawat di rumah sakit. “Ntar kita tunggu dia pulih dulu aja biar lebih ok” kata Tomy. Kami pun naik ke ruang atas untuk makan. Sejam kemudian kami turun untuk melihat keadaan Chintya, dia masih tergolek lemah di ranjang lalu kubangunkan dia; “Bangun sayang, ini ada minuman aku yakin kamu haus!” kataku sambil membantunya bangkit Rupanya dia memang haus karena itu segera direguknya minuman di tanganku sampai habis. “Tolong lepasin gue, please…tangan gue sakit banget nih” rengeknya padaku, “apa salah gue sihh?”. “Ah gak sayang, cuma kamu berada di tempat yang salah aja, tapi kami akan memberi pengalaman yang tak terlupakan padamu hehehe” kataku sambil mencium bibirnya dan mengelus payudaranya dengan lembut sehingga dia mendesah kegelian, putingnya yang mungil itu kupilin-pilin sehingga ia mendesah pelan karena mulai terangsang Tak lama kemudian dia mulai mengeliat tanda obat perangsang di minuman yang kuberikan tadi mulai bekerja. Tomy yang melihat hal itu segera membopongnya ke kamar mandi lalu memandikannya di bawah shower air hangat. Seluruh bagian tubuh Chintya digosoknya dengan lembut tanpa ada yang terlewat, terutama bagian-bagian sensitifnya, sehingga gadis itu menggelinjang kegelian dalam pelukan Tomy. Kulit wajahnya yang putih kini memerah karena dia telah terangsang hebat akibat belaian-belaian Tomy pada tubuhnya. Tubuhnya yang basah dan berbalur busa sabun itu nampak sangat menggairahkan, apalagi melihat kontrasnya dengan Tomy yang berkulit sawo matang dengan hidung pesek dan wajahnya jauh dari tampan. Temanku itu juga menciumi leher jenjangnya, tangannya meremasi payudaranya dan tangannya yang satu menggerayangi vagina gadis itu. Tubuh Cynthia sedikit bergetar karena perlakuan Tomy, desahan lirih terdengar dari mulutnya. “aahh aahh gelii” dia berusaha berontak tapi dia akhirnya pasrah saat dibaringkan di ranjang dan langsung digumuli Tomy Chintya membalas memeluk erat Tomy, kedua kakinya melingkari tubuh temanku itu dan ketika vaginanya mulai dimasuki penis Tomy ia mendesah lirih. Tomy menggumulinya dengan cukup lembut sehingga gadis itu menikmati permainannya, penisnya yang panjang itu keluar masuk mengeluarkan bunyi berdecak dari vagina Chyntia yang basah. “aauuh aahh aahh” rintihannya memenuhi ruangan, dia mulai bisa mengimbangi permainan Tomy yang menyerangnya dengan kasar Setelah beberapa saat, Tomy berganti gaya dengan doggie style. Sambil menggenjot, tangan Tomy bergerilya meremas-remas pantat serta kedua payudara Chintya yang bergelantungan di dadanya. Desahan mereka sahut menyahut memenuhi ruangan ini. Sudah lewat 40 menit digenjot Tomy, Chintya memekik keras tanda dia orgasme, disusul Tomy yang mengerang keras. Ia menekan penisnya pada vagina Chintya dan menyemburkan spermanya dalam vagina gadis cantik itu. Begitu Tomy menarik lepas penisnya, Ari yang sudah tak sabar langsung menerkam Chintya yang telah mandi keringat. Tanpa pemanasan apapun ia langsung menggenjotnya sehingga gadis itu melenguh dan merintih-rintih keras akibat sodokan penis Ari yang begitu brutal. Beberapa kali Chintya orgasme karena Ari terus memompanya memompanya tanpa henti selama kira-kira setengah jam nonstop. Derai air mata yang membasahi kedua belah pipi dari wajah nan cantik ini telah mengering dan kini yang ada hanyalah wajah seorang gadis belia yang tengah melawan birahi yang menuntut untuk dituntaskan dari seorang lelaki yang tak pantas meraih kenikmatan bersamanya itu. Tubuh telanjangnya melejang-lejang menawan bagi setiap lelaki yang menyaksikannya, terlebih-lebih aku yang terus melihat adegan itu tanpa berkedip sambil memegangi penisku yang telah tegang lagi seraya mengocok-ngocoknya dengan penuh nafsu, betapa aku juga terbawa arus permainan birahi paksa tersebut. Saat Ari membalikan tubuhnya untuk berganti gaya ke anal seks, dia hanya melenguh lemah karena sudah tidak punya tenaga untuk melawan. Melihat itu segera kubalik tubuh Ari sehingga dia menyodomi Chintya dari bawah dan aku segera menindih Chintya dari atas. Aku langsung menusukan penisku yang telah mengeras ke vaginanya yang terbuka bebas di depanku. Jeritan disertai tangisannya keras memenuhi ruangan itu akibat dua lobang tubuhnya dimasuki bersamaan. Setengah jam kemudian kami sama-sama orgasme. Ketika Ari dan aku mencabut penis masing-masing dari vagina dan duburnya mengalir keluar cairan sperma bercampur darah yang lumayan banyak, tubuhnya tergolek pingsan karena kelelahan. Kamipun tidur di kamar itu di sekitar ‘korban’ kami. Kira-kira jam lima pagi aku dibangunkan Ikram, “Sir kita pulang dulu deh, capek nih. Ntar malam aja kita balik buat urusin tuh amoy sambil gua mau edit hasil shuting semalam ok” katanya lalu berlalu dengan kedua temanku yang lain. Aku lalu tidur lagi sambil memeluk Chintya yang masih telanjang di ranjangku, kuciumi leher dan pipinya serta kuremas payudaranya, dia hanya mengeliat tapi tetap tidur sehingga akupun tidur sambil memeluknya. Aku bangun ketika kedengar dia menangis di pelukanku “Hei Cyn ngapain kamu?” tanyaku. “Jahat sekali kalian! kenapa kalian perkosa aku sampai seperti ini? aauuhh ssakiiiit huu hhuu hhuuu..!!!” tangisnya sambil memukul-mukul dadaku dan berusaha melepas dekapanku. “Cyn kami menyukaimu habis kamu sexy sih, udahlah gak usah nangis toh kamu juga menikmatinya semalam, lihat aja ntar filmnya” kataku sambil melepas dekapanku Dia bangun dari ranjang berusaha lari tapi langsung terjatuh karena kakinya masih lemas ditambah rasa sakit di vaginanya sehingga dia tertelungkup di karpet sambil menangis tersedu- sedu. Kugendong tubuhnya dan kubaringkan lagi di ranjang, aku begitu terpesona dengan tubuhnya yang semampai dengan buah dada yang indah dan sejumput rambut halus di selakangannya. Bekas darah dan sperma yang telah mengering belepotan di paha dan betisnya yang jenjang. Kubiarkan dia menangis hingga dia agak tenang.sementara itu aku menyiapkan kamera dvdku di kamar mandi. Kuarahkan ke bathtub besar di situ. Setelah Chintya bangun, kugendong tubuhnya yg lemah ke kamar mandi, dia tidak melawan, lalu kami berendam di bathtub dengan air hangat. Kugosok seluruh bagian tubuhnya hingga bersih, “Cyn kamu cantik sekali, gimana? masih sakit kah?” tanyaku sambil menciumi lehernya dan mengelus lembut payudaranya, dia mengeliat geli “emh sakit sekali mas, kakiku gak kuat buat jalan tolong lepasin aku dong” rengeknya padaku. “Cyn aku menyukai tubuhmu, lihat payudaramu kenyal dan indah gitu, juga bodymu begitu sexy”, kataku sambil tanganku turun ke perut lalu mengusap dan menggosok klitoris dan liang vaginanya Dia meronta tapi tubuhnya yang masih lemah ditambah air hangat membuat rasa sakit di vaginanya jauh berkurang sehingga pelan-pelan dia pasrah menerima rangsanganku padanya, “eegh ssakkiit mas, udah jangan terusin aku gak kuat aahh aahhh aaahhh” rintihnya ketika tanganku menggosok liang vaginanya sehingga sisa sperma dan darah keluar dari vaginanya tapi kemudian dia agak tenang. Saat ia mulai keenakan karena gerakan jari telunjukku kubuat selembut mungkin di dalam liang vaginanya, walaupun dia menolak tapi seorang wanita tidak akan bisa menolak gairah sex yang timbul dalam tubuhnya. Chintya merintih-rintih dan mengelinjang keenakan. Kulumat bibir tipisnya dan dia menyambut kulumanku dengan sedikit membuka bibirnya sehingga lidahku bebas masuk mengait lidahnya dan bermain di langit-langit mulutnya. Dia memelukku dengan erat dan kugumuli dalam bathtub hingga beberapa saat sampai nafasnya terengah-engah. Tanpa sadar kuposisikan tubuhnya yang memeluku di bawah lalu pelan- pelan kumasukan penisku ke dalam vaginanya, “aaarggh jangan maas aakkuu gak mauuu, aaauuuh aahh aahhhh!!” dia tersentak dan meronta tapi dekapanku yang rapat membuat penisku langsung masuk vaginanya ditambah tenaganya yang belum pulih benar membuatnya tak dapat menolak, jeritan dan rintihannya terdengar keras ketika mulai kugenjot tubuhnya kurasakan vaginanya berdenyut-denyut tanda dia mulai bisa menerima penisku dalam vaginanya. Kugenjot tubuhnya pelan-pelan sehingga dia makin merasakan rangsangan sex yang hebat hingga akhirnya Chintya memekik keras dilanda orgasme “aaauuuhh aaaahhhh aaaahhhh!” jeritnya sambil mencengkeram erat punggungku dan kakinya melingkar erat di pinggangku hingga aku hampir tidak bisa bernafas Saat itu aku masih belum orgasme maka terus kupompa penisku di vaginanya sehingga dia terus menjerit keras karena tak tahan rangsangan yang begitu hebat diterimanya sampai ketika aku orgasme dan menyemprotkan spermaku dalam vaginanya dia menjerit keras karena dia juga orgasme yang kedua kalinya, “Gimana Cyn? kamu ngerasa apa? enak kan?” tanyaku. “He eehh tapi kakiku lemas” rintihnya pelan Kemudian kami membasuh diri di shower lalu kugendong dia ke kamar setelah sebelumnya kukeringkan tubuhnya dengan handuk. Chintya diam saja ketika kupakaikan lingerie dan celana dalam yang selalu kusiapkan dalam lemariku karena bra, celana dalam dan blousenya telah sobek akibat kurenggut semalam, begitu juga ketika kusuapi makan dilahapnya sampai habis, maklum tenaganya banyak terkuras karena perkosaan yg kami lakukan semalaman. Setelah itu diapun tertidur dalam pelukanku hingga sore hari. Jam lima sore teman-temanku datang lalu kami pun ke ruang basement tempat Chintya kusekap, “apa mau kalian? belum puaskah kalian perkosa aku kemarin hah? ingat aku akan laporkan kalian ke polisi” sergah Chintya ketika kami masuk kamar. “tenang cantik gimana polisi percaya kamu kami perkosa bila melihat rekaman ini” kata Tomy sambil memutar film hasil shutingnya Terlihat Chintya yang telah terpengaruh obat perangsang disetubuhi bergantian tanpa perlawanan dan bahkan terlihat membalas rangsangan-rangsangan kami. Diapun terduduk lemas menyadari posisinya yg lemah dan langsung menangis tersedu-sedu. “Udahlah kau nikmati aja, toh gak ada orang lain yang tahu ok, atau kami sebarkan filmmu ke kantor dan keluargamu” ancam Ari “sekarang lepasin bajumu pelan-pelan manis, terus layani kami tanpa melawan ok”. Chintya berdiri sambil menangis dia melepas satu persatu tali lingerienya. Tak lama kemudian lingerie itu meluncur turun melewati tubuh mulusnya yang putih itu disusul celana dalam renda putih yang tadi kuberikan. Dia tak melawan ketika tubuhnya ditarik ke ranjang dan langsung digumuli Ari. Selanjutnya yang kudengar hanya rintihan dan desahan gadis itu yang disetubuhi Ari dan selanjutnya malam itu Chintya kembali melayani kami berempat. Kelihatannya dia sadar percuma melawan sehingga diapun memutuskan untuk menikmati perkosaan yang dialaminya, hal itu terlihat dari desahan dan rintihannya yang keras sampai kami berlima sama-sama terkulai puas. Air mani dan keringat berceceran membasahi tubuh gadis itu. Ia kami perkosa bergantian selama tiga hari sejak kami culik sampai akhirnya hari minggu malam saat dia pingsan kami tinggalkan tubuhnya dalam mobilnya di depan rumahnya, tak lupa surat peringatan dari kami agar tidak menceritakan kejadian yang menimpanya pada siapapun karena kami rekaman adegan perkosaannya. By: Yasir