Sinta yang Kurindukan
Halo, perkenalkan nama gw Teddy (bukan nama sebenarnya). Cerita yang akan gw ceritakan ini berawal dari kisah nyata saat gw masih berada di bangku kuliah. 2011 silam, gw memasuki semester akhir. Gw kuliah di salah satu universitas ternama Jakarta. Di sana, terdapat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kalangan berada. Gw sendiri adalah anak dari keluarga biasa, kelas menengah lah. Uang jajan juga pas-pasan. Cuma Rp150 ribu per pekannya. Karena fakta ini, gw pun mengambil kerjaan sampingan. Selain waktu luang sudah banyak karena tinggal menyusun skripsi, gw juga punya niat untuk mencari uang jajan lebih. Saat itu gw putuskan untuk melamar di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event organizer. Dan akhirnya, gw diterima. Tugas gw saat itu adalah mencari Sales Promotion Girl untuk sebuah acara. Dari sini, gw sering bertemu baaaanyak gadis cantik dan seksi. Sebenarnya sih sudah biasa melihat yang seperti ini, karena kampus juga banyak yang cantik dan aduhai bodynya. Semua berjalan lancar saat gw melakoni pekerjaan tersebut. Di dua event, gw berhasil memenuhi permintaan SPG dari para klien, baik dari segi jumlah maupun karakter yang mereka inginkan. Cerita gw ini dimulai di event ketiga. Saat itu, klien meminta untuk dicarikan 25 SPG untuk disebar ke beberapa daerah. Gw menyebar lowongan lewat broadcast BBM. Tiba-tiba salah seorang adik kelas menanggapi broadcast tersebut. “Kak, gw punya teman nih yang biasa jadi SPG. Dia juga model loh. Sebentar gw kasih tahu orangnya ya. Nanti dia telepon kakak,” kata adik kelas gw ini. Beberapa menit kemudian teleponku pun berbunyi. “Halo, dengan kak Teddy ya?” sapanya. “Betul. Ini temannya Indri?” tanya gw balik. “Benar kak. Aku Sinta. Aku dengar kakak lagi cari SPG ya? Kebetulan aku lagi butuh uang tambahan nih,” jelasnya. “Oh iya, Sin. Benar sekali. Kamu berminat? Kalau memang mau, kirim ya CV ke e-mailku. Katanya kamu sering jadi SPG dan dapat info dari Indri, kamu itu juga model,” gw memulai wawancara singkat. “Iya kak, aku sering. Emmm aku sebenarnya kuliah di tempat yang sama dengan kakak,” terangnya. “Oh ya? Wah, nanti kalau kamu masuk kriteria, kita ketemu di kampus yaaaa. Kamu cepat kirim CVnya biar bisa aku ajukan ke klien,” pinta gw. “Oke kak, makasih ya. Kabarin aku loh,” jawabnya seraya menutup percakapan. Hanya dalam waktu tiga hari gw mendapatkan beberapa kandidat yang dirasa cocok. Kemudian, gw kirim CV mereka kepada klien. Ternyata, Sinta masuk dalam kriteria. Dan gw langsung mengabarinya. “Sin, kamu diterima loh. Selamat yaaaa,” kata gw. “Ah yang benar kak? Makasih looooh. Kakak di mana? Kampus bukan? Aku mau traktir kakak,” ujarnya. “Aduh, aku masih di tempat klienku. Besok mungkin ke kampusnya karena ada jadwal ketemu dosen pembimbing,” gw menjelaskan. “Ya udah kak, besok ya. Pas jam istirahat. Kita makan siang,” ajaknya. “Oke deh,” gw mengiyakan. Jujur saja, gw awalnya tak punya niat macam-macam dengan Sinta. Tapi, dari wajahnya yang manis dan kulitnya yang eksotik membuatku tergoda untuk mendekatinya. “Ah gw kan sudah punya pacar,” kata gw dalam hati. Keesokan harinya gw bertemu dosen pembimbing terlebih dahulu dan setelahnya bertemu dengan Sinta. Dia ditemani Indri. Saat berkenalan, ALAMAKJAAAANG!!!! Ini cewek bikin gw berkhayal yang aneh-aneh. Seksi dan inner beautynya ini loh! Ditambah senyumnya sangat manis. Sebagai gambaran, Sinta ini tingginya sekitar 165 atau 168 lah. Bokongnya sih lumayan padat. Kulitnya coklat bersih. Wajahnya mirip penyanyi Anggun C Sasmi. Ukuran dada mungkin 34B. Gw berusaha bersikap biasa. Gw tak mau terlihat sebagai cowok yang mudah jatuh hati dengan cewek. Padahal sih, gw sangat suka kepadanya. Saat bertemu, kami membicarakan macam-macam. Mulai dari kuliah dan lainnya. Tapi, dia lebih banyak bertanya kepadaku soal akademik. Maklum, angkatan dia jauh sekali di bawah gw. Terhitung masih Maba (mahasiswa baru). Tak terasa, sudah hampir satu jam kami ngobrol. Dia ada kelas jam setengah dua. “Kak, aku mau kelas. Duluan ya. Eh iya, aku belum punya pin BB kakak. Boleh minta,” tuturnya. Tanpa ragu, gw kasih tuh. Yah, dia yang minta. Mungkin agar komunikasinya lancar karena dia kan bekerja denganku nanti. Setelah bertemu Sinta, gw pun menjemput pacar. Dia juga saat itu semester akhir. Dan juga menyusun skripsi. Gw jemput dia di sebuah perpustakaan kawasan Salemba. Cuma menjemputnya, dan langsung mengantarkan ke rumah. Karena saat itu gw benar-benar lelah dan harus mengerjakan revisi yang direkomendasikan dosenku. Sesampainya di rumah, gw mandi, ganti baju, dan makan. Setelahnya, baru mengerjakan revisi. Dua jam lebih gw mengerjakannya dan itu terasa melelahkan. Gw memutuskan untuk menghentikannya karena sudah sangat penat. Demi melepas penat, gw telepon pacar. Ngobrol biasa, ngalor ngidul sana-sini. Dia juga sedang pusing karena ternyata Bab 2 miliknya harus dirombak total. Satu jam gw dan pacar ngobrol. Kami mulai ngantuk dan menutup pembicaraan. Saat gw mau menutup mata, nada dering BBM berbunyi. Ternyata itu dari Sinta. “Duh ga jadi tidur nih. Diladenin, tar malah panjang urusannya,” gerutu gw. Gw putuskan untuk meladeninya. Biar ga ngambek, kalau ngambek kan repot. Hilang dah SPG gw. “Kakak belum mau tidur kan? Aku mau ngomong sesuatu deh sama kakak,” begitu pesan Sinta di BBM. “Mau ngomong apa Sin? Aku belum mau tidur kok,” jawab gw (padahal nih mata udah berat coy!). “Emmmmm kakak jangan marah ya,” ulurnya. “Nggak kok,” kata gw. “Janji?” tanyanya lagi. “Iya janji kok,” gw menegaskan. “Kak, aku nih gimana gitu lihat kakak tadi di kantin. Badan kakak ga terlalu besar. Tapi, pas. Bentuknya juga oke lagi. Bikin aku horny kak. Aku pengen kak,” katanya. WHAT! Ini cewek benar-benar to the point. Langsung aja tuh ngaku. Jujur banget. Dan gw dibuat bingung. Sekitar 15 menit ga gw bales tuh BBM. Cuma ‘R’ aja. Terus dia bbm lagi. “Kan kakak marah.” “Nggak, aku cuma kaget. Kok kamu berani banget ngomong gitu. Terus gimana?” tanya gw. “Kok gimana? Ya aku horny kak. Kakak tanggung jawab dong. Tuntasin nih. aku pengen ML sama kakak,” pintanya. Bingung lagi dah gw. Jujur aja, gw saat itu belum pernah ML. Sama pacar kali grepe-grepe. Paling maksimal ya petting. “Emang kakak ga mau ML sama aku? Aku jelek ya?” Sinta BBM lagi. Duh, bener-bener dibuat bingung. Nanti pacar gw tahu gimana yah. Diputusin karena ketahuan selingkuh dan ML lagi sama cewek lain. Tapi, gw suka sih sama Sinta. Dan emang gw pengen banget rasain tuh ML. Apalagi sama dia. Setan pun merasuki gw. Dan gw jawab. “Ayok Sin. Aku juga suka sama kamu. Dari awal ketemu, aku bener-bener suka sama kamu,” jawabku. “Besok yuk kak. Aku kosong loh. Kakak kosong kan? Sewa hotel aja,” katanya. “Ga usah Sin. Di kontrakanku aja gimana? Teman-temanku besok pulang malam semua kok,” aku menanggapi. “Benar ya kak? Asiiiik. Muuuuaaah. Dadah kakak sayaaaang,” jawabnya. Sebagai catatan, gw ini memang suka olahraga. Badan gw memang ga gede-gede amat. Tapi, lumayan kebentuk lah. Maklum, gw suka olahraga beladiri, futsal, sepakbola, dan rutin nge-gym. Mungkin ini ya yang bikin Sinta ngerasa horny. Muka gw padahal pas-pasan hahahaha. Keesokan harinya, usai makan siang, aku jemput Sinta. Dia sudah berdiri di halte bis dekat fakultas. DAMN! Hari ini dia benar-benar bikin gw deg-degan. Bajunya ketat bangeeet. Jeans yang dipakainya pun bikin pantatnya naik. “Kak, kok diam? Udah mikir yang macam-macam nih kayaknya,” godanya. “Ih kamu nih nakal,” sahutku sambil cubit pipinya. “Yuk kak, jangan lama-lama. Nanti seleranya hilang loh,” ajaknya. Gw pun tancap gas menuju kontrakanku. Di tengah jalan, gw bermaksud mampir ke apotek, beli kondom. “Kak, mau beli sarung ya? Ga usah beli. Aku lagi ga subur kok. Lebih enak ga pake,” katanya. Mendengar keterangannya, gw langsung melanjutkan perjalanan. Gw gas lebih cepat tuh motor. Sudah ga sabar si otong cooooy hahaha. Sesampainya di kontrakan, gw masukin motor dan mengunci pintu. Saat gw selesai mengunci pintu, tiba-tiba Sinta memanggil. “Kak Teeeeeddyyyyyy. Sini dong sayang,” katanya dengan nada menggoda. Gw cari di mana dia. Ternyata, dia ada di kamar gw. Langsung saja gw peluk. “Aku suka sama kamu Sin,” kataku. Dia tak menjawab karena gw langsung mengecup keningnya. Usai kening, pipi kanan dan kirinya gw cium. Hidung, kemudian berlanjut ke bibir. Luar biasa, ternyata Sinta sangat mahir berciuman. Dia bikin gw bekerja keras untuk mengimbangi ciumannya. Lidah kami saling bertemu. Tangan gw sudah meremas-remas bokongnya. Dan tangan Sinta mendekap bahu gw dengan sangat erat. Gw arahin Sinta perlahan ke kasur. Sejenak, gw lepas ciumannya. Gw tatap sekujur tubuhnya. OOOOH! “Seksi sekali kamu sayang,” pujiku. “Ayo dong kak,” dia mengundangku. Gw mulai membaringkan Sinta. Gw buka perlahan bajunya sambil mencium perut dan mencupangnya di beberapa bagian. “Aaaahhhhmmmmm hhhhhmmmm…. oooooooh. Geli kaaaak,” desahnya. Bajunya kini sudah terlepas. Terpampang BH putihnya yang berenda. Makin nafsu gw, karena suka banget sama yang berenda. Langsung aja gw remes lembut tuh gunung. Dia menikmatinya, sesekali gw masukkan tangan demi memilin putingnya. Matanya mulai terpejam, menikmati permainan ini. “Kaaaaak, kok gini siiiih. Langsung aja doooong,” pintanya. “Sabar sayang, pemanasan dulu,” sahutku. Gw buka tuh BH-nya. Gw hisap putingnya yang berwarna kecoklatan, kiri dan kanan secara bergantian. Tangan gw pun memilin puting yang ga gw hisap. Makin keras putingnya, dia mulai horny berat. “Aaaaah… aaaah,” desahnya. Saat gw asyik memainkan gunung kembarnya, dia pelorotkan celananya ke bawah. Sadar akan aksinya, gw langsung mengarahkan tangan ke vaginanya. Wow! Bulunya jarang nih. Gw langsung berhenti dari aksi hisap menghisap. Gw pelorotin tuh celana dalamnya. Benar saja, bulunya jarang. Dan dia sangat seksi dengan posisi yang sudah bugil. Biar adil, gw buka tuh semua baju gw. Kami berdua akhirnya bugil. Gw mulai melancarkan aksi mandi kucing, jilat tubuhnya dari kaki, sampai ke depan mulut vaginanya. Saat sampai mulut vaginanya, gw jilat dulu tuh bagian luarnya. Dia merasa kegelian. Kepala gw sampai dijepit. “Mmmmmmhhhh…. gelliiiiiiii,” katanya. Setelah bagian luar, lidah gw mulai masuk ke dalam vaginanya. Jilat perlahan, dan dia mulai merasa nyaman. “Kaaaak, jahaaaat. Pemanasannya lama,” keluhnya. Gw ga peduli. Gw mau bikin dia puas. Biar ga pernah ML, gw tahu kalau foreplay bisa jadi kunci kepuasan wanita. Jilat dan jilat, sampai gw fokus ke kacang miliknya. Saat gw mainin kacangnya pakai lidah, dia makin liar. Kepala gw dijambak keras. “Kaaaaaak, aaaaa…. aaaa… keluaaaa…..,” teriaknya. Dia terlihat klimaks. Gw sadar karena vaginanya mulai menyemburkan cairan yang sangat banyak. Dan gw membersihkannya menggunakan lidah. Gw biarin Sinta mengambil nafas. Gw berbaring di sampingnya sambil mencium beberapa bagian tubuhnya dan meremas-remas toketnya. Beberapa saat kemudian, dia bangun sambil memegang otong gw. Ternyata, dia ingin mengulum si otong. Luar biasa permainannya. Lidahnya sangat terampil. Otong gw dijilatnya seperti es krim. Dia juga menyedotnya dengan sangat halus. Giginya sama sekali tak menyentuh otong gw. Keluar dan masuk, otong gw dibuat geli dan keenakan. OOOOOH…. Lumayan lama dia mengulum gw. Entah 10, 15, atau 20 menit. Ga perhatiin jam sih. Tapi, saat gw mulai merasa ada desakan dari dalam otong, gw langsung menghentikan kulumannya. Gw berdiri dan langsung buka kakinya lebar-lebar. Bersiap masukin otong dan melepas keperjakaan gw ke si Sinta. Lumayan peret nih vagina Sinta. Tapi, dia memang sudah ga perawan. Sepertinya, dia sudah lama ga ML. “Aaaaaah kaaaaaak,” teriaknya. Otong gw yang lumayan besar pun memenuhi vaginanya. Lewat naluri, gw mulai melakukan gerakan maju-mundur. Dengan gaya misionaris, gw gempur pertahanan Sinta. Dia pun menikmati serangan yang gw berikan. “Plak plak plak,” begitu suara yang tercipta melalui pergumulan kami. “Aaaaaah…. kaaaaaak akuuuu……” Sepertinya Sinta mau klimaks lagi. Kakinya mulai menjepit pinggang gw dengan keras. “En….. aaaaaaak,” mata Sinta memejam. Saat dia menikmati klimaksnya, gw tetap menancapkan otong gw ini di vaginanya. Pelan-pelan gw lepas otong gw dari vaginanya. Tak lama, dia bangkit dan mendorong gw. Kini gw ada di bawah. Dia mulai mengarahkan otong gw ke vaginanya. Staminanya sudah kembali. Sinta mulai naik turun. Sesekali, dia memutar pinggulnya. Dan saat dia melakukannya, otong gw terasa sangat ngilu, tapi enak. Luar biasa. Sinta terlihat sangat liar saat berada di atas. Naik turun, bergoyang kiri dan kanan. Muka nakalnya benar-benar membuat iman gw goyah. Gw remes-remes toketnya. Goyangannya semakin liar. Bosan dengan posisi ini, gw minta Sinta untuk menghentikannya. Gw minta dia untuk menungging ala doggy style. Langsung saja gw tancapkan otong gw ini. Maju mundur dan gw goyang kiri kanan. “Aaaaah, aaa… ku suka gaaa… ya ini,” katanya sambil terbata-bata. Sambil maju mundur, sesekali gw remes bokongnya. Gunung kembarnya pun gw remes-remes. Pertahanan gw hampir jebol. Dan gw memintanya ganti posisi lagi ke misionaris. Lewat gaya ini, gw sangat leluasa bermanuver. “Kakak sayang, aaaaa kuuuu.” “Pengen keluar ya? Sabar sayang, aku juga pengen keluar. Tapi, aku keluarin di luar aja ya. Takut jadi,” kataku. “Dalam aja kak, aku lagi ga subur. Pliiiiissss,” pintanya. Gw gempur terus tuh vagina Sinta. Dan setelah beberapa saat. “Kaaaaak enaaaaaak.” “Aku juga keluar sayaaang.” Gw akhirnya roboh dan memeluk Sinta. Gw biarin tuh otong gw ada di vagina Sinta. Bibir gw terus mengecup bibir Sinta. Dengan lembut dia membalasnya. “Makasih kakak sayang. Aku puas. Sudah delapan bulan aku ga ngerasain. Sejak aku putus sama pacarku,” dia mengakui. “Sin, ini yang pertama buat aku. Entah aku ngerasa bersalah atau bagaimana. Aku sebenarnya sudah punya pacar. Tapi, aku suka sama kamu,” kataku. Sinta tampaknya tak peduli. Dia terus menatapku dengan penuh arti. “Sin, kalau aku mau lagi gimana?” “Selama aku belum punya pacar, aku mau lagi sama kakak. Tapi, aku juga ga enak sama pacar kakak,” tuturnya. Aku pun terdiam, mulai melepas pelukanku. Aku berjalan ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah aku selesai, Sinta membersihkan dirinya. Kami pun berpakaian. Cukup lama kami terdiam. “Kak, kok diam. Menyesal ya?” “Ah, nggak Sin. Aku lagi mikir, andai kita ketemu lebih awal. Kamu pasti jadi pacarku sekarang.” Dia tak menjawab, hanya tersenyum kecil dan penuh arti. “Kak, aku suka sama kakak. Tapi, kakak punya pacar yang setia. Aku takut kehadiranku jadi perusak hubungan kalian.” Aku hanya bisa tersenyum. Usai melakukan pergumulan, aku mengajak Sinta makan. Saat kami makan, situasi sudah normal. Kami ngobrol dengan perasaan yang lepas, beban yang sempat hinggap seperti sudah menghilang. Setelah makan, gw antar dia ke stasiun. Sebelum dia pergi gw menyampaikan beberapa hal ke dia. “Kalau kamu mau lagi, kasih tahu aku. Kamu ga usah merasa bersalah karena ini kan keputusanku.” Dia hanya mengangguk. Beberapa pekan kemudian, kami kembali bertemu. Kali ini, gw dan dia bertemu dalam hubungan kerja. Tapi, setelah kerja, dia minta diantar dan bilang pengen dapat jatah dari gw. Langsung saja gw belok ke hotel dan memenuhi permintaannya. Setelah gw lulus, komunikasi kami jadi renggang. Dia juga mengaku sudah punya pacar. Dan beberapa bulan kemudian, kami lost contact. Hingga sekarang, gw ga tau dia di mana. Katanya, dia sudah ke luar negeri, dapat beasiswa di sana. Sinta, aku kangen kamu. Maaf gan, ini thread pertama… Sebelumnya, gw masih ragu buat nulis ini cerita. Mohon pencerahannya jika berkenan dalam penulisan ini