Bagasi Bus, Tempat Peraduan Kami.

Ria nyasar… Aku Cahyo, 47 tahun sudah 20 tahun menekuni pekerjaan sebagai supir bus lintas jawa. Dan saat ini adalah masa-masa paling sibuk dalam setahun. Masa Mudik telah tiba. Sudah 2 hari ini aku bersama dengan Jono, anak muda kernet sekaligus supir penggantiku berjalan bolak-balik Jakarta-Surabaya hamper non-stop. Tapi kami tidak khawatir, setelah trip ini kami bisa bersantai dan janjian dengan supir-supir lain untuk “jajan” di panti-panti pijat dekat terminal di Suarabaya nanti. Bus berhenti sejenak di pemberhentian untuk mengangkut penumpang baru, ku lihat ada seorang anak gadis ikut masuk bersama dengan yang lain. Ku perhatikan dia masih sangat muda, usia SMA lah paling tidak. Wajah cukup cantik innocent, tinggi standard, rambut ponny tail, dengan kulit putih bersih. Wah, lumayan juga tuh buat penyegar mata pikirku. Aku sudah 3 hari ini bolak-balik Jatim-Jakarta mengantar mudik, membuat pikiranku penat juga. Dia duduk di kursi kedua sebelah kiri dekat Lorong, cukup dekay untuk ku perhatikan. “hei joo, ayo gantian…” kataku pada supir penggantiku. “lah… kan masih 2 jam lagi mbah?” “Gak apalah… udah tua gini, maklum…” kataku sambil tertawa kecil Sambil beristirahat begini, aku bisa memperhatikan lagi gadis itu. Sepertinya dia cuma sendirian. Dia memakai jaket pink dan celana jeans yang cukup ketat, karena itu aku bisa tahu pertumbuhan anak itu lumayan juga. Dadanya lumayan berisi tercetak jelas di jaketnya itu, badannya tidak gemuk, tampak langsing dan menarik. Aku masih penasaran, pikiran usilku muncul. AC bus sengaja ku kecilkan. “ngapain mbah kok dikecilin?” Joni supirku bertanya heran. “gak papa biar gak boros, sudah agak sore gini gak panas kok” Perlahan suhu dalam bus mulai panas. Penumpang-penumpang mulai kegerahan, tidak terkecuali gadis itu. Sesuai dugaan ku, dia tanggalkan jaket pinknya. Aku bersorak gembira, buah kenikmatan itu terlihat makin jelas, dan ternyata dibalik jaketnya itu dia pakai seragam putih SMA. Disana aku bisa melihat bra kehitaman yang dia kenakan. Ditunjukin pemandangan daun muda yang menyegarkan begitu, sontak saja birahiku naik. Sialan! Adik ini bisa nagih duluan sebelum sempat jajan di Surabaya nih! Ku perhatikan penumpang-penumpang cowok di sekitarnya, semuanya pada melihat gadis itu dengan tatapan nafsu, dasar bocah-bocah tengik, tau aja kalau ada barang bagus! “Pak! Udah panas nih! Gedein aja lha ACnya!” celetuk salah satu penupang membubarkan lamunanku. “Ah iya Sory bang….” Ujarku sambil menyetel ulang AC. Ini bisa gawat, birahiku yang lagi tinggi ini malah makin menyiksa. Tidak tahan akhirnya aku minta Jono untuk tukar shift lagi, lebih baik aku menyetir lagi untuk mengalihkan perhatian. Waktu pun berjalan sepanjang perjalanan kami, ku lihat gadis itu sudah pindah duduk dan tak bisa ku lihat lagi. Setelah itu kami melakukan pemberhentian di beberapa kota. Penumpang silih berganti naik dan turun di kota asal dan tujuan mereka masing-masing. Aku menganggap gadis itu pasti sudah turun entah di kota mana. Kami pun sampai di kota pemberhentian terakhir Surabaya. Setelah dua hari menyupir hampir non-stop akhirnya kami bisa istirahat juga. Kami parkirkan Bus di jejeran bus-bus yang lain. Sesuai rencana awal malam ini kita bakal janjian Bersama supir-supir lain untuk “jajan” di tempat pinjat sekitaran sini untuk melepas penat. “Ayo mbah kita seneng-seneng!” ujar Jono antusias. “Iya tapi bentar ya, saya mau ganti baju dulu, kamu duluan aja” Aku mau ambil baju ganti di belakang selain mengecek kondisi bus dulu sebelum besok pagi lanjut lagi. Saat berjalan ke belakang bus betapa kagetnya aku, melihat mash ada seseorang tertidur didalam. Ku perhatikan lebih teliti, tidak salah lagi, dia gadis yang aku perhatikan tadi. Dia benar-benar tertudur pulas besender ke kaca bus. “Ndhuk… Ndhuk… bangun… kita sudah di Terminal” kataku berusaha membangunkannya. “hmmm…. Eh… ini….” Dia tampak mengantuk dan masih kebingungan. “… udah bangun?” “HEH… LHOOO…. INI DIMANA?” “Udah di Surabaya” “LHO KALAU GITU TINGARAN…?” “wah kalau itu sudah lewat jauh Ndhuk…” Dia tampak benar-benar kebingungan harus apa. Aku menyarankan utuk ikut saja lagi dengan bis ini dalam perjalanan Kembali ke Jakarta besok pagi, waktu itu dia bisa turun di Tingaran. “Tapi Pak… Ria gak pegang duit cukup untuk beli tiket lagi, aku juga malam ini tidur dimana…?” “Walah… sudah juga ya…” Ucap ku padanya, namun mataku tidak bisa lepas buad dada ranumnya yang bisa kuintip dari sela-sela baju seragamnya itu. Parfum khas anak abgnya itu juga membuat aku makin penasaran dengan gadis yang aku taksir tidak lebih dari 18 tahun ini. Rasa prihatin pun akhirnya berubah jadi pikiran nakal dalam kepalaku. Daun muda manis nan Ayu bengini, mana mungkin aku lewatkan. “Tapi soal Kalau itu… gak usah khawatir… bapak bisa bantu.” Ujarku sambil berusaha menahan sunyuman licik. Ku ajak Ria keluar bus dan ku tunjukan bagasi Bus di sisi kanan. Bus kami ini memiliki ruang yang sangat besar untuk menyimpan barang-barang penumpang. Dalamnya lebih dari cukup untuk duduk dan tiduran sampai 3 orang sekalipun. Tempat ini memang biasa kami para supir gunakan sebagai tempat tidur. “Ndhuk tidur saja didalam sini, kalau didalam bus nanti bisa diusir petugas terminal kalau ketahuan” “tapi pak kalau kayak gini, udaranya…?” “Tenang aja, asal dibuka sedikit, tidak perlu ditutup sampai rapat masih aman kok…” Dia akhirnya setuju. Aku ajak Ria ngobrol sedikit. Dia bercerita kalau dia sebenarnya bekerja sebagai pembantu di sebuah keluarga di Jakarta. Majikannya itu baik dan berjanji akan menyekolahkan lanjut setelah lulus SMP ke SMA di Jakarta jika dia bersedia bekerja di rumah mereka. Kali ini adalah pengalaman pertamanya pulang kampung dari Jakarta. Aku perhatikan anak ini punya sifat yang polos sekali, bisa-bisanya dia percaya begitu mudah pada orang asing seperti aku. Anak polos begini biasanya masih perawan! Ingin rasanya aku segera menerkam tubuh gadis itu dan melampiaskan Hasratku sepuasnya! Tapi tunggu dulu, aku harus persiapkan energiku dulu… Ku lihat Ria ingin segera tidur, “Ndhuk… mending sekarang kamu istirahat dulu, ini pakai tikarnya bapak aja buat alas…” “terima kasih banyak ya pak…” Ria masuk ke bagasi Bus dan menutup pintunya walau tidak sampai rapat. Sedangkan aku segera pergi ke warung langgananku untuk memesan jamu kuat. Malam ini adalah waktu yang sangat bagus, semua teman-temanku sedang pergi bersenang-senang di panti pijat sekitar sini, jadi tempat parkir bus benar-benar sepi. Malam ini akan ku puaskan diriku dengan gadis perawan belia tanpa seorangpun mengganggu. Segera setelah memesan Jamu kuat dan menegaknya sampai habis, aku segera Kembali ke Busku. Perlahan-lahan ku buka pintu bagasi, Ria sudah tertidur lelap didalam. Berusaha keras tidak membangunkannya, Aku masuk dan menutup pintu bagasi. KLAK, ku tutup rapat-rapat. ———————— Aku bener-benar dapat untung besar malam ini, tidak sangka bisa menikmati gadis perawan secantik ini. Sensasinya pasti beda dengan para janda-janda longgar disekitaran terminal ini! Aku tahu Gadis secantik ini pasti dihargai jutaan dan sudah jadi incaran para orang kaya. Tapi aku seorang supir bus miskin begini berhasil mendapatkannya dengan Cuma-Cuma! Dengan hanya diterangi lampu bagasi yang sudah remang-remang aku masih bisa melihat tubuh gadis itu dengan jelas tidur disampingku. Pertama-tama ku turunkan dulu resleting jaketnya, gundukan nikmatanya yang naik turun naik mengikut nafasnya. Kutemukan HP nokia miliknya di kantong Jaket, yang kemudian ke sembunyikan. Pelan-pelan aku tindih tubuhnya dan mulai menciumi leher dan telinganya. Dia belum terbangun maka aku mulai beranikan diri untuk meremas perlahan gundukannya yang masih tertutup seragam sekolah, dari dekat wajah innocent gadis tampak cantik sekali, ku kecup perlahan bibirnya, lembut sekali… Pintu bagasi yang ku tutup rapat membuat udara didalam jadi pengap, tapi aku tidak takut kita berdua kehabisan oksigen disini, masih terdapat lubang-lubang tempat udara dansedikit angin malam masih bisa masuk. Meski begitu udara tetap saja jadi agak panas, tubuhnya agak berkeringat dan bau parfumnya pun semakin menyengat. Ku benamkan wajahku di lehernya dan menciumi lehernya hingga penuh cupang. Batangku sudah keras maksimal ku keluarkan dari sagkarnya. Aku gesek-gesekan di selangkangannya yang masih tertutup celana jeans. “MMMH… EEH… BAPAK NGAPAIN!?” Dia terbangun medorong tubuhku yang sedang menimpanya. Dia benar-benar ketakutan melihat batang hitam besarku yang terpampang jelas di hadapanya. Ria panik dan berusaha keras membuka pintu bagasi sambil berteriak minta tolong. Tapi tidak semudah itu, membuka dari dalam begini ada triknya. Ku pekuk dia erat-erat dan kupaksa tindih lagi tubuhnya di bawahku. Mulutnya ku bekap erat-erat. “DIEM… DIEM…!! MAU LARI KEMANA KAMU!? KAMU MAU MENGUNDANG SUPIR-SUPIR LAIN KESINI DAN MEMPERKOSAMU RAMAI-RAMAI!?” Ria mulai berhenti berontak mendengar ancamanku. Setelah agak tenang, ku lanjutkan lagi permainanku. Kancing bajunya kubuka memperlihatkan buah dada montoknya yang masih terbungkus BH cup C itu. aku benamkan wajahku ke belahan itu mecium dan menjilati habis dada ranum yang sedang tumbuh itu. Ria yang merasa jijik tubuhnya dipermaikan pria tua yang tidak dia kenal kembali meronta dan menjambak rambutku, berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapna ku yang erat. Rontaan dan rengekannya itu justru membuat nafsuku berkobar! Tangan kiriku menelusup ke belakang dan mencari pengait BHnya dan ku lepas. Cub BHnya kunaikan keatas. Buah dada Ria yang sudah membuatku konak seharian ini akhirnya terlihat jelas! Padat berisi dengan puring kecil pink khas anak abg itu membuatku terpana. Langsung ku cium, jilat dan sedot habis-habisan buah dadanya itu! “jangan pak… tolong…. Jangan…..” dia meronta semakin keras, tapi apa daya, tubuh kecil anak SMAnya tak akan kuat untuk lepas dari timpaan tubuh gemuk pria paruh baya milikku. Matanya mulai berair tapi dari mulutnya aku bisa mendengar sedikit desahan dibalik rengekannya. Tangan kiriku turun kebawah melepas resleting dan kancing jeansnya, kemudian masuk dan mulai mempermainkan memeknya. Merima sensasi yang belum pernah dia rasakan, tubuh Ria menggelinjang hebat. Kakinya menendang-dendang dinding bagasi. Desahannya pun makin keras. “MHMHMH…. Jangan pak…. Udah, udah….AAAhhh…. gak kuat aku… UUUUH..mmmmmh….” segera kusumpal mulutnya dengan mulut dan lidahku. Kalau sampai ada yang dengar dan harus berbagi gadis ini dengan yang lain kan susah… hehehe…. “MMMMMMH…” Ria mendapat orgasmenya pertamanya. CD hitamnya benar-benar sudang basah kuyub. Tubuh ria benar-benar sudah lemas tapi aku tidak peduli, terus ku permainkan memek perwannya itu tanpa henti. Selama 10 menit aku hitung Ria sudah orgasme 3 kali. Setelah ku rasa cukup, ku perlihatkan tangan kiriku yang sudah belepotan lendir cintanya. Dair raut wajahnya aku tahu Ria merasa takut dan kesal. Tiba-tiba kumasukan jari-jari yang masih basah it uke mulutnya dan mempermainkan lidahnya, memaksa Ria merasakan lendir memeknya sendiri. Kemudian tubuh Ria aku atur lagi. Jaketnya kulepas agar tidak kepanasan tapi ku biarkan dia tetap memakai baju seragam dan BHnya yang tertarik ke atas. Jelana jeans dan CDnya ku lepas, begitu juga CD dan celana pendekku sendiri. Kontolku kebanggaan ku ini sudah keras maksimal dan siap tempur. Kontolku ini cukup besar, mungkin terlalu besar untuk memek anak perawan seperti Ria. Ku posisikan tubuhku diantara selangkanagannya. Tubuhnya ku peluk dan bibirnya kuciumi lagi dengan mesra. Ku gesek-gesekan kontolku ke memek sempit Ria yang belum tumbuh bulu. “Ndhuk…. Kita ngenthu yuk….” “jangan… jangan… pak… Ria masih perawan… mmh….” Meski terus merengek, aku tahu tubuh Ria inipun sudah terbakar oleh nafsu. Mulai ku dorong masuk Kontolku, memerawani anak perawan begini harus hati-hati. Setelah 5 menit kurasa kepala kontolku sudah masuk, “sakit… pak… sakiiit….” “gak apa-apa ndhuk, tahan dulu… nanti bapak janji jadi enak…” kataku sambil melakukan hentakan-hentakan kecil ke memeknya. “aah… aah… aah… aah…” Kurasakan kontolku membentur sesuatu, Sebentar lagi aku akan memerawani gadis ayu ini. Kucium dan remas-remas dadanya untuk membuat Ria lebih rileks. Tapi dengan seketika ku hentak keras kontolku sampai masuk setengah, selaput dara ria langsung sobek. “AAAAAAHHHHmmmm…..” ku bekap mulutnya dan langsung ku lanjutnya dengan hentakan keras kedua, kontolku sudah masuk seluruhnya dan membentur rahimnya. Kulihat samar-samar ada darah membasahi pangkal kontolku. “Satu lagi keperawanan gadis tanggung jatuh ke tanganku… hahahaha….” Pikir picikku Nafas Ria terengah-engah, gumaman kesakitannya tidak menyurutkan nafsuku. Aku mulai menggoyang tubuhnya naik turun. “oh… oh….oh…. nikmat banget memek anget mu ini Ndhuk…” “Mhhh…Mhhhh… sakit… MMhhh..” Ria Belingsatan dan masih berusaha mendorong tubuhku agar melepaskannya. Tapi pompaan kontolku justru semakin kencang. Kulepas bekapan tanganku dimulutnya, kuangkat tubuhku bertopang pada tangan sambil terus mepertahankan irama genjotanku di memeknya. Dengan posisi begini aku bisa menikmati pemdangan indah seorang anak remaja yang yang sedang belingsatan aku kenthui! Buah dadanya terguncang-guncang mengikuti irama pompaanku, tubuhnya melengkung keatas menbuat dadanya semakin membusung. Sekitar 15 menit kemudian Ria sudah tidak merintih kesakitan lagi, yang keluar dari mulutnya hanya desahan-desahan kenikmatan. “Aaaah…. AAAh…. Mmmh…. mmmh…. UUUH…” desah Ria “HEH… HEH… HEH…HEH..” desahku. “AH… AH… AH… AAGH… GAH…” “HEH… HEH… HEH…HEH..” “AH… AH… AH… OOH… AGH…” “HEH… HEH… HEH…HEH..” “AH… AH… AH… UUH… OOH… OOOOH…!!” “ha… haa… haa…. Gimana ndhuk…? Aah… ahh…” “AAAh…AAAGH….UUUH….UUUH… UUUH….” “Ngethu sama Bapak… enak ya..?” “MMMMh….MMMH….. MMMMhh…..” Ria memilih untuk memalingkan mukanya karena malu. Pompaan kontolku semakin kencang dan dalam, dan desahan Ria pun semakin kencang. Mendengar itu aku jadi semakin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Tidak lama kemudian Ria sudah mendekati orgasme. “tolong… udah pak…. Ria mau pipiss…. AAAAAH…” Aku tidak peduli, memek Ria tetap aku pompa kencang-kencang, pertahanan Ria pun jebol. “uuh… uuuh… Mhhh…” Tidak mengunggu Ria istirahat, aku terus lanjut. Tidak terasa sudah 45 menit aku menikmati tubuh gadis itu. Sebenarnya aku mau mempraktekan beberapa posisi senggama denganya tapi karena keterbatasan ruang, sekarang Cuma bisa gaya missionary saja. Ku rasakan pejuku sudah mulai naik menesak ujung kontolku, sepertinya sudah waktunya untuk mengakhiri permainan cinta bohongan ini. kedua Kaki Ria aku naikan ke bahuku, dengan posisi ini kontolku bisa masuk semakin dalam. “Uh… au… au… au…Pak… udah… pak…. Ria udah… Capaek…” “HEH… HEH… HEH… Enak… Enak…” desahku “MMMh… au… au… Auh… pelan Pak… aaahhh….” “HEH…HEH… heh… AAAAh… GGGh…” “Uh… au… au… au… uuuuuuh” “HEH…HEH… heh…” “AAU.. AUU… AUH… AAAHH… PAAK… AKU… MAU PIPIS… LAGI…! Hah… hah… hah…” “YOOO NDHUUUK, BAPAK JUGA UDAH MAU CROOOT!” “eeh… tunggu… jangan didalam… pak… AAAGHHH…” Tusukan kontolku semakin keras dan dalam. Buat gadis perawan seperti Ria ini, yang paling cocok adalah crot yang banyak didalam memek. Tak sabar lagi akan ku tumpahkan pejuku yang kental ke dalam liang Kawin gadis manis itu! “HEH…HEH… heh… AAAAh… GGGh…” “Uh… au… au… au… uuuuuuh” “adu… aduuh… Ria pipis… pak…. AAAAAUUUh…” Kontolku seperti dijepit keras dan disiram air hangat, “OOOOOOh…. BAPAK MUNCRAT NDHUUUK…. OOOOGH….” CROOOOT CROOOOOTH…. Lahar panasku muncrat dan memenuhi Rahim dan Memek subur Ria! Kupastikan memek Ria menelan semua pejuku hingga tetes terakhir! Tidak peduli ulahku ini bisa saja menghamili anak kelas satu sma itu. “ooooh…. Enak banget perawanmu ini Ndhuk… Bapak puas, terima kasih banyak ya ndhuk.” Kataku sambil memeluk Ria dan menciumi bibirnya dengan lembut. “Hiks… hiks…” Ku lihat air mata mulai menetes lagi dari matanya. Kontolku yang masih bersarang dalam memeknya mulai melemas, tapi karena denyutan-denyutan memek Ria kurasakan kontolku jadi bugar lagi. Ku lepas semua semua sisa baju yang masih melekat di badan kami yang sudah basah kuyup oleh keringat, ku lanjutkan lagi menggarap tubuh nikmat Ria. Tidak ku pedulikan lagi suara rintihan kami didengar seseorang diluar. Tidak ku pedulikan lagi kalau aku seharusnya istirahat untuk perjalanan ke Jakarta. Tak ku pedulikan lagi udara dalam bagasi Bus itu yang jadi panas membara. Ku nikmati tubuh nikmat gadis mud aitu sepuasnya! Dua kali lagi aku isi rahim gadis itu dengan pejuku sebelum akhirnya aku tertidur pulas dengan Ria dalam pelukanku. Paginya, ku bangunkan Ria dan kusuruh berpakian dengan jaket dan celana jeans saja. Tidak lupa mengambil handukku, ku ajak dia ke WC umum pria yang sepi buat mandi bareng. Waktu mandi, melihat tubuh basah Ria yang menggiurkan, Batangku jadi bangun lagi. Ku suruh dia nungging dengan tangan bertumpu di tembok WC, dan ku kenthu lagi dia dari belakang. “aahhh… pelan pelan Pak” desah Ria. “benar benar rapet memek mu ini Rii…” racau ku sambil meningkatkan tekanan sodokanku , ku remas remas buahdadanya dari belakang , kutarik tubuhnya agar tegak menyentuh tubuhku di belakang nya, Dia berusaha keras menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak ada orang yang dengar. Melihat Ria semakin belingsatan menerima sodokanku membeuat ke semakin bernafsu, segera ku hujamkan kontolku ke memeknya itu dengan tempo yang benar benar maximal! Ku goyang tubuhnya selama 15 menit sebelum akhirnya ku muntahkan lagi pejuku didalam memeknya untuk yang keempat kalinya. Ku peluk tubuhnya dari belakang dan ku cium bibirnya. Tangan kananku meraba perutnya dengan lembut. Aku punya firasat kuat kalau gadis ini bakal mengandung anak haramku. Disaat membuka pintu WC, tidak disangka orang yang menuggu diluar adalah Jono! “OOO… patesan aja semalaman gak kelihatan…. Dapat daun muda thoo… ASU TENAN CUUK!” “hahahaha….” Aku hanya bisa tertawa mendengar celetukan Jono. Ku ajak dia duduk di kursi bus yang masih belum ada penumpangnya. Aku remas-remas sejenak dadanya. “Nanti kita ketemu lagi ya, anak manis…?” Ria hanya mengangguk pelan. Ku masukan uang lecek 50 ribu ke saku jaketnya dan mencium bibirnya sekilas. Dia langsung tertidur pulas. Mesin kunyalakan dan ku setir busku ke arah terminal keberangkatan menjemput para penumpang. Chapter “Ria nyasar” TAMAT