Nafsu Besar Customerku

Sejak ikutan nungguin posko mudik salah satu operator selular itu, aku ditawari bekerja parttime di salah satu cabangnya yang ada dideket rumahku. Aku sih mau aja, kerjaannya enteng, ketemu banyak orang dan temen2nya asik2 semuanya. Mana ada kan kerjaan senyaman itu. Gaji mah jadi nomer 2 buatku. Setelah mendapatkan training singkat mengenai teknis pekerjaan, aku mulai bekerja di kantor itu. Kalo ada customer yang datang dengan membawa masalah yang komplex, aku didampingi oleh temenku yang senior (maksudnya yang dah banyak pengalamannya, bukan yang SENeng Istri ORang lo). Tidak susah mempelajari semua teknis pekerjaannya, sehingga setelah lewat masa percobaan, aku dah bisa dilepas. Masih juga sih kalo ada customer yang menanyakan masalahnya yang aku tidak mengerti, aku minta bantuan dari temen2 yang lain. Mereka dengan segala senang hati membantu dan mengajari aku sehingga aku bisa mandiri dalam bekerja. Suatu saat, ada customer yang datang ke kantor, aku menyambutnya dengan sapaan standar; “Selamat siang pak, saya Ines, ada yang bisa saya bantu”. “Gini Nes”, langsung aja si customer bertanya tanpa memperkenalkan diri. “Aku baru aja dikasi hp yang 3G. Aku gaptek neh orangnya. Katanya 3G nya kudu diaktipin, bisa kau bantu aku”. “O, itu mah gampang pak …, boleh tau namanya pak.” “Pinondang, panggil aja Pino”. “Boleh saya liat hp nya pak Pino”. Dia menyerahkan hpnya ke aku. Aku kutak kutik lah hpnya untuk mengaktifkan fitur yang dia minta, gak lama, tapi aku sengaja perlambat. Suka aku melihat pak Pino ini. So pasti dah gak abg lah seperti tipe lelaki kesukaanku, late thirties atau paling banter early forties, ganteng, tubuh atletis, gak krempeng. Sambil kutak katik hpnya, beberapa kali aku menatap wajah gantengnya sambil tersenyum. “Manis juga kau kalo senyum”, dia memujiku. “Ah, bapak bisa aja”. Akhirnya selesailah pekerjaannku. “Pak, kita tes ya apakah fitur yang bapak minta itu jalan atau enggak”. Kupake hpnya untuk kontak ke hp ku, kuberikan hpnya ke dia dan mengajarkan apa yang dia harus lakukan. Ketika nyambung, tampaklah wajahku di hpnya dan wajahnya di hp ku. “Nyambung kan pak, ya udah matikan aja”. Dia memutus koneksinya. “Gampang ya kutak katiknya, tapi daripada repot kan mending aku kemari, ketemu prempuan cantik macam kau lagi. Aku mesti bayar biayanya?” “Gak usah pak, free buat bapak yang ganteng”, jawabku menimpali pujiannya. “Makasi ya”. dan diapun pergi meninggalkan kantor. Sampe disitulah perjumpaanku dengan pak Pino. Ternyata pak Pino tidak menyia2kan no hp ku yang ada di hpnya ketika aku mencoba mengecek hasil kerjaku. Satu sore, hp ku berdering. Aku gak kenal nomornya, rupanya dari pak Pino. “Hai, ini Ines kan, masih ingat aku”. “Ya pak, saya Ines, bapak siapa?” “Wah pendek kali ingatan kau, baru seminggu yang lalu aku mampir di kantor kau. Aku Pino, yang minta tolong diaktipkan hp baruku itu”. “O pak Pino, pakabar pak, tumben neh kontak Ines, hp nya ngadat lagi?” “enggak, mau say hello aja ma prempuan cantik yang pernah bantu aku”. “Wah tersanjung neh Ines dipuji lelaki ganeng macam bapak”. “Janganlah kaupanggil aku bapak, aku ni belon tua2 amat”. “Habis mesti Ines panggil apa dong”. “Panggilah aku bang Pino saja ya cantik”. “Siap bos, eh bang Pino”. “Kau ada acara lepas kantor?”. “Napa bang, gak ada tuh, mo ajak Ines jalan ya”, langsung aja aku srobot. “Wah cerdas kali kau, aku belum bicara kau dah tau maksudku. Gimana, bersedia?” “Buat lelaki seganteng abang, apa sih yang enggak?” “Ok deh, kau bubar jam brapa, nanti aku jemput kau”. “wah Ines mesti lembur nih bang sampe jam 7″. “No problemo, nanti jam 7 ku jemput kau, ditempat yang sama seperti yang aku datangai kan”. “Iya bang’. “Jam 7 ya”. Klik, sambungan terputus. Jam 7 kurang 5, bang Pino dah nunggu aku didepan kantorku. “Wah cantik kali kau Nes, mana seksi lagi”. Memang aku mengenakan pakean kesukaanku, yang serba ketat sehingga bang Pino bisa menikmati kemontokan tubuhku dengan matanya. Aku dipandangi dari ujung rambut ke ujung kaki. “Wah seksi kali kau Nes, gak tahan aku”. “apanya yang gak tahan bang”. Dia tidak menjawab. “Mo kemana kita bang”. “Jalan aja, ke mal yang deket sini ya”. “Siapa takut”. Aku naik ke mobilnya dan meluncurlah mobil kearah mal yang letaknya tidak jauh dari kantorku. Gak sampe 15 menit kami dah di basement mal. Aku digandengnya menuju lift, agresif sekali ni lelaki, pikirku, tapi aku ya diam saja. “Kita cari makan dulu ya Nes, dah laper kan. kau suka makanan apa?” “Apa aja juga Ines suka bang”. “Wah jangan2 anti aku kaumakan juga ya Nes”. “Bagian2 tertentu aja bang yang dimakan”, jawabku menjurus. “Maksud kau?” Aku tidak menjawab, hanya memberikan senyumku yang paling manis. “Bisa aja kau, nanti kau yang aku makan”. “Mau dong”, jawabku nantang. Aku diajaknya makan di foodcourt, kita milih makanan yang kita sukai dan kita habiskan makanan yang dah dibeli dalam sasana canda tawa. Bang Pino pinter banget menghidupkan suasana, aku dibuatnya terpingkal2 karena jokenya yang rada2 vulgar. Selesai makan, “Kita mo kemana lagi bang?” “Kau ada yang mo dibeli, kita cari aja kalo ada”. “Ada sih bang, Ines mo beli jeans”. “Yuk kita ke dept store”. “Dibayarin ya bang”, kataku merengek. “Beres, apa sih yang enggak buat prempuan cantik dan seksi macam kau”. Aku segera menuju ke konter jeans di dept store itu. Aku dibelikan beberapa potong pakean, jeans dan kaos2 seksi. Ketika melalui konter pakean renang, “Nes, ada bikini tuh, beli Nes, aku pengen ngeliat kau pake bikini, pilih yang paling minim Nes”. Aku tau dah dia mo ngapain sepulangnya dari mal. “Daleman Ines juga model bikini kok bang, malah tipis lagi dalemannya, gak cuma minim”, bisikku. “O gitu, jadi mo beli gak”. “Gak usah lah bang, mending juga cari daleman model bikini yang Ines belon punya ya bang”. Dia mengiyakan aja. Aku meilih beberapa potong daleman yang modelnya aku belon punya. Dia membayari semuanya, tajir juga dia. Dimobil, “Makasi ya bang, abang royal banget deh beliin Ines macem2, sekarang abang mo ajak Ines kemana lagi”, tantangku. “Ke apartmentku ya”. “Siapa takut”. Dia mengajak aku ke apartmentnya. Sepanjang perjalanan aku ngobrol saja dengan dia. Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tangannya mengelus pahaku. “Udah gak tahan ya bang”, godaku sambil membiarkan tangannya mengelus2 pahaku. Saat itu memang aku pake rok yang lumayan mini. Rabaannya semakin lama membuatku semakin napsu. Kubuka pahaku agak lebar. Melihat aku mengangkangkan pahaku, tanggannya bergerak ke atas ke selangkanganku. Jari2nya mulai mengelus belahan memekku dari luar. Wow rasanya, napsuku menggelegak, aku jadi gak sabar lagi untuk dien tot. CDku langsung menjadi lembab karena cairan memekku membanjir. “Bang”, kataku, “Ines udah basah bang”. “Udah napsu banget ya Nes, aku juga sudah napsu, sebentar lagi sampe kok”. Kami sampe diapartmentnya. Mobilnya langsung meluncur ke basement menuju ke parking lot dia. Kami turun mobil, aku digandengnya menuju ke lift. Dia memijit tombol yang paling atas. “Penthouse ya bang”, tanyaku. “Semi, tapi ada pool kecilnya”. “Abang tinggal sendiri?”. “Iya, aku duda, gak punya anak”. Sesampai dilantai apartmentnya, pintu lift terbuka, kami masuk ke apartmentnya. Ruangannya gak terlalu luas, ada seperangkat sofa, tv, sound system dan meja makan. Diberandanya ada pool kecil yang dilingkari taman kecil yang asri dan ada saungnya. Aku segera keluar menuju saung. dia menyalakan lampu temaram, di saung itu ada dipan yang cukup lebar untuk 2 orang dengan matrasnya. “Bang, romantis ya. Abang sering ya bawa prempuan kemari”. Ya begitulah, kan aku perlu penyaluran”. “Kok gak nikah lagi bang”. “enak gini lah bebas merdeka mo ngapain juga”. “Diluar tapi hawanya panas ya bang”. “Kita berendem aja yuk”. “Yuk”, jawabku. Aku langsung saja melepas tanktopku, kemudian kulepas rok miniku. Kemudian bra dan CDku. Pakaian kuletakkan di dipan. Dia melotot memandangi tubuhku yang dah telanjang bulat itu. jembutku yang lebat meliputi daerah selangkanganku. Toketku yang ukuran 34C masih kencang dihiasi 2 pentil yang membesar, maklum deh sering diisep sama lelaki yang sering mengencaniku. Segera aku mencebur ke pool, sementara dia membuka pakeannya, sehingga hanya memakai CD. kontolnya kelihatan besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDnya. Kemudian dia pun nyebur ke kolam, menghampiriku dan memelukku. Bibirku diciumnya, lidah kami saling berbelit. Tangannya mulai meremas2 toketku sambil memlintir pentilnya. Segera pentilku menjadi keras. “toketmu kenceng ya Nes, pentilnya gede.”, katanya. Aku diam saja sambil menikmati remasan tangannya. kontolnya yang keras menekan perutku. “Bang, ngacengnya sudah keras banget”, kataku. “Kita ke dipan yuk”. Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera aku keluar kolam. Aku telentang didipan, menunggu dia yang juga sudah keluar dari kolam. Dia berbaring disebelahku, bibirku kembali diciumnya dengan penuh napsu dan tangannya kembali meremas2 toketku sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong bang..” pintaku sambil menyorongkan toketku ke wajahnya. Langsung toketku disepnya dengan penuh napsu. Pentilku dijilatinya.”Ohh.. Sstt..” erangku keenakan. Jarinya mulai mengelus jembutku, kemudian jarinya langsung menyentuh belahan bibir memekku dan digesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekannya selalu berakhir di it ilku sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. memekku langsung berlendir, rasanya lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam memekku. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahku sambil menekan tangannya yang satunya untuk terus meremas-remas toketku. Aku sungguh sudah tidak tahan lagi, “Bang, Ines udah gak tahan nih”. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas jembutku yang lebat. Dia kembali meraba dan mengelus memekku. Dia menyelipkan jarinya ke belahan memekku yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam memekkku. “Bang..! Aduuh! Ines sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintaku. Bukannya langsung memenuhi permintaanku malah jarinya beralih menggosok-gosok it ilku. “Aduuh! bang..nakal!” seruku. Aku pun semakin tidak karuan, kuremas kontolnya yang sudah keras sekali dari luar CD nya. toketku yang sudah keras sekali terus saja diremas2, demikian juga pentilku. “Ayo dong bang dimasukin, Ines sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengekku lagi. Kemudian dimasukkannya jarinya ke dalam memekku yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jarinya menyeruak masuk ke dalam memekku. memekku langsung dikorek2, dindingnya digaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang memekku dimainkannya dengan ujung jarinya hingga badanku tiba-tiba menggigil keras dan kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti permainan ujung jarinya. Dia menelungkup diselangkanganku dan mulutnya langsung mengulum bibir memekku. Cairan yang membasahi sekitar selangkanganku dijilatinya dan setelah bersih bibirnya kembali mengulum bibir memekku. Kemudian giliran it ilku mendapat giliran dikulum dan dilumat dengan mulutnya. Jari tangannya kembali menyeruak masuk ke dalam memekku, aku benar-benar hampir pingsan dibuatnya. Tubuhku kembali terguncang hebat, kakiku jadi lemas semua, otot-otot perutku jadi kejang dan akhirnya aku nyampe, cairan memekku yang banjir ditampung dengan mulutnya dan tanpa sedikit pun merasa jijik ditelan semuanya. Aku menghela napas panjang, dia masih dengan lahapnya melumat memekku sampai akhirnya selangkanganku benar-benar bersih kembali. memekku terus diusap2nya, demikian juga it ilku sehingga napsuku bangkit kembali. “Terus bang.. Enak..” desahku. “Ayo dong bang.. Ines udah nggak tahan”. tetapi dia masih tetap saja menjilati dan menghisap it illku sambil meremas2 toket dan pentilku. Dia melepaskan CDnya yang basah, kontolnya yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Aku dinaikinya dan segera dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Perlahan dimasukkannya kepala kontolnya. “Enak bang..” kataku dan dia sedikit demi sedikit meneroboskan kontolnya ke memekku yang sempit. memekku terasa sesek karena kemasukan kontol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kontolnya mulai dienjot keluar masuk. “Terus bang..kontolnya enak” erangku keenakan. Dia terus mengenjot memekku sambil menyorongkan dadanya ke mulutku. Pentilnya kuhisap. dinding kiri dan kanan dari lubang memekku itu bergetar-getar seperti memijit-mijit batang kontolnya. Ketika dia mulai menggoyang-goyangkan pantat untuk menggerakkan kontol maju mundur, pijitan-pijitan didalam memekku semakin terasa. Enak banget. AKu sendiri sudah tidak bisa membuka mata lagi karena keenakan. Napasku nggak beraturan, dan aku mengerang nikmat. Dia bisikin ke aku, “memek kau rasanya enak”. Aku cuma menyahut: “ahhhhhhh ….. ahhhhhhhh …… ahhhhhhhh”. Sementara itu aku mengerakkan pantatku maju-mundur mengimbangi enjotan kontolnya sembari makin mempercepat pijitan-pijitan di dalam lubang memeknya. Belum berapa lama dienjot, dia mengajak tukar posisi. Sekarang aku yang diatas Kuarahkan memekku ke kontolnya yang tegak menantang. Dengan liar aku kemudian mengenjot tubuhku naik turun. toketku yang montok bergoyang mengikuti enjotan badanku. Dia meremas toketku dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Bang.. kontolnya besar, keras banget..”, aku terus menggelinjang diatas tubuhnya. “Enak Nes?’ tanyanya. “Enak bang..en totin Ines terus bang..” Dia memegang pinggangku yang ramping dan menyodokkan kontolnya dari bawah dengan cepat. Aku mengerang saking nikmatnya. Keringatku menetes membasahi tubuhnya. Akhirnya, “Ines nyampe bang”, jeritku saat tubuhku menegang merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah itu tubuhku lunglai menimpa tubuhnya. Dia mengusap-usap rambutku sambil mencium bibirku. Setelah beberapa saat, kontolnya yang masih ngaceng dicabut dari dari memekku. Aku ditelentangkannya, dan dia naik ke atasku. Kembali memekku dijilatinya. Kedua lututku didorongkannya sedikit ke atas sehingga bukit memek ku lebih menungging menghadap ke atas, pahaku lebih dikangkangkannya lagi, dan lidahnya dijulurkan menyapu celah-celah memekku. Lidahnya dijulurkan dan digesekkan naik turun diujung it il ku. Aku hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas- remas kontolnya dengan penuh nafsu. Cairan lendir yang keluar kembali dari memekku dengan lahap dihisapnya. Bibirnya terus mencium dan melumat habis bibir memekku. Dapat kurasakan hisapan mulutnya yang kuat menghisap memekku, lidahnya menjulur masuk ke dalam memekku dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya. Saking dalamnya mulutnya menekan memekku, hidungnya yang mancung menempel dan menekan it ilku. Aku kembali merasakan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajahnya dengan sengaja digeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidungnya tetap menempel di it ilku dan bibirnya tetap mengulum bibir memekku sambil lidahnya terus mengorek memek ku. Aku tak kuasa membendung napsuku. “Oocch! bang.. Teruu.. Uus! Ines nyampe lagi bang”, suaraku semakin parau saja. Kugoyangkan pantatku mengikuti irama gesekan wajahnya yang terbenam di selangkanganku. Kujepit kepalanya dengan pahaku, badanku menggigil hebat bagaikan orang kejang. Aku menarik nafas panjang sekali, semua cairan memekku dihisap dan ditelannya dengan rakus sekali hingga habis semua cairan yang ada di sekitar memekku. Dia tetap dengan asyiknya menjilati memekku. Kemudian jilatannya naik ke atas, ke arah perutku. Lidahnya bermain-main dipusarku, sambil tangannya langsung meraba dan meremas kedua toketku, jilatannya juga semakin naik menuju toketku. Jengkal demi jengkal jilatannya semakin naik. Mulutnya sudah sampai ke dadaku. Kini giliran toketku dijilatinya, mulutnya seakan ingin menelan habis toketku, lidahnya kini menari-nari di ujung pentil ku. Jari tangan kanannya meraba-raba selangkanganku, menggesek-gesek it ilku hingga memekku basah lagi, nafsuku naik kembali. Sementara tangan kirinya tetap meremas toketku dan tangan kanannya tetap bergerilya di memekku, bibirnya kini mencium dan melumat bibirku. Kubalas lumatan bibirnya dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Dia menghisap lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula. Kini dia membetulkan posisinya sehingga berada di atasku, kontol nya sudah mengarah ke hadapan memekku. Aku merasakan sentuhan ujung kontolnya di memekku, kepala kontol nya terasa keras sekali. Dengan sekali dorongan, kepala kontolnya langsung menusuk memekku. Ditekannya sedikit kuat sehingga kepala kontol nya terbenam ke dalam memekku. Walau kontol nya belum masuk semua, aku merasakan getaran-getaran yang membuat otot memekku berdenyut, cairan yang membasahi memekku membuat kontolnya yang besar mudah sekali masuk ke dalam memekku hingga dengan sekali dorongan lagi maka kontolnya masuk kedalam sarangnya, blee.. ess.. Begitu merasa kontolnya sudah memasuki memekku, kubalik badannya sehingga kembali aku berada di atas tubuhnya, kududuki kontol nya yang cukup panjang itu. Kugoyangkan pantatku dan kuputar-putarkan, kukocok naik turun hingga kontolnya keluar masuk memekku, dia meremas- remas kedua toketku. Lebih nikmat rasanya ngen tot dengan posisi aku diatas karena aku bisa mengarahkan gesekan kontol besarnya ke seluruh bagian memekku termasuk it ilku. Kini giliran nya yang tidak tahan lagi dengan permainanku, ini dapat kulihat dari gelengan kepalanya menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan ngecret. Dan ternyata benar juga, dia memberikan aba-aba padaku bahwa dia akan ngecret. “Kita nyampe sama-sama..bang”, rintihku sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatku. “Aa.. Aacch!” Akupun nyampe lagi, kali ini secara bersamaan dengan dia, bibir memekku berkedutan hingga meremas kontolnya. pejunya dan lendir memekku bercampur menjadi satu membanjiri memekku. Karena posisiku berada diatas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui kontolnya sehingga membasahi selangkanganku, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi. Kami berdua akhirnya terkulai lemas di dipan. Posisiku tengkurap disampingnya yang terkulai telentang. “Bang, pinter banget sih ngerangsang Ines sampe berkali2 nyampe, udah gitu kontol abang kalo udah masuk terasa sekali gesekannya, abis gede banget sih”, kataku. “memek kau juga nikmat sekali Nes, peret banget deh, kerasa sekali cengkeramannya kekontolku”, jawabnya sambil memelukku. “kau ngelampiasin napsu biasanya sama siapa Nes” Pertanyaannya tak kujawab, aku lemes sekali dan tak lama akupun pules. Kami berdua tertidur cukup lama karena kelelahan dan tiupan angin sejuk sepoi2. Ketika terbangun, kami masuk keapartmentnya karena dia mengajakku mandi. “Kita mandi sama-sama yuk!” ajaknya, “Badanku lengket karena keringat”. Kami menuju ke kamar mandi beriringan sambil berpelukan, bertelanjang bulat. Kamar mandinya tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan dia saling bergantian menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian, saling raba, saling remas, bibir kami saling pagut. Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku yang kusambut dengan hisapan, dan secara bergantian pula kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Diapun menyambutnya dengan lumatan. Rabaan tangannya berpindah ke toketku. Diremas-remasnya toketku yang mulai mengencang lagi pertanda napsuku bangkit lagi. Aku pun tidak mau kalah, kuraih kontolnya yang kembali sudah berdiri tegak dan kukocok-kocok lembut dengan jariku. Ujung kontolnya sesekali menyenggol bagian depan pangkal pahaku. Luar biasa staminanya, barusan selesai ngecret di memekku sudah ngaceng lagi. “kalo cewek jembutnya lebat pasti napsunya besar, kaya kau ya Nes”, katanya. Kuarahkan kontolnya ke belahan bibir memekku. Dengan menggunakan tanganku, kugesek- gesekkan ujung kontolnya ke belahan bibir memekku. Kutempelkan ujung kontolnya ke ujung it ilku dan kugesek-gesekkan naik turun. Kini memekku kembali mengeluarkan cairan bening. Lalu dia mematikan shower sambil duduk di samping bathtub. Aku dipangkunya dengan posisi memunggunginya. kontolnya yang sudah ngaceng keras kembali dimasukkannya ke dalam memekku dalam posisi seperti itu. Karena kondisi bathtub yang sempit mengharuskan posisiku merapatkan pahaku, maka memekku menjadi kian sempit saja. Awalnya agak sulit juga kontolnya masuk kedalam memekku. Tetapi dengan sedikit bersusah payah akhirnya ujung kontolnya berhasil menyeruak ke dalam memekku yang kubantu dengan sedikit menekan badanku kebawah, dan kuangkat kembali pantatku hingga lama kelamaan akhirnya berhasil juga kontolnya amblas semua ke dalam memekku. Dengan posisi begini membuatku harus aktif mengocok kontolnya dengan cara mengangkat dan menurunkan kembali pantatku, sehingga memekku bisa meremas dan mengocok-ngocok kontolnya. kontolnya terasa sekali menggesek-gesek dinding bagian dalam memekku. Saat aku duduk terlalu ke bawah, kontolnya terasa sekali menusuk keras memekku, nikmat yang kurasakan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi. memekku semakin lama semakin basah sehingga keberadaan kontolnya dalam memekku sudah tidak sesesak tadi. Kini aku pun sudah tidak kuat lagi menahan napsuku. Aku tidak mampu lagi mengangkat dan menurunkan pantatku seperti tadi, kini aku hanya bisa terduduk dalam posisi kontolnya masih tertancap di dalam memekku. Kugoyang-goyangkan saja pantatku sambil duduk di pangkuannya. Kedua tangannya sedari tadi asyik meremas kedua toketku. Pentilku dicubit dan dipilin-pilinnya sehingga menimbulkan sensasi tersendiri bagiku. Dia rupanya tidak mampu bertahan lama merasakan goyang ngebor gaya Inul yang kulakukan. “Aduuh..! Nes, bener, hebat banget empotan memek kau! Aku hampir ngecret nich!” serunya sambil tetap memilin pentilku. “Kita keluarin sama-sama yuk!” sahutku sambil mempercepat goyanganku. Dia rupanya sudah benar- benar tidak mampu bertahan ebih lama lagi hingga didorongnya aku sedikit ke depan sambil dia berdiri, sehingga posisiku menungging membelakanginya, tetapi kontolnya masih menancap di dalam memekku. Dia berdiri sambil mengambil alih permainan, dia mengocok-ngocokkan kontolnya keluar masuk memekku dalam posisi doggy style. “Aa.. Aacch!” kini giliranku yang menyeracau tidak karuan. Aku merasakan kedutan-kedutan di dalam memekku, terasa sekali semburan hangat yang menerpa dinding memekku, pejunya rupanya langsung muncrat keluar memenuhi memekku. Bersamaan dengan itu, aku pun mengalami hal yang serupa, kurasakan kedutan memekku berkali- kali saat aku nyampe. Kami nyampe dalam waktu hampir bersamaan hingga memekku kembali penuh dengan cairan birahi kami berdua, saking penuhnya sehingga tidak tertampung seluruhnya. Cairan kami yang telah tercampur itu, meleleh keluar melalui celah memekku dan merembes keluar hingga membasahi perutku karena posisiku masih setengah menungging saat itu. Kami pun melanjutkan mandi bersama-sama bagaikan sepasang pengantin baru. Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan handuk, dengan bertelanjang bulat kami menuju ke ruang makan. Dia mengeluarkan sereal dari lemari gantung dan susu dari lemari es. “kau mau susunya diangetin?” “Susu Ines dah anget ndiri kok bang”, jawabku becanda. Dia menghangatkan susu di microwave oven sbentar, kemudian kami menyantap sarapan pagi itu. “kau hebat ya Nes, empotan kau kenceng banget, minum jejamuan ya”. “Ah enggak bang, Ines rajin fitnes dan senam bl aja, jadi sip kan empotannya”. Setelah merasa kenyang, aku mengantuk lagi. Aku berbaring di sofa dan akhirnya tertidur. Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tiba2 aku terbangun karena merasa toketku ada yang mengelus2. Dia kemudian meremas toketku, malah sambil memlintir2 pentilku, perlahan pentilku mulai mengeras. “Bang, aah”, napsuku makin meninggi. Heran juga aku, kok napsunya besar sekali, dah pengen ngen tot lagi rupanya dia. “Bang, kuat banget sih, gak ada matinya ya”. Sambil toketku diremasnya terus, dia menjilati seluruh tubuhku, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dijilatinya pula toketku, disedotnya pentilku sampai aku gemetar saking napsunya. Kakiku dan kedua pahaku yg mulus itu dibukanya sambil dielus2 dengan satu tangan masih meremas toketku. Setelah itu memekku dijilatin dengan lidahnya. Rasanya nggak keruan. Bukan hanya bibir memekku aja yang dijilatinnya, tapi lidahnya juga masuk ke memekku, aku jadi menggelinjang nggak terkontrol, wajahku memerah sambil terdongak keatas. Melihat napsuku sudah naik, kontolnya yang besar sekali sudah ngaceng dengan keras. Kugenggam. “Dikocok Nes”, pintanya, aku nurut saja dan mengocok kontolnya dengan gemas, makin lama makin besar dan panjang. “Nes diemut dong”, katanya keenakan. Dia berdiri disamping sofa dan aku duduk sambil mengarahkan kontol yg ada digenggamanku ke arah mulut ku. Aku mencoba memasukkan kedalam mulutku dengan susah payah, karena besar sekali jadi kujilati dulu kepala kontolnya. Dia mendongakkan kepalanya. Kutanya “Kenapa bang”. “Enak banget, terusin Nes, jangan berhenti”, ujarnya sambil merem melek kenikmatan. Aku teruskan aksiku, aku jilatin kontolnya mulai dari kepala kontolnya sampai ke pangkal batang, aku terusin ke biji pelirnya, semua aku jilatin. Aku coba untuk memasukkan kedalam mulutku lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahku. Pelan-pelan kutarik mulutku, sambil kedua bibirku mengatup rapat di seputar batang kontolnya. Setelah itu kuselomot kontolnya keluar masuk mulutku seperti orang makan es lilin. Saking enaknya, tanpa terasa pantatnya sampai maju-mundur seperti orang lagi ngen tot. Bedanya, yang mencengkeram kontolnya bukan memek, tapi mulutku. Makin lama makin cepat. kontolnya makin keras dan sepertinya sudah mau muncrat. Aku sendiri sudah benar-benar nafsu, napasku mendengus-dengus makin keras, kedua bibirku makin rapet “menggigit” kontolnya, dan kedua tanganku meremas-remas pantatnya. Aku bener-bener udah nggak tahan. Dia memegangi kepalaku dengan satu tangannya sambil memaju-mundurkan pantatnya, mengen toti mulutku. Sedang tangan satunya lagi meremas toketku sebelah kanan. erakannya semakin lama semain cepat. Tiba2 dia menghentikan gerakannya. kontolnya dikeluarkan mulutku. Dia menaiki tubuhku dan mengarahkan kontolnya ke toketku. “Nes, dijepit ama toket kau ya”. Aku paham apa yang dia mau, dan dia kemudian menjepit kontolnya di antara toketku. “Ahh.. Enak Nes. Diemut enak, dijepit toket juga enak. Sama memek apalagi”, erangnya menahan nikmat jepitan toketku. Dia terus menggoyang kontolnya maju mundur merasakan kekenyalan toketku. Sampai akhirnya “Aduh Nes, sebentar lagi aku mau ngecret, keluarin dimulut kauya”. “Jangan bang, di memek Ines saja”, jawabku. Aku tidak ingin merasakan pejunya dimulutku, lebih baik dingecretkan di memekku, aku juga bisa ngerasain nikmat. Diapun naik keatasku sambil mengarahkan kontolnya ke memekku. Dia mulai memasukkan kontolnya ke memekku. Pantatnya semain didorong dan didorong, sampai aku merem melek keenakan ngerasain memekku digesek kontolnya. Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar dan masuk dimemekku yang sempit itu. “Wuah, Nes, sempit betul memekmu”, dia menggumam tak keruan. Aku mulai merasakan nikmat yg tak terkatakan, luar biasa enak sekali rasanya. Secara naluri aku gerakkan pantatku kekanan dan kekiri, mengikuti gerakan kontolnya yg keluar masuk, wuihh tambah nikmat. Selang beberapa saat, dia mengajak ganti posisi, aku pasrah aja. Aku disuruhnya nungging, dan dia menyodokkan kontolnya dari belakang ke memek ku. Nikmat sekali permainan ini. “Ennngghh…” desahnya tak keruan. Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, dia memegangi pinggulku dengan erat, aku merasa nikmat yang luar biasa. Tidak tahu berapa lama dia menggenjot memekku dari belakang seperti itu, makin lama makin keras sehingga akhirnya aku nyampe lagi “Bang, enjot yang keras, nikmat sekali rasanya”, jeritku. Dia mengenjot kontolnya lebih cepat lagi dan kemudian pejunya muncrat didalam memekku berulang-ulang, banyak sekali. ‘crottt, croooth.., crooootttthh…’ Aku merasa memekku agak membengkak akibat disodok oleh kontolya yang besar itu. “Nes, memek kau luar biasa deh cengkeramannya, nikmat banget Nes”, katanya sambil terengah2. Setelah istirahat beberapa saat, dia bertanya padaku “Gimana Nes? enak kan?”. “Enak sekali bang, rasanya nikmat sekali, memek Ines sampe sesek kemasukan kontol abang, abis gede banget sih”, jawabku. Dia mencabut kontolnya yang sudah lemes dari memekku. kontolnya berlumuran pejunya dan cairan memekku. Mungkin saking banyaknya ngecretin pejunya dimemekku. Kami ngobrol aja sampai terdengar perutku berbunyi. “kau laper ya Nes, kita ke mal lagi ajah ya”. “Ines mau siram2 badan dulu ya bang”‘ jawabku. “Tadi kan udah mandi”, katanya. “Biar seger saja bang, gak lama kok”, jawabku. Aku mengguyur badanku di shower beberapa saat kemudian menyabuni tubuhku. Selesai mandi, aku mengenakan pakean yang dibelikan kemaren. Di mal kami mencari restoran padang ajah, dia memesan nasi dan beberapa macam lauk dan desertnya sekalian. Kami makan dengan lahap. Sehabis makan, kami berjalan2 di mal menurunkan perut. Baru pulang. Sesampainya di apartmen, aku masuk kekamar mandi. Selang beberapa saat aku keluar lagi hanya mengenakan lilitan handuk dibadanku tanpa pakaian lainnya lagi. “Udah siap lagi ya Nes”, dia menggangguku. “Iyalah bang, kan kita kesini untuk ngen tot. Kata abang mau ngen totin Ines sampe loyo”, jawabku. Belahan dadaku sedikit tersembul dibalik handuk yang menutup dada serta pahaku. Melihat itu sepertinya dia napsu lagi. Luar biasa juga staminanya, gak puas2nya dia ngen toti aku. kontolnya menjadi berdiri tegang. Kelihatan sekali dibalik CDnya. Dia juga sudah melepaskan semua pakaiannya, dan berbaring di ranjang. “Bang…. ngelihatnya kok begitu amat sih ?” kataku. Aku berbaring disebelahnya, segera lilitan handukku dilepaskannya sehingga telanjang bulatlah aku. toketku dielus2nya. “Nes, kau seksi sekali, mana binal lagi kalo lagi dien tot. Kalo kau istriku, aku en totin kau tiap malem”, katanya merayu. Aku hanya tersenyum, tidak menjawab rayuannya. Elusan tangannya di toketku berubah menjadi remasan remasan halus. “Baang…. “, aku memeluknya. Dia memelukku juga serta mencium bibirku. Aku begitu menggebu gebu melumat bibirnya, kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Nafasku menjadi cepat serta tidak beraturan. Setelah beberapa saat kami berciuman, aku menggerakkan dan menggeser badanku sehingga sekarang sudah berada di atas badannya. Aku semakin ganas saja dalam berciuman. Dia memeluk badanku rapat2 sambil menciumiku. Kemudian aku menciumi lehernya dan terus turun kearah dadanya. Dia berdesis “Nes…. ssssssshhhh.” Aku terus menciumi badannya, turun ke bawah dan ketika sampai disekitar pusarnya, kucium sambil menjilatinya sehingga terasa sekali kontolnya kian menegang dibawah CDnya. “Nes….. adduuuuuhh” dan aku secara perlahan lahan terus turun dan ketika sampai disekitar kontolnya, kucium dan kuhisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya dari balik CDnya. “Sssssssshhh… Nes… lepasin CDku” katanya lagi. Segera kulepas CDnya, dia mengangkat pantatnya supaya aku bisa memelorotkan CDnya. kontolnya sudah ngaceng keras sekali, mengacung ke atas. Kupegang kontolnya dan kukocok pelan pelan. kontolnya kumasukkan kemulutku. “Aaaaaaaaaaaaaaahh……”, teriaknya keenakan. Aku segera menaik turunkan mulutku pelan2 dan sesekali kusedot dengan keras. “Nes….. enaaaaaaakkk. Ayoooo…. doooong… Nes….. Siniiiii…..aku… juga kepingin” , katanya sambil menarik badanku. Aku mengerti kemauannya dan kuputar badanku tanpa melepas kontolnya dari mulutku. Posisi nya sekarang 69 dan aku berada diatas badannya. memekku yang dipenuhi jembut yang lebat dijilatinya. Aku menggelinjang setiap kali bibir memekku dihisapnya. Dengan mulut yang masih tersumpal kontolnya aku bergumam. Dia membuka belahan memekku pelan2 dan dijulurkannya lidahnya untuk menjilati dan menghisap hisap seluruh bagian dalam memekku. Kulepas kontolnya dari mulutku sambil mengerang “Baaang…. oooohhh”, sambil berusaha menggerak gerakkan pantatku naik turun sehingga sepertinya mulut dan hidungnya masuk semuanya kedalam memekku. “Baaang….. teruuuuuss… Baang” Apalagi ketika it ilku dihisap, gerakan pantatku yang naik turun itu makin kupercepat sambil mengerang lebih keras “baaang…. teeruuuuuuss”. it ilku terus dihisap hisapnya dan sesekali lidahnya dijulurkan masuk kedalam memekku. Gerakan pantatku semakin menggila dan cepat, semakin cepat dan akhirnya “Baang…Ines….nyampeee”, sambil menekan pantatku kuat sekali kewajahnya. Aku terengah engah. Perlahan lahan dia menggeser badanku kesamping sehingga aku tergeletak di tempat tidur. Dengan masih terengah2 aku memanggilnya “Baaang……. peluk Ines….. baaang… ” dan segera saja dia memutar posisi badannya lalu memelukku dan mencium bibirku. Mulutnya masih basah oleh cairan memekku. “Baaang….. “, kataku dengan nafas nya sudah mulai agak teratur. “Apaa…Nes…” sahutnya sambil mencium pipiku. “Baang…..nikmat banget ya dengan abang, baru dijilat saja Ines sudah nyampe”, kataku manja. “Nes, sekarang…… boleh gak akuuuuuuuu…… “, sahutnya sambil meregangkan kedua kakiku. Dia mengambil ancang2 diatasku sambil memegang kontolnya yang dipaskan pada belahan memekku. Perlahan terasa kepala kontolnya menerobos masuk memekku. Dia mengulum bibirku sambil menjulurkan lidahnya kedalam mulutku. Aku menghisap dan mempermainkan lidahnya, sementara dia mulai menekan pantatnya pelan2 sehinggga kontolnya makin dalam memasuki memekku dan….bleeeeeeeeeeeeeesss…… kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam memekku. Aku berteriak pelan… “aaaaaaaaaaaaaahh…… baaang…… “sambil mencengkeram kuat dipunggungnya. Kedua kakiku segera kulingkarkan ke punggungnya, sehingga kontolnya sekarang masuk seluruhnya kedalam memekku. Dia belum menggerakkan kontolnya karena aku sedang mempermainkan otot2 memekku sehingga dia merasa kontolnya seperti dihisap hisap dengan agak kuat. “Nes….. teruuuuus….. Nes…. enaaakkk… sekaliiii… Nes….”, katanya sambil menggerakkan kontolnya naik turun secara pelan dan teratur. Aku merapatkan kedua pahaku sehingga memekku menjepit kontolnya sehingga agak susah dia tarik keluar. Aku mendesah-desah nikmat: “Aahhhhhhh….ahhhhhh …. ahhhhhhh”. kedua kakiku melingkar di badannya untuk menekan kontolnya masuk lagi ke dalam memekku. Dengan gerakan liar aku kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur dengan posisi kedua kakiku menjepit pantatnya. Di dalem lubang memekku, dia merasakan kontolnya seperti cucian lagi dibilas. memekku kembali berdenyut-denyut cepat, memijiti kontolnya. Setiap kali kontolnya ditekan masuk kedalam memekku, aku melenguh “sssssssshhhh…..baaang”, karena kurasakan kontolnya menyentuh bagian memekku yang paling dalam. Karena lenguhanku, dia semakin terangsang dan gerakan kontolnya keluar masuk memekku semakin cepat. Aku semakin keras berteriak2, serta gerakan pinggulku semakin cepat juga. Dia semakin mempercepat gerakan kontolnya keluar masuk memekku. Aku melepaskan jepitan kakiku di pinggangnya dan mengangkatnya lebar2, dan posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk memekku dan terasa kontolnya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian kurasakan rasa nikmat yang menggebu2, kupeluk dia semakin kencang dan akhirnya “ayoo…. baaang, Ines….mauuuuuuu…… keluaaaaaar…. baaang”. “Tungguuuuuu….Nes…….kitaaaaaa… .samaaaaa… samaaaa”, sahutnya sambil mempercepat lagi gerakan kontolnya. “Adduuuuuuhh… baaang….. Ines… nggaaaaak…tahaaaaaaaaan… baang.. ayooooooo….. se….karaaaaaang…” , sambil melingkarkan kembali kakiku di punggungnya kuat2. “Nes…… … akuuuuu…jugaaaaaaaaaaa…”, dan terasa …creeeeeeet….creeeeeet….crrreeettt.. pejunya muncrat keluar dari kontolnya dan tumpah didalam memekku. Terasa dia menekan kuat2 kontolnya ke memekku. Dengan nafas yang terengah engah dan badannya penuh dengan keringat, dia terkapar diatasku dengan kontolnya masih tetap ada didalam memekku. Setelah nafasku agak teratur, kukatakan didekat telinganya, “Bang…… terima kasih ya. Ines puas banget barusan,” sambil kukecup telinganya. Dia tidak menjawab atau berkata apapun dan hanya menciumi wajahku. Setelah diam beberapa lama lalu aku diajaknya membersihkan badan di kamar mandi dan terus dia mengantarkan aku pulang. Jangan Lupa suhu koment atau thanksnya apalagi yang ijo – ijo seger ane harapin