Aku MiLF yang Dientot di Desa Misterius

Cerita atas request dari salah satu user disini.

Weekend bseok, aku diminta oleh managerku untuk mengecek sebuah tanah kosong milik nasabah kami yang ingin mengajukan kredit usaha. Sebelum lanjut, aku akan memperkenalkan diriku, namaku Michelle, bekerja di bank swasta sebagai marketing, umurku sekarang 40 tahun dengan suami dan tiga anak. Meski sudah kepala 4, suami dan kolegaku selalu memuji diriku yang memiliki tubuh seksi yang terawat, ukuran payudaraku yang besar (G-cup), dan wajah cantik yang selalu kujaga dengan sepenuh hati. Perjalananku besok sebenarnya cukup menyebalkan, karena tidak ada satupun dari rekan kerjaku yang bisa menemaniku, entah karena alasan berlibur, ada kerjaan dan yang paling absurd, alasan ngantuk.

“Pah, mau nemenin mama gak besok buat survey?” tanyaku kepada suamiku.

“Maaf mah, besok papa mau istirahat, capek hehehe,” jawab dia.

“Halah … capek lagi, capek lagi,” ucapku dengan kesal.

Aku masih bimbang apakah akan pergi sendiri atau mengajak kenalan menemaniku, mengingat aku belum pernah kesana dan kata teman sekantorku, desa tersebut agak – agak gimana gitu. Saat tengah melamun di ruang keluarga, anak pertamaku datang kesini untuk sekedar mengambil bukunya yang tertinggal di meja. Seketika aku mendapatkan ide untuk mengajaknya.

“Eh Stev, kamu besok lowong gak?” tanyaku kepada anakku yang bernama Steven.

“Lowong, emang mau ngapain? Shopping?” tanya balik anakku.

“Temenin mama survey tempat buat jaminan nasabah yaa,” kataku.

“Hahh!! Survey pas hari sabtu? Serius?” Steve kaget mendengar ucapanku.

“Iyaa, mau nemenin mama gak?” tanyaku lagi.

Steven terlihat berpikir sejenak, dan akhirnya dia mengangguk, cukup untuk membuatku merasa lega ada yang menemaniku. Besoknya, aku segera bersiap untuk pergi, dan karena aku survey di hari sabtu, aku hanya memakai pakaian biasa, kaos warna biru langit dan celana jeans warna biru tua.

“Stev! Ayo!” seruku dari balik pintu kamarnya.

“Iyaaa,” balas Steven.

Setelah siap, kita segera menuju ke mobil dan Steve mendapatkan kehormatan untuk menyetir, mengingat dia sudah berumur 20 tahun dan juga sudah punya SIM A. Di tengah perjalanan, Steven menanyaiku mengenai kenapa aku sendirian dan tidak ditemani teman sekantorku.

“Mereka pada gak bisa dengan berbagai alasan,” ujarku.

“Paling mereka pada males – malesan, kan ini weekend,” celetuk anakku.

Apa yang dikatakan anakku ada benarnya, tapi percuma kalo memikirkan hal seperti itu, lagian aku bakal dapat bonus dari hasil survey ini nanti. Sepanjang perjalanan terasa sedikit membosankan, kiri dan kananku hanyalah sawah, jalanan juga cenderung sepi karena kita mengarah ke pedesaan.

“Mah, itu nasabah tinggal di kota dan kebetulan punya tanah di desa?” tanya anakku.

Aku menoleh kepadanya. “Iyaa, dan mau dia pakai sebagai jaminan.”

Anakku hanya mengangguk saja. Sekitar satu jam kemudian, kita akhirnya tiba di lokasi tujuan, desa tersebut terlihat begitu sepi. Aku mengarahkan Steven sesuai dengan denah yang dikirim oleh rekan kerjaku.

“Kayaknya ini deh,” kataku.

Steven memarkirkan mobil di pinggir jalan, dekat dengan sebuah warung makan. Aku segera keluar dan mencoba menghubungi si nasabah.

“Halo Pak, saya sudah sampai di depan lokasi,” kataku.

Dia mengiyakan dan memintaku untuk menunggu sebentar. Saat aku mututup panggilan, kulihat anakku malah sedang nongkrong di warung dekat situ. Aku lalu menghampirinya.

“Kamu malah asik nongkrong disini,” kataku sambil mencolek dia.

“Biar gak bosen, lagian paling mama nanti sibuk sendiri sama si nasabah itu,” ucapnya.

Ada benernya sih yang dia omongin. Sembari menunggu, aku ikutan duduk – duduk di warung yang gak ada satupun pelanggan itu. Tidak berapa lama, nasabah yang aku tunggu – tunggu akhirnya tiba, aku segera beranjak dan menghampirinya.

“Halo Pak, saya Michelle dari Bank xxxx, dan hari ini saya mau survey.” Aku memperkenalkan diriku.

“Halo Bu, saya Amir. Bisa di-survey sekarang?” tanya dia.

“Bisa,” sahutku.

Aku lalu menoleh ke belakang untuk pamitan sama anakku. “Stev, mama survey dulu yaa, kamu disitu dulu atau kalo mau jalan – jalan keliling desa.”

“Yaaa,” serunya.

“Ohh, sama anaknya yaa?” tanya Amir dengan senyum lebar.

“Iya hehehe,” kataku.

Selama aku mengamati lokasi tanah miliknya, kita mengobrol basa – basi agar suasana tidak hening. Dia terkejut mengetahui aku sudah berumur 40 tahun dan memiliki tiga orang anak.

“Aku kira masih tiga puluh awal hehehe,” katanya.

“Bisa aja nih Bapak,” balasku.

“Gak nyangka lhoo, kepala 4, tiga anak, tapi punya fisik yang bagus gini,” katanya memuji diriku.

Aku hanya tersenyum saja. Basa – basi kita sudahi dan sekarang aku mulai melakukan wawancara kepadanya untuk tahu lebih dalam mengenai tujuan dia mengajukan pinjaman dan siapa yang tertulis di Surat tanahnya. Sebelum lanjut lebih jauh, Pak Amir mengajakku ke rumah temannya dengan alasan lebih nyaman aja buat mengobrol, aku menurutinya saja. Rumah temannya cukup jauh dari tempat dimana mobilku diparkir. Sesampai disana, kulihat rumah tersebut terlihat sederhana.

“Yuk masuk dulu,” kata Pak Amir dengan sopan.

Aku diminta duduk di ruang tamu, sementara dia masuk begitu saja ke dalam. Tidak berapa lama, dia kembali membawakan segelas teh dan juga seorang pria lain turut bersama dengannya, sepertinya teman yang Pak Amir maksud.

“Ini teman saya, namanya Dodi,” kata Pak Amir.

Aku lalu memperkenalkan diriku kepadanya, yang sepertinya menatap dalam diriku. Aku lanjut mewawancarainya untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang nantinya akan digunakan untuk pertimbangan apakah dia layak mendapatkan pinjaman. 15 menit lamanya aku meng-interview Pak Amir, setelah itu kita mengobrol sejenak.

“Oh yaa Bu, kamu kenal Mbak Joyce gak?” tanya Dodi.

“Kenal dong, kan dia sama – sama marketing kayak aku,” jawabku.

“Dia pernah kesini, dan kebetulan dia juga mampir kemari,” kata Dodi.

“Iyakah?? Wawancara juga?” tanyaku.

“Endak, tapi … hal yang lain,” ucap Dodi dengan senyum menyeringai.

“Maksudnya?” Aku bingung dengannya.

Dodi mendekatiku dengan duduk di sampingku, dia membuka HP-nya lalu menunjukkan kepada sebuah video. Aku terkejut sekali menyaksikan video yang ditunjukkan oleh pria yang sepertinya lebih muda dariku itu.

“Ehh … bukankah itu … Joyce?” Aku menatap video tersebut dengan perasaan campur aduk.

Video yang Dodi tunjukkan adalah video seks Joyce yang tengah disetubuhi oleh Dodi dan Pak Amir, tubuh seksinya berlenggak – lenggok diatas selangkangannya Pak Amir, sementara Dodi asik bercumbu dengan rekan kerjaku yang cantik dan seksi itu.

Aku menatap Dodi dengan rasa tidak percaya. “Kok bisa??”

Dodi tersenyum lebar ke arahku. “Bisa dong, kan dia cewe binal, dan dia yang sengaja bikin rencana supaya kamu kesini sendirian hehehehe.”

Kaget aku mendengarnya, jadi rekan – rekan marketingku tidak bisa menemaniku karena mereka memang sengaja merencanakannya, agar aku datang sendirian kesini.

“Lalu kenapa Joyce ingin aku datang kesini sendiriam?” tanyaku dengan gemetar.

Dodi merangkul bahuku dan menatap mataku dengan tatapan mesum. “Supaya bisa kita entot.”

“Hahh!!!” Aku tidak percaya dengan yang aku dengar.

“Mau nambahin, dia gak sendirian datang kesini, dia datang sama anaknya,” kata Pak Amir menyela obrolan kita.

“Wow … itu makin bagus hehehe,” sahut Dodi.

“Bentar – bentar … aku sudah punya suami dan tiga anak, kalian mending sama yang lebih muda aja, aku gini – gini sudah tua lhoo.” Aku mencoba meyakinkan mereka agar tidak menyentuhku.

Dodi semakin erat merangkulku. “Itu jauh lebih baik Bu, oh yaa kalo boleh tau, umurnya Ibu berapa?”

“Ummm … 40,” ucapku.

Dodi malah semakin kegirangan. “40 itu masih muda sayang, ditambah kapan lagi bisa ngentotin wanita seksi dan cantik yang sudah punya suami dan anak.”

Ini orang kayaknya agak kelainan deh. Meski begitu, entah kenapa aku sedikit senang dipuji seperti itu, yang menandakan kalau aku masih menarik di mata pria. Pak Amir tiba – tiba duduk di sampingku, membuatku diapit oleh mereka berdua.

“Kamu harusnya bangga kalo ada pria yang sange sama kamu,” kata Pak Amir.

“Hehehehe.” Aku cuma bisa ketawa kecil aja.

“Daripada jadi canggung, gimana kalo kita nonton beberapa video yang dibintangi mbak Joyce dulu?” usul Dodi.

Dodi kembali membuka video seks dari Joyce dan memintaku nonton bersama dengan dia dan Pak Amir. Awalnya aku gak begitu minat, tapi suara desahan erotis dari teman kerjaku itu membuat aku jadi penasaran, dan aku berakhir nonton bareng sama kedua pria yang baru aku kenal itu. Video seks-nya Joyce hanya berdurasi 15 menit dan entah kenapa aku malah kecewa.

“Yahh, kok sebentar,” keluhku.

“Hehehehe, masih ada satu lagi kok,” ucap Dodi.

Dia memutarkan video lainnya, bintangnya juga Joyce, tapi kali ini dia melawan 5 pria, Pak Amir dan Dodi juga ada disitu. Video tersebut berdurasi 35 menit dan cukup membuatku panas-dingin.

“Ya ampun,” kataku sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku.

“Bagus kan?” Dodi kembali merangkul pundakku. “Dia aja keenakan lhoo, yakin deh Ibu pasti juga suka.”

“Ummm … gimana kalo gak pake kata Ibu? Terlalu formal deh,” kataku.

“Hehehe … tante aja yaa, biar makin sensual,” ucap Pak Amir.

Aku tersenyum sambil mengangguk. Tangan Pak Amir mulai meraba – raba pahaku, sementara tangan Dodi menggerayangi punggungku.

“Kamu seksi banget tante,” bisik Pak Amir.

Aku menatapnya dengan senyum erotis. “Bisa aja kamu Pak hihihi.”

Di sisi satunya, Dodi mulai mendekatkan hidungnya ke leherku yang mulus. “Wangi banget deh tante satu ini.”

Mereka berdua perlahan mulai menciumi pipi dan daguku, hembusan nafas mereka membuatku kian terbuai. Aku seketika lupa kalau diriku adalah seorang istri dan mama, aku sepenuhnya menjadi seorang wanita yang ingin merasakan kenikmatan seks.

“Kaosnya dilepas aja yaa,” pinta Dodi.

Aku menuruti keinginannya dan kulepas kaosku yang berwarna biru langit. Aku memamerkan tubuh bagian atasku yang tertutup BH hitam.

“Toketnya besar dan kenceng,” ucap Pak Amir seraya meremas – remasnya.

“Bener … toketnya jos.” Dodi juga turut meremas payudaraku yang satunya.

Baru sebentar mereka memainkan dadaku, Dodi menghentikan aksinya. “Bentar, aku harus manggil yang lain dulu hehehe.”

“Boleh itu. Oh yaa, kita ke lantai 2 yuk, kalo disini nanti kita bisa kepergok,” kata Pak Amir sembari menarik tanganku.

Aku nurut aja diajak oleh nasabahku itu. Aku dibawa ke kamar kosong yang ada di lantai 2, dia lalu memintaku menata kardus di lantai yang akan dipakai untuk menyetubuhiku, aku mantuk – mantuk aja dan segera mengambil kardus yang ada di ruang sebelah.

“Oh yaa, anakmu ditelpon dulu sana, bilang kalo survey-nya masih agak lama,” perintah Pak Amir kepadaku.

Aku segera membuka HP dan menelpon anakku, dia bertanya aku dimana, dan kujawab masih ada kerjaan dan mungkin masih agak lama, jadi aku memintanya mampir di warung untuk menghabiskan waktu.

“Sip!! Sekarang tunggu yang lain dulu yaa,” kata Pak Amir memuji diriku.

Sekitar 5 menit kemudian, Dodi datang bersama dengan 3 pria, aku terkejut melihat mereka yang menatapku secara buas.

“Gak usah tegang begitu tante, santai aja,” kata Pak Amir sembari mengelus – elus kepalaku.

“Gila, seksi banget nih cewe, gak percaya kau kalo dia umur 40,” kata salah satu pria itu.

“Hey! Kalian perkenalkan diri dulu sebelum ngentot,” perintah Dodi.

Mereka satu per satu mulai memperkenalkan diri, dimulai dari yang berkomentar di awal, namanya Joko, lalu seorang pemuda berbadan kurus yang bernama Cepy, dan yang terakhir bernama Angga. Aku juga turut memperkenalkan diriku dan mereka semua menunjukkan gestur sopan kepadaku.

“Nah sekarang tante lepas celananya dong, pengen liat tante cuma make pakaian dalam aja,” kata Dodi.

Bagai kerbau yang dicucuk, aku menurut saja diperintah oleh Dodi, kuturunkan celana jeans-ku secara perlahan, dan sekarang aku berdiri di hadapan mereka dengan hanya berbalut BH dan CD hitam.

“Makin seksi aja nih si tante,” ujar Joko.

“Perutnya masih kencang juga tuh,” celetuk Cepy.

Mereka berlima segera melepas seluruh pakaian mereka, menampakkan tubuh telanjang mereka dengan kulit sawo matang, kontras dengan diriku yang memiliki kulit putih cerah. Perhatianku lalu tertuju kepada batang kemaluan mereka yang perlahan berdiri tegak dengan gagah perkasa.

“Gila, aku bakal disetubuhi dengan batang – batang besar itu??” kataku dalam hati.

“Tante cantik, sekarang kamu pilih mau mainin kontol yang mana dulu,” kata Dodi.

Tanpa pikir panjang, aku memilih Pak Amir terlebih dahulu. Aku berjalan ke arahnya, lalu berlutut di depannya, dan penisnya segera kugenggam, gila keras juga. Aku kocok secara perlahan dan kulihat Pak Amir memejamkan matanya menikmati kocokanku, sementara yang lainnya berdiri menonton diriku men-servis pria yang bukan suamiku itu.

“Masukin ke mulut dong, tante,” pinta Pak Amir.

Aku menatap penisnya Pak Amir dengan gugup, kujulurkan lidahku ke kepala penis besar itu, dan mulai kujilat. Setelahnya, kubuka mulutku dan perlahan aku masukkan sepertiganya. Agak sulit mengoral penisnya Pak Amir karena ukurannya yang besar, aku juga mulai melakukan gerakan maju-mundur, dan mendapatkan sorakan dari keempat pria lainnya. Baru sebentar kuoral, Pak Amir menghentikanku dan memintaku berdiri.

“Mulut tante enak banget, hampir aja aku keluar,” kata PAk Amir.

“Hehehe, makasih,” kataku.

Dodi kembali merangkul diriku. “Jadi gini sayang, kita sepakat ngentotin tante sampe kita dua kali keluar, dan sebelumnya, ini tante lagi masa subur gak? kalo lagi masa subur, kita bakal pake kondom plus keluar di luar buat jaga – jaga.”

Kalau kupikir – pikir, Dodi ini ramah juga. Aku mengatakan kalo aku sedang tidak dalam masa subur, jadi mereka aman ngeseks tanpa kondom.

“Sekarang, dilepas tuh pakaian dalamnya,” kata Dodi.

Aku melepas pakaian dalamku secara perlahan, dimulai dari BH, lalu lanjut ke CD-ku, tidak ketinggalan mata dari kelima lelaki tersebut menatapku dengan seksama. Aku menjadi orang terakhir yang telanjang bulat di kamar ini.

“Gile … umur 40 tapi badan gadis perawan,” puji Cepy.

“Dapet jackpot kita hari ini,” kata Pak Amir.

“Toketnya gak kendor sama sekali, udah gitu gak ada jembut pula memeknya,” puji Angga.

“Yok Dod, berikutnya gimana?” tanya Joko.

Dodi memintaku berbaring di lembaran kardus, aku menurut dan berbaring disitu. Kelima pria mesum itu segera meraba tubuh mulus ******* ini, sentuhan tangan mereka yang kasar membuatku kian horny.

“Ehh, ini sapa yang mau nyobain toketnya?” tanya Dodi.

Kulihat Angga dan Cepy mengangkat tangan mereka, Dodi langsung memberikan lampu hijau untuk mereka dan segera kedua pria itu mengenyot payudaraku dengan tangan dan lanjut mengemutnya seperti bayi.

“Ehh Mir, ambilin tisu dong,” suruh Dodi kepada Pak Amir.

“Emang mau buat apaan?” tanya Joko sembari meraba – raba pahaku.

“Buat bersihin toketnya kalo misal mau ada yang kenyot,” kata Dodi.

“Lahh, sampe segitunya,” timpal Joko.

“Jijik anjirr ada bekas ludah orang lain,” balas Dodi dengan ketus.

Pak Amir kembali ke dalam dengan membawakan tisu, dia langsung duduk di sampingku, menaikkan tanganku ke atas kepalaku, dan mulai menciumi ketiakku yang mulus.

“Ni toket udah empuk, kenceng, enak pula,” puji Cepy sambil meremas payudara kananku.

“Akkhh … nyedotnya jangan keras – keras dong,” kataku kepada Angga.

“Hehehe, habisnya enak banget ini puting,” ucap Angga yang lanjut memainkan payudara kiriku.

Kemudian, aku merasakan ada yang menyentuh vaginaku, saat kutengok, rupanya Dodi yang mulai meraba – raba vaginaku yang terawat.

“Memeknya halus banget ini hehehe. Gak nyangka ini lubang udah ngeluarin tiga anak,” ujar Dodi.

Dodi lanjut memasukkan dua jarinya ke dalam liang senggamaku, sementara Joko memainkan klitorisku, yang membuat diriku mulai mendesah. Cepy dan Angga menyudahi permainan tangan dan mulut mereka di payudaraku, dan mereka berdua mengelap dadaku dengan tisu agar bersih dari air liur kedua pria itu. Angga berjalan mendekat ke kepalaku dan dia menyodorkan penisnya kepadaku.

“Diemut dong tante,” pinta Angga.

Aku mengabulkan keinginannya dan segera kukulum penisnya yang berurat itu. Pak Amir mengangkangi dadaku, dia meletakkan penisnya diantara kedua payudaraku, kemudian menjepitnya dan mulai memaju-mundurkan.

“Jepitan toketnya mantep cuyy,” seru Pak Amir.

“Tante cantik, nama anakmu yang nemenin kamu sini sapa yaa?” tanya Dodi.

Aku mencabut penisnya Angga dari mulutku. “Steven, kenapa yaa?”

Baru saja selesai bicara, Angga langsung menyodokkan kembali penisnya ke mulutku. Dodi mencabut dua jarinya dari vaginaku, dan kurasakan sekarang tiga jari yang mengobok – obok vaginaku.

“Ini memek rapet banget deh,” kata Dodi.

“Jadi gak sabar aku nyicipin memek tante tiga anak,” celetuk Cepy.

“Oyy Steven, mamamu aku entot yaa,” seru Dodi.

Kurasakan kepala penisnya Dodi menyentuh bibir vaginaku. Perlahan penisnya mulai masuk ke dalam liang senggamaku, membuat liang kenikmatanku penuh sesak. Maafin mama yaa Stev.

“Gilee … rapet banget,” ujar Dodi.

“Mmmmppphhhh.” Aku hanya bisa mengeram saja akibat disumpal penisnya Angga.

Perlahan tapi pasti, seluruh penisnya masuk ke dalam liang senggamaku. Tidak habis pikir kenapa aku membiarkan pria bukan suamiku mengisi vaginaku yang bersih dan terawat. Dodi segara melakukan gerakan maju-mundur dengan tempo sedang.

“Akhirnya aku ngentotin tante – tante seksi. Anakmu harus bangga ini, punya mama cantik dan seksi gini, bisa dientot pula hahaha,” ceracau Dodi.

“Habis ini aku oyy,” ucap Cepy.

“Beres hehehe,” sahut Dodi.

Kalo boleh jujur, aku belum pernah mengalami kenikmatan seks seperti ini, tubuh telanjangku yang terbaring di atas lembaran kardus tengah digarap oleh tiga pria. Angga menggenjot mulutku, Pak Amir menggesek – gesek penisnya di belahan dadaku, dan Dodi menyodok vaginaku. 5 menit kemudian, Dodi mencabut penisnya.

“Tuh sono kalo mau nyoba memeknya,” kata Dodi.

“Siap bos-ku,” ucap Cepy.

Kali ini penisnya Cepy yang mengisi liang senggamaku. Angga mencabut penisnya dari mulutku, dan Joko langsung menyorongkan penisnya ke dalam mulutku, mereka tidak membiarkan mulutku untuk paling tidak beristirahat sejenak. Setelah Cepy, giliran Pak Amir yang menyetubuhiku, dan kali ini Dodi yang menjepitkan penisnya diantara belahan dada besarku.

“Gimana, enak gak di gangbang kita berlima?” tanya Dodi.

Aku hanya bisa mengangguk dengan pasrah sambil menikmati pesta seks ilegal ini. Mereka semua mengambil giliran untuk bisa merasakan vaginaku, dan setelah semua mendapatkan kesempatan, Dodi meminta untuk menungging.

“Cep, kamu ke dapur, ambil kaleng yang udah aku siapin yaa,” kata Dodi.

“Mau ngentotin aku dari belakang yaa,” kataku dengan nada menggoda.

“Hehehehe.” Dodi hanya tertawa kecil saja.

Aku baru menyadari kalo sedari tadi aku maupun mereka belum ada yang satupun yang orgasme, apakah ini rencana dari Dodi juga. Cepy kembali ke dalam dengan membawa sebuah kaleng berukuran sedang.

“Nah, sekarang kita masuk ke ronde kedua, ini adalah ronde kita bakal main sampe puas, dan aku mau mencoba sesuatu yang nikmat hehehe,” kata Dodi.

Dodi menuangkan sebuah cairan dari kaleng itu ke atas pungggungku.

“Itu cairan apa yaa?” tanyaku.

“Minyak goreng bekas hehehe,” jawab Dodi.

Aku kaget ketika mendengarnya, dia menuangkan lalu mengolesi tubuhku dengan minyak goreng bekas, keempat pria lainnya juga ikut mengolesi tubuh putih mulusku dengan minyak dari kaleng itu.

“Wihh jadi mengkilat coy,” kata Pak Amir.

“Makin seksi nih tante binal,” kata Cepy.

“Yuk ambil posisi, ingat … dua kali yaa, kalo lebih, aku potong kontol kalian hahaha,” kata Dodi.

“Serem juga peringatannya si Dodi,” kataku dalam hati.

Pak Amir berdiri di belakangku, dia meremas – remas pantat montokku yang licin akibat minyak, kemudian dia menempelkan kepala penisnya di bibir vaginaku dan langsung dia sodokkan sampai mentok semua, sementara Dodi memintaku untuk mengoralnya. Pak Amir menggenjotku dengan cepat, membuat payudaraku bergoyang hebat. Cepy, Angga dan Joko sibuk menggesek – gesekkan penis mereka di punggungku yang mengkilat dan licin karena minyak.

“Gila, ini memek malah makin rapet, aku jadi gak tahan nih,” ceracau Pak Amir.

Hanya dalam hitungan 3 menit, Pak Amir orgasme dan memuntahkan spermanya ke dalam rahimku. Cepy segera menggantikan Pak Amir dan dia langsung menusuk vaginaku yang sudah basah kuyup, dan momen ketika penisnya Cepy masuk semua ke dalam liang senggamaku, aku mendapatkan orgasme pertamaku.

“Kok jadi anget kontolku? Wahh tante orgasme yaa,” kata Cepy sembari menampar pantatku.

“Akhirnya orgasme juga si tante seksi ini,” ucap Angga sambil meremas payudaraku.

Tidak lama kemudian, Dodi mencabut penisnya dari mulutku dan dia semburkan spermanya ke wajah cantikku. Angga dengan sigap menggantikan Dodi dan dia menyodokkan penisnya ke mulutku. Mungkin baru 7 menit Cepy menyetubuhiku, dia sudah muncrat dan rahimku kembali diisi cairan sperma milik pria asing.

“Ganti gaya yuk,” kata Joko.

Angga mencabut penisnya dari mulutku, Joko lalu memintaku berdiri, dia berbaring di atas lembaran kardus, kemudian memintaku menunggangi penisnya. Aku menurunkan pantatku perlahan, kuarahkan penis besarnya yang telag mengacung tegak ke lubang vaginaku, dan batang besar itu masuk dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku.

“Gilee, masih sempit aja nih memek, padahal udah dientotin banyak kontol,” ceracau Joko.

Aku mulai menggoyang pinggulku dengan lemah gemulai, desahan halus keluar dari mulutku. Dodi kemudian menghampiriku sambil meremas pantatku.

“Tante cantik, boolnya udah pernah dientot belum?” tanya Dodi.

Aku sedikit terbelalak mendengar pertanyaannya. “Belum pernah … bentar, kamu mau masukin kesitu?”

Dodi mengangguk dengan senyum lebar. Aku menolaknya karena aku belum pernah anal sex dengan suamiku, tapi Dodi meyakinkan kalo ini tidak akan menyakitkan, melainkan nikmat.

“Santai aja tante, aku lumasi dengan minyak, biar licin,” kata Dodi.

Dodi memasukkan satu jarinya yang berlumuran minyak ke dalam lubang pantatku. Dia menyodok – nyodokkan jarinya secara perlahan, aku sendiri malah mulai menikmatinya. Dodi kemudian mencabut jarinya, dia mendorong punggungku sampai aku berbaring telungkup di atas badannya Joko. Batang penisnya menempel di liang analku, dan dia mendorongnya secara perlahan masuk ke dalam lubang pantatku yang masih perawan.

“Akhhh!! Sakit!” jeritku.

Rasanya sakit saat benda besar dan keras milik Dodi menyeruak masuk makin dalam ke anusku. Tanpa kusadari, penisnya sudah masuk semua ke dalam pantatku. Dengan perlahan Dodi memaju-mundurkan penisnya di lubang anusku.

“Mantap banget njing, tante – tante dientot kedua lubangnya,” ucap Angga.

Ini pertama kalinya aku merasakan Double Penetration, rasanya sungguh bikin melayang, hingga aku kembali mendapatkan orgasmeku, aku mendesah begitu keras menikmati orgasme keduaku.

“Mulutnya nganggur kan? Sini aku masukin kontol aja,” kata Pak Amir.

Sekarang semua lubang di tubuhku telah terisi penis, aku benar – benar menjadi pelacur binal. Joko menghentikan genjotannya karena sudah orgasme, Dodi dan Pak Amir mencabut penisnya, kemudian Angga berbaring di lembaran kardus, aku masukkan ke dalam vaginaku, dilanjutkan dengan Dodi dan Pak Amir yang kembali menyarangkan penis mereka di pantat dan mulutku. Digenjot dari tiga arah membuatku kembali orgasme, sungguh kenikmatan luar biasa di gangbang seperti ini.

“Nih tante binal udah keenakan deh,” kata Dodi sembari menampar pantatku.

“Sialan aku mau keluar.” Pak Amir mencabut penisnya dari mulutku.

Pak Amir meminta Dodi untuk mencabut penisnya dari pantatku, dia menurut saja dan kurasakan sebuah penis masuk ke dalam liang analku, sepertinya milik Pak Amir.

“Nih makan pejuku,” seru Pak Amir yang mendorong penisnya makin dalam ke lubang anusku.

Anusku terasa hangat akibat semburan sperma dari Pak Amir. Dodi lalu meminta yang lain berhenti dan dia usul ganti gaya lagi. Dodi kali ini yang berbaring, aku lalu diminta memasukkan penisnya ke anusku dengan posisi membelakanginya. Setelah penisnya masuk semua ke liang anusku, dia menarik rambut panjangku, membuatku berbaring diatasnya, Angga menyodokkan penisnya ke dalam vaginaku, Cepy menjepitkan penisnya di antara dua gunung kembarku, dan Joko menjejalkan penisnya ke dalam mulutku. Posisi ini membuat diriku bisa digarap oleh empat pria. Aku hanya bisa pasrah menikmati digarap serta digilir oleh mereka berempat dan aku berada di posisi ini sampai selesai.

“Mantep banget cuy, puas aku,” kata Angga.

“Gak kalah sama mbak Joyce,” ucap Joko.

Aku terbaring di lembaran kardus dengan nafas terengah – engah. Vagina dan pantatku terasa basah akibat sperma, mulutku pegal akibat dijejali penis terus. Mereka kemudian menggotongku menuju ke kamar mandi, aku lalu diceburkan ke dalam bak yang penuh dengan air dan mereka memandikanku untuk menghilangkan minyak yang masih menempel di tubuhku.

“Makasih yaa tante udah mau ngentot dengan kita,” kata Dodi.

Aku hanya bisa tersenyum saja saking lelahnya. Mereka lalu menyabuniku dan membasuhku sampai badanku bersih. Aku lalu dibawa ke kamar yang tadi dan kukenakan kembali pakaianku, diikuti oleh mereka.

“Mulut, memek dan bool tante memang yang terbaik,” puji Cepy sambil mengacungkan jempolnya.

“Bener itu, terutama boolnya, sempit banget, sampe aku keluar cepet,” ucap Angga.

“Ngomong – ngomong, kreditku gimana yaa?” tanya Pak Amir.

“Besok saya hubungi yaa,” jawabku.

Aku lalu berpamitan dengan mereka berempat, dan sebelum pergi mereka menampar pantatku bergiliran. Aku segera bergegas menghampiri Steven yang sudah pasti bakal ngomel – ngomel karena menungguku.

“Mama lama banget sih, bosen tau aku menunggu,” kata Steven dengan sewot.

“Hehehe, maaf yaa, mama sibuk survey sama ngurus dokumen – dokumen,” kataku berbohong kepadanya.

Kami pun segera tancap gas menuju ke rumah. Di sepanjang perjalanan, aku lebih banyak melamun memikirkan apa yang kuperbuat tadi. Tidak kusangka aku bakal melakukan seks gangbang dengan pria yang tidak kukenal, dan parahnya aku malah menikmatinya. Hari senin, aku langsung menghampiri Joyce dan menginterogasinya di kamar mandi. Dia ternyata sengaja membuat rencana agar aku juga turut merasakan seks gangbang seperti yang dia rasakan.

“Kamu gila apa!! Aku udah punya suami dan anak tau!!” kataku dengan sedikit kesal.

“Tapi kamu menikmatinya kan?? Pak Amir juga bilang begitu hehehe,” balas Joyce dengan senyuman genit.

Aku seketika terdiam, memang sih aku menikmatinya, tapi tetap saja itu salah. Setelah melalui rapat, permohonan pinjaman kredit dari Pak Amir disetujui, dan Joyce yang kusuruh untuk menghubunginya. Malamnya, aku mendapatkan notifikasi WA dari Pak Amir. Dia mengundangku masuk ke sebuah grup WA, aku entah kenapa malah menerima undangannya. Grup WA tersebut beranggotakan 7 orang termasuk aku. Dua buah pesan lalu masuk di grup.

“Bu Michelle, kapan – kapan kesini bareng yuk hehehe.” Pesan tersebut ditulis oleh Joyce.

“Tante, kita menunggumu lhoo, kangen sama tubuh seksimu hehehe.” Isi pesan dari Dodi.

Aku geleng – geleng menatap dua pesan teks itu, aku sendiri bingung apa yang harus aku lakukan, dan di satu sisi, vaginaku mulai berkedut – kedut.

Tamat.