Aku & Temanku

Sebuah insiden terjadi….

Kamis malam temanku Andar mampir ngobrol di rumahku. Andar bekerja di kantor yang sama denganku.

Kaŕena besok hari Jumat adalah hari libur untuk kantor kami, jadi kami mendapatkan 3 hari libur di akhir minggu tersebut. Oleh sebab itu kami tidak ingin terburu-buru menghabiskan malam itu.

Berbeda dengan istriku, Sandra; ia harus bekerja esok harinya. Dan karena Sandra termasuk orang yang tidak suka tidur larut malam, ia sudah pergi tidur sejak pukul 21:30 tadi.

Sandra adalah salah satu orang yang paling cepat lelap saat tidur. Beberapa kali aku pernah mencoba mengguncang-guncangkan bahunya untuk membangunkannya, namun selalu gagal. Ia terus tertidur.

AD: Gun… wah, pasti enak yah kalo punya cewe untuk diajak ngeseks! Udah lama banget nih, gue kagak begituan!

Aku kaget mendengar Andar berkata begitu.

Andar menurutku bukan pria yang suka dengan seks bebas berbeda denganku yang dari sejak dulu menjadi mahasiswa sudah suka dengan cewek yang gampang diajak bobo siang.

A : Lo beneran, Ndar…?

AD : Ya, beneranlah…! Sejak putus dengan Sofie kan gue sudah gak punya cewek,”

Setelah satu kaleng bir pilsener hitam habis ditenggak tinggal setengah gelas kopi lagi, Andar beranjak pergi ke kamar mandi.

Aku tetap duduk menonton televisi, tetapi kenapa begitu lama Andar pergi ke kamar mandi, aku baru menyadarinya sewaktu jedah iklan.

Aku pergi dari tempatku duduk memeriksa Andar apakah ia baik-baik saja.

Apa yang aku lihat membuat aku hampir terlompat dari tempat berdiriku. Andar berdiri di depan pintu kamar tidurku.

AD : Wah, sorry banget nech, Bung. Waktu gue sampe disini, pintu kamar lo memang udah terbuka begini…

Rupanya di tempat tidur, Sandra terbaring menyamping mengenakan daster panjang namun bagian bawahnya tersingkap sampai ke pinggul sehingga menampakkan bulatan pantatnya yang tertutup celana dalam, dan pahanya yang mulus.

AD : Gile… gue mau nech disuruh apa aja sama lo, Gun…

Pada awalnya aku sedikit kesal mendengar perkataan Andar. Namun pada saat yang bersamaan, melihat Andar memandang istriku seperti penuh birahi tiba-tiba membuat diriku terangsang.

AD : Gue rasa udah waktunya gue pulang.

A : Tunggu, Ndar. Kamu boleh masuk melihat Sandra lebih dekat.

AD : Ha?! Lo mau gue masuk ke kamar lo?

A : Kalo cuma lihat doang sih gak ada yang dirugikan kan, Ndar?

Aku seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan pada Andar. Aku mengijinkan pria lain masuk ke kamar tidurku untuk melihat tubuh istriku. Bahkan aku pun masih tidak yakin apa benar Andar yang melakukannya sewaktu Andar berada dalam kamarku, tangan Andar mengelus paha mulus Sandra dan menunduk mencium paha Sandra.

Aku hanya berdiri di depan tempat tidur memandangi Andar bergantian dengan Sandra.

AD : Gile, Gun. Lo bener-bener bikin gue gila… gue ga percaya kalo lo kasih bini lo sama gue.

A : Mau lihat lebih banyak?

Malah aku bertanya begitu pada Andar.

Lalu aku mencoba menarik turun celana dalam mini Sandra sehingga tersingkap sudah vagina Sandra meskipun masih terjepit di dalam pahanya, tetapi oleh Andar, kemudian Andar menguak belahan pantat Sandra, setelah itu Andar menunduk menyusupkan lidahnya masuk ke belahan pantat Sandra menjangkau vagina Sandra.

 

Aku bukannya memberontak melihat Andar memperlakukan istriku seperti itu, melainkan aku terangsang. Bahkan sewaktu Andar mengeluarkan penisnya sekalipun dan mengocoknya di depanku.

Pada kesempatan itu malah kupakai untuk melepaskan daster Sandra dan sialnya Sandra sama sekali tidak terbangun sampai Andar ternganga menatapi payudara Sandra yang telanjang,

AD : Gila, men! Gue ga percaya…

A : Untukmu, men…

Belum selesai aku berkata, tangan Andar sudah meremas tetek istriku. Karena mendapat rangsangan, puting payudara Sandra mencuat keras, lalu puting yang berwarna coklat itu dihisap Andar.

HUU…UUFFF….

Kalau Sandra terbangun, bagaimana, kataku dalam hati.

Terkutuklah diriku…

Sandra masih tak bergerak dalam tidurnya. Andar mulai menjadi lebih berani dan dengan menambahkan sedikit tenaga, Andar naik ke tempat tidur dengan penis mengacung mengangguk-angguk, mengusap-usap kepala penisnya yang telah mengeluarkan lendir precum itu ke belahan vagina Sandra.

A : Jangan cepet-cepet, Bro.

Aku memperingatkan Andar jangan cepat ejakulasi.

Kini ganti aku yang naik ke tempat tidur dengan penis ngaceng, aku menyuruh Andar mundur, lalu Andra berhenti mengocok penisnya menatapku memasukkan penisku ke lubang vagina Sandra.

Sandra masih terlelap namun napasnya semakin bertambah cepat. Aku mulai bergerak maju dan mundur sedikit demi sedikit aku menambah kecepatan.

Aku masih belum puas membiarkan semua ini berakhir saat itu, sebelum Andar menyemprotkan spermanya, aku melepaskan penisku dari lubang vagina Sandra lalu menyuruh Andar menggantikan aku.

Andar menatapku tidak percaya, tetapi kemudian aku menganggukkan kepalaku memberikan persetujuan, bahwa ia dapat melanjutkan untuk menyetubuhi istriku.

Penis Andar tidak sepanjang milikku dan lagi pula aku tidak yakin apakah persetubuhan itu dapat membangunkan Sandra.

Detik-detik Andar memasukkan penisnya ke lubang vagina Sandra kuperhatikan dengan seksama, dan berhubung lubang vagina Sandra sudah bekasku sehingga sewaktu Andar memasukkan batang penisnya ke lubang vagina Sandra dapat ditembus dengan mudah.

Setelah itu Andar segera memompa vagina Sandra dan setelah sekitar 10 pompaan maju-mundur, hal ini sudah cukup membuat Andar melambung mencapai klimaks.

Andar mulai menyemprotkan cairan maninya ke dalam vagina Sandra. Pinggul Sandra sedikit bergoyang-goyang, sehingga membuat Andar meledak semakin berejakulasi di dalam vagina istriku sambil melenguh beberapa kali.

Sandra mengerang, begitu pula Andar.

Bahkan Andra mengurut penisnya untuk mengeluarkan spermanya yang masih tersisa di saluran penisnya, dan ia membiarkan lelehan itu jatuh ke belahan payudara Sandra.

 

Andar berkata, “Gilaaaa, men!” namun kali ini ia tidak berbisik.

Hal ini tidak jadi masalah karena Sandra tidak bangun sedikitpun selama kami menggarap tubuhnya.

Aku sudah terlalu lemas untuk berkomentar dan akhirnya aku hanya menarik tangan Andar untuk keluar kamar.

Saat aku berjalan mengantar Andar ke luar rumah, Andar tak habis-habisnya berterima kasih kepadaku.

Aku melambaikan tangan lalu mengunci pintu. Aku masuk ke kamar, berbaring di atas ranjang di samping Sandra dan langsung terlelap begitu saja.

Keesokan harinya, Sandra membangunkan aku dengan mencium pipiku.
S ; Lo gak bakalan percaya apa yang gue mimpiin kemarin malam! Gue bermimpi ada banyak tangan yang meraba-raba badan gue. Ngomong-ngomong, kemarin malam kita ngapa-ngapain gak, yah?

Aku teringat kalau aku tidak sempat membersihkan sperma Andar yang tercecer di tubuh Sandra dan di ranjang sebelum pergi tidur kemarin.

A : Eeehhh…, iyalah. Memangnya lo engga ingat apa-apa?

S : Yaah…, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa lo berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga ketiduran?

Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malam…

A: Hmmmm, bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?

Pada minggu berikutnya di kantor aku terus memikirkan malam itu dimana Andar menyetubuhi istriku, Sandra.

Aku dan Andar tidak pernah menyinggung hal itu walau beberapa kali kami saling melepas senyum. Andar melemparkan senyum penuh rasa terima kasih kepadaku.

Harus kuakui, aku telah terobsesi dengan ide melihat istriku disetubuhi pria lain dan ingin mengulanginya.

Anda bersedia…?