Anak Gunung
setelah cukup lama hanya menjadi penikmat di forum ini, saya memaksakan diri untuk membuat sebuah thread yang mungkin bisa menghibur para suhu-suhu sekalian.
ini adalah pengalaman menulis pertama saya, dan saya nekat untuk membuat sebuah cerbung. kemungkinan besar thread ini akan gagal atau macet ditengah jalan, jadi kalau misalnya cerita tiba-tiba berhenti mohon untuk dimaklumi karena saya masih pemula di forum ini. untuk masalah update mungkin akan saya usahakan seminggu sekali, dan akan saya usahakan seminggu dua kali. kritik dan saran diterima, namun request akan saya pertimbangkan untuk membantu alur cerita.
sekian dari saya enjoy ceritanya
Prolog “Brakk…” itulah bunyi yang terdengar dipagi buta itu, di saat burung dan hewan lain belum bangun dan matahari belum menunjukkan sinar hangat nya. Ya saat itu masih lah sangat pagi sekali, belum ada kegiatan baik manusia maupun hewan yang berlangsung. Dipagi hari itu disebuah gunung yang tidak sekali di daki walau oleh professional sekalipun, maka jika pun ada orang yang naik keatas bisa dipastikan bahwa mereka memiliki modal mental yang luarbiasa dan siap akan resikonya, karena menurut rumornya bukan sekali atau dua kali gunung tersebut memakan korban, bahkan warga setempat juga sering mewanti-wanti bagi pendaki yang memaksa untuk mendaki ke atas. Di pagi itu tepat di dekat puncak seorang pemuda tanggung tersadar dari pingsannya yang tidak berlangsung lama. “hahhh… sakit banget bangsat… aduhh” ucap pemuda tersebut mencoba berdiri sambil memegang pinggangnya yang terasa sedikit nyeri akibat jatuhnya yang entah darimana… “hah..hah..huhhh… duh, ini udah dimana ya..”ucap si pemuda dengan pikiran yang masih sedikit pusing dan linglung “oh iya astagaaa!!! Akhirnya aku kembali!!!” pemuda itu sedikit memekik saat menyadari keadaan dan keberadaannya “aduh, aku harus cepat kembali… nanti mereka semua berfikir aku sudah mati… aku harus cepat kembali..” gumam pemuda tersebut dan langsung berlari untuk menuruni bukit. Tidak sulit baginya untuk turun dari gunung tersebut yang terbilang cukup tinggi ±3000 meter diatas permukaan laut, dengan kekuatan nya sekarang hal tersebut adalah hal yang sangat mudah apabila diingat jika dia bukanlah manusia biasa lagi, bisa terbilang mungkin hampir mendekati dewa, menjadi bagian dari sedikit orang yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Dalam waktu yang hampir 10 menit pemuda tersebut sudah berada di kaki gunung dekat dengan gerbang masuk, pemuda tersebut berjalan dengan sedikit tertatih karena semua luka bekas kejadian yang dialami diatas gunung belum semuanya pulih seutuhnya. Saat pemuda tersebut sudah berada dekat pemukiman warga, dan semua mata mengarah padanya karena pada saat itu pemuda tersebut sangat mencolok, karena mulai dari wajah yang tidak terlihat seperti wajah orang daerah tersebut serta pakaian pemuda tersebut yang hanya tersisa celana, ya hanya celana karena bajunya dibuang pemuda itu karena sudah banyak robek akibat jatuhnya tadi, serta sepatunya yang entah hilang kemana jadi pemuda tersebut berjalan dengan nyeker walau begitu kaki pemuda itu tidak terasa sakit sedikitpun karena kaki nya yang terlindungi oleh aura yang bisa menjaga kaki nya dari segala benda ditanah yang mungkin bisa menyakiti kaki pemuda tersebut, walau terlihat kakinya menapak pada tanah tapi kaki itu tidak benar-benar tersentuh tanah, bahkan dengan mata yang jeli jika manusia biasa maka tetap tidak akan bisa melihat bedanya, hanya sebagian dikit orang yang bisa melihat aura yang menyelubungi kaki pemuda tersebut, termasuk salah satunya seorang bapak yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan tajam dan tidak berkedip sedikitpun, pemuda tersebut tanpa melihat kearah bapak yang berbadan ringkih tersebutpun bisa merasakan bahwa dia diawasi dengan menggunakan ketajaman indra dan perluasan aura yang dimilikinya. Ya aura seseorang bisa diperluas tergantung pada tingkat kekuatan pemiliknya, bisa digunakan untuk mengintimidasi sehingga orang yang tidak memiliki aura atau fisik yang cukup kuat maka bisa dipastikan akan mengalami pingsan atau tubuh terasa lemas tak berdaya seketika. Dan pemuda tersebut menggunakan perluasan aura untuk mendeteksi keadaan sekitar, juga bisa untuk mendapat seperti cetak biru area yang terjangkau oleh auranya sehingga dengan menutup mata pun dia bisa melihat apa yang ada di sekitarnya (±70meter, dan masih bisa diperluas lagi), dan terasa olehnya beberapa orang yang memiliki aura juga tapi tidak ada yang cukup kuat seperti bapak yang daritadi memperhatikannya. Biasanya perluasan aura memakan cukup banyak kekuatan dan tenaga aura tersebut, tapi hal tersebut . “huuhh… apaan sih daritadi ngeliatin gua mulu tuh orang tua yaa..” gumam pemuda tersebut, tetapi ia tetap berjalan lurus dengan mantap tanpa merasa takut sedikitpun, lagi pula orang tua tersebut tidak mengeluarkan aura yang mengancam dan hanya memperhatikan.
Pemuda tersebut menjadi fokus oleh orang tua tersebut karena luapan aura yang berlebihan yang dikeluarkan pemuda tersebut, karena pemuda itu belum bisa untuk menekan aura yang dimilikinya sehingga sangat mudah untuk mendapat perhatian sesama pemilik aura, dan pasti akan berbahaya juga bagi pemuda tersebut jika ia terus berjalan ke daerah yang lebih besar sehingga pemilik aura lain (jahat) akan merasa terancam dan akan berpotensi melakukan serangan ke arah pemuda itu, karena tidak ada cara pasti untuk merasakan tingkat kekuatan seseorang tanpa melakukan konfrontasi secara langsung, lagi pula ada beberapa yang cukup kuat dan sangat kuat di antara para pemilik aura, da nada diposisi mana kah pemuda tersebut? Apakah akan menjadi ancaman biasa atau ancaman sesungguhnya? Dan apa yang membuat orang tua tadi sangat me-waspadainya? “hei.. anak muda…” seru orang tua tersebut “hoii!! Kau anak muda…” seru nya kembali dengan suara yang lebih keras “duhh… apaan dah itu kakek kakek.. huhhh…” kesal sang pemuda dalam hati sambil terus berjalan dan pura-pura tidak mendengar si kakek yang sudah memanggil nya dua kali Dan tiba-tiba dengan sigap pemuda itu menahan tangan yang ingin meraih pundaknya dengan cepat, kecepatan tangan itu memang bisa dikatakan luar biasa, tapi dengan kekuatan pemuda yang terlampau luar biasa bisa dengat cukup tepat menangkap tangan yang ingin memegang pundaknya itu tanpa harus berbalik badan dengan hanya satu tangan. Pemuda itu cukup terkejut karena tidak memprediksi kekuatan si kakek yang dipikir salah satu yang cukup kuat, rupanya salah satu yang sangat kuat. Ternyata si kakek tersebut terbiasa menekan auranya agar tidak terlalu mencolok. “hahaha… hebat sekali kau anak muda… aku tidak menyangka kau melebihi ekspetasi ku…” ucap sang kakek yang cukup terkesiap melihat reflek cina-cina pemuda tersebut “huuuffthhh… maaf tapi kakek ini siapa? Dan ada urusan apa dengan saya?” ucap pemuda tersebut, dia menurunkan sedikit pertahanannya karena tidak merasakan aura yang mengancam yang ingin bertarung dengannya “anak muda kenapa kau menurunkan pertahanan aura mu? Apa karena aku kau rasa lemah atau karena aura ku tidak menunjukan ancaman?” ucap sang kakek karena dia bisa merasakan penurunan aura pertahanan pemuda tersebut “saya hanya merasakan bahwa aura kakek adalah aura yang ingin berteman dan saya merasa cukup yakin karena kakek tidak menyerang saya dari awal..” ucap pemuda itu tegas dan pasti “untuk kali ini mungkin kau benar, tapi di keadaan lain usahakan untuk selalu waspada, kurangi kecerobohan mu karena walau kau memiliki kekuatan besar kau tetap tidak bisa melihat niat seseorang..” ucap kakek tersebut sambil mengelus-elus jenggot nya yang putih dan cukup panjang tersebut “ohh.. baik kek terima kasih atas nasehatnya, saya akan mencoba lebih waspada dan mengurangi kecerobohan saya…” ucap pemuda tersebut dengan wajah yang berseri karena ia merasa bahwa nasehat itu benar dan ia perlukan “wohoho… apa yang terjadi padamu di atas gunung sana? Sampai kau yang berjiwa pembangkang menjadi lebih berbudi pekerti?” ucap sang kakek sambil tetap mengelus janggutnya “hahh…? Ini kakek siapa kok bisa berbicara seperti itu ya? Apa dia mengenalku dulu..?” pikir sang pemuda dalam hati yang penuh tanda Tanya “jangan bingung seperti itu lah… saat kalian pertama naik gunung aku sudah bisa menilai karaktermu yang cukup pembangkang… walau aku bisa juga merasakan ketulusan dan pekerti baik walau tingkah laku dan ucapan mu terkadang berbeda..” timpal sang kakek yang melihat raut kebingungan di wajah pemuda tersebut “ohh iyaa… kakek ini adalah orang yang memberi petunjuk dan pantangan pada kami… entah kenapa saat itu aku sangat ingin mematahkan pantangan dan perintah kakek ini… huufthh sudahlah tidak perlu lagi aku pikirkan toh sudah lewat juga…” sang pemuda hanya berkata dalam hatinya dan tetap tidak mengatakan apa yang dia pikirkan “ahh.. iya.. namaku kiman janggo… panggil saja kakek kijang..” ucap si kakek yang mulai memperkenalkan diri “jika kau merasakan kesulitan dan merasa ada yang mulai mengincarmu datanglah kembali padaku.. aku akan mengajari hal yang penting bagi mu..” timpal kakek itu lagi “ahh apa ya maksud kakek ini?? Kesulitan? Orang yang mengincarku? Kenapa? Aku rasa aku bisa melindungi diri sendiri…” ucap pemuda itu dalam hatinya yang sedikit sulit mencerna maksud dari perkataan si kakek itu, lagi pula memang dia masih belum dalam keadaan fit untuk hal tersebut “iya kek… nama saya bagaskara kek… panggil bagas saja kek..” ucap sang pemuda tersebut balik memperkenalkan dirinya…
I. Iya dia bagaskara… Bagaskara Putra Gentala, anak dari Bajra Gentala seorang yang cukup di-akui namun sudah meninggalkan kehidupan dan masa jaya nya demi seorang wanita jelita yang menjadi ibu Bagas, yaitu Dewi Darma Yunita, seorang ibu yang sangat cantik nan ayu, jiwa yang lembut kepada keluarganya, seorang wanita hebat yang mampu menjinakkan pria buas pada masanya dan merubahnya menjadi pria lemah lembut dan lebih bijak tidak seperti dulu yang sangat beringasan yaitu ayah Bagas, wanita yang sangat lembut yang tidak pernah marah pada bagas walaupun terkadang anaknya sangat bandal dan liar tapi sang anak tidak mampu melawan tatapan lembut sang ibu, sama seperti sang ayah begitu juga sang anak, singa muda itu selalu bertekuk lutut apabila menghadapi tatapan lembut ibunya apalagi jika sang ibu sempat berbicara untuk menasihati nya maka ia tidak memiliki kemampuan untuk melawan dan menyanggah kata-kata ibunya walau tidak selalu ia turuti tapi ia tidak pernah melawan apabila dinasihati. Sang anak sangat mencintai dan menyayangi satu-satunya ibunya itu bahkan pernah suatu kejadian sang ibu melukai tangan nya tanpa sengaja akibat terkena pisau saat sedang memasak, namun bagas yang melihat kejadian itu sangat marah karena melihat ibunya terluka dan berdarah langsung gelap mata dan emosi berlebihan, walau ia sendiri tidak tahu emosi pada hal apa, dia hanya sangat membenci apabila ibunya tersakiti apalagi sampai terluka seperti itu, ia pergi melampiaskan emosi nya dengan cara pergi ke sekolah sman22 yang merupakan musuh bebuyutan sekolahnya sman07, ia yang saat itu masih orang biasa dan mendatangi sekolah musuh seorang diri menghajar semua orang disana, walau dia sendiri terluka cukup parah, dia beruntung karena tidak semua pentolan sekolah itu ada ditempat karena jika mereka sedang berkumpul maka bisa dipastikan dia akan balik dengan sekarat atau mungkin tinggal nama, saat ia kembali kerumah ia malah semakin merasa bersalah karena itu pertama kali ia melihat ibu yang sangat dicintainya menangis di pundaknya sambil memeluknya karena melihat sang anak yang terluka cukup banyak, ia semakin menyesali perbuatannya karena ibunya bukan hanya terluka tapi juga tersakiti hatinya akibat perbuatannya. Ibunya yang sadar bahwa perbuatan anaknya itu terjadi karena melihat dirinya terluka maka ia pun memakluminya karena ia tahu betapa cintanya anaknya pada dirinya dan ia tidak memarahi anaknya, namun mendekapnya dalam peluk yang lembut agar emosi anaknya bagas luntur dan diganti dengan rasa hangat. Rasa cinta bagas yang begitu besar karena ajaran ibunya yang lemah lembut dan selalu baik serta pemaaf membentuk sikap bagas yang sangat mencintai keluarga, serta sifat ibunya yang tidak pernah mengekang dirinya dalam berekpresi menjadikan bagas menjadi anak yang penurut pada ibunya, walau diluar itu ia juga memiliki jiwa liar turunan dari ayahnya yang sering membuatnya melakukan tindakan bandal namun ibunya masih tetap memaklumi dan menyayanginya, hal itu yang membuat bagas memiliki standard tinggi dalam hal wanita, sehingga wanita yang bisa memenangkan hati bagas tidaklah banyak. Bagas juga memiliki seorang adik yang terpaut 3 tahun darinya yang juga sangat disayanginya yaitu dinda puspa yunita, ia sangat menyayangi adiknya sama seperti ibunya dan ia selalu menjaga adiknya dari segala hal yang berkemungkinan mengancam keselamatan dan kenyamanan adiknya. Pernah suatu ketika ia melihat adiknya di ganggu dan mau dilecehkan oleh beberapa orang yang sedikit lebih tua darinya karena memang adiknya sangat cantik mengikut dari ibunya, sedangkan bagas tampan mengikut campuran ayah dan ibunya. Bagas yang melihat adiknya mau dilecehkan, menjadi geram dan menghajar remaja tanggung itu tanpa ampun sampai ada yang patah tangannya salah satu remaja itu, walaupun ia sampai di marahi para orangtua mereka dan disuruh bertanggung jawab ganti rugi ia tidak menyesal dan keluarganya tidak marah akibat tindakan yang berdasarkan niat untuk melindungi adiknya. Bahkan sampai saat ini dinda adik bagas tidak pernah di ganggu oleh remaja nakal, bagas juga sangat menyaring teman laki-laki dinda karena ia tahu apa yang ada dipikiran remaja laki-laki apabila melihat wajah cantik dan kemolekan tubuh dinda, sehingga ia hanya mempercayai satu orang laki-laki yang merupakan teman dinda dari kecil dan bisa dianggap keluarga karena orangtua anak laki-laki tersebut adalah orang kepercayaan ayahnya. Ini lah awal mula cerita Bagaskara Putra Gentala yang akan menjalani kehidupan yang dikiranya selama ini adalah hal tidak masuk akal, yaitu mengenai aura dan mistis lainnya. #Bagas “tok..tok..tok” suara pintu kamarku yang sedari tadi diketuk entah oleh siapa, mungkin ibu atau juga adik aku tidak peduli karena rasa kantuk yang masih tersisa di kantung mata ini hasil begadang semalaman, padahal aku sudah kuliah dan masih memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan. Ya aku Bagas sudah kuliah di semester 3, yang mana artinya tugas sudah mulai banyak dan menumpuk, tapi ya mau gimana lagi, sikap malas ku yang sudah melekat susah untuk dihilangkan, jika tidak karena ibu ku rasa malas ku ini sudah pada tingkat akhir. “kak.. bangun kak.. dinda capek disuruh ibu bangunin kakak…!!” ucap dinda adikku yang manis ini “iya iya.. entar lagi kakak bangun.. kakak tau jam kakak sendiri..” sungut ku karena dari tadi dia menggangu jam tidurku yang berharga, walau aku sadar sih kalau sudah telat “ihh kakak susah banget sih dibilangi!! Ngeselin banget sihh… aku bilangin ibu ya” ucap dinda sembari masuk kedalam kamarku, ya, itu adalah senjata andalan dinda, mengadu pada ibu karena dia tahu aku tidak mungkin untuk membantah beliau “iya iya kakak bangun sekarang… emang apa sih yang ga boleh?? Huhhh..” ucapku yang semakin kesal karena dia “ihh kakak udah tua juga masih nyusahin adiknya aja.. ngeselin banget sih jadi kakak..” sungut nya yang mulai menggoyang-goyangkan badan ku yang masih berbaring “iya dinda cantik.. kakak bangun nihh..” aku sedikit memujinya agar dia tidak semakin kuat menggoyang badan ku yang masih agak lemas “apaansih muji-muji… sok banget tauuu…” balasnya yang sekarang mulai mencubit badanku “iya iya ini kakak udah bangun… bawelll…” sedikit kesal juga karena pujian ku tidak ampuh seperti biasanya hahaha “apaan bangun masih tiduran gitu hah?? Udah bangun cepet dinda gamau telat karena bangunin kakak aja nihh..” kata-katanya sedikit memotivasiku untuk bangun karena bagaimana pun aku tidak mau dinda kena masalah karena aku “iya udah kakak bangun… tapi cium dulu dong..” goda ku padanya sambil mulai duduk di atas kasur empuk kesayangan ku ini “ihh apaan sih godain dinda mulu… jiji banget nyium kakak..” ucapnya yang membuatnya semakin manis dan imut . duh kalau bukan adikku mungkin aku akan mudah jatuh hati padanya hehehe “yakin nih gamau cium kakak? Kakak tidur lagi loh nanti..” ancam ku sedikit menggodanya “cuph.. udah ayo bangun sekarang… S E K A R A N G!!..” ucapnya lagi dengan tegas “hahaha.. makasih dinda adik kakak yang paling cantik..” ucapku kemudian mulai bangkit, dan dinda pun kulihat sudah berjalan keluar kamar. Aku selalu berpikir untuk selalu melindungi dinda, karena bagaimana pun dia adalah adikku satu-satu nya yang paling ku sayangi, dia adalah permata keluarga yang tidak boleh sampai rusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan terjadi padanya, mungkin aku juga akan menggila bila ia sampai terluka atau tersakiti, jujur aku paling benci apabila melihat dia menangis, sama seperti mama apabila ia terluka maka aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Walau aku sendiri sering bermain liar dengan wanita, tapi itu juga bukan karena paksaan, aku paling anti dengan yang namanya pemaksaan atau bahasa kasarnya pemerkosaan, karena siapapun yang berbuat dan aku mengenalnya maka tinjuku tidak akan segan mendarat dimuka siapapun itu. Karena pernah suatu ketika saat aku masih kelas 2 sma “tuh lihat si sartika cakep banget bangsat… pengen gua entotin tuh meki nya pasti ketat banget… uuu” ucap seseorang, disaat aku sedang merokok dikamar mandi “body nya pasti legit banget tuh.. wangi wangi tuh pasti seluruh badannya… ahhahaha” ucap seseorang “kalau gua sih pengen gua gamparin tuh pantatnya sampai merah… pengen gw doggy sampe mampus dia tuhh..” timpal kawannya “nahh.. gini aja, kalian tau kan dia anak broken home?” Tanya salah satu dari mereka “iya tau.. terus kenapa?..” Tanya seseorang, dan dari suaranya aku seperti kenal, ya dia adalah bardi, salah satu bajingan tengik yang jika ada aku atau teman dekatku maka dia akan menciut dan terlihat seperti orang bodoh, tapi jika dihadapan orang lain, terkhusus cewek dan adik kelas maka gaya nya jadi setinggi langit seolah dia hebat, karena bagaimanapun aku dan kawanku selalu membela seangkatan dari adik kelas jika terjadi perselisihan, karena aku dan kawanku 3 orang memiliki julukan “FOUR HORSE MAN” karena kami berempat selalu memimpin setiap gerakan fisik jika ada yang bersitenggang baik secara internal maupun jika ada masalah eksternal seperti masalah dengan sekolah lain. “biasanya anak broken home itu ga punya tempat mengadu jika ada masalah…” ucap bardi “terus hubungannya apa?” ucap kawannya yang ada disitu “gimana kalau kita perkosa dia sehabis pulang sekolah… dia juga kurang akrab sama kawannya yang lain karena dia sering murung sendiri… jadi kalau kita perkosa dia nggak mungkin bisa ngelawan… dia ga punya tempat berlindung.. karena setau gua dia juga sendirian ngekos ga tinggal bareng ibu ayah nya karena pisah…” kata bardi yang ingin mempengaruhi kawannya dengan niat jahatnya “ahh lu serius lu… nanti gimana kalau kenapa-napa..” ujar mereka yang masih memiliki keraguan “iya.. gimana kalau dia bunuh diri karena tambah beban masalah..??” timpal yang satu lagi “udah lu santai aja… kalau dia mau mati ya biar mati.. tapi sebelum itu kita harus nikmatin tubuhnya dulu… gimana?” rayu bardi kepada mereka untuk membulatkan tekad “ah tapi lu jangan salah dulu bar.. dia cukup sering ngobrol bareng bagas.. mungkin mereka dekat lagi..” ucap seseorang “lu takut sama bagas? Kalau dia sendiri kita berempat dia bisa apa? Gua sebenarnya berani sama dia.. tapi kawan-kawannya pada kompak banget, makanya dia jadi sok kuat gitu.. padahal gada apa-apanya…” ucap bardi yang sedikit memancing emosi ku. Aku sebenarnya sudah sedikit naik pitam, tapi aku berusaha untuk tidak gegebah yang akan membuat masalah yang malah akan menyudutkan ku nantinya, jadi aku sebisa mungkin untuk tidak ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka, aku tidak boleh terlalu naïf untuk saat ini, harus bersabar karena jika mereka melaksanakan rencana mereka maka aku akan memiliki alasan kuat untuk menghajar mereka tanpa ampun nantinya. “ah kalau gitu gua nggak ikutan dahh… susah urusannya kalau dah gini.. gua gamau karena nafsu belaka malah jadi tombak balik ke diri gua” ucap orang tadi “ah payah lu.. cupu banget.. jauh-jauh aja lu kontol..” maki bardi padanya dan “bugh” aku mendengar suara pukulan yang sedikit keras dari arah mereka “pergi lu dasar cupu… gua pukul juga lu nanti anjing…” bardi mengusir orang itu, ia kesal nanti rencananya gagal karena perkataan orang tadi “jadi gimana? Kalian berdua ikut nggak? Kalau masalah bagas serahin sama gua.. santai aja..” ucap bardi dengan lagak sok jagoan “oke kalau gitu… gua ikut..” ucap mereka berdua serempak “nahh… nanti jam 3 pulang sekolah kita tungguin di kelas gua, biasanya dia pulang paling akhir karena suka sendiri dan sepi gitu.. nanti begitu sepi baru kita gas..” kata bardi yang sudah menyusun rencana nya “oke kalau gitu.. nanti kita datang sepulang sekolah…” kata mereka berdua Lalu mereka pun bubar untuk balik ke kelas masing-masing, dan pas bertepatan dengan habisnya rokok ku yang dari tadi ku hisap… lalu aku pun juga bergegas untuk kembali ke kelas karena tidak mau membolos terlalu banyak mata pelajaran, karena bertepatan ini jam ganti pelajaran “oi cunguk darimana aja lo” ujar wijaya, biasa ku panggil jaya.
Perawakannya seperti orang lokal bercampur tionghoa, soal bentuk wajah lebih dominan lokal, tapi soal otak sudah dipastikan seperti orang-orang cina diluar negeri sana, sangat encer namun tajam. Ciri-ciri orang tionghoa yang melekat padanya hanyalah matanya yang cukup sipit, karena kulitnya tidak terlalu putih seperti yang lain. Jaya ini orang yang paling dekat denganku dan yang paling bisa kupercaya, bukan berarti dua lainnya tidak dekat dank u percaya juga, tapi karena jaya sudah bersamaku sedari sd dulu. Tidak seperti kami yang cukup liar bermain cewe, jaya tipe orang yang lebih kalem apalagi jika dia sedang memiliki pacar bisa dipastikan seratus persen tidak akan menyentuh wanita bayaran, makanya aku bisa percaya segala hal padanya “iya lo dari mana aja gas ******… cabut kaga ngajak-ngajak..” timpal mada, nah mada adalah teman dekatku dengan badan yang cukup besar, mirip seperti cerita dulu yaitu gajah mada. Badannya besar namun tidak hanya lemak, karena dibalik lemaknya yang terlihat empuk itu ada otot yang kuat sehingga lemaknya bisa dibilang sepeti perisai, karena soal tenaga mada ini belum ada bandingnya, aku pun mengakui jika kami sama-sama serius dan hanya mengandalkan tenaga tanpa skill maka bisa dipastikan aku akan kalah, bisa dikatakan dia adalah badak kebanggaan kami “hahaha… nanti gada yang amanin nama gua pas absensi kalau lu semua pada ikut men..” ucapku agar mereka tidak semakin banyak bertanya “halah bacot ngentod.. bilang aja gamau bagi rokok lu tod..” ucap chritian, ya dia adalah kawan dekatku yang beda agama, dia sendiri yang Kristen dan sangat cocok dengan kami, karena kami semua satu frequensi. Dia biasa dipanggil tian, anak seorang pastor tapi tidak memiliki sedikitpun cerminan jiwa kerohanian dalam dirinya bahkan si bangsat satu ini juga sama liar nya dengan kami, di balik mukanya yang terlihat polos, tersembunyi jati dirinya yang merupakan Bandar bokep dan pk, sejauh kami berteman dia sudah memerawani 3 orang gadis, ya lebih banyak dari kami, karena diantara kami dia adalah yang paling pintar merayu cewek, dia adalah buaya sesungguhnya. “alah sia anjing… gua juga sering bayari mulut lu make rokok ngntod..” maki ku padanya Ya kami sering memaki satu sama lain, tapi itu yang menjadi lem perekat diantara kami berempat. Yang ku suka dari mereka adalah mereka saling menghargai dengan sangat satu sama lain, seperti menghargai pasangan kawan atau sebagainya. Mereka juga tidak mudah tersinggung, makanya aku nyaman bercanda dengan mereka. Kami berempat dikenal sebagai “Four Horse Man” karena kami berdiri Cuma berempat tidak memiliki anggota lain, tidak seperti geng lain yang ada disekolahan seperti biasa. Namun para pentolan sekolah kami yang lain juga tetap berada dibawah perintah kami, ya bisa dibilang kami tidak membentuk geng resmi karena beberapa alasan, karena kami tidak mau memancing keributan yang akan tersulut bila ada geng dalam sebuah sekolah, namun jika ada yang berani bergesekan kami juga tidak akan segan untuk mendobrak seluruh penantang yang sok jago. Kami dikenal juga sebagai kuda hitam karena kami sering seperti anomali spontan yang bisa mengobrak-abrik sebuah geng sekolahan yang cukup besar. Namun kami memang bukanlah yang terkuat saat ini, karena di beberapa sekolah lain ada rumor bahwa pentolan mereka mampu menggunakan ki atau aura, dalam kasus ini ki bisa dikatakan seperti cadangan tenaga saja agar tidak mudah lelah sedangkan pengguna aura adalah mereka yang mampu menambah kekuatan sampai melewati batas manusia normal, bahkan ada rumor mengatakan bahwa pengguna aura kelas menengah – keatas bisa menggunakan mode tempur apalah yang aku sendiri tidak paham, oleh karena itu aku memilih untuk tidak percaya, satu-dua hal yang kupercayai adalah tinju ku dan teman-teman ku. Berbeda dengan ku, mereka bertiga justru percaya akan hal yang tidak masuk akal begituan, juga mungkin karena kebetulan orang tua mereka juga pengguna aura, begitulah kesimpulan dari apa yang mereka sampaikan kepadaku. Mereka juga berencana saat kuliah nanti akan mulai mempelajari sistem dan penggunaan aura. Huuhh sungguh pemikiran yang bodoh, ucapku selalu dalam hati “hahaha… yaudah yaudah… itu pak budiman dah masuk men…” ucap jaya, lalu kami pun duduk ditempat masing-masing. Kebetulan pak diman ini adalah guru yang tergolong santuy, jadi di pelajarannya kami sering memanfaatkan waktu untuk tidur apalagi ini adalah jam terakhir hehehe… Seusai kelas kami pun bangun, itupun dibangunkan oleh teman kami yang lain. Kami sebenarnya tidak bisa digolongkan sebagai murid bodoh, karena bagaimanapun aku adalah seorang mantan juara OSN tingkat provinsi pelajaran fisika, jaya justru jagoan MTK karena dia setengah tionghoa yang dikenal jago MTK, sedangkan dua lagi selalu masuk 10 besar ranking kelas, dan kami berempat adalah tim inti basket sekolah, jadi guru tidak terlalu mempermasalahkan kenakalan kami, karena salah satu slogan tidak tertulis di sekolah ini adalah “boleh nakal tapi tidak boleh bodoh”. “dah ayok ke warkop cuyy..” ajak mada, warkop merupakan tempat tongkrongan kami, karena di bagian belakang ada halaman rindang tempat biasa kami merokok dan duduk-duduk sambil mengobrol, lagi pula pemilik warkop ini sudah dekat lama dengan kami sejak smp. “yaudah ayok.. gua juga seret banget nih.. pengen ngudud sambil ngopi..” timpal tian “yudah kuy men..” ajakku, lalu kami pun berangkat ke warkop yang paling berjarak 50 meter dari sekolah. Sembari kami mengobrol dan sambil minum, ngudud, dan ngemil, aku pun mengeluarkan hp ku untuk melihat pesan dari pacar ku annissa. Pacar kami semua terbilang akrab, karena mereka juga kadang maau kumpul di tempat ini, kecuali tian karena dia sedang malas pacaran katanya. Saat aku chattingan aku melihat kearah jam dan melihat jam 15.12 , ASTAGA aku baru ingat tentang sartika, dia adalah anak pendiam karena masalah keluarga, tapi kami cukup akrab karena aku merasa sedikit iba padanya, karena aku masih bisa merasakan hangat keluarga jadi ada rasa kasihan dan ingin menemani nya lagi pula dia anak yang pintar dan aku suka berteman dengan orang yang pintar. “menn, aku balik ke sekolah dulu ya..” ucapku pada kawan ku untuk sekedar izin tanda menghargai persahabatan kami “ehh, kenapa gas? Ada yang ketinggalan?” Tanya tian padaku, aku sebenarnya enggan bercerita karena nanti ini akan melebar kemana-mana apalagi kami sama-sama benci dengan namanya rapist (pemerkosa), jadi aku ingin menangani ini sendiri tanpa melibatkan mereka “ee anu tii.. buku yang gua pinjam ketinggalan” bohongku dengan logis agar mereka tidak curiga. Aduh aku padahal harus buru-buru malah tertahan karena pertanyaan temanku “ohh.. yaudah.. tapi lu masih balik kesini kan? Entar lu cabut sendiri lagi ninggalin kita…” Tanya mada “iya iya gua masih balik kesini… sanss…” jawab ku sekena nya “ohh yaudah hati-hati men…” ucap mereka. Lalu akupun berlari secepat mungkin ke sekolah ku, dengan perasaan harap-harap cemas dan yang membuatku sedingkit jengkel adalah karena aku harus melewati lika-liku gang kecil ini, brengsek maki ku. Sesampai nya di sekolah aku langsung berlari ke arah kelas, melihat pintu yang tertutup aku menjadi semakin cemas karena biasanya pintu dikunci/ditutup jam 5 an saat semua guru sudah pulang, dengan emosi yang semakin memuncak langsung ku terjang pintu itu sekuat tenaga dengan kaki ku… “MANA KALIAN BANGSATTT11!!!…” maki ku, tapi yang justru ku dapati adalah kelas begitu kosong dan hening. Sial dimana mereka… saat itu aku langsung teringat toilet lama yang tidak dipakai tempat ku merokok tadi, yang memang jarak ke toilet itu agak terpisah dari sekolah, dengan nafas yang memburu aku langsung berlari kearah toilet sana “hahaha enak banget toketnya cukk… lembut gini meski masih dari luar baju” ucap teman bardi “gua bilang juga apa… ga akan nyeselkan hahaha…” ucap bardi senang “lihat nih gw remes-remes toket nya..” ucap bardi sambil memasukkan tangannya kedalam baju sekolah sartika, saat itu sartika tidak menunjukkan ekspresi apa-apa karena ia memang sudah mengalami tekanan dan depresi yang cukup hebat karena masalah keluarga, dan sekarang di tambah dia mau diperkosa oleh bardi dkk, sartika hanya pasrah dan mungkin berharap ini berlalu dan ia bisa mati dengan tenang, wajahnya memang tidak mengeluarkan ekspresi tapi air matanya tetap menetes deras tanpa ada sesengukan terdengar dari mulutnya. Ia hanya ingin berlalu dan mati. “KONTOLLL!!! SINI KALIAN KONTOLLL!!!…” teriakku dari jarak yang sudah 15 meter dan berlari cepat ke arah mereka, tanpa aba-aba aku langsung melompat dan.. “bugh” satu tunjangan kaki ku tepat mengenai muka teman bardi yang paling depan, entah apa yang terjadi padanya aku hanya melihat ceceran darah yang cukup deras dari arah mukanya dan dia terkujur tak bergerak “ehh… gas.. ini ga seperti yang lu lihat.. kami cuma mau bercanda doang sama sartika” ucap bardi sambil mundur kebelakang “bro.. hajar… nanti gua back up…” ujar bardi pada kawannya yang satu lagi, bagai robot yang diperintah kawannya maju tanpa berpikir sedikit pun “bugh… dak.. dak.. duphh…” empat pukulan ku masuk semua kearah wajah teman bardi, yang tak ku kenal namanya ini “arrrghhh… sakit bangett… kontol sakit bangeettt…” ucap kawanya tersebut “kontolll!!!… ‘bugh.. bugh.. dapp…daphh’…” maki ku sambil kupukul wajah dan badannya, dia pun tersungkur tapi masih sadarkan diri. Namun tiba-tiba… “bakhhh…” terdengar cukup nyaring suara yang dihasilkan, suara yang terjadi karena bardi memukul kepala bagas dengan cukup keras menggunakan balok kayu sisa, bagas sempat oyong sebentar namun dia menggigit lidahnya agar kesadarannya cepat kembali dan tidak terjatuh “hah..hah.. awww…” ucapku sambil menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk merileks kan otot tegang apalagi habis terkena pukulan kayu tersebut. Tidak berapa lama bardi kemudian mengayunkan kembali baloknya ke kepala bagas “mati lu kontolll!!!” teriak bardi sembari mengayunkan dengan kekuatan penuh “tapphh…” kayu tersebut barhasil ku tahan dengan satu tangan “sekarang lu yang mati kontolll” geram ku sambil ku tarik kerahnya dan ku arah kan kepalanya ke lutut ku “duughh” terdengar nyaring lalu kepala nya sempoyongan kebelakang mau jatuh, saat mau jatuh ku tangkap rambutnya dan ku tarik kearah ku “bugh…bugh..bugh..bugh..bugh” begitu terus kupukuli wajah nya sampai benar-benar memerah oleh darah yang muncrat,
bahkan matanya pun sudah mengeluarkan darah yang cukup kental. “aarrrrgggghhh… arrgghhh” pekik bardi yang berusaha melindungi wajahnya namun sia-sia karena tubuhnya sudah terlanjur lemas duluan “gas.. ampun gass.. gua minta maaf… jangan pukulin gua lagi… gua bakal tanggung jawab” mohonnya dengan rengekan anak kecil, sangat berbeda dengan gaya nya saat berbicara di kamar mandi tadi. Aku tarik rambutnya kebelakang agar wajahnya mendongak kearah ku, dan dengan tatapan tajam dan penuh amarah… “lu mau gua berhenti?… ‘bugghhh’…. Lu mau gua berhenti?…’bughh’… gua Tanya lu mau gua berhenti ga KONTOLLL…” Tanya ku dengan tinju yang tetap menghantam wajahnya “iyaa.. hokhh.. tolong berhenti gass.. gua bisa mati kalau lu pukulin gini terus…” ucapnya dengan muka yang penuh darah, matanya sudah tidak ada yang sanggup terbuka, dan hidungnya sudah benar-benar parah “kalau sartika tadi mohon berhenti emang lu mau berhenti hahh??… lu harus mati bajingannn….” Maki ku yang sudah kalap karena terlampau emosi melihat binatang ini Ku teruskan pukulan ku ke arah wajahnya, ingin rasanya ku bunuh saja bajingan tengik ini namun entah kenapa tiba-tiba emosi ku serasa sirna, saat ku sadari ada sepasang tangan mendekapku yang melingkar dibadan ku dari punggung ke arah dada, seketika aku merasa sejuk dan langsung ku lepas cengkraman tanganku dari rambut bardi yang entah masih hidup atau sudah mati, karena aku benar-benar menggunakan seluruh tenaga ku karena niatku tadi adalah membunuhnya , entah kenapa secara reflek dan tiba-tiba semua emosiku dengan mudahnya runtuh dan jiwaku kembali tenang, ahh… memang kekuatan sejati wanita adalah menjinakkan jiwa liar pria “udah cukup… cukup gass… jangan jadi pembunuh karena aku” aku mengenali suara ini, suara kartika terdengar jelas dengan nada getir dalam isak nya “udah gas… jangan dilanjutin ya… aku gamau kamu bunuh dia karena aku..” sambung sartika yang berderai air mata, terasa basah dipunggungku, dan ya memang aku paling lemah dengan tangisan wanita, apalagi wanita yang dekat dengan ku dan memiliki perhatian ku Perlahan ku turunkan tanganku dan melemaskan kepalanku. Ku pegang tangannya dan kubalikkan tubuhku ke arahnya sambil menatapnya dengan lekat, tampak begitu banyak emosi yang tersirat di wajahnya, mulai dari marah,sedih,kecewa,pasrah,dan yang lain sehingga sangat sulit ku artikan. Ku peluk tubuhnya dengan niat agar dia tenang dan tetap kuat, aku sangat sedih melihat keadaannya apalagi ku lihat bajunya yang sudah berantakan akibat bajingan tadi, lalu mulai ku rapikan bajunya dan kembali kupeluk dengan erat, kudekap kepalanya agar bersandar bebas dan dalam di dadaku dalam pelukan. Ku elus rambutnya dengan tangan kiri ku karena tangan kananku penuh darah. Tak perlu menunggu lama, 3 orang teman dekatku tadi sudah datang bersama beberapa guru beserta kepala sekolah, mungkin karena aku kelamaan dan terjadi beberapa keributan sehingga teman dan guru ku datang. Setelah menjelaskan semua kejadian, aku tetap mendapat hukuman berupa skorsing selama 1 minggu, namun orang tua ku tidak menyalahkanku namun menguatkanku karena apa yang ku lakukan itu benar, para guru juga sebenarnya mendukungku namun peraturan tetaplah peraturan, aku melanggar peraturan berkelahi disekolah, ya jadi harus terima. Ketiga orang tadi dikeluarkan dari sekolah dan mereka dirawat di rumah sakit karena 2 diantaranya benar-benar kritis. “huuhhh… jadi teringat kejadian dulu” gumamku dalam hati, entah apa sekarang yang terjadi dengan sartika karena aku sudah lama tidak mendengar kabarnya, duh jadi rindu padahal karena masalah ini aku jadi sedikit ribut dengan pacarku saat itu karena ketahuan aku memeluk sartika saat itu, tapi ya sudah lah aku tidak menyesal, karena itu demi memberi sartika kekuatan mental kok hehehe…