– Bajaj Bajuri

POV: Bang Said

Di komplek Bajuri, Bang Said adalah sosok cowok dewasa berusia matang yang gagah dan macho. Dengan tubuh yang tinggi dan berisi dan warna kulit coklat terbakar matahari dan otot-otot tubuh yang liat dan padat akibat kerja kasar, Bang Said diam-diam jadi bahan gosip ibu-ibu satu komplek.

Ibu-ibu komplek Bajuri yang rata-rata sudah memilki anak mengkhayalkan betapa enaknya kalau bisa dientot Bang Said. Kenapa? Karena rata-rata kontol suami-suami mereka semua ukurannya cuma sebatas rata-rata. Ditambah dengan kondisi “kepunyaan” mereka yang sudah longgar akibat melahirkan dan aktivitas seks yang aktif di masa sebelum punya anak, kenikmatan saat bersenggama dengan suami sudah ibarat harga sembako yang makin membubung tinggi tak terjangkau.

Tentu saja Mpok Hindun dkk sudah bisa menaksir ukuran kontol Bang Said, meskipun belum ada satu pun diantara mereka yang sudah pernah benar-benar melihat langsung dengan mata sendiri. Tapi sudah banyak bukti-bukti otentik yang mengarah kesana.

Selain perawakan Bang Said yang memang sangat meyakinkan dan menggiurkan. Pengamatan ibu-ibu ini yang dilakukan secara rutin setiap harinya karena kelebihan waktu dan kekurangan pekerjaan makin membuat mereka yakin kalau hanya batang Bang Said lah harapan mereka yang tersisa di seantero komplek.

Pertama, setiap pagi Bang Said punya kebiasaan langsung keluar ke depan rumahnya ketika bangun tidur. Tentu saja laki-laki jantan seperti Bang Said pede saja tampil ke depan tetangga2nya hanya berlapiskan sarung yang dikaitkan sembarangan di bawah pusarnya. Kadang-kadang ia sempatkan memakai kaus singlet belel kesukaannya yang adem itu atau malah tanpa atasan sama sekali.

Itu sebabnya para ibu-ibu selalu menyesuaikan jam nongkrong dan rumpi mereka di warung persis depan kediaman Bang Said dengan jam bangun pejantan kampung itu.

Dengan berbagai kudapan sederhana di meja, mereka siap menantikan pemandangan menyegarkan mata itu setiap pagi. Ya, setiap pagi Bang Said muncul ke depan, masih dengan rambut dan air muka yang acak-acakan. Ia akan merengakan tubuh kekarnya dengan penuh rasa percaya diri, tanpa menyadari ibu-ibu di depannya berkhayal bisa mencicipi tubuhnya.

Dan ritual terpentingnya, setelah puas meregangkan badan dan menghirup udara segar. Tangan besar Bang Said akan refleks otomatis menggaruk2 bagian depan selangkangannya. Karena hanya berlapiskan sarung kumal tipis, secara tidak sengaja genggaman Bang Said pada batang kejantanannya itu akan membuat bentuk kontolnya tercetak. Samar, namun cukup jelas untuk membuat ibu-ibu komplek menahan napas, menghentikan tawa-tawa ala tukang gosip dan menghentikan suapan-suapan rakus mereka, serentak memperhatikan dengan seksama betapa menjanjikannya ukuran kontol lelaki itu jika dilihat dari cetakan samar yang terbentuk.

Setelah itu Bang Said akan menyapa, “Pagi ibu2!” dengan suara beratnya yang lantang dan tegas. Dan selalu dibalas dengan penuh keramahan oleh Mpok Hindun dkk dengan bonus kerlingan mata genit dan senyum2 penuh arti.

Pagi itu semuanya terjadi seperti biasa. Tanpa ada seorang ibu pun yang tahu kalau fantasi liar mereka pada Bang Said akan menjadi kenyataan hari itu. Namun sayangnya bukan salah satu dari mereka yang beruntung, tapi perempuan yang tidak pernah mengincar Bang Said yang justru akan mendapat berkah itu.

++++++++

Malam itu Bang Said sedang gelisah. Sudah 5 hari penuh ia tidak mengasah batang pelernya alias coli. Gairah kejantanannya sudah menggelegak. Selalu begitu. Ia selalu gelisah dan tidak bisa berpikir apa-apa kalau sudah beberapa hari saja tidak memuntahkan cairan kejantanannya.

Ia sedang berpikir untuk menunaikan aktivitas onaninya itu saat tiba2 pintu rumahnya diketuk. Ternyata Emak.

“Said…aduh…tolong dong, tolongin Emak! Emak mau kondangan ke kampung sebelah sampai larut malam ntar. Si Juri masih narik, trus Emak suruh jemput pake bajaj nya ntar ke kampung sebelah. Nah si Oneng tuh ketiduran di kamarnya trus dikunci dari dalem, jadi nggak ada yang jaga rumah. Takut2 kenapa2. Tolong kamu jagain deh sampe Oneng nya bangun ya, Id. Makasiiih…”

Emak langsung nyerocos dan ngeloyor pergi. Khas Emak, batin Said.

Ia tertawa sendiri atas permintaan Emak. Buat apa dijaga? Siapa yang mau merampok rumah Emak? Mengambil peralatan salon Oneng?

Ah dasar Emak. Paling ia pikir koleksi perhiasan murahannya dalam bahaya.

++++++++

Tentu saja Said tetap menuruti Emak. 15 menit kemudian dia sudah tiba di rumah Oneng. Ia ketuk pintu kamarnya, dan benar saja, tidak ada jawaban.

Menungu…menunggu…dan menunggu

20 menit terasa begitu lama dan berat dilalui dengan kondisinya yang sedang di puncak berahi. Entah apa yang dipikirkannya, ia akhirnya keluar menuju samping rumah Oneng dan mengintip dari balik jendela kamar Oneng.

Oneng memang sedang terlelap. Dengan posisi telentang yang serampangan di atas kasur. Mungkin ia kelelahan.

Posisi tidur Oneng begitu lugu sampai kakinya mencuat keluar, memberikan Said pandangan leluasa ke balik daster tipis yang dikenakan Oneng. Celakanya, atau untungnya, Oneng tidak memakai celana dalam.

Samar, terlihat memek Oneng mengintip malu2 dari bawah daster tipisnya.

Said selalu berpikir Oneng cukup menarik. Ya, cuma Oneng yang lumayan bisa jadi obat cuci mata sebagai perempuan paling muda diantara gerombolan ibu2 komplek.

Said nggak bisa mengalihkan matanya dari memek Oneng yang membayang mengintip. Setengah sadar, Said mulai terbakar nafsu berahinya. Kontolnya membesar di balik celana pendeknya. Tanpa dikomando satu tangannya mulai meremas2 batangnya sendiri.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Salah satu kaki Oneng menggeser sedikit ke atas dalam gerekan bawah sadarnya. Semakin menyingkap memeknya yang sekarang terlihat jelas. Terawat baik, cukup terlihat rapat dan sempit dan lembab berwarna merah muda.

Pandangan yang makin memabukkan ini makin membuat nafsu Said menjadi2. Sekarang tangannya meremas kontolnya dari dalam. Cairan precum sudah membanjir di balik celananya dan merembes meninggalkan noda basah di bagian depan celananya.

Said sudah tak tahan lagi, akhirnya ia menyelinap melalui jendela Oneng ke dalam kamar. Setelah masuk, mata Said langsung nanar memandangi memek Oneng yang terlihat makin jelas dari jarak dekat. Ia makin terpesona dan makin terbakar nafsu.

Langsung saja Said melolosi celana pendek nya. Batang kontolnya yang sudah berdenyut-denyut langsung mengacung tegak. Spontan Said mulai meloco batang kejantanannya.

Kini posisi Said setengah bersimpuh di pinggir ranjang dengan satu lutut menekuk dan lutut lainnya bertumpu ke lantai. Memek merah Oneng terekspos jelas di depan mata Said dengan posisi yang belum berubah.

Nafas Said makin berat. Kontol nya makin tegang dan cairan precum nya sudah menetes-netes di lantai kamar. Said mulai memutar otak untuk menuntaskan nafsu berahi nya.

“Ah sial, gimana caranya gw bisa nempong si Oneng nih yah…terpaksa gw coli aja nih”

Tapi saat Said mulai mengurungkan niatnya untuk bertindak nekat, Oneng bersuara dalam tidurnya lirih, “Nghhh…Bang Juri mah…”, sambil posisi tubuhnya bergeser jadi melebarkan kedua kakinya dan tangan Oneng meraba-raba dadanya sendiri sekedarnya

Disitulah Said kehilangan kendali atas akal sehat nya. Ia mulai makin memperhatikan Oneng yang tampak terbuai dalam mimpi.

“Ah Bang Juri…mmmh”, desahan Oneng ditangkap Said sebagai tanda kalau Oneng sedang bermimpi erotis

Said pun memulai aksi bejatnya. Tangan kasarnya mulai menyusuri paha mulus Oneng naik menuju selangkangan Oneng yang sudah tersingkap.

Oneng mendesah.

Said makin menjadi dengan meraba pinggir memek Oneng.

Oneng kembali mendesah pelan.

Said makin berani mengerjai memek Oneng. Jari-jari kapalan nya menekan permukaan memek Oneng naik turun.

Kali ini Oneng bereaksi dengan munculnya cairan dari memeknya.

Said sudah yakin disitu. Oneng memang sedang terangsang dalam alam bawah sadarnya.

“Bang Juri nakal…ah”, Oneng mendesah polos.

Said pun sudah bulat tekad nya untuk menggagahi Oneng.

Ia mulai mengerjai memek Oneng lebih lagi…kali ini dengan lidahnya.

Oneng making blingsatan dalam tidurnya. Desahannya berubah menjadi racauan sambil sesekali menyebut nama Bajuri.

Kini Oneng makin melebarkan kakinya. Memberi Said akses penuh untuk menghisap-hisap memeknya. Oneng makin terlarut dalam mimpi erotisnya. Cairan memeknya sudah membanjir. Said makin semangat mempersiapkan memek Oneng untuk dientot.

Said makin intens melancarkan aksi lidahnya. Tak disangka Oneng seketika mengejan dan tubuhnya meregang. Ia sudah sampai di orgasme pertamanya, bahkan sebelum Said mengentotinya dengan kontol kuda keturunan Arab miliknya.

Said tersenyum mesum sendiri. Ia pun berdiri dan melepas kaos oblongnya. Kini ia sudah telanjang bulat. Tubuh kokoh nya berhiaskan sedikit peluh akibat nafsu dan juga “pekerjaan”nya barusan di memek Oneng.

Lanjutan: Part 2