CERBUNG Lika Liku Laki Laki

Sebuah cerita yang di ilhami dari salah satu sequel di RYT. Satu kisah yang sangat fenomenal sampai dengan saat ini. Cerita ini sangat rawan macet. Dan TS hanya menumpahkan rasa yg ada diotak ini menjadi sebuah tulisan. Tidak akan ada janji update kapan. Selamat menikmati ….. Tokoh utama dalam kisah ini, Mang Karwo, seorang laki-laki paruh baya berasal dari sebuah desa di daerah Jawa. Tepatnya di lereng gunung lawu. Kebiasaan dari kecil naik turun gunung lawu, membuat badan Mang Karwo sangatlah bagus. Berisi dan kekar. Sayang penampilannya yang setiap hari hanya kerja serabutan di terminal kp melayu membuat semua itu tidak nampak oleh kasat mata. Karena himpitan ekonomi yang mulai membelit kehidupan ibu kota, maka kadang banyak terjadi kejahatan di sekitar terminal. Mang Karwo tidak pernah berurusan dengan kriminal, dia hanya menyambung hidup dari tenaga kasar yang ia tawarkan untuk penumpang yang lalu lalang di terminal. Tapi karena kelihaian bela diri ala kampungnya dan juga keberanian mentalnya hidup sebatangkara di ibu kota membuat namanya begitu dikenal di terminal. Wajah kerasnya membuat orang kadang salah beranggapan bahwa dirinya jahat. Padahal Mang Karwo ini sangat santun. Masih kental dengan adab adab jawanya. Di tengah teriknya matahari siang itu, nampak seorang ibu muda sedang berbelanja di sebuah pertokoan perhiasan di kawasan terminal. Baru saja dia keluar toko emas itu tiba tiba ada laki laki muda mendekatinya dan menodongkan sebuah pisau keperut ibu muda itu. Dan memintanya untuk menuruti perintahnya. Dia juga memberi kode bahwa dirinya tidak sendiri, ada sekitar 5 orang kawannya berada disekitar situ. Ibu muda itu mengangguk lemah, dan mengikuti arah jalan sang pemuda. Sampai di tempat sepi, anak muda berandalan itu meminta semua belanjaan dan tas yang di bawa ibu muda itu. “Semua barangmu berikan nyonya…!!” “Hanya ini yg kubawa bang…..” Jawab nyonya itu sambil gemetaran. “Ini apa ?? Hah??!!” Hardiknya lagi. “Sisa kunci mobil, tapi jangan saya nanti pulang naik apa.?” “Ok..mobil gak kuambil…hape mana hape…??” Kebetulan pas dicarinya hape, hape itu berbunyi. Dan dilayar tertulis “my hubby” di layar panggilannya. “Ini bang…..saya angkat dulu….” Tanpa menunggu persetujuan anak muda berandalan itu, si ibu mengangkat telpon itu. “Halo…pah….mamah di rampok….” “Plaaaaak!!!!” Tangan anak muda itu langsung mendarat di pipi ibu itu. “Adddduuuh…”jerit ibu itu. “Woe anak muda, sama wanita jangan main tangan!!!” Teriak seseorang dari samping bangunan. “Siapa kamu?? Apa hak kamu bilang seperti itu ?” Jawab berandalan itu. “Siapa aku itu tidaklah penting, perlakuanmu sama wanita itu yang sangat penting buatku!!” Kata laki laki tua yang tak lain adalah mang Karwo. “Pergilah orang tua!! Jangan ikut campur urusanku… Atau kamu bakal menyesal!!” “Perlakuanmu yang membuatku harus ikut campur, kamu tidak pantas melakukan itu” “Bradeeer !! Urus orang tua ini…” Teriak anak muda itu. Lantas mendekatlah 5 orang temennya mendekati Mang Karwo. Dikepung 5 orang tidak membuat Mang Karwo jadi berubah panik. Dengan santai dia mempersilahkan ke limanya maju bebarengan. Mendapat tantangan dari orang tua yang menurut mereka tidak sebanding, membuat kelimanya maju bersamaan tanpa kewaspadaan. Hanya menghindar sedikit Mang Karwo langsung balik menyerang. Dan berhasil mendaratkan satu tendangan pas di pinggang salah satu pengeroyoknya. Dan satu pukulan tangan kosong juga berhasil mengenai rahang salah satunya lagi. Hanya dalam itungan detik, dua pengeroyoknya tersungkur. Membuat ketiga pengeroyoknya yg tidak mendapatkan serangan dari Mang Karwo langsung pasang kuda kuda dan waspada kali ini. Setelah saling pandang dan memberi kode untuk menyerang lagi. Majulah mereka bertiga dan menyerang dengan sedikit perhitungan. Mang Karwo juga sudah waspada. Kali ini dia tidak menunggu tapi langsung menyerang ke tiga nya dengan satu gerakan yang tidak diduga kembali oleh para penyerangnya. Kaki Mang Karwo tumitnya mengenai kepala lawannya langsung berubah haluan menendang perut lawannya yang lain. Serta dua tangannya bergerak meninju lawan nya dengan dua tangan. Ketiganya langsung tersungkur bersamaan. Meski serangan Mang Karwo tidak dengan tenaga penuh tapi karena terlatih membuat ke lima lawanya langsung tak berkutik. “Mundur atau kubunuh wanita ini!!” Hardik anak muda yg tadi menodongkan senjata ke ibu ibu itu. “Anak muda, ibu itu aku tidak kenal…kau bunuh pun akan membuat aku sangat senang meremukan semua tulang tulangmu !!” Bentak Mang Karwo balik. Hal itu membuat anak muda berandalan menjadi sadar bahwa ancamannya tidak akan ampuh. Sementara bila ia menghadapi seorang diri pasti juga bakal kalah, karena lima kawanya saja begitu mudah dilimpuhkan mang karwo. “Majulah anak muda..!!” Tantang Mang Karwo. Diluar dugaan, anak muda itu melemparkan pisaunya kepada Mang Karwo, dan lari meninggalkan tempat itu dengan sangat cepat. Mang Karwo agak sedikit lengah, pisau itu ditangkapnya tapi karena lemparannya disertai ketakutan, jadi lumayan deras. Memang berhasil ditangkap. Tapi telapak tangan Mang Karwo berdarah. Itu bukan masalah besar bagi Mang Karwo. Tapi buat ibu ibu yang barusan ditolong itu merupakan celah untuk menawarkan perawtan sekedar buat balas jasa. “Ibu tidak apa-apa?” “Tidak pak!? Barang saya juga aman kok..terima kasih pak” “Sama sama bu…sudah tugas saya ” “Tangan bapak terluka, kita ke rumah sakit saja pak..!?” “Tidak usah bu, hanya luka ringan ini ” “Mah…mah…mamah……” Suara dari telpon yang ternyata belom sempat dimatikan oleh ibu itu…. “Iyaa pah…..” “Mamah gimana…dirampok dimana ?? Terus bagaimana itu..mamah baik baik saja !?” “Iya pah, tadi mamah dirampok, terus ada bapak bapak yang nyelamatin mamah pah. Tangan nya berdarah lagi…gimana ini pah..?!” “Udah ajak aja ke rumah sakit, biar papah yang bayar semuanya. Papah bentar lagi kesitu..sharelok aja mah” “Iya pah….nih mamah sharelok…” “Ya udah…papah otewe kesitu !?” “Oke pah…” “Tuuut….tuuuut” “Kenalkan saya Nindia, pak” ibu itu memperkenalkan diri. “Mang Karwo, aduuuh….” Jawab Mang Karwo sambil menerima jabat tangan Nindia dan lupa kalau tanganya terluka. “Ohhh maaf…..” “Iya bu Nindia, gak papa ” “Nindia saja pak, ga usah pakai bu!?” “Iya Nindia, Mang karwo saja gak usah pakai Pak!?” Dan keduanya pun tersenyum penuh arti. End of 1st stage