cerita ewean cabul
– Aku masih di kota P dan masih kuliah. Pagi ini diriku kedatangan pasangan suami istri, Bowo dan Ani, mereka datang dari dusun yang letaknya sejauh 25 Km dari kontrakanku. Katanya sih mereka ini tahu aku dapat ngobatin penyakit dari tetangga mereka, Ismail. Aku sendiri tak ingat apakah pernah aku bertemu orang namanya Ismail atau tidak. Singkatnya, pasangan itu datang padaku dengan keluhan ingin cepat bisa meemiliki anak.
“Mas, berapapun biayanya kami usahakan asal kami dapat momongan. Wong kami ini telah tujuh tahun kawin lo Mas,” Bowo memohon minta padaku, sedangkan Ani ikut manggut-manggut saat suaminya bicara.
Bowo ialah pria bertubuh ceking berusia sekitar 40 tahunan, sementara Ani meski agak kampungan dan lusuh namun terlihat lebih muda dengan umur sekitar 29 tahunan. Body Ani agak gemuk tampak serasi dengan tinggi lebih 5 cm dari Bowo.
“Emangnya berapa kali kalian hubungan badan dalam seminggu?” tanyaku setelah puas menilai penampilan mereka.
“Eh.. Anu. Kadang dua kali seminggu, atau kadang dua minggu sekali, soalnya saya sopir truk antar kota. Kadang saya di luar kota, jadi nggak sempat,” Bowo menjawab dengan malu-malu, Ani tertunduk.
“Oh.. Begitu. Pantas kalian sulit dapat momongan, toh jarang kumpul,” aku berujar seraya menenggak kopi pagiku.
“Oke kalian tenang saja, biar kutolong masalah kalian. Nah kalian masuk ke kamar tersebut dan tunggu aku,” pintaku pada mereka seraya menunjuk kamar praktikku.
Beberapa menit sesudah mereka masuk, aku menyusul, di kamar tersebut aku duduk di kursiku sedangkan mereka di kursi tepat di depanku yang dirintangi meja kerjaku.
“Begini Mas, ini kan untuk kepentingan kalian berdua jadi kumohon jangan rikuh dan risih dengan ruwatan yang bakal kulakukan ya, bagaimana?” tanyaku.
“Oh.. Monggo Mas, kami siap apa saja agar dapat anak kok,” Bowo menjawab.
“He-eh kami siap kok,” Ani menimpali.
“Kalau begitu kalian buka baju dan ganti dengan sarung ini ya, kemudian tiduran di dipan itu,” kuberi dua buah sarung bermotif menunjuk dipan di kamarku. Pasangan dari kampung tersebut nurut saja dan dalam sekejap sudah berbaring bersebelahan di dipan, pakai sarung tok.
Aku berdiri mendekati mereka yang telah pasrah itu, mereka kuperciki air seraya merapal mantra seadanya.
“Sekarang kalian bersetubuh ya, iya main ngeseks..,” perintahku.
Mereka tak punya pilihan, toh mereka perlu bantuanku. Bowo langsung membuka sarungnya dan mempreteli sarung Ani sampai keduanya bugil tulen. Bibir Bowo yang monyong langsung menciumi sekujur tubuh Ani, sementara tangannya gerilya di vagina istrinya itu.
Wah, pemanasan seks mereka rupanya tidak ahli, layak saja payah dapat anak. Lima menit kemudian Bowo main tancap saja, sebenarnya kontolnya yang imut belum tegak sepenuhnya sampai-sampai kelihatan agak susah menjebol vagina Ani yang belum terpacu birahi.
“Duuhh Mas, sulit sekali masuknya,” Ani menggerutu namun tetap aku dengar.
Bowo tak peduli dan terus menggenjot, menggesek-gesek kontolnya yang layu ke vagina Ani dengan napas memburu.
“Ohh yess.. Ahh,” Bowo telah tamat sebelum kontolnya masuk utuh ke vagina Ani, ia langsung KO disisi istrinya.
“Wah.. Wah.., Mas ini gimana sih. Bagaimana punya anak kalau sperma nggak nyiram rahim. Payah sampeyan,” komentarku.
Bowo dan Ani duduk dihadapanku diseberang meja, kemudian kujelaskan bagaimana pembuahan yang diperlukan rahim perempuan sebelum hamil dan melahirkan.
“Mas kulihat burungnya tidak cukup kuat ya, kok baru gesek langsung KO. Mbak Jum belum rasain apa-apa. Iya kan?,” Ani malu mendengar pertanyaanku, Bowo justru garuk-garuk kepala.
“Terus gimana Mas agar aku bisa momongan,” Bowo bertanya.
“Caranya ya perbaiki bobot seks kalian itu, khususnya Mas Bowo, burungnya mesti kuat sampai nyembur pejuhnya vaginanya Mbak Jum, gitu. Nanti kuberi ramuan,” kataku menjelaskan.
“Anu, punya Mas Bowo nggak dapat lebih dari itu kok, sebenarnya sudah minum jamu, namun begitu terus,” Ani menyelaku.
“Ya mau gimana, wong memang begitu,” Bowo protes.
“Oke-oke, agar Mas Bowo lebih oke, gimana bila aku contohkan teknik main yang tepat, biar cepat bisa punya anak,” aku menawarkan. Mereka saling pandang lantas memandangku lagi.
“Terserah gimana baiknya Mas,” mereka menjawab nyaris serentak.
“Oke Mas Bowo duduk disini dan Mbak Jum silahkan tidur lagi di dipan,” perintahku.
Bowo duduk dikursi, Ani telah berbaring berbalut sarung sebatas dada, aku mendekati dan mencipratkan air.
“Begini Mas, perhatikan teknik menaikan birahi pada tahapan kesatu,” kataku sambil menurunkan kain sarung Ani hingga ke perut. Diriku duduk disamping Ani yang tiduran, kemudian kuraba dua gundukan dada Ani, walau sudah tujuh tahun nikah, susu 36B Ani tetap kencang seperti perawan.
“Geli Mas.. Aku malu ..,” Ani menepis tanganku, tapi membiarkan lagi tanganku tersebut beraksi.
“Mas tidak boleh cemburu ya ini, untuk sampeyan juga kan,” kulanjutkan aktifitasku dan Bowo manggut-manggut memberi restu. Kini bibirku aktif menjilati susu Ani kanan dan kiri. Hisapan dan jilatan kulakukan hingga lima menit lamanya.
“Hsshh Emmffhh.. Aahkk,” Ani mendesis dan menggeliat karena hisapanku di susunya, tangannya justru memeluk kepalaku seperti tak mau kalau kulepas hisapan itu.
“Gimana Mbak?enak?,”
“Iiyah Mas,” Ani sayu, wajahnya lumayan manis bila begitu, mirip dengan artis Titi Tandean, body gemuknya pun mirip Titi sebelum diet (Sorry ya bila Titi ikut baca, abis emang serupa sih).
“Nah Mas Bowo kini lihat nih cara kedua memicu birahi istri,” aku berposisi jongkok tepat diantara paha Ani yang ngangkang. Vagina Ani kelihatan jorok, bulunya hitam, panjang dan semrawutan lagi. Kuusap pelan sisi sensitif Ani dari atas ke bawah dan terus begitu berulang kali.
“Auuhh geliih ahhss,” pinggul Ani naik turun.
Saat cairan mulai mengairi bagian itu, aku merunduk dan menciumi vagina Ani, wewangian vagina cewek dusun memang asyik. Kugunakan lidahku menjilat bibir vagina Ani, Ani kalang-kabut dan menggelinjang. Kuintip mulut Ani terbuka dan merintih-rintih, rambutku dijambak Ani. Sementara Bowo menyaksikan bagaimana istrinya sedang dalam birahi tinggi. Gerakan Ani yang agak gemuk membuat dipan bergerenyit berisik, kreyat-kreyot, tapi asyik. Aku sendiri mulai terangsang tinggi, kontolku tegang dan mendesak celana dalam yang kupakai. Hampir 10 menit kujilati, hingga dua pahanya keras mengapit kepalaku dan jambakannya pada rambutku kian kencang.
“Aahhdduhh.. Iihhss.. Mmmff..,” Ani merasakan orgasme, pinggulnya menghentak kepalaku yang diapit pahanya, kemudian jepitan tersebut lunglai, Ani lemas.
“Gimana Mbak, enteng rasanya?” aku bertanya sambil melepas pakaianku hingga bugil juga.
“Iyaah mass, enak sekali rasanya,” Ani menatapku dengan birahinya.
“Nah Mas, kini lihat etape terakhir ya. Bagaimana metode masukkan kontol ke vagina agar cepat hamil,” aku berbicara pada Bowo yang serius memperhatikan.
Ani tergeletak pasrah dengan paha mengangkang lebar, vagina kuyupnya jelas terlihat sebab bulu lebatnya basah oleh cairan vaginanya. Kontolku yang telah maksimal berdiri kusisipkan di vaginanya dan tubuhku menindihnya, susu Ani jadi sasaran jilat dan hisapku.
“Sabar ya Mbak Jum, pasti buat anda ketagihan,” bisikku di telinga Ani.
“Uhh mass, teruskan aja mass..,” Ani tak sabar menantikan kontolku menjebol vaginanya. Bless.. Jleepp, kontolku kudorong masuk menjebol vagina Ani yang rapat dan nikmat, Ani mengerang menikmati benda yang masuk, berbeda dengan yang selama ini dimasukkan oleh Bowo.
“Eh Mas, kok bengong, ini Mas metodenya yang betul, tuh lihat kontolku masuk utuh ke vaginanya Mbak,” aku beri tahu Bowo, dia manggut saja dan melongo menyaksikan istrinya kusetubuhi.
“Ahhyoo.. Aku ngghhaakk kuaatt,” pinggul Ani naik mendesak kontolku agar bergerak di vaginanya. Kupeluk tubuh Ani, kugenjot kontolku, kepalanya bergerak tak beraturan, suara rintih dan desahnya kian menjadi-jadi.
“Enak Mbak.. Hehh, enaak ndaak mBHaak,”
“Iyahh.. Eenhhaak, teruusshh mashh,”
“Mmmffhh,” bibir Ani yang tebal namun seksi kulumat habis, aku nafsu banget dengan bau ketiak Ani yang khas dusun itu. Kugenjot kian kuat dan kian teratur, Ani mengimbangi gerakanku dan menggoyang pinggulnya.
Permainan kami lumayan panjang namun Ani belum menyerah, posisi kuubah, kubalik tubuh kami sampai Ani yang jadi menindihku.
“Mas Bowo, kalu lagi main itu, kalau burung sampean nggak dapat masuk, gini teknik yang tepat agar imbang,” kataku, Bowo masih manggut-manggut, menyaksikan bagaimana istrinya yang sekarang menggenjot aku.
“Duuhh.., kokhh makin ennahkk begini.. Auhh,” Ani kini jadi joki diatas kontolku, tubuh ani yang gemuk dan pahanya membuat kontolku asyik, aku tarik tubuhnya hingga dia merunduk dan kusasar lagi susu ranumnya dengan lidahku.
“Ayoo Mbaak, rasakan nikmatnya Mbak..,”
“Ahh.. Enghh.., ohh iyakhh mashh.. enaakkhh.. Mahhss.. Ahhss,” goyangan pinggulnya kian menekan kontolku, semakin lama gerakannya makin kuat. Wajah Ani ayu dalam suasana seperti itu, matanya terpejam, bibir mendesis.
Kurasakan vaginanya kian membasah, ini momen yang tepat meghajarnya sampai puncak pikirku. seketika aku ubah posisi lagi, dengan berputar ke kanan sekarang tubuhku diatas tubuh Ani, tanpa memberi peluang padanya, aku menggenjot kontolku menghujam vaginanya.
“Aaahh.. Akuu piipisshh mashh.. Emhhff.. Ohhss..,” tubuhnya kejang, vaginanya berkontraksi berkali-kali dalam genjotanku hingga akhirnya kepalanya lunglai menandakan orgasmenya telah utuh dan tuntas. Bowo terpana menyaksikan raut puas istrinya, sedangkan aku masih menggenjot tubuh Ani.
“Ahh Mas .. Ini puncak namanya,” kurasa cairan maniku tak mampu kubendung lagi, kutarik kontolku dari liang kenikmatan Ani, dan dalam sekejap semburan spermaku tumpah diatas perut Ani.
“Uhh.., kalau itu namanya peju Mas, dan harus tercurah didalam vagina, agar hamil. Kalau Mas tumpahnya diluar, kapan bisa hamilnya,” aku bangkit mengajak Bowo menyaksikan sperma kentalku diperut Ani.
“Lohh kenapa nggak ditumpahin didalam saja, biar dia hamil,” Bowo bertanya dengan blo’on.
“Wah Mas gimana sih. Kalau spermaku yang masuk ke vagina Mbak Jum, dan hamil, berarti anaknya jadi anakku, bukan anak sampeyan, oalah,” cerocosku seraya kembali memakai pakaian, mereka pun kembali menggunakan pakaian masing-masing.
Setelah itu, kami basa-basi, dan kubuatkan ramuan kuat untuk Bowo agar greng bila tempur sama Ani. Mereka lantas pulang dan menyisipkan duit pecahan puluh ribuan yang jumlahnya hingga belasan lembar.
Semenjak itu, kira-kira sebulan kemudian pasangan tersebut datang lagi dan mohon diajari lagi begituan. Aku senang dapat bersetubuh dengan Ani yang montok, dan Bowo senang dapat belajar memuaskan istrinya. Dari kabar terakhir yang kudengar, Ani hamil tiga bulan kemudian. Entah anak siapa, soalnya sewaktu datang ketiga kali aku tumpahkan maniku dalam vagina Ani, habisnya nggak tahan dengan rintihannya itu. Tapi aku tetap berharap anak tersebut adalah anak Bowo, hasil sperma Bowo. Sejak itu, mereka tak lagi datang, sebab kusarankan agar mereka kontrol ke puskesmas.