Exorcist Girl: Pocong Muda
Neysa & pocong
Waktu masih kecil, aku memang bisa dibilang anak bangor atau bandel karena biarpun aku cewek, aku tidak segan-segan memanjat pohon, bermain bola, main layangan, dan segala permainan anak cowok yang lainnya sampai-sampai ibu dan ayahku tidak bosan-bosannya mengomeliku agar bertingkah laku yang semestinya. Meskipun sering dimarahi, aku tau kalau orang tuaku sangat sayang kepadaku sehingga aku selalu berusaha sekuat mungkin untuk membuat mereka tidak marah-marah. Aku menyimpan sebuah rahasia besar dari kedua orang tuaku, aku bisa melihat berbagai macam hantu. Memang setiap anak kecil bisa melihat setan hingga umur 6 tahun, tapi aku masih bisa melihat hantu sampai aku duduk di SMP. Aku tidak pernah takut melihat berbagai macam setan karena sifatku memang tomboi jadi tidak mudah takut. Seperti kata orang, ‘jika kamu bisa melihat setan, maka setan bisa melihatmu’ sehingga tak heran setan-setan banyak yang menakut-nakuti, tapi sory ya, aku tidak takut sama sekali lagipula aku sudah terbiasa jadi, bagaimanapun seramnya, aku tidak takut.Saat aku sudah duduk di SMP, lama kelamaan aku mulai jadi feminim karena teman-temanku yang cewek sudah mulai dandan sehingga tanpa sadar aku juga ikut-ikutan. Siapa sangka, dulu ketika SD aku sering dikira anak cowok, tapi ketika sudah SMP, tubuhku berkembang lebih cepat dari teman-temanku yang lain. Payudaraku sudah berukuran 34 C ketika duduk di kelas 3 SMP. Akibat payudara berukuran 34 C yang mancung, kencang, dan kenyal serta tubuhku yang berlekuk-lekuk dengan indahnya ditambah dengan paras yang cantik & anggun membuatku jadi incaran cowok-cowok baik cowok SMP ataupun cowok SMA bahkan cowok kuliah juga banyak yang mengincarku. Banyak yang bilang wajah cantik & anggunku mirip seperti wajah ibuku, tapi tubuhku lebih sexy dibandingkan ibuku, aku juga tidak tau kenapa. Aku berganti-ganti pacar terus karena aku terlalu sering dikekang oleh pacar-pacarku. Aku sudah lulus SMP dan masuk ke SMA favorit. Tidak ada yang spesial dari hidupku hingga aku kehilangan keperawananku oleh salah satu pacarku ketika aku duduk di kelas 3 SMA.
Waktu berlalu dengan cepat, tiba-tiba aku sudah lulus SMA. Aku mengikuti ujian masuk universitas negeri, tapi tidak berhasil sehingga aku masuk di universitas swasta yang lumayan favorit. Aku datang ke universitas itu untuk daftar, belum jadi mahasiswi di universitas itu, tapi banyak cowok yang kebetulan sedang istirahat maupun yang sedang nongkrong mendekatiku dan mengajakku berkenalan. Setelah daftar, daftar ulang, pengarahan, aku resmi menjadi mahasiswi universitas itu dan hanya tinggal ospek saja. Ospek berlangsung 3 hari, aku menjadi sasaran bagi senior cewek karena mereka cemburu dan jealous kepadaku yang menjadi pusat perhatian senior cowok. Senior cowok pada berlomba-lomba untuk dekat denganku, aku tidak menolak semua senior cowok yang ingin kenalan denganku sebab aku jadi dilindungi dari senior cewek oleh para senior cowok. Hari ke 2 ospek diadakan angket, aku mendapat gelar junior yang paling cantik dan paling sexy.
Ospek hari ke 3 diadakan api unggun sekaligus acara pembakaran papan nama sebagai simbol ospek telah berakhir. Pembakaran papan nama telah berakhir sehingga tinggal senang-senang saja dan mengakrabkan diri dengan para senior. 2 senior cowok memanggilku dan menyuruhku untuk mengikuti mereka berdua. Kami menuju ke suatu ruangan yang sangat jauh dari keramaian dan sangat gelap. Kami bertiga masuk ke dalam dan salah satu senior cowok mengunci pintu ruangan. Aku sudah tau apa yang akan mereka lakukan dari sinar wajah mereka yang terlihat sudah dipenuhi nafsu melihat wajah dan tubuhku.
“sini,,”, kata senior yang kutau namanya Doni.
“ada apa ka,,”, kataku sambil mendekat ke arahnya.
“nama kamu siapa?”.
“Neysa ka’,,”.
“Neysa siapa?”.
“Neysa Dewi Anastasia ka’,,”.
“oh,,ternyata namanya sesuai ama orangnya,,bener-bener kayak dewi,,”.
“makasih ka’,,”, kataku sambil melemparkan senyuman.
“cantik banget,,setuju gak Gas?”, tanyanya ke temannya yang bernama Bagas.
“iya,,ini emang dewi,,bukan manusia,,”.
“ah ka’ Doni,,ka’ Bagas bisa aja,,”.
“Neysa,,kamu udah pernah ML??”.
“buset nih orang,,gak ada basa-basinya,,”, kataku dalam hati.
“udah pernah ka’,,”, jawabku.
“goblok lo Gas,,cewek cakep gini pasti udah pernah,,biarpun Neysa gak mau,,tapi pasti pacar-pacarnya pada maksa,,iya kan Ney?”.
“iya ka’,,”.
“kalo gitu gue apa-apain gak apa-apa kan Ney?”, tanya Doni.
“terserah ka’ Doni ama ka’ Bagas aja deh,,”.
“buset,,udah cantik,,bohai,,mau diapain aja,,emang bidadari,,”, komentar Bagas.
“makasih,,”, kataku sambil senyum.
“Gas,,kalo gitu lo ambil tiker sono,,”.
“okeh,,tapi Neysa jangan diapa-apain dulu Don,,”.
“iye gampang,,sono cepet lo,,”. Bagas bergegas keluar dari ruangan.
“ka’ Doni,,ini ruangan apa sih?”.
“oh,,ini gudang,,katanya sih ada hantunya,,”.
“ha? yang bener?”.
“kamu tenang aja,,ada ka’ Doni,,ada ka’ Bagas,,”.
“lo yang tenang aja,,”, kataku dalam hati.
“iya,,”, jawabku. Tak lama Bagus datang membawa tikar yang besar dengan buru-buru dan menaruh tikar itu di lantai.
“Neysa,,kamu yakin mau kita apa-apain?”, tanya Bagas.
“kalau aku gak mau,,kaka’ berdua pasti maksa juga kan?”.
“iya sih,,tau aja,,”.
“yaudah,,kalo gitu lanjut aja,,”, tambah Bagas. Bagas dan Doni yang berkulit hitam dan berwajah jelek saling berlomba membuka pakaian mereka masing-masing. Doni mempunyai tubuh lebih gendut daripada Bagas, tapi Bagas juga tidak kurus melainkan sekel untuk ukuran cowok karena dia tidak setinggi Doni. Mereka tinggal memakai celana dalam saja sedangkan aku masih memakai pakaian lengkap.
“Neysa buka baju juga dong,,”, pinta Bagas.
“iya ka’,,”. Aku mulai membuka baju dan celanaku hingga tinggal bh dan celana dalamku saja yang melekat di tubuhku. Aku membuka bh dan celana dalamku sehingga tubuh indahku yang putih mulus tidak terbalut apa-apa lagi di hadapan Doni dan Bagas.
“gila !!! mulus banget bodynya,,”, komentar Bagas.
“toket kamu ukurannya berapa,,Ney?”.
“36 C,,kenapa ka’?”.
“pantes,,gede banget,,”.
“ah kaka’ bedua dari tadi muji mulu,,”.
“abisnya kamu tanpa cela sih,,hehe,,”, rayu Doni.
“ah,,bisa aja,,”. Tanpa membalas perkataanku, mereka berdua mengangkatku dan menaruh tubuhku di tikar. Mereka berdua memandangi tubuh putihku yang terbaring pasrah di tikar dengan tatapan srigala yang siap menerkamku. Mereka langsung tidur di samping kanan dan kiriku. Mula-mula mereka menjilati wajahku bergantian hingga wajahku benar-benar basah oleh air liur mereka berdua. Puas menjilati wajahku, mereka berdua bergantian mencumbu bibirku dan memainkan lidah mereka di dalam rongga mulutku. Aku memang tadinya kewalahan dengan bau mulut mereka yang hampir membuatku muntah, tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa malah kini, aku menikmati permainan lidah mereka berdua di dalam mulutku. Selama bergantian melumat bibirku, Bagas menggerakkan 2 jarinya keluar masuk vaginaku sementara Doni bermain-main dengan klitorisku menggunakan jari telunjuknya. Birahiku semakin menanjak tajam ditambah perasaan liar yang muncul karena yang sedang asik bermain dengan tubuhku bukanlah cowok ganteng atau keren seperti biasanya, tapi kali ini yang sedang merangsangku adalah 2 orang senior cowok yang berwajah jelek.
Itu semua membuatku tak bisa menahan lagi birahiku yang semakin memuncak.
“ooouuhh,,”, lenguhku panjang ketika aku melepaskan gelombang orgasme pertama di tangan 2 senior cowok. Tiba-tiba Bagas yang sedang melumat bibirku melepaskan ciumannya lalu dia mengeluarkan ludahnya sehingga jatuh dan langsung masuk ke dalam mulutku. Bukannya jijik, aku malah menelan ludahnya seperti orang kehausan, Doni pun membuang ludahnya juga ke dalam mulutku dan aku menelannya lagi seperti sebelumnya. Kini, mereka menurunkan ciumannya ke payudaraku. Bagas menelusuri payudara kiriku dengan lidahnya sementara lidah Doni menari-nari di sekitar payudara kananku. Sambil memainkan kedua payudaraku, mereka juga memainkan vaginaku sama seperti sebelumnya, tapi kali ini 2 jari Doni yang bergerak keluar masuk vaginaku sementara Bagas asik memainkan, mengelus-elus, dan menekan-nekan tombol sensitif yang berada sedikit di atas bibir luar vaginaku yaitu klitorisku
Selain itu, setiap 30 detik mereka terus bergantian membuang ludah mereka ke dalam mulutku dan aku menelan ludah mereka berdua bagai orang kehausan mungkin karena aku sedang sangat bernafsu. Aku melepaskan orgasme keduaku sehingga baik jari telunjuk dan jari tengah Bagas ataupun Doni sudah pernah kusiram dengan cairanku. Bagas bergerak ke bawah menaruh kepalanya di selangkanganku yang sengaja kubuka lebar.
“hmm,,memek cewek cakep emang beda,,wangi,,”.
“iyelah,,cewek cakep kan memeknye dirawat,,bego lo Gas,,”, jawab Doni. Tanpa berbasa-basi lagi, Bagas langsung menyerbu sekitar daerah vaginaku dengan mulut beserta lidahnya.
“mmmmhhh,,,”, aku hanya bisa mendesah keenakan sambil menekan kepala Bagas agar dia tidak menghentikan aktivitasnya. Doni bosan hanya meremas-remas dan menjilati payudaraku serta memainkan klitorisku jadi, dia berdiri lalu bertumpu pada kedua siku serta kedua lututnya, dia memposisikan penisnya sehingga penisnya tepat berada di atas mulutku.
Doni menurunkan tubuhnya sehingga penisnya langsung masuk ke dalam mulutku, aku pun mulai menjilati penis Doni yang cukup besar namun agak bau. Aku tidak mempermasalahkan itu karena nafsu yang sudah mencapai puncak mengalahkan segala rasa yang lain. Doni menaikkan tubuhnya sehingga penisnya keluar dari mulutku, tapi dia memasukkan penisnya ke dalam mulutku lagi. Oleh karena itu, aku terlihat seperti ikan yang sedang dipancing dengan penis Doni sebagai kailnya.
“mmmfffhh,,”, desahanku tertahan penis Doni ketika aku orgasme. Aku merapatkan kedua kakiku, kepala Bagas terjepit diantara kedua paha putih mulusku. Bagas tidak berontak sama sekali, dia malah dengan tenang menyeruput habis lalu menjilati cairan vaginaku. Penis Doni sudah jauh tertanam di dalam mulutku sehingga aku agak kesusahan untuk bernafas, tapi anehnya aku menyukainya. Setelah cairanku habis, aku merenggangkan kedua kakiku agar Bagas bisa bernafas lega.
“Don,,lo harus nyobain,,memeknye Neysa manis banget,,”, kata Bagas.
“okeh,,sekarang gantian Gas,,”.
Mereka bertukar posisi sehingga aku berada dalam laut kenikmatan lagi ketika Doni mulai mengeksplorasi vaginaku dengan lidahnya sementara aku dipancing lagi, tapi kali ini penis Bagas yang menjadi kail pancingnya. Penis Bagas tidak besar seperti Doni, tapi panjang hingga penisnya membuatku tersedak ketika dia mendorong penisnya masuk ke dalam mulutku. Setelah tubuhku mengejang lagi alias orgasme, Doni meminum semua cairanku yang bisa diraihnya baik dengan lidahnya ataupun jarinya.
“nah,,sekarang saatnya mencoblos,,hehe”. Doni langsung berbaring terlentang di sebelahku.
“ayo sini Ney,,duduk di ****** ka’ Doni,,”.
“ok ka’,,”, jawabku. Aku memposisikan vaginaku di atas penis Doni lalu perlahan aku menurunkan tubuhku dan membimbing penis Doni ke lubang vaginaku. Senti demi senti penis Doni ditelan oleh vaginaku hingga akhirnya penis Dino sudah amblas ditelan oleh vaginaku. Aku langsung menggoyang pinggulku untuk memulai permainan lalu aku memaju mundurkan tubuhku agar penis Doni lebih terkocok di dalam vaginaku.
Bagas mendorong tubuhku ke depan sehingga payudaraku menempel di wajah Doni yang langsung di sambut dengan mulutnya. Lubang anusku yang terekspos langsung dicoblos Bagas menggunakan penisnya yang panjang itu. Kini, tubuhku yang putih mulus dihimpit dua cowok yang berkulit hitam bagaikan mutiara yang ada di tengah-tengah arang. Dengan kompak, mereka berdua mulai menggenjot penis mereka ke masing-masing lobangku yang telah mereka masuki. Aku hanya bisa mendesah keenakan menerima 2 penis yang keluar masuk vagina dan anusku dengan ritme genjotan yang hampir sama. Setelah 15 menit, Bagas mencabut penisnya keluar dari anusku lalu mengocok penisnya di wajahku, aku membuka mulutku lebar-lebar. Tidak lama kemudian, Bagas mengarahkan penisnya ke mulutku dan menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam mulutku, tidak hanya ke mulutku, Bagas juga menembakkan spermanya ke seluruh wajahku sehingga sperma membasahi wajahku.
Aku menutup mulutku dan menelan sperma Bagas yang ada di dalam mulutku. 3 menit setelah itu, Doni menyuruhku berdiri dan bersimpuh di hadapannya yang sedang mengocok penisnya sendiri agar memuntahkan isinya. Sama seperti tadi, aku membuka mulutku menantikan sperma yang hangat mendarat di lidahku. Doni membuang spermanya ke mulut dan wajahku.
“huff,,gila,,enak banget ngentotin cewek cakep,,”.
“iye Don,,mantep banget,,ude gitu,,mau diapain aje,,”.
“berarti ka’ Doni ama ka’ Bagas,,puas kan?”, tanyaku sambil meratakan sperma ke seluruh wajahku.
“belom Ney,,”.
“ha? belom?”.
“iya,,ka’ Bagas kan belom nyobain memek kamu Ney,,”, kata Bagas.
“he eh,,ka’ Doni juga belom nyobain pantat kamu Ney,,”, tambah Doni.
“yaudah,,kalo gitu,,ka’ Doni ama ka’ Bagas istirahat dulu,,”.
“terus kamu ngapain?”.
“aku bakal joget buat hiburan kaka’ bedua,,”.
“joget? wah,,sip tuh,,”. Aku menyalakan musik dari hpku lalu aku mulai mempratekkan gerakan-gerakan sensual yang kupelajari dari ekskul sexy dancer sewaktu masih SMA dulu.
“gile Gas,,mimpi ape kite kemaren,,bisa ngentot ama cewek cakep kayak si Neysa ini?”.
“tau deh,,hoki banget kite,,Neysa udah cakep, bohay banget, baek, terus bisa joged juga ternyata,,”.
“ho oh,,”. Aku menggoyang-goyangkan pantatku di depan wajah mereka secara bergantian, tentu saja mereka jadi gemas sehingga mereka meremas serta menepuk kencang pantatku hingga pantatku merah. Dengan gerakan sensual dariku, hanya butuh 2 menit bagi penis mereka untuk bangun lagi dari tidurnya.
“nah,,Ney,,udah bangun lagi nih,,yok maen lagi,,”, kata Doni.
“ayok,,”, jawabku. Ronde kedua dimulai, Doni tetap berada di bawah tubuhku, tapi kali ini dia mengisi liang anusku dengan penisnya sementara Bagas menindih tubuhku dan mengisi vaginaku dengan penisnya. Mereka menyemburkan sperma mereka ke wajahku lagi sehingga wajahku semakin belepotan sperma. Kami beristirahat sambil duduk-duduk setelah memakai pakaian kami masing-masing.
“Ney,,kok kamu mau dientot ama kita berdua sih?”.
“sebagai junior yang baik,,harus bisa bikin senior seneng,,bener kan?”.
“bener banget itu,,”, jawab Bagas. Ketika kami bertiga sedang asyik mengobrol, tiba-tiba sesosok mahluk berdiri di belakang Bagas & Doni. Aku melihatnya dari kaki hingga ke atas dan menemukan wajah seram, dingin, tanpa ekspesi menatapku. Makhluk itu dililit kain putih dan aku baru sadar kalau makhluk itu adalah pocong.
“ka’ Bagas,,ka’ Doni,,”.
“ada apa Neysa sayang?”, sahut Bagas.
“tolong jangan liat kebelakang ya,,”.
“emang kenapa?”, dasar sifat manusia, jika dilarang malah seperti disuruh. Bagas & Doni malah melihat ke belakang sehingga mereka langsung pucat pasi ketika melihat sosok makhluk yang ada di belakang mereka.
“poc,,poc,,poc,,copong,,eh salah pocong !!!”, teriak Bagas.
“seetaaan !!!”, teriak Doni. Mereka berdua langsung mengambil seribu langkah, untungnya mereka sudah memakai baju mereka sementara aku tetap duduk di hadapan pocong itu tanpa gentar dan takut, malah aku memandangi matanya yang tak ada sinar kehidupan.
“ngapain lo ngeliatin gue?”, tanyaku ke pocong itu. Tiba-tiba ekspresi pocong itu berubah dari yang tadinya sangat dingin menjadi keheranan dan melihat ke arahku.
“lo gak takut ama gue,,”.
“yah,,takut? ga kenal tuh,,”, kataku.
“oke kalo gitu,,”. Dia mulai menakut-nakutiku mulai dari mengeluarkan darah dari sekujur tubuhnya, mata dan lidahnya copot, sampai tubuhnya hancur berantakan, tapi itu semua tidak membuatku takut.
“beneran gak takut ni cewek,,”.
“dibilangin susah amat nih pocong,,gue gak takut,,”.
“hebat juga lo,,”.
“lo duduk napa,,gue capek kepala gue dongak ke atas terus,,”, kataku.
“bentar gue tiduran aje,,ribet kalo duduk,,maklum namanya juga pocong,,”. Pocong itu menghilang dan tiba-tiba tidur di depanku.
“nah gitu dong,,gue jadi gak capek kan,,”.
“kok lo gak takut ama gue? padahal 2 cowok yang tadi aje langsung ngibrit ngeliat gue?”.
“gue udah biasa ngeliat setan dari kecil,,eh ngomong-ngomong lo pocong gaul ye? ngomongnye pake gue-lo dari tadi?”.
“pas gue mokad gue masih muda,,jadinye pocong muda,,”.
“hemmhh,,pantes aje masih gaol,,”.
“oh iye,,nama lo siape?”, tanya pocong itu.
“nama gue Neysa,,lo masih inget nama lo gak?”.
“masih,,kalo gak salah sih nama gue Gino,,”. Aku dan Gino malah mengobrol sampai kami berdua menjadi akrab. Aku melihat sudah jam 10, waktu untuk acara penutupan OSPEK.
“eh No,,gue balik dulu yee,,”.
“ha? mau kemane lo?”.
“gue musti balik ke lapangan,,”.
“gue ikut yee,,gue takut,,”.
“lah,,lo kan setan? takut ama apaan?”.
“gue kan bukan setan daerah sini,,”.
“alah,,oh,,setan punya daerah juga,,kayak preman aje,,”.
“iye,,makanye,,gue boleh ikut yee?”.
“iya deh,,tapi ntar pada kabur ngeliat lo gimana?”.
“gue masuk ke badan lo aje,,gimane?”.
“yaudah,,cepet,,tapi lo jangan macem-macem,,”.
“okeh,,”. Gino masuk ke dalam tubuhku, memang ada rasa aneh, tapi aku masih bisa menggerakkan tubuhku sesuai keinginanku karena Gino hanya masuk ke dalam tubuhku bukan merasukiku. Aku mengelap wajahku yang belepotan sperma dengan tisu yang ada di kantung celanaku dan menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhku agar bau keringat dan bau sperma bisa tersamarkan.
Begitu aku keluar dari ruangan, aku melihat 4 orang cowok berlari ke arahku dan 2 diantaranya adalah Bagas dan Doni
“Neysa,,kamu gak apa-apa?”, tanya Bagas kepadaku setelah sampai di hadapanku.
“gak apa-apa ka’,,”.
“mana hantunye? ngarang lo bedua,,”, kata seorang senior cowok yang lain.
“tau lo pade,,masa Neysa yang cantik kayak gini dibilang setan,,”, tambah seorang senior cowok yang terakhir.
“udeh lah,,biarin aje ni 2 orang pengecut,,mending Neysa ikut ama ka’ Dana n’ ka’ Panji ke lapangan,,udah mau acara penutupan,,”.
“iya ka’,,”. Aku berjalan diantara ka’ Dana & ka’ Panji yang berjalan di kanan dan kiriku sementara ka’ Bagas & ka’ Doni dengan wajah pucat pasi melongok ke dalam ruangan yang tadi menjadi arena pergumulanku dengan mereka berdua. Selama berjalan ke lapangan, Panji & Dana selalu berusaha mencari-cari kesempatan untuk bisa mengelus-elus dan meraba-raba tubuhku.
“dasar,,ngambil kesempatan mulu ni 2 orang,,”, kataku dalam hati.
Setelah sampai di lapangan, aku langsung ikut duduk di tengah-tengah junior yang lain. Setelah acara penutupan, junior diperbolehkan pulang. Para senior maupun junior cowok banyak yang mengajukan diri untuk mengantarku pulang.
“sori banget,,gue bawa motor,,”, jawaban yang sama yang selalu kukeluarkan setiap kali para cowok ingin mengantarkanku pulang. Aku pulang dengan mengendarai motor maticku yang sangat kusayangi. Sampai juga di rumah, aku memarkirkan motorku dan masuk ke dalam rumah dan istirahat di ruang tamu.
“eh No,,keluar lo dari badan gue,,”. Gino keluar dari tubuhku dan berdiri di hadapanku.
“eh,,ngapain celingak celinguk gitu??”, tanyaku karena melihat Gino seperti sedang mencari seseorang.
“gue nyariin orang tua lo,,ntar kalo tiba-tiba ngeliat gue bisa repot,,”.
“ohh,,nyantai aja,,bokap ama nyokap gue udah meninggal 5 bulan lalu,,”.
“oh maap,,gue turut prihatin,,”.
“alah,,emang pocong bisa prihatin juga?”.
“ya nggak sih,,gue kan cuma basa-basi,,”.
“iya,,iya,,makasih,,eh gue mandi dulu yee,,lo jangan keluyuran komplek gue,,bisa heboh,,”.
“sip,,”. Aku pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang berbau sperma dan keringat. Aku membuka baju, celana, bh, dan celana dalamku hingga tubuhku yang putih mulus tak tertutup sehelai benang lagi. Aku menyalakan shower lalu menyiram tubuhku dengan air dingin.
“mmmhhh,,”, lirihku pelan menikmati siraman air dingin membasahi sekujur tubuhku dari kepala hingga ke kakiku sehingga aku tidak merasa capek lagi. Aku menuangkan sabun wajah ke tangan kiriku, aku meratakan sabun itu ke kedua telapak tanganku. Aku mengusapkan ke wajahku hingga wajahku benar-benar tertutup sabun lalu aku membilas wajahku untuk membersihkan kuman-kuman sperma yang masih tersisa di wajahku. Setelah itu, aku baru menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun mosturizer agar kulitku menjadi semakin halus dan semakin putih.
Ketika sedang asik menyabuni diriku sendiri, tiba-tiba Gino muncul di hadapanku.
“aaakhhh !!!”, teriakku kaget dan spontan aku mengarahkan shower ke arahnya sehingga dia basah kuyup.
“Gino,,lo ngagetin gue aje,,tiba-tiba muncul,,sialan lo,,”. Gino tidak menjawabku dan langsung menghilang, tapi dia langsung muncul lagi di dekat pintu kamar mandi.
“parah lo Ney,,gue disiram ampe basah,,”.
“nah,,elo lagian,,tiba-tiba muncul di depan gue,,”.
“katanye lo gak takut?”.
“bukannye takut,,kaget,,dodol,,lagian lo ngapain ke sini,,gue kan lagi mandi,,”.
“bosen di luar sendirian,,mending gue ngeliatin lo mandi,,belom pernah gue ngeliat cewek mandi,,”.
“dasar pocong mesum lo,,yaudah,,terserah lo aja deh,,”. Aku meneruskan mengusapkan sabun ke seluruh tubuhku hingga tubuh putihku menjadi berkilauan lalu aku membilas tubuhku dengan air. Aku menggosok-gosokkan sabun ke tanganku lagi, aku mulai menyabuni payudaraku. Dengan tangan yang licin menyentuh payudaraku, tiba-tiba nafsu birahiku terusik dan membuatku menjadi terangsang.
Aku mulai meremas-remas kedua buah payudaraku dan memilin-milin putingku sendiri. Aku terus memainkan kedua buah payudaraku yang besar dan kenyal ini hingga birahiku sudah sampai otakku. Kini aku menggerakkan kedua tanganku ke bawah perutku alias ke daerah selangkanganku. Aku gunakan tangan kananku untuk mengelus-elus dan menekan-nekan klitorisku hingga aku merasa vaginaku semakin ‘panas’ dan gatal saja. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kiriku sudah kugerakkan keluar masuk vaginaku.
“eemmhh,,uummhh,,”, desahku pelan menikmati permainanku sendiri. 5 menit akhirnya aku sudah tak tahan lagi, aku mempercepat gerakan 2 jariku yang keluar masuk vaginaku hingga akhirnya aku melepaskan orgasmeku.
“ooohhh,,”, erangku lega sambil cairanku terus menjalar ke jariku dan akhirnya menetes ke lantai.
“gila,,hot banget,,”, aku baru sadar kalau aku tidak sendirian di kamar mandi. Aku masturbasi di kamar mandi dengan pocong sebagai penonton.
“gue baru inget ada lo,,”.
“parah Ney,,gue jadi nafsu banget,,”.
“alah,,emang pocong tau nafsu yee?”.
“tau dong,,”.
“hmm,,gue jadi penasaran,,kalo pocong ngaceng gimana ya,,seumur-umur belum ada kasus pocong ngaceng,,”.
“kalo gitu,,lo mau ngeliat kontol gue?”.
“mm,,gimana ya?? boleh deh,,gue penasaran banget,,”.
“tapi bukain baju pocong gue,,gue gak bisa buka sendiri,,”.
“iya,,iya,,”. Aku maju mendekat ke arah Gino, aku membuka tali yang ada di atas kepalanya sehingga tentu saja aroma tubuhku bisa tercium oleh Gino.
“mmm,,lo wangi banget,,”.
“makasih,,”. Setelah aku membuka tali kepalanya, aku membuka tali yang mengikat kedua tangannya dan juga tali yang mengikat kedua pahanya serta tali yang mengikat kedua kakinya. Lalu aku membuka kain putihnya dan menjatuhkannya ke lantai hingga dia benar-benar tidak tertutup apa-apa lagi. Aku melihat tubuh Gino yang kotor dan penuh luka di mana-mana.
“No,,kok banyak lukanye?”.
“di siksa di kuburan,,”.
“ooh,,kalo gitu lo banyak dosanya dong,,”.
“ya gitu deh,,”.
“emang lo bikin dosa apa?”.
“ada deh,,mau tau aja lo,,”.
“yee,,dasar lo,,bodo ah,,”. Aku langsung jongkok di hadapannya dan bertemu dengan penis Gino yang bentuknya tak karuan dan berbau amis, tapi besar dan panjang.
“iih,,kok begini?”.
“ya namanya juga pocong,,”.
“tapi gede juga ya,,”.
“iye dong,,”. Aku yang sudah berada dalam keadaan ‘on’ sehabis permainanku sendiri tadi dan hanya penis Gino yang tersedia jadi, tanpa ragu-ragu aku memegang batang penisnya dan meremas-remas pelan buah zakarnya. Aku membuka mulutku lebar-lebar dan memasukkan senti demi senti penis Gino hingga penis Gino hampir semuanya berada di dalam mulutku. Aku mulai memaju mundurkan kepalaku sambil menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku. Tadinya aku benar-benar merasa ingin muntah karena terasa anyir dan amis, tapi seiring waktu aku tidak memikirkan itu lagi dan dengan nyamannya aku mengulum penis pocong yang bentuknya tak karuan. Aku terus memandikan penis Gino dengan air liurku hingga seluruh batang penis dan buah zakarnya basah terselimuti air liurku.
Aku mengemuti kepala penisnya, menjilati leher kepala penisnya. 10 menit kemudian, Gino menyemburkan spermanya yang rasanya aneh ke dalam mulutku. Meskipun rasanya aneh, tapi aku telan semua spermanya yang masuk ke dalam mulutku hingga tak bersisa. Aku menyudahi memainkan penis Gino dengan mulutku setelah tidak ada sperma lagi yang tersisa.
“jago banget lo Ney,,”.
“eh,,kok aneh sih rasa peju lo??”, tanyaku.
“gue kan udah mokat,,tapi lo gak apa-apa minum peju gue?”.
“gak apa-apa,,”.
“gue pengen ngerasain nyoblos memek lo deh,,”.
“boleh aja,,tapi badan lo kan kaku gitu,,gimana caranya?”.
“pokonya bisa deh,,”.
“yaudah,,lo tunggu gue di kasur,,gue mau nerusin mandi dulu,,”.
“oke,,”. Dia langsung lenyap dari pandanganku, aku pun meneruskan mandi dengan membersihkan vaginaku menggunakan sabun khusus untuk menjaga vaginaku tetap wangi, bersih, dan kesat. Setelah selesai, aku membilas tubuhku lagi dan mengeringkan tubuhku dengan handuk lalu aku keluar mandi tanpa melilitkan handuk ke tubuhku alias telanjang.
Aku kaget ketika melihat seseorang sedang tidur di atas ranjangku.
“siapa lo??”, tanyaku dengan nada yang keras.
“tenang Ney,,ni gue Gino,,”, kata orang itu.
“ha? Gino?”, aku mendekat ke ranjang dan memperhatikan wajah orang itu dengan seksama. Wajahnya memang mirip dengan pocong tadi alias si Gino, tapi aku masih belum yakin.
“lo beneran pocong yang tadi?”.
“beneran,,nih kalo gak pecaya,,”, tiba-tiba dia berubah menjadi pocong lalu berubah ke bentuk manusia lagi.
“jadi beneran lo Gino?”.
“bener lah,,”.
“lo bisa berubah jadi manusia?”.
“bisa,,”.
“jadi,,ngapain gue ngoral lo pas jadi pocong??”.
“lagian lo langsung aje,,”.
“gue kan gak tau lo bisa berubah jadi manusia,,lagian tadi enak kan,,”.
“iya sih,,hehehe,,”.
“eh,,No,,lo gak bisa berubah jadi lebih ganteng apa?”, tanyaku melihat wujud manusianya yang jelek, berkulit sawo matang, dan giginya mancung.
“gak bisa,,ilmu gue masih rendah,,cuma bisa berubah ke wujud asli gue pas masih idup,,”.
“oh gitu,,”.
“ayo dong Ney,,gue udah gak sabar nih,,”.
“iya,,iya,,gak sabaran amat sih,,”.
“abisnya kan baru kali ini gue bisa ngentot ama cewek,,cantik lagi,,”.
“jadi semasa idup lo belum pernah gituan ma cewek?”.
“belum,,”.
“pantes aja,,muka lo aja begitu,,”.
“yah,,ini kan udah dari sananya,,”, jawabnya dengan muka sedih.
“jangan nangis gitu,,gue cuma becanda,,ni deh biar gak ngambek lagi,,”. Aku naik ke atas ranjang dan tidur di atas tubuh Gino yang sudah telanjang secara terbalik alias posisi 69. Aku mulai membasahi penis Gino yang besar dengan air liurku lagi sambil membiarkan Gino melahap vaginaku.
“mmmhhh,,”, desahku pelan menerima serangan lidah Gino terhadap vaginaku. Aku menjadi bersemangat mengulum penis Gino karena permainan lidah Gino. Aku merasakan Gino menggunakan lidahnya untuk menjelajahi daerah luar dan dalam vaginaku dengan sangat telaten hingga tak ada satu senti pun yang terlewat.
“ooouuummhh,,”, erangku ketika melepaskan orgasmeku dan membiarkan Gino meminum habis cairan vaginaku.
Begitu selesai, aku turun dari atas tubuh Gino. Aku tidur terlentang di sebelahnya, Gino menindih tubuhku. Aku membuka kakiku dan melingkarkan ke pinggangnya sehingga dia bisa melumat bibirku. Secara bergantian kami saling melumat bibir, saling bersilat dan menghisap lidah, dan saling mengeksplorasi rongga mulut. Kami berciuman begitu hangat dan begitu bergairah bagaikan sepasang kekasih yang saling mencintai. Karena begitu nyaman dan nikmat, kami pun berciuman selama kurang lebih 3 menit. Gino melepaskan cumbuannya terhadap bibirku sehingga aku bisa menghirup udara segar lagi, selain itu aku bisa melihat ludah kami yang menyatu dan membentuk seperti benang panjang yang menghubungkan mulutku dengan mulut Gino. Gino menurunkan ciumannya menuju ke kedua buah payudaraku yang putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Aku mengelus-elus kepala Gino yang sedang menyusu kepadaku.
“mmmhh,,teerruusshh,,”, lirihku pelan ketika lidah Gino menyapu jengkal demi jengkal dari kedua buah payudaraku secara perlahan
Vaginaku semakin gatal saja ketika Gino menghisapi, mengemuti, dan menggiti kedua putingku secara bergantian dan terus menerus. Gino puas memainkan kedua buah payudaraku, dia mulai memposisikan penisnya di depan lubang vaginaku. Penis itu menyeruak masuk ke dalam vaginaku hingga benar-benar amblas ditelan vaginaku. Gino mulai memompa penisnya dengan sangat perlahan hingga aku menikmati ketika urat-urat penis Gino bergesekan dengan dinding vaginaku secara terus menerus. Vaginaku terasa penuh sesak ketika vaginaku menjadi tempat peristirahatan sementara bagi penis Gino yang besar.
“ooohh,,”, desah Gino. Gino mengangkat tubuhku sehingga dia duduk dengan kaki bersila sementara aku duduk di atas penisnya dan menaruh pantatku di pahanya. Gino memeluk tubuhku dan mulai mendorong penisnya lebih masuk ke dalam vaginaku sehingga tubuhku juga ikut terdorong ke atas. Gino mendekatkan wajahnya ke payudaraku sehingga payudaraku yang berguncang naik turun bersamaan dengan tubuhku terus menerus bergesek-gesekkan dengan wajah Gino.
5 menit berlalu, Gino mendorong tubuhku sehingga aku tidur terlentang lagi. Gino mengangkat dan mendorong kedua kakiku sehingga kakiku berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Aku merasa penis Gino semakin tertanam lebih dalam karena posisi yang sekarang. Akhirnya, Gino mempercepat sodokannya yang menandakan sebentar lagi dia akan orgasme.
“janganhh,,di,,dalemmhh,,”, erangku terlambat ketika Gino sudah mulai menembakkan spermanya ke dalam vaginaku. Gino melumat bibirku sambil menunggu penisnya selesai memuntahkan isinya ke dalam vaginaku. Aku merasa aneh, penis Gino sudah mengosongkan isinya ke dalam vaginaku, tapi penis Gino sama sekali tidak menyusut. Dengan penis Gino masih tertanam di vaginaku, kami berdua mengobrol.
“No,,kok kontol lo gak lemes?”.
“kan gue pocong,,jadi badan gue ada yang selalu kaku,,”.
“oh iya ya,,lo kan pocong,,lupa gue,,”.
“tadi kenapa? gak mau dikeluarin di dalem?”.
“ya takut hamil lah,,ntar jadi anak pocong,,gimana?”.
“oh iya,,kasian juga kalo lo hamil anak pocong,,”.
“makanye,,tapi udahlah,,udah terlanjur,,pokonya jangan di dalem lagi ya,,”.
“oke,,kalo gitu sekarang lanjut lagi boleh kan?”.
“terserah lo,,”.
“asik kalo gitu,,”. Gino mencabut penisnya dari vaginaku dan menancapkan penis ke lubang anusku. Gino berusaha susah payah karena lubang anusku yang sempit, tapi Gino dengan sabar mendorong penisnya ke dalam anusku agar membuatku tidak merasa kesakitan hingga akhirnya masuk ke dalam anusku. Ronde ke 2 dimulai, kakiku tetap berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Aku merasa nikmat sekali penis Gino yang besar keluar masuk lubang anusku dengan perlahan.
“hheemmhh,,oouuummhh,,”, desahku dengan nafas yang memburu. Gino mencabut penisnya dari anusku agar aku bisa mengambil posisi doggystyle. Setelah aku sudah bertumpu dengan kedua siku dan kedua lututku, Gino langsung menanamkan penisnya lagi ke dalam anusku hingga anusku terasa penuh lagi.
Gino menarik kedua tanganku kebelakang sehingga Gino seperti sedang mengendaraiku dengan kedua tanganku sebagai tali kekangnya.
“pok,,pok,,pok,,”, bunyi benturan tubuh kami berdua ketika Gino mempercepat frekuensi sodokan penisnya ke dalam lubang anusku. Suara nafas yang memburu dan desahan demi desahan kami berdua memenuhi kamarku. Gino menekan penisnya dengan sangat kuat sehingga aku merasakan penisnya benar-benar masuk ke dalam anusku hingga mentok. Lalu dia menyemburkan lahar putihnya yang hangat dan kental ke dalam anusku. Gino melepaskan tanganku supaya aku bisa menahan tubuhku yang lemas. Gino menekan tubuhku sehingga dia menindih tubuhku, dia menciumi leherku, punggungku, dan pundakku serta menjilati kedua kupingku hingga basah oleh air liurnya. Selesai mengisi liang anusku dengan spermanya, Gino mencabut penisnya lalu dia membalikkan tubuhku sehingga aku tidur terlentang lagi. Aku melemparkan senyum manis ke Gino, dia membalas tersenyum dan langsung melumat bibirku lagi.
Gino melepaskan ciumannya, dia melebarkan kakiku lalu dia memasukkan penisnya ke vaginaku lagi hingga amblas ke dalam vaginaku, tapi dia langsung mengeluarkannya lagi hingga benar-benar keluar dari vaginaku. Dia memasukkan penisnya lagi, Gino terus melakukan sebanyak 5x. Aku bingung apa yang dia lakukan jadi, aku bertanya kepadanya.
“No,,lo ngapain sih??”.
“ini,,tadi kan penis gue dari pantat lo,,supaya gak bau,,gue giniin deh,,”.
“oh,,emang lo mau ngapain?”.
“soalnya gue mau gini,,”. Dia langsung menaiki tubuhku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, aku langsung menjilati penis Gino yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku sendiri. 10 menit kemudian dia menyemprotkan sperma ke dalam mulutku yang langsung kutelan hingga tak bersisa. Aku bingung karena tadinya aku lemas sekali, tapi setelah meminum sperma Gino aku menjadi segar kembali.
“No,,lo yakin baru pertama kali gituan ma cewek?”.
“iya,,emang kenapa?”.
“kok lo jago banget mainnya?”.
“ama manusia emang baru pertama kali,,tapi ama hantu cewek udah sering,,”.
“hemm,,pantes aja,,lo jago,,tapi kok hantu cewek pada mau ama lo ya?”.
“jelek-jelek gini,,gue terkenal di komplek kuburan gue lho,,”.
“terkenal gimana maksudnya?”.
“pejantan alfa gitu,,”.
“buset,,udah kayak hewan aja ada pejantan alfa,,”.
“iya dong,,gue juga pengen nanya nih,,”.
“mau nanya apa?”.
“kok lo mau ngentot ama pocong jelek kayak gue? padahal lo kan cantik banget,,”.
“tadinya si kasian aja,,lo gak pernah gituan selama hidup lo,,eh gak taunya,,kalo tau lo sering di kuburan sih,,gak gue kasih,,”.
“yah,,tapi kayaknya dari tadi lo keenakan deh,,hehe”, dia menggodaku.
“hehe,,iya sih,,”.
“ya kan bener,,”.
“iya,,iya,,gue ngaku,,eh tapi ****** lo bakal bangun terus kayak gitu?”.
“gak lah,,ntar jam 3 pagi juga turun sendiri,,”.
“kok,,?”.
“itu tandanya gue harus balik ke rumah abadi gue,,”.
“rumah abadi?”.
“kuburan maksud gue,,”.
“hahaha,,gue kira rumah apaan,,”.
“eh Ney,,boleh lagi gak? baru jam 12 nih,,masih lama,,”.
“yauda,,boleh juga,,”.
“nah lo,,ketagian kan lo Ney,,”.
“hehe,,tapi inget ya,,jangan di dalem memek gue lagi,,”.
“oke Ney,,”.
Aku sangat heran kenapa kami berdua bercinta dengan sangat panas, bergairah, dan menggebu-gebu padahal kami berdua baru saja bertemu. Mungkin benar kata Gino bahwa dia adalah pejantan alfa di daerah kuburannya karena aku sangat bergairah malam ini dan aku merasa nyaman sekali menghabiskan malam di atas ranjang bersama Gino meskipun sebenarnya dia adalah pocong. Ronde demi ronde kami lalui bersama untuk menghabiskan malam yang dingin. Gino menuruti perintahku, dia tidak menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Dia menembakkan spermanya ke dalam mulut dan anusku, selain itu dia juga menyemburkan spermanya ke tubuhku baik tangan, telapak tangan, betis, paha, perut, wajahku, kedua buah payudaraku, pantatku, ataupun di dekat bibir vaginaku sehingga aku seperti mandi sperma karena sperma Gino hampir ada di seluruh bagian tubuhku. Jam 3 pun datang, pas sekali ketika Gino selesai menyemburkan spermanya ke wajahku.
“Ney,,udah waktunya gue pulang,,”, katanya karena penisnya sudah melemas.
“iya,,”.
“makasih banget ya Ney,,gue boleh ngentotin lo semaleman,,besok lagi ya,,”.
“iya,,sana cepet pulang,,bentar lagi subuh,,ntar kebakar,,”.
“ok Ney,,daah,,”.
“bye,,”. Gino kembali ke bentuk pocong dan langsung menghilang. Aku sudah merasa ngantuk sehingga aku menutup mataku. Ketika aku sudah hampir tertidur, aku mendengar ada suara.
“tooloonngg,,”, suara itu memang pelan, tapi cukup membuatku tersadar. Aku melihat sekitar dengan mata yang tinggal 0,5 watt dan menemukan sesosok bayangan yang bersuara minta tolong sekali lagi, tapi sehabis itu dia menghilang. Aku yang sudah sangat mengantuk tidak memikirkan itu dan menutup mataku lagi…