Gubuk Kayu
Makrab atau malam keakraban adalah sebuah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa baru. Untuk panitia makrab biasanya diisi oleh senior yang semerter tiga dan seterusnya. Nah aku diajak oleh adik tingkat untuk memeriahkan acara.
Kala itu aku terlambat untuk pergi ke tempat makrab karena ada tugas dan pekerjaan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Walaupun begitu aku sudah hapal betul tempat yang akan aku kunjungi nanti yaitu sebuah pantai yang cukup terkenal di kotaku yaitu pantai indrayanti.
***
Setelah menyelesaikan tugas-tugasku, aku pun berangkat dengan motor matic yang beberapa tahun lalu keluar. Perjalanan dari tempatku bekerja sampai ke pantai lumayan jauh bisa memakan waktu yang kurang lebih satu setengah jam itu pun kalo tidak ada halangan.
Saat itu aku berangkat dari tempat kerja pukul delapan malam jadi kemungkinan saat aku sampai pantai aku tinggal istirahat saja. Setengah perjalanan sudah kutempuh dan tiba-tiba saja hujan rintik-rintik turun namun karena hanya hujan rintik-rintik aku melanjutkan perjalanan dan biasanya akan berhenti beberapa saat kemudian.
Namun dugaanku salah, satu kilo meter setelah hujan turun rintik-rintik, kini hujan semakin kencang dan membasahi tubuh dan motorku. Aku yang tak membawa mantrol itu pun mencari tempat yang sekiranya bisa buat aku berteduh.
Setelah beberapa meter aku melihat rumah kayu yang sepertinya sudah tidak berpenghuni, aku pun mempercepat motorku dan berteduh. Semuanya sudah basah, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hujan yang cukup lebat itu sepertinya akan lama membasahi kotaku. Aku tak menyangka aka nada hujan padahal bulan ini bukan musim penghujan tapi sudah lah ini rezki dari tuhan.
Aku yang sedang berteduh diluar rumah dan kedinginan itu pun dikejutkan dengan lampu yang menyala. Tak sampai disitu, beberapa saat kemudian keluarlah sosok Wanita yang kutaksir sudah berumur lebih dari 30 tahun. Dengan baju daster dan rambut digulung Wanita itu bertanya :”mas nya ngapain?” “berteduh mbak, hujan lebat banget gak bawa mantrol. Saya kira rumah kosong” jawabku.
Wanita itu pun melihatku yang sudah basah oleh lebatnya hujan, “mas nya masuk aja, kayaknya bakal lama hujannya”, “makasih mbak” balasku dan langsung masuk mengikuti Wanita itu.
“lha motornya gak dibawa masuk, nanti hilang lho”
“owh boleh dibawa masuk” aku yang masih kebingan pun hanya menuruti saran dari Wanita itu.
Setelah aku membawa masuk motorku, ternyata rumah yang kukira kecil itu terasa luas walapun sudah ada satu motor. Wanita penjaga rumah itu kekamarnya entah mengambil apa.
“mas ini ada kaos sama sarung, buat ganti biar gak masuk angin. Ini hangernya buat njemur”
“Maa Makasih” kataku yang masih bingung dalam keadaan apa sekarang ini. “kamar mandinya sebelah mana ya mbak?” tanyaku karena tak mungkin aku ganti baju di ruang tamu.
“disebelah sana mas” sambil menunjuk sebuah pintu disamping kamar sang Wanita.
Aku pun berjalan menuju pintu yang dimaksud, namun saat aku buka ternyata kamar mandi yang dimaksud oleh sang Wanita masih ada beberapa petak dari rumah jadi tidak nyatu dengan rumah.
“lho mbak, kamar mandinya jauh yan anti kaos dan sarungnya basah lagi dong”
“iya mas agak jauh dari rumah, maklum orang miskin”
Karena aku sudah kedinginan aku pun mencopot semua pakainku dan berganti dengan kaos dan sarung perberian sang Wanita. Untungnya saat aku ganti baju dia tidak melihatku jadi aman. Setelah itu aku keluar dari pintu belakang dan menjemur disela-sela kayu penopang atap rumah kayu ini.
Setalah menjemur pakaian basahku, aku disiapkan minuman hangat oleh sang Wanita di dipan atau kursi Panjang yang bisa buat tidur. “ini mas diminum dulu, biar gak masuk angin”
“makasih mbak, jadi ngerepotin ini” aku pun duduk disampingnya dan meminum air pemberian sang Wanita yang ternyata jahe hangat.
“mbaknya kok sendirian disini apa gak takut?” tanyaku untuk memulai obrolan
“sudah biasa mas, tadi aja saya lagi tidur terus kebangun denger suara motornya mas”
“maaf mbak, malah nggangu tidurnya ini, saya jadi gak enak. Mana sekarang mbaknya gak bisa tidur lagi malah nyiapin ini itu buat saya”
“gak apa mas, lagian saya juga ikhlas membantu apalagi masnya juga ganteng”jawab sang Wanita didepanku malu-malu.
“ah bisa aja mbaknya. Ngomong-ngomong Namanya siapa mbak? Saya ardian panggil aja ardi”
“saya ningsih mas”
Setelah itu kami pun bercerita ngalor ngidul, dan dari obrolan itu aku keteahui bahwa ningsih tidur di rumah kayu sederhana ini karena nanti pagi ia akan berjualan makanan dan yang berjaga harus tidur di rumah ini dulu persiapan agar tidak telat karena kata mbak ningsih pembeli dagangannya selalu pagi-pagi dan sudah ramai.
Selain itu ternyata mbak ningsih ini janda, yang ditinggal oleh suaminya karena dikira mbak ningsih ini mandul, dan baru-baru ini ia sedang dekat oleh salah satu pelanggan makananya yang mengaku single dan tertarik pada mbak ningsih. Tidak hanya satu orang saja namun sudah beberapa orang yang suka namun yang benar-benar serius belum.
Entah mengapa semakin lama aku ngobrol dengan mbak ningsih, aku jadi tau kenapa banyak yang suka dengan mbak ningsih. Saat aku melihatnya dan mendengarkan suaranya, mbak ningsih ini cantik untuk ukuran orang-orang yang tinggal di desa yang sangat jarang menggunakan skincare atau kosmetik lainnya mungkin pakai kalo ada hajatan atau acara besar lainnya.
Selain cantik, suara mbak ningsih ini juga lembut dan enak didengar ya mirip penyiar radio. Selain itu tubuh mbak ningsih bisa dibilang semok walapun dadanya berukuran normal ya mungkin 40 B. semakin lama aku ngobrol aku malah ngaceng dan sesekali aku juga bisa melihat mbak ningsih yang mencuri pandang kearah kontolku yang berdiri apalagi tanpa CD yang menghalangi.
“hayo, mbak ningsih matanya lihatin apa kok kayaknya suka banget” kataku yang mengagetkan mbak ningsih”
“ah mas ardi bikin kaget aja, habisnya kontol mas ardi ngaceng sih kan mbak jadi lihat” aku pun kaget mendengar balasan mbak ningsig yang tanpa filter itu.
“gimana nggak ngaceng lihat mbak pake daster erus suara mbak lembut jadi bayanging yang nggak-nggak hehe”
“ah bisa aja mas ardi gombalnya” kata mbak ningsih sambil menutup matanya agar tidak melihat kontol ngacengku.
Aku yang entah kenapa jadi sange banget itu menjauhkan tangan mbak ningsih dari mukanya dan langsung mencium bibir mbak ningsih. Mendapat serangan yang tiba-tiba, mbak ningsih gelgapan dan cenderung pasih namun tidak menolak.
Semakin lama kami berciuman mbak ningsih sudah mulai agresif, selain itu tangan mbak ningsih sudah mengocok kontolku sedangkan aku sudah meremas kedua tetek mbak ningsih yang lumayan kenyal digenggaman tanganku. Dan saat aku ingin melepaskan dasternya mbak ningsih mengajakku untuk ke kamarnya.
Di kamar kami sudah sama-sama telanjang dan melanjutkan pergumulan kami tadi yang tertunda. Saat ini aku sedang menindih mbak ningsih diatas Kasur yang lumayan tipis. Setelah puas dengan bibirnya aku melanjutkan seranganku di leher lalu ke teteknya yang masih kenyal walau sudah berkepala tiga.
“Aaakkh iya mas, kenyot tetek ku maasssh enaaak” tak hanya satu namun kedua teteknya aku kenyot bergantian. Pentil yang berwarna coklat muda itu menjadi bulan-bulanan mulutku dan mbak ningsih meracau lebih keras lagi. Aku tak takut akan kedengaran orang diluar karena hujan masih saja turun walau sudah tidak terlalu deras.
Setelah puas dengan tetek mbak ningsih, seranganku turun ke arah selangkangannya. Memek mbak ningsih berjembut tipis sepertinya beberapa hari lalu habis dicukur. Aku pun langsung menjilat memek mbak ningsih tanpa menunggu permintaanya.
“iyaa sayang jilat memekku aaaaghhh enakk sayang jilat terus, iya yang itu itilku mas dijilatin aaaaggghhh” racau mbak ningsih saat aku menjilat memeknya. Dan tak butuh waktu lama mbak ningsih pun orgasme. “maaaasss, mbak mau keluar sayaaaang awas” crut seeer crut seeerrr Mbak ningsih squirt yang cukup banyak hingga membasahi wajah dan tubuhku. Saat mbak ningsih squirt ia juga mengangkat beberapa kali pantatnya lalu lemas
Melihat mbak ningsih squirt aku Bahagia, melihat wajah kepuasan dari wajahnya membuatku menjadi bersemangat untuk memuaskannya lagi. Mbak ningsih yang masih Lelah itu pun tetap kuciumi wajahnya dan sesekali aku menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantiknya.
Karena sudah beberapa menit setelah mbak ningsih orgamasme yang pertama, aku bersiap memasukkan kontolku ke memeknya namun dicegah oleh mbak ningsih “bentar mas, akum au nyepong kontolmu dulu” dan aku hanya menuruti permintanya.
Aku telentang dikasur lalu mbak ningisih menindihku dan menyiumku, setelah puas menciumku mbak ningsih mengecup leher lalu kedua putingku lalu perut dan yang terakhir kontolku. Kontuolku dijalat dari kepala, batang hingga kedua zakarku. Walaupaun sudah lama menjanda sepetinya bukan halangan untuk tidak bisa memuaskan pasangannya.
Setelah puas menikmati kontolku mbak ningsih pun telentang, dan aku memposiskan kontolku didepan memeknya. “pelan-pelan ya mas, kontolmu besar”, “iya sayang” lalu aku memasukkan kontolku ke memek mbak ningsih.
“Aaaggghh terus mas, masukin lagiih” racau mbak ningsih saat perlahan memasukkan kontolku. Karena tinggal 1/4 lagi masuk aku langsung memasukkan kanya dan “AAAAGGGHH, jangan digoyang dulu mas”
Karena aku bosan menunggu aku pun mencium bibir mbak ningsih dan meremas teteknya. Setelah cukup lama aku pun mengenjot memek mbak ningsih. Memek mbak ningsih terasa hangat dan sesekali meremas kontolku saat mbak ningsih berteriak ditengar hujan yang mulai berhenti.
AAAAGGGGHHHHHH Kontol kamu enak sayang, mbak rela dientot tiap hari AAAAAAGGGGHHHH
Memek mbak juga enak aaagghhh
Selagi menyodok memek mbak ningsih aku juga meremas tetek mbak ningsih dan sesekali menarik pentilnya, sedangkan mbak ningsih hanya menggenggam erat kasurnya.
Plok plok plok aaaagggghhhhh Plok plok plok aaaagggghhhhh
Plok plok plok aaaagggghhhhh Plok plok plok aaaagggghhhhh
“sayang mbak mau keluaaaar,,,,, AAAAAAAGGGGGHHHHHHH”
CRUT SHEEEERRRRRR SHEEEERRRRR SHEEEERRRR
Mbak ningsih orgasme kedua dan squirt lagi, mbak ningsih terlihat capek apalagi besok pagi buta ia harus bekerja. Aku pun memeluknya dan mengelus rambutnya
“memek mbak ningsih enak banget kayak perawan”
“ah kamu bisa aja bikin mbak Bahagia”
“mbak tidur yuk, udah malem”
“tapi kamu kan belum keluar sayang, satu kali lagi yuk”
“udah tidur daripada besok telat bangun terus capek”
Lalu aku memindahkan kaki kiri mbak ningsih ke kaki kananya dan aku memeluknya miring “udah sekarang tidur besok lagi ngentotnya. Sekarang kita tidur”. Mbak ningsih yang capek pun tidak membalas ucapanku dan langsung tidur.
***