INFORMAN
INFORMAN Part-1 “ gw ngerasa dia mulai beda wir…makanya gw minta tolong sama lu“ “..tapi sejauh ini yang gw lihat..dia fine-fine aja kok.***k ada gelagat yang mencurigakan” “Pokoknya gw percaya sama lu jadi gw nitip sama lu wir” “ iya..iya..gw pantau terus..” “ tapi inget wir..jaga rahasia ya..” “ pasti dong kalau soal itu..amaan..” “ ya udah kalau gitu gw balik dulu..” “ oke..” ******** wirya ku, aku kerja di salah satu bank swasta di jawa barat sebagai CS, umur ku saat ini baru menginjak di angka 25, dan aku belum menikah, kenapa..selain aku masih ingin menuntut karir, ada hal lain yang membuat ku selalu jomblo, salah satunya adalah kebanyakan dari orang-orang mengira ku penyuka sesama jenis, karena sifat ku yang sedikit kemayu mirip wanita di tambah dengan penampilan ku yang tinggi putih bersih dan selalu rapih, padahal di balik itu semua aku laki-laki normal yang menyukai wanita. Mungkin karena kebanyakan orang melihat ku hanya dari luarnya saja sehingga mudah menyimpulkan persepsi mereka yang belum tentu benar, karena keadaan sekitar selalu begitu terhadap ku sehingga teman-teman laki-laki ku hanya sedikit dan aku lebih sering bergaul bersama teman-teman wanita sejak dari dulu. Seperti saat ini, di tempat kerja ku, aku banyak bergaul bersama teman wanita di banding teman laki-laki, salah satunya yang sangat dekat dengan ku adalah zasqia wanita cantik berperawakan tinggi dengan kulit putih halus, di imbangi dengan bagian-bagian tubuhnya yang menonjol seperti dada dan pantatnya yang bisa di katakan cukup besar walaupun dengan badannya yang langsing, selain itu yang menarik dari zaskia adalah dia memakai hijab, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum laki-laki. Zasqia atau yang biasa aku panggil qia, terpaut 10 tahun di atas aku dan sudah memiliki 2 orang anak, dia sama halnya seperti kebanyakan orang mengira ku penyuka sesama jenis. Padahal di awal pertama masuk kerja aku sudah menaruh hati kepada qia, karena dia sebagai senior yang selalu membimbing ku di tempat kerja. Dulu memang aku tidak tahu qia sudah menikah karena wajahnya yang cantik dan nampak masih muda seperti seumuran dengan ku. Semuanya ku ke tahui setelah 3 bulan kedekatan ku dengan qia, dan aku mengetahui semua tentang qia bahkan aku pun di kenalkan kepada suaminya. Suami qia yang bernama toni dulunya memang bekerja di luar kota sehingga aku tidak pernah tahu bahwa qia mempunyai suami, namun kini toni telah kembali, menurut penuturan qia bahwa toni telah berhenti kerja dan sekarang memilih membuka usaha bengkel motor bersama temannya, sehingga hampir setiap hari qia selalu di antar dan di hemput oleh suaminya, berbeda dengan dahulu qia selalu pergi dan pulang sendiri terkadang aku yang mengantarnya pulang dengan di bonceng motor ku. Pagi ini, tanpa ada angin tanpa ada hujan, toni suami dari qia menunggu ku di parkiran motor tepat di samping bank aku dan qia bekerja. “ wir…baru datang?” Tanya toni ketika aku baru saja memarkirkan motor “ eh..kirain siapa..” kata ku setelah melihat siapa orang yang memanggil ku “ heheh..wir..pengen ngobrol bentar nih..” kata toni kepada ku “ ngobrol apaan a?” Kata ku kepadanya, aku memang memanggilnya aa untuk menjaga kesopanan dan bahkan kini kepada qia pun aku memanggilnya teteh terkadang teh qia setelah mengetahui bahwa umurnya jauh di atas ku. “ gw mau minta tolong nih wir..tapi diem-diem ya” kata toni sambil pandangannya melihat ke arah sekitar “ minta tolong apa a?” Tanya ku “ minta tolong lu..kalau bisa mata-matain bini gw lah..” kata toni yang membuat ku bingung “ haah..mata-matain gimana a?” Tanya ku bingung “ emhh..maksudnya ngasih informasi gitu..bini gw ngapain aja..sama siapa aja..kaya gitu lah” jelas toni “ emangnya kenapa a..lagi ada masalah ya?” Tanya ku “ gw ngerasa dia mulai beda wir…makanya gw minta tolong sama lu“ jawab toni “..tapi sejauh ini yang gw lihat..dia fine-fine aja kok.***k ada gelagat yang mencurigakan” kata ku “Pokoknya gw percaya sama lu jadi gw nitip sama lu wir” kata toni, memang selama ini teman laki-laki qia yang di kenalkan kepada suaminya dan bisa bebas ke rumahnya hanya aku, karena mungkin suaminya menggap aku berbeda tidak sama seperti laki-laki lain. “ iya..iya..gw pantau terus..” jawab ku “ tapi inget wir..jaga rahasia ya..” kata toni kembali mengingatkan “ pasti dong kalau soal itu..amaan..” kata ku dengan nada khas laki-laki kemayu yang tak dapat ku hilangkan sambil mengacungkan jempol “ ya udah kalau gitu gw balik dulu..” pamit toni kepada ku “ oke..”
jawab ku. Setelah ku lihat toni masuk ke dalam mobilnya aku pun pergi masuk ke dalam bank dan langsung menuju meja kerja ku yang tepat berada di sebelah meja qia. “ wir..suami gw masih ada di depan?” Tanya qia sambil matanya tetap mentap ke arah cermin kecil yang dia pegang sambil membetulkan lipstiknya “ ga ada udah pergi..” jawab ku santai, karena memang sudah kebiasaan qia setiap pagi bila aku datang selalu menanyakan keberadaan suaminya di tempat parkir “ emhh..” kata qia sambil menyimpan cermin kecil dan lipstiknya ke laci meja miliknya. Setelah itu seperti biasa, qia selalu sibuk dengan hp nya di saat sebelum mulai kerja atau pun di saat jam kerja senggang, tak jarang dia sambil melakukan live di sosmednya. Aku yang setiap hari duduk bersebelahan dengan qia, tahu persis kebiasaan apa saja yang dia lakukan, bahkan saat di goda oleh customer pun aku mengetahuinya, mungkin ini resiko bagi wanita cantik yang seperti qia pikir ku selalu mendapat godaan dari laki-laki, namun semua itu selalu di tanggapai dengan senyuman ramah oleh qia, mungkin ini karena tuntuan pekerjaan, awalnya aku memang menggap qia seperti itu. Namun seiring berjalannya waktu aku pun merasakan hal yang sama seperti toni suami qia, aku merasa akhir-akhir ini qia terlihat banyak perubahan, berbeda dengan satu tahun yang lalu ketika aku baru bekerja di bank ini dan mengenal qia, memang qia sangat ramah dan supel bahkan kepada siapa pun dia cepat akrab contohnya saja dengan ku walau dari luar aku terlihat kemayu namun qia tidak membedakan dengan teman yang lain dia tetap berteman baik dengan ku bahkan menjadikan ku teman baiknya. Hari tak terasa semakin siang, satu persatu pelayanan customer telah ku lakukan, ku lihat jam sudah menunjukan di angka 11 siang, menunggu waktu satu jam lagi untuk istirahat makan siang. “ teh..rencana makan siang kemana kita hari ini?” Tanya ku kepada qia yang sedang sibuk dengan hp nya karena dia pun sama seperti ku baru menyelesaikan pelayanan customer. “ belum tahu wir..tapi ini si ko johan mau ke sini” jawab qia tanpa melihat ke arah ku. Ko johan adalah nasabah prioritas di tempat ku bekerja, laki-laki keturunan yang sudah tidak muda lagi, ku perkirakan umurnya mungkin 50an namun karena dia seorang pengusaha sukses sehingga walaupun sudah tua di umurnya dapat di tutupi oleh penampilannya yang selalu maskulin. “ oh gitu..kenala emangnya ada komplain dia?” Tanya ku karena merasa heran biasanya bila ko johan datang untuk setor uang dia selalu langsung ke ruangan khusus nasabah prioritas tapi sekarang mengapa kepada qia, dan mengapa qia tahu bahwa ko johan akan datang “ gak tau juga sih..ini dia barusan wa gw katanya mau ke sini” jawab qia sambil beranjak dari duduknya “ eh..nge wa? Dia tau nomor teteh?” Aku yang merasa heran bertanya kepada qia “ gw ka cs wir..nasabah tau nomor cs biasa lah..” jawab qia sambil pergi entah kemana, menurtku mungkin akan pergi ke toilet. Tidak berapa lama dari kepergian qia, aku pun mendapat cutomer, memang di tempat ku bekerja bagian cs hanya ada dua aku dan qia. Ketika aku sedang melayani customer tidak lama qia pun kembali ke mejanya, aku tidak begitu memperhatikannya karena sedang melayani customer di meja ku. Bertepatan dengan itu ku lihat sesorang yang sudah familiar bagi seluruh karyawan di tempat ku bekerja siapa lagi kalau buka ko johan, seperti biasa dia datang selalu do dampingi oleh seseorang yang banyak orang mengatakan bahwa itu adalah pengawalnya. Tanpa mengambil nomor antri ko johan langsung di arahkan menuju meja qia oleh security. Setelah itu aku tidak banyak memperhatikan qia maupun ko johan karena aku pun sedang melayani customer. ******** “ teh..gw duluan ya..” kata ku sedikit berbisik kepada qia setelah pelayanan kepada customer selesai dan kebetulan jam sudah menunjukan waktunya istirahat makan siang. “ oke wir..” jawab qia singkat Sambil berbisik aku sempat melihat ke arah meja qia dia tidak nampak sedang mengerjakan apapun bahka di layar monitor komputernya pun tidak meunjukan laman pengaduan atau keluhan customer, justru ketika aku berbisik kepada qia itu aku merasa bahwa kehadiran ku menyela obrolan mereka, tapi entah apa yang sedang mereka obrolkan aku hanya mendengar sekilas ko johan berkata kepada qia “ jadi bisanya kapan..enak loh tempatnya….” dan kata-kata itu terputus karena kegadiran ku, aku pun tidak ingin mengganggu pekerjaan qia dan lalu segera pergi, namun sambil berjalan ke arah pantri aku masih saja berfikir mereka sedang membicarakan apa. Aku mengambil segelas air minum untuk menyegarkan tenggorokan sambil menunggu qia selesai dengan ko johan. Mengapa aku jadi ikut-ikutan curiga kepada qia, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal seperti ini, apa karena baru saja tadi pagi suami qia yang bercerita tentang perubahan qia, ah sudah lah biarpun dia berubah itu bukan urusan ku, walaupun sebenarnya aku menaruh hati kepadanya tetapi sebaiknya aku tepis perasaan itu karena bagaimanapun dia sudah bersuami dan memiliki anak aku dengannya hanya sebatas teman atau mungkin bisa di katakan sahabat. Ketika sedang sedang mengobrol di pantri bersama OB tidak lama kemudian qia datang. “ eh..wir masih di sini..” ucap qia sambil mengambil air minum “ iya kan..nungguin teteh..” jawab ku sambil pandangan ku tertuju ke arah tubuh qia yang membelakangi ku, saat itu aku sedang duduk bersebelahan dengan OB sedangkan qia mengambil air di dispenser sambil membungkuk yang berada tepat di depan ku dan OB, entah perasaan ku saja atau ini memang yang di katakan berubah oleh suami qia, karena saat ini aku melihat penampilan qia sama seperti biasanya hanya saja pakaian yang dia pakai menjadi lebih ketat dari biasanya, bahkan ketika qia membungkuk saat ini nampak bulatan pant*tnya yang begitu indah, lalu setelah dia mengambil air dia pun berdiri tegak sambil meminum air dengan posisi masih membelakangi ku, saat itu aku dan mungkin OB yang bersama ku pun dapat melihat dengan jelas bentuk pant*t montok qia yang tercetak jelas di balik celana ketatnya karena ketika dia dari posisi yang membungkuk menjadi berdiri tegak, celana ketat yang dia pakai menjadi terselip di belahan pant*nya karena saking ketatnya celana itu, sehingga kedua bulatan pant*t qia tercetak sangat jelas walaupun aku melihatnya hanya sesaat karena setelah minum qia langsung berbalik ke arah ku. “ emhh..wir..sorry ya..lu duluan aja..emhh..gw ada urusan dulu sama ko johan nih..” kata qia sambil tersenyum ke arah ku. Saat itu pandangan ku yang semula menatap ke arah pant*tnya kini justru berpindah ke arah selangkangannya, ini pertama kali aku melihat qia seperti ini selama aku mengenalnya, walaupun qia selalu memakai pakaian ketat di tempat kerja tetapi ini kali pertama pakaian yang qia pakai seketat ini, bahkan saking ketat celana yang dia pakai selain mencetak bentuk beserta belahan pant*tnya di bagian depannya pun sama halnya, karena celana yang dia pakai begitu ketat sehingga mencetak jelas bentuk segitiga di selangkangannya beserta belahannya aku tidak mengerti apakah celana yang di pakai qia berbahan elastis sehingga dapat melekat di setiap lekukan tubuhnya seperti layaknya celana legginga, tapi setau ku celana bahan seragam kerja tidak seelastis itu atau mungkin dia mengganti bahannya dengan yang elastis namun warnanya tetap sama dengan warna seragam kerja. “ ehh..malah bengong..wir..” kata-kata qia mengagetkan ku yang terlalu fokus ke bagaian bawah tubuhnya “ iya..iya teh..cuma lagi mikir aja
mau makan apa gitu..hehehe” jawab ku sambil tertawa dan ketika ku alihkan pandangan ku ke bagian atas tubuh qia, hal yang tak kalah mengejutkan pun dapat ku lihat. Ketika itu kancing blazer yang qia pakai telah terbuka sehingga menampakan bagaian baju dalamnya dan saat itu baju dalam di balik blazer yang qia pakai bukan berupa kemeja putih melainkan kaos manset berwarna putih yang begitu ketat dan..ku perhatikan kaos manset itu berbahan tipis sehingga saat terkena sorot lampu di pantri menjadi sedikit menerawang aku dapat melihat bayangan Bra yang dia pakai walaupun warna Bra yang dia pakai berwrana putih namun karena kaos mansetnya yang tipis sehingga bagian warna Bra lebih dominan di area dadanya yang menonjol dan ketat. “ ya udah kalau bingung pesen g*food aja..ya gak mas..hihihi..udah ah duluan ya” ucap qia sambil menyapa OB yang duduk di sebelah ku, dan ketika aku menoleh ke arah OB itu, dia pun sama seperti ku nampak terpana dengan penampilan qia saat ini. Qia pun keluar dari pantri meninggalkan aku bersama OB yang masih terduduk diam mengingat-ngingat apa yang baru saja kita lihat, apakah mimpi, atau ini benar-benar yang sedang terjadi pada diri qia dan membuat toni suaminya curiga. “ huufftt…bu qia..akhir-akhir ini sering bikin deg-gegan..” ucap OB yang bernama yono itu dengan logat khas jawa timurnya “ deg-gegan kenapa mas heheh”kata ku sambil beranjak dari duduk “ itu pak wir..bu qia..hehehe..duh..ckckck..biarpun udah tua gini juga kalau liat modelan bu qia tuh..jiwa muda kembali muncul hehehe..upss..maaf pak wir bercanda” ucap OB itu sambil menutup mulutnya dan ikut beranjak dari duduknya dan hendak keluar pantri “ eh..mau kemana mas..emangnya kenapa bu qia?” Kata ku berharap aku pun bisa mendapat informasi dari OB soal qia yang dapat aku sampaikan kepada toni suami qia “ hehehe..engga pak wir bercanda itu..maaf…” ucap OB tetap melanjutkan langkahnya keluar dari pantri. Aku tidak terlalu menganggap mas yono bercanda karena semua laki-laki normal yang melihat qia saat tadi pasti memiliki rasa yang sama, tapi mengapa mas yono berkata “ akhir-akhir ini” apakah dalam waktu dekat ini qia memang sudah terlihat perubahannya hanya saja aku yang tidak terlalu memperhatiakan qia. Mengingat perubahan qia aku jadi teringat pesan suami qia untuk memata-matai qia, dan saat ini dia akan pergi bersama ko johan, sepertinya aku harus mengikuti kemana mereka pergi. Aku pun segera berjalan cepat menuju parkiran berharap qia dan ko johan belum pergi terlalu jauh. “ terlambat mas wir..hahaha..baru aja tuh kesana pake ojek” tiba-tiba saja satpam tempat ku bekerja berbicara seperti itu ketika melihat ku berjalan cepat ke arah tempat parkir “ haah..terlambat..siapa..siapa..” tanya ku tidak mengerti “ itu..bu qia..pasti nyusulinkan hahaha” ucap satpam itu dengan nada genit sambil mencolek pinggang ku karena seluruh karyawan di tempat ku bekerja tahu bahwa aku kemayu dan semua mengira aku penyuka sesama jenis “ iih..apaan sih pak” kata ku dengan nada yang kemayu. Sambil meninggal kan satpam itu mata ku langsung tertuju ke arah mobil ko johan yang baru saja melaju meinggalkan parkian, aku merasa heran baru saja aku mendengar kata satpam bahwa qia pergi memakai ojek, bukannya qia akan pergi bersama ko johan, aku pun kembali menemui satpam. “ pak..tadi beneran naik ojek?” Tanya ku penasaran “ siapa..bu qia? iya naik ojol..orang ojolnya dari tadi juga udah nungguin di sini..” jawab satpam itu sambil cengengesan “ kemana pak?” Tanya ku kembali “ loh..kok tanya saya..biasanya kan mas wir yang lebih tau hehehe” jawab satpam itu “ emhh..maksudnya ke arah mana..” tanya ku “ ke sana tuh..” kata satpam itu sambil menunjuk ke arah utara, tapi kok barusan aku lihat mobil ko johan keluar dari parkiran dan menuju ke selatan, aneh ini berlawanan arah berarti qia tidak pergi dengan ko johan, atau mereka sengaja agar tidak ada yang tahu sehingga membuat seolah mereka pergi masing-masing padahal sudah janjian di suatu tempat. Aku tidak ingin membuang waktu, segera ku ambil motor ku dan ku pacu menuju utara dimana arah qia yang di tunjukan oleh satpam kantor ku. Entah kebetulan atau keberuntungan, di jalan menemukan sedikit kepadatan di lampu merah dan saat itu aku melihat qia yang di bonceng oleh ojol berada di barisan paling depan, aku pun memilih berhenti di jalur kiri di samping mobil agar tidak terlihat, sambil menunggu lampu hijau menyala, ku perhatikan qia seperti sedang mengobrol dengan driver ojol itu, dan nampak sangat akrab, mungkin ini karena sudah menjadi kebiasaannya mudah akrab dengan siapa saja, aku pun tidak terlalu membesarkan hal itu. Lampu hijau tiba, kendaraan pun mulai melaju, aku masih menjaga jarak cukup jauh dari ojol yang di tumpangi oleh qia, hingga mereka berbelok ke arah jalan yang tidak biasanya, jalanan kecil dan sepi, tidak ada tempat makan di daerah ini setahu ku daerah ini ramai bila malam hari karena dekat dengan tempat lokalisasi dan banyak hotel-hotel melati. Ada apa ini, kemana sebenarnya tujuan qia, pertanyaan ku segera terjawab ketika mereka berbelok ke arah hotel yang berlogo tiga huruf dan berwarna merah. Aku merasa kaget saat ojol yang di tumpangi qia berbelok ke arah itu, apakah qia janjian dengan ko johan di tempat seperti itu, aku pun segera berhenti tidak jauh dari tempat itu lalu berjalan mengendap dan mengintip di balik pos security yang terletak di depan halaman hotel itu. Aku dapat melihat ojol itu parkir di sampin bangunan hotel yang tidak begitu besar ini, posisi driver ojol membelakangi posisi ku mengintip hanya qia yang meghadap ke arah ku, terlihat oleh ku driver ojol itu ikut membantu
membukakan helm yang di pakai oleh qia, awalnya aku mengira setelah helm di buka lalu driver ojol itu pergi meninggalkan qia, ternyata tebakan ku salah. Aku di tambah bingung ketika melihat qia melepaskan blazer yang juga seragam kerjanya lalu menyerahkan kepada sang driver ojol, dengan melepaskan blazernya qia kini semakin terlihat lekukan tubuh bagian atasnya yang hanya terbalut kaos manset ketat yang panjangnya hanya sedikit di bawah siku lengannya dan juga sedikit tipis. Lalu ku terlihat driver ojol itu melipat rapi blazer milik qia lalu memasukan ke dalam bagasi jok motornya sementara qia terlihat seperti menerima panggilan telepon di hpnya, mungkinkah itu ko johan yang menelepon qia, aku masih terus bertanya-tanya apakah ko johan yang menyuruh qia ke tempat seperti ini, sambil tetap mengintip aku pun terus waspada bila saja tiba-tiba ko johan datang dan melihat ku. Namun ku lihat qia menelepon hanya sebentar lalu terlihat samg driver ojol seperti bertanya sesuatu kepada qia sambil melepas jaket hijaunya, terlihat pula wajah qia yang tersenyum sambil menjawab apa yang di katakan driver ojol itu, dari gerakan bibirnya yang terlihat qia seperti berkata “ santai.***k apa-apa” dengan wajah yang tersenyum sambil mentap ke layar hp nya, dan tak lama kemudian muncul notifikasi pesan di hp ku, tapi aku tidak langsung melihatnya karena aku sedang fokus melihat ke arah qia dan ojol itu yang kini ternyata ojol itu terlihat sudah merapikan jaket hijaunya dan juga memasukannya ke dalam bagasi jok motornya, setelah itu mereka bergandengan masuk ke dalam hotel itu, namun mereka masuk melalui pintu samping yang terletak di dekat parkiran motor sehingga tidak melalui lobby dapan oleh karena itu aku sama sekali tidak dapat melihat wajah si driver ojol itu, jadi siapa sebenarnya driver ojol itu dan mengapa qia mau di ajak ke tempat seperti ini oleh driver ojol, lalu kemana sebenarnya ko johan, apakah ini semua ada sangkug pautnya dengan ko johan. Ku tarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan agar semua menjadi rileks dan tenang, ku ambil hp ku dan terlihat di kayar hp notifikasi pesan dari qia, aku langsung membukanya untuk membaca pesan itu. “ wir..kalo laki gw telepon lu bilang gw makan siang ma lu ya..tapi kalau dia datang lagi ke kantor lu bilang aja tadi lu balik ke kantor duluan..gw masih di tempat makan..oke” begitu lah pesan yang di kirim qia kepada ku. Baru saja aku akan membalas pesan dari qia tiba-tiba ada panggilan telepon dari toni suami qia. “ haloo..wir..gimana nih..” tiba-tiba saja suara toni terdengar di hp ku “ iya a..gimana apanya a?” Tanya ku “ yang tadi pagi gw omongin..gw tau lu lagi ga sama istri gw kan..dia dimana sekarang..lu udah dapst informasi apa” tanya toni yang membuat ku bingung harus menjawab apa, satu sisi aku takut oleh toni, bila aku ceritakan keadaan saat ini aku yakin keluarga qia tidak akan baik-baik saja pasti akan terjadi pertengkaran hebat, dan selain itu pertemanan aku dan qia pasti akan hancur, jadi aku harus menjawab bagaimana, aku begitu bingung dalam posisi yang sulit seperti ini. “ halooo..halooo..wir..haloo…” Bersambung…