Jagoan Bersih-Bersih
Long distance relationship ini membuatku jengah. Sudah 2 tahun kami tak bertemu. Meskipun chat intens tapi tak memenuhi kebutuhan fisik kami berdua. Akhirnya, pacarku, Vio keterima juga untuk kerja di ibu kota, sama sepertiku. Bis dari Jawa Timur tiba pukul 5 pagi. Aku menjemputnya dan langsung membawanya ke kosku. Setelah VIo mandi dan rebahan sebentar, aku yang hari itu mengabil jatah WFH langsung menyelinap di bawah selimut dan memeluk Vio yang tengah bermain hape dari belakang.
“Kangen banget ih” bisikku di telinganya. Vio tanpa menunggu langsung balik badan dan memelukku. Mata kami bertatapan, dahi kami beradu. Perlahan dia memiringkan kepalanya dan aku langsung menyambut bibirnya yang ranum. Kuelus-elus tengkuknya yang berwarna eksotis dan halus itu. Pita rambutnya kuudar hingga terurai. Suara aduan mulutku dan Vio mengisi ruangan kamarku yang sepi. Sesekali suara cipoka kami beradu dengan riuh motor yang bepergian dari kosan.
“Mulutmu bau banget ih”, bisik Vio sambil tersenyum lucu setelah kami cipokan. “Tapi suka kan?” tanyaku sambil tertawa dan mencubit pipinya. “He-em” Vio mengangguk. Vio kemudian duduk, menyingkapkan selimut kami. Ia langsung menduduki dengan posisi WOT. Dengan ganas ia menciumiku lagi dari mulut, turun hingga ke selangkanganku. Tanganku yang kurus membelai rambutnya yang halus. Kontolku terurai, tegak di depan mulutnya. “Lucu banget.” katanya. Angin nafasnya terbelah oleh kontolku yang tegang membatu. Dia ciumi aroma selangkanganku yang belum mandi itu dari atas ke bawah sebelum dikulum.
Kepalanya naik turun, batangku keluar masuk mulutnya, tangannya memainkan bola-bola spermaku. Aku mengerang keenakan, Vio ikut mengerang bersahutan denganku. 4 menit kemudian, cairan pre-cum ku meleleh di mulutnya. Vio merasakan rasa asam-asin lalu menjulurkan lidahnya menunjukkan spermaku di lidahnya. “Sini aku pengen jilatin.” tawarku, “Pake please dong” tantang Vio. “Mommy, aku mau jilatin, please.” jawabku ke Vio dengan wajah memelas yang dibuat-buat. “Good boy, good boy” jawabnya sambil memposisikan memeknya di mukaku. Di posisi 69 ini, muka ku dipenuhi oleh memeknya. Kujilati sambil kuremas pantatnya. Jari-jariku masuk keluar dari vagina dan anusnya sambil aku terus melumat habis memeknya. Suara erangan Vio memanaskan suasana.
Prrt prut, suara kentut. “Buset, gak bilang-bilang. Vio hanya tertawa. Aroma asam kemudian menyerang hidungku. “Bau banget tau.” tanpa peduli Vio terus agresif mengulum kontolku. “Eh.. kamu makin keras loh ini?” Vio menghentikan kulumannya. Aku memang merasakan kontolku makin menegang setelah Vio kentut. “Kamu suka ya?” “Lucu banget”, katanya. “Anjir tapi gila banget baunya”. Vio kemudian malah
Vio kemudian langsung bangun dan menjatuhkan bokongnya tepat di mukaku dan mengulek mukaku dengan pantat bulatnya. “Brtt brrr” vibrasi dari lubang anusnya terasa saat tepat berada di atas batang hidungku. “Aaakhh” teriakku pelan. “Tuh kan makin ngaceng.” katanya samar-samar terdengar karena aku tenggelam di antara bongkahan pantatnya yang bulat. Sensasi yang tak biasa ini membuatku semakin liar menjilati memek dan anusnya bergantian. Tangan Vio kemudian mengocok batang penisku.
Vio sedikit menungging, tangannya mencengkram rambutku dan menariknya sehingga wajahku menempel di antara pipi bokongnya. Aku berusaha menikmati ini sambil meremas-remas pahanya. “Bersihin buru, jilatin semuanya!” perintahnya. Aku menempelkan lidahku di mataharinya, menjilati habis kerak-kerak di sekitarnya. Vio terus menjambak rambutku dan memaksaku tenggelam. Sesaat kemudian, pppprrrrtttt, suara yang sudah ku kenal kembali mengisi ruangan. Hanya ada lidahku yang menempel di anusnya yang menjadi penghalang masuk ke kekerongkonganku. Aroma busuk kemudian memaksa masuk ke dalam paru-paruku lewat hidung dan mulut. Indra penciumanku mendeteksi bau itu dan malah mengirimkan sinyal ngaceng ke kontolku. Meskipun dadaku terasa panas, tetapi otakku malah mengaktifkan efek candu. “Kan, makin-makin nih kerasanya.” Vio mempercepat kocokannya. Cairan benihku sudah berusaha untuk menyembur. Sperma yang kutahan 21 hari untuk momen kentu malah bablas saja ketika aku menciumi kentut wanita cantik yang tak lain kekasihku ini. Sebelum keluar, Vio merasakan selang penisku menegang, dia malah melepaskan genggamannya dan mendorong pangkal penisku dengan jari telunjuknya, mengarahkan penisku ke bawah. Walhasil prostatku menegang dan spermaku keluar sedikit-sedikit, non-klimaks.
Vio menguasai kontolku sepenuhnya. Perasaanku yang enggak jadi klimaks membuat moodku tak karuan, jantung berdebar seperti ejakulasi pada umumnya, tetapi kontolku tak merasakan demikian. Seperti ada sperma yang tertinggal di dalam yang tak ikut teman-temannya. Kontrol Vio atas Joni kecilku benar-benar sukses membuatku berantakan. Aku lemas tanganku lunglai. Hidungku masih menatap anus kekasihku. Di saat pikiranku yang masih tak menyangka aku akan ketagihan dikentutin perempuan, Pfft pff pcchpttt, tiga suara seperti peluit tanda berakhir sepak bola diikuti dengan angin kepuasan keluar dari silit warna pink kecoklatan yang berkedut. Saat itu pula bijiku ditampar-tampar kecil sehingga aku mengeluarkan sisa-sisa pejuku yang tertinggal.
“Kocak banget loh ini, gak nyangka kamu punya fetish gini.” “Gak tau dari dulu aja ya?” ucap Vio sambil merebahkan diri di sampingku. Mata ku masih menatap langit-langit dan badanku lemas. Rambutku berantakan. “Nanti lagi ya, sayang.” Vio mengecup pipiku sebelum tidur membelakangi ku. Dalam pikirku, di kamar yang sudah bau ini, aku tidak akan membuka jendela kamar atau pintu, malah ku dinginkan AC ruanganku dan membiarkan bulu hidungku menyaring bau-bau yang ada.