Kenakalan seorang santr*

Maaf Gan ada teman yang ingin numpang cerita nih, semoga juragan sekalian berkenan membaca pengalamanya. Mungkin ceritanya sedikit gila dan ngawur, namun begitulah adanya karena aku hanya menulisnya dengan gaya dan bahasaku saja, selebihnya murni cerita nyata dari temanku. Maaf juga apabila didalam penulisan ada salah kata ataupun yang kurang pas, niatku hanya membantu temanku membagi cerita dan pengalaman nyata saja. terimakasih!
Perkenalkan namaku Arif, umur 20 tahun, tinggi 176cm, berat 58kg, kulit putih, hidung mancung, mata sipit dan berlesung pipi. Aku adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang lumayan berada di daerahku, biasa hidup manja dan hampir selalu mendapat semua yang aku inginkan, tidak terkecuali masalah cewek. Tempat tinggalku adalah sebuah perkampungan pecinan, meski begitu semuanya adalah muslim dan bahkan sangat taat serta cenderung fanatic. Tapi seperti umumnya kehidupan, tidak ada yang sempurna dan selalu saja ada oknum yang bersikap berbeda, itulah aku. Fisikku yang mirip orang indo membuat kehidupanku selalu dipenuhi oleh wanita, baik pacar, selingkuhan, TTM atau sejenisnya. Semua kian menjadi saat aku duduk dibangku kelas 2 SMA, dimana saat itu aku kepergok sedang bercinta diruangan OSIS dengan seorang guru honorer yang kebetulan tetangga dekatku disaat jam pulang sekolah. itulah yang akhirnya membuatku dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat dan membuat malu kedua orang tuaku.
Sejak hari itu kehidupanku berbalik 180 derajat karena ortu memaksa aku untuk masuk ke sebuah sekolah yang menyatu dengan Pondok Pesantren yang berada ditengah hutan. Bagai di dalam penjara, selain sangat ketat dan jauh dari pemukiman, disana sama sekali tidak ada sinyal HP sehingga membuatku benar-benar seperti hidup dari NOL, dengan keadaan baru, teman baru, kebiasaan baru dan aturan baru. berbagai cara telah aku lakukan demi untuk keluar dari neraka itu, mulai dari menenggak racun (ringan), pura-pura sakit, berbuat onar dan lainya namun hasilnya nihil karena ortu sudah membaca kelakuanku. Apesnya lagi, aku sama sekali dilarang pulang meskipun memasuki masa libur sekolah.
Seperti saat itu, selepas ujian semester semua murid dipersilahkan pulang kecuali aku yang harus tetap tinggal untuk membantu menjaga dan membersihkan lingkungan pondok. Sepi dan sunyi itulah yang aku rasakan, disamping lelah tentunya karena tugasku adalah membersihkan hampir semua kamar asrama termasuk asrama putri yang sebenarnya merupakan sebuah kawasan terlarang bagi para santri. Disitulah awal mula aku mengenal seorang ustadzah yang bernama Ummi (30tahun, samaran) yang tidak lain adalah isteri ke empat dari Haji Anwar (50tahunan, samara) yang merupakan pemilik pondok, kepala sekolah sekaligus pengajar di pesantren itu. awalnya aku tidak begitu respek denganya, karena selain berpakaian serba panjang dan tertutup, wajahnya juga bercadar sehingga hanya kedua matanya saja yang tampak cantik dimataku. Namun sore itu keadaanya berbeda, niatnya untuk memetik mangga dengan menggunakan galah membuatnya jatuh tertimpa tangga…eh mangga maksudku.
Karena kurang tinggi, diapun naik diatas kursi plastic dan terus berusaha menusukan galah pada mangga yang paling besar yang di incarnya. Apes baginya, kaki kursi itu tak mampu menahan beban tubuhnya yang terus-terusan melonjak sehingga mulai kaki kursinya membengkok dan kemudian roboh. BRUUUUUGGHHHH… Ummi yang tidak menyadari itu nampak terkejut dan spontan meloncat namun salah tumpuan sehingga membuat kakinya terkilir. Tidak cukup sampai disitu, tiga buah mangga juga jatuh menimpanya dibagian punggung dan juga pundaknya. Jujur aku sempat tertawa melihatnya, namun begitu menyadari dia merintih dan mengaduh akupun menghampirinya.
“Ummi tidak apa-apa?? tanyaku sambil berusaha membangunkanya
‘berhenti… jangan sentuh aku! Kita bukan muhrim! Katanya menyela
“maaf ustadz*h…aku hanya ingin membantu…, mmm…terus aku harus membantu bagaimana? Tanyaku bingung
‘panggilin Abah Anwar saja! katanya sambil meringis
W0OW…CANTIKNYAAAA….. gumamku dalam hati terpesona oleh wajah cantiknya yang tidak lagi tertutup cadar. Meski begitu aku tidak berani menatapnya lama karena takut diadukan pada suaminya yang galak dan sok bijak. Kesana-kemari aku berusaha mencari dan memanggil-manggil Abah Anwar namun tidak juga aku temui sehingga aku memutuskan untuk kembali ke bawah pohon mangga dibelakang wisma putri. Terlihat Ummi berdiri dengan kaki kirinya saja, sementara kaki kananya di tekuk ke belakang dan berjalan berlahan dengan tumpuan galah.
“maaf, apa ustadzah yakin tidak mau aku bantu! Tanyaku ragu
‘kamu tahu hukumnya apa, disentuh oleh orang yang bukan muhrimnya? Bentak Ummi
Terlihat matanya memerah dan sedikit berlinang airmata, pertanda bahwa sakit di kakinya atau pundaknya cukup parah. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu, antara ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesakitan (kesempitan) atau kasihan melihatnya, dengan nekat aku memaksa memapah tubuh Ummi dan bergegas membawanya ke aula wisma putri. Di sebuah sleeping bed aku membaringkan tubuhnya yang terus mengaduh menahan nyeri dan sakit.
“Maaf jangan khotbah dulu, niatku menolong… kalau itu sebuah kesalahan dan berdosa, biarlah aku yang menanggungnya… aku siap di hokum Abah! Kataku tegas menyela
“tunggu disini, aku akan mencari minyak urut! Kataku kemudian
GILA…TUBUHNYA WANGI BANGET! Gumamku dalam hati memuji aroma khas tubuhnya yang berbau melati. Tidak hanya itu, kusadari ketika memapah tubuhnya kurasakan begitu halus dan mulus alias tidak ada tanda-tanda dia memakai underwear ataupun CD dan BH. Apa benar demikian? Atau itu hanya pikiran cabulku yang merindukan sentuhan wanita?? Tanyaku dalam hati sambil terus mengingat-ingat. Tiba-tiba aku teringat sebuah obat perangsang yang turut terbawa di dalam tasku, dan itu semakin membuatku kian berfikir mesum tanpa memperdulikan siapa sejatinya Ummi itu. akupun berlari menuju wisma putra dan buru-buru masuk kamar untuk mengambil obat perangsang itu. masabodoh apakah obat itu sudah kadalwarsa atau tidak, masih berkhasiat atau tidak, bagiku yang penting berusaha dulu selebihnya menunggu mujizat. Hehehehe!
“maaf…tapi kaki ustadzah harus di urut! Kataku sambil menggosok kakinya dengan minyak urut
“oya…ustadzah minum dulu, biar tenang! Kataku sambil menyodorkan segelas air putih yang sudah aku tetesi obat perangsang
Entah mengapa Ummi tidak lagi membantah kata-kataku, mungkin dia berfikir bahwa dia benar-benar butuh bantuan dan aku benar-benar ikhlas membantunya. Jujur aku memberikan 9 tetes obat perangsang pada gelasnya meskipun normalnya hanya butuh 3 tetes, hal itu aku lakukan sebagai antisipasi kalau mungkin obatnya mengalami penurunan khasiat. Beruntung Ummi langsung menenggak air itu hingga hampir habis, sehingga membuatku semakin mudah untuk melanjutkan rencanaku.
“Maaf jika kata-kataku tadi kasar dan menyinggung ustadzah, niatku Cuma membantu jadi mohon jangan mengadu pada Abah. Kataku merendah agar membuatnya nyaman
‘iya…maaf sudah su’uzon padamu! Ternyata kamu sudah berubah…katanya lirih
“alhamd*lill*h, semua berkat Abah dan juga ustadzh! Kataku
Hanya dalam tempo 5 menitan, aku melihat wajahnya mulai merona merah yang merupakan ciri bahwa obatnya mulai mengikis akal sehatnya dan membuat sekujur tubuhnya menjadi sensitive. Hampir saja aku membuang obat itu karena berfikir tidak akan pernah ada kesempatan untuk menggunakanya. Tebakanku benar, begitu tanganku tidak lagi mengurut dan lebih mirip mengelus, nafas Ummi mulai memburu dan semakin terengah seiring dengan elusan tanganku yang mulai berani. Sengaja aku mengelus telapak kakinya, karena itulah sumber utama kegelian sambil menunggunya lebih terhanyut tentunya.
“ternyata Ummi sangat cantik yah?? Kataku memancingnya
‘husss…gak boleh bilang gitu dan ingat jangan pernah menceritakan ini kepada siapapun! Katanya yang aku jawab anggukan kepala
‘ngomong-ngomong kamu juga ganteng… pantesan kamu nakal ama cewek-cewek! Katanya
“sepertinya ustadzah tahu banyak tentang aku,…jadi malu nih! Kataku sambil berakting malu layaknya anak kecil yang menutup wajah dengan baju
Beruntung otakku cukup cerdik dan bisa berfikir cepat, sehingga dengan segera bisa memanfaatkan momen itu. sejatinya niatku menarik bagian depan bajuku bukan untuk menutup wajah dan menyembunyikan malu namun untuk memamerkan kontolku yang menegang hebat dan aku tata sedemikian rupa sehingga separuh bagian ujungnya menyeruak keluar celana. Praktis dengan mudah mata Ummi langsung dapat melihat kontolku yang kekar dan berotot menantang birahinya.
‘astagfir***ah! Buruan tutup burungmu. Katanya spontan sambil kakinya menendang
“aduuuuuuhhhhhh…kena anukuuu…mmmm…kataku berakting
Sebenarnya kakinya mengenai pahaku dan itupun tidak terlalu keras, namun aku mengaduh seakan-akan kakinya mengenai burungku. Akupun berguling sambil terus berakting mengaduh dan memegangi kontolku. lagi-lagi usahaku berjalan sukses, seperti harapanku dia merasa cukup bersalah dan panik sehingga serba salah dan gugup. YESS! Meski penuh ragu dan takut, akhirnya Ummi bela-belain merangkak dan menolongku.
“ayo Ummi…tolong urut sedikit…tanganku belepotan minyak! Kataku
‘tapi…tapi…ini…ini sebuah kesalahan…katanya ragu
“kali ini saja, aku janji tidak akan cerita pada siapa-siapa! kataku sambil memaksa tanganya agar memegang kontolku
Itulah kesalahan terbesarnya, begitu tanganya menyentuh kontolku seketika itu tubuhnya berselimut birahi karena bagaimanapun itu sangat merangsang dan terlebih lagi dia dibawah pengaruh obat. Dengan segera aku memeluk tubuhnya dan menangkap kedua toketnya dengan penuh nafsu. Remasan dan ciuman langsung aku berikan tanpa memperdulikan sisa-sisa akal sehatnya yang meronta dan menolak. Tubuh Ummi benar-benar hanya terbalut jubbah tipis saja, dibalik itu tidak ada lagi yang melindungi kulit mulusnya sehingga dengan mudah membuatnya terbakar birahi.
EMMMMMUAAAAAAAACCH…EMUAH…MMMM… ciuman langsung aku daratkan di bibir dan juga lehernya yang jenjang. Sementara kedua tanganku terus meremas dan memeras toketnya yang telah mengeras kenyal seperti sebuah balon yang berisi air. Tidak ada siapapun diruangan itu, kecuali aku, Ummi dan mungkin setan yang mendukung kelicikanku. Emuaaaaaacch…awwh…aaaaahhh… desahan Ummi mulai terdengar bersama dengan sambutan hangat tanganya yang mendekap dan memelukku dengan eratnya.
Tanpa munuggu lama aku langsung menurunkan ciumanku ke dadanya, menghisap puttingnya bergantian kiri dan kanan sebelum akhirnya meluncur terus kebawah menuju selangkanganya yang tidak tersegel CD. Seperti kue putu ayu yang harum dan gembul, memek Ummi cukup tebal, empuk dan hangat bertaburan jembut hitam yang tampak seperti sebuah serutan kelapa, pendek dan baru bersemi dari pencukuran gundul. Dengan liar lidahku menyapu mengikuti belahan memeknya, dari atas kebawah dan terus berulang-ulang hingga membuatnya menggelinjang akibat rangsangan yang baru pertama kali dia rasakan.
SLUUUUUURRPPP…SRUPUUUUTTTHH…AAAAAAAHHHH… lama tidak bercinta membuatku seperti kesetanan didalam melumat memek. Lidahku terus meliuk dan menari didalam memeknya dengan sesekali hisapan dan juga gigitan lembut dengan bibir. Terus….terus dan teruuus, permainan lidahku semakin lincah dan juga terarah diseputaran klitorisnya hingga beberapa saat kemudian memaksa Ummi menyemburkan lendir kenikmatanya. Cruuuuuuuttt….aaaahhhh… meski terasa asin, namun aku melahap semuanya hingga tanpa sisa.
‘ahhh…awwhhhh…mmmm…cukuuuppp…aku gak kuat Rif…ampuuuunnn! Rengeknya sambil menjambak rambutku
‘aduuuuhhhh…kebelet pipis nih! Timpalnya
“Ummi sayaaang…sedikit lagi yah?? Bisikku mendesah
BLESSSSSSSSSSSSS… tanpa basa-basi aku langsung menghujamkan kontolku kedalam memeknya hingga tidak bersisa dan langsung menggenjotnya dengan semangat 45. PLAK…PLAAAKKK… PLAAKKK… sodokan kontolku membuat memeknya semakin becek dan membanjir, hingga laju kontolku begitu cepat dan mulus. Irama tumbuka pahaku di pantatnya membuat suasana sore yang sepi terasa riuh bersama kontol yang terus aku kayuh maju mundur. Meski tidak besar, namun kontolku cukup mumpuni dengan panjang 17cm dan diameter 3,5cm serta ditumbuhi jembut kasar diseparuh bagian pangkalnya. Tentang jembut itu aku sengaja menumbuhkanya dengan obat penumbuh rambut dan terus mencukurnya setiap kali tumbuh sehingga membuatnya lebih besar dan kasar dari jembut umumnya. Hal itu sengaja aku lakukan untuk menggelitik memek, membuatnya seperti jarum lembut yang akan menusuk pori dan titik-titk rangsang di rongga memeknya.
ZLEBBB…ZLEEEBBBB…PLAKKK…PLAAAAAAKKKK… kocokanku semakin cepat, semakin kuat dan tidak pernah berhenti hingga hampir 25 menit lamanya hingga membuat sekujur tubuh kami bermandikan peluh. Tidak ada lagi wajah alim di mukanya, tidak ada lagi kata bijak dari mulutnya kecuali wajah yang memerah penuh gairah dan kata mendesah pertanda pasrah.
“Ummi…Ummmiiiii sayaaaang…aku hampir sampai. Desisku lirih
‘buruan keluarin…aku sudah mancur tiga kali. Jawabnya sambil membelai dadaku
“iya sayang…kamu jongkok yah?! Kataku mengajaknya doggy style
ZLEBBBBBBBBBB… dari belakang aku kembali mengocok memeknya dengan gerakan kasar dan menghentak hingga membuatnya turut berayun maju mundur. Begitu juga dengan toketnya yang bergoyang bergelantungan seiring seiama dengan goyanganku yang menggebu. Tidak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian sekujur tubuhku serasa mengejang, kakiku gemetar dan begitu juga jantungku yang berpacu semakin cepat. CROOOOOOOOTTTTTT….CROOOOOOTTTT…. akhirnya spermaku menyemprot hebat di dalam memeknya, memenuhi ruang senggamanya dengan kehangatan yang kental.
BRUUUUUGGHHH…akhirnya kamipun sama-sama ambruk karena kelelahan dimana tubuhku berada diatas tubuhnya dengan kontol masih terjepit memek tembemnya. Kami sama-sama terengah, menurunkan tensi birahi yang masih tinggi. tak lupa aku memberikan belaian dan juga pujian, bahwa itu adalah permainan terindah dan juga ternikmat dari yang pernah aku lakukan.
“Ummm…Ummi…aku sayang Ummi…ai lop yu! Bisikku sambil mencium lehernya
‘udah…jangan dilanjutin… ini khilaf yang tidak termaaf, buruan rapikan pakaian dan mandi. Katanya seperti baru tersadar
‘lupakan hari ini dan jangan pernah sekalipun mengungkitnya! Katanya dengan mata berlinang
‘jangan bilang apa-apalagi…buruan pergi. Katanya menyela dan mengusirku
Dengan segera akupun pergi seperti apa keinginanya, namun jauh di dalam hati aku tidak rela jika itu adalah yang terakhir terlebih hanya dialah surga-ku di tempat itu. dan janjiku, aku akan kembali mengulangnya dengan cara apapun dan keadaan bagaimanapun
… >>NEXT>>