KISAH BU NATA

 

Satu-satunya hal baik yang disadari bu Nata ialah kemeja batik berwarna biru yang cukup ketat dan mencetak bentuk tubuhnya masih terpasang dengan sempurna. Begitu pun rok span berwarna gelap dan kerudung berwarna senada yang telah ia kenakan sejak pagi tadi. Kaus kaki berwarna cream juga terlihat terpasang di kakinya yang tidak bersepatu. “Kenapa bu kok mukanya keliatan bingung gitu? Ibu ga kenal ya dengan mereka-mereka ini?” tanya Nando. Bu Nata tidak menjawab pertanyaan tersebut. Matanya hanya menatap Nando tajam, sambil sesekali berusaha meloloskan ikatan pada pergelangan tangannya. Nando pun tidak memedulikan respon bu Nata itu. “Bro, lu pada ke sini deh. Kita kenalan dulu sama bu guru PPL ini” ajak Nando kepada kedua temannya. Mereka berdua pun berjalan mendekati Nando yang berada di depan bu Nata. “Kenalin bu. Temen saya yang berkulit agak gelap ini namanya Dani. Dia orangnya emang agak playboy dan sok kecakepan gitu. Jadi mohon maklum ya bu kalo dia suka godain ibu hehe” kata Nando sambil memperkenalkannya. “Halo bu guru PPL cantik. Aku Dani. Salam kenal ya bu guru PPL sayang” kata Dani memperkenalkan diri sambil tersenyum manis dan berusaha mencolek dagu bu Nata yang tentu saja langsung dihindarinya. Kedua temannya pun tersenyum geli melihat tingkah laku Dani. “Kalo yang di sebelah kiri saya ini namanya Gusti. Dia ini ikut ekstrakulikuler pencak silat di sekolah kita dan beberapa kali ikut lomba mewakili sekolah. Keren kan bu? kata Nando sambil memperkenalkan temannya tersebut sekaligus memujinya. “Haha biasa aja deh bro. Salam kenal bu, saya Gusti” kata Gusti sambil menyisir rambutnya dengan jari. “Oke rasanya perkenalannya udah cukup lah ya. Sekarang kita masuk ke pertanyaan intinya. Kenapa kita di sini? Ibu tau nggak kenapa kita masih di kelas ini padahal udah jam segini?” tanya Nando. “NGGAK! SAYA NGGAK TAU DAN NGGAK MAU TAU! LEPASIN SAYA SEKARANG ATAU AKAN SAYA LAPORKAN KAMU KE KEPALA SEKOLAH!” bentak bu Nata sambil menatap tajam ketiga siswanya tersebut. “Wah bu guru manis jangan galak gitu dong. Kita kan tanyanya baik-baik. Masa ibu bentak gitu? Apa perlu “ditanya” sama tangan Gusti dulu nih?” tanya Dani dengan nada menggoda. Bu Nata kemudia melihat tangan dan postur tubuh Gusti yang cukup besar. Meski dirinya mengikuti UKM atletik di kampusnya, namun ia tetap gentar melihatnya. Gusti pun mencoba mendekati bu Nata sambil terlihat meregangkan telapak tangannya, namun Nando langsung menghentikannya. Gusti yang paham pun langsung mengurungkan niatnya. “Udahlah nggak usah tegang gini. Santai aja bro, chill. Sekarang saya tanya lagi ya bu. Tapi tolong jangan jawab dengan emosi. Oke?” kata Nando. “Jadi kenapa kita di sini bu? Apakah bu Nata tau alasannya?” lanjut Nando tanpa mendengar respon bu Nata. Bu Nata yang terlihat nyalinya menciut berkat keberadaan Gusti hanya menggeleng kecil. “Halahh sok-sok an ga tau nih” nyinyir Dani. “Haha udah nggak apa Dan, mungkin bu Nata emang nggak tau. Ibu ingat nggak tadi waktu sedang mengawas try out ibu melakukan apa?” tanya Nando. Bu Nata nampak terdiam. Sejenak dia berusaha mengingat apa yang dilakukannya seharian tadi. Dia berusaha mengingat apa yang dilakukannya sejak mengambil berkas soal dan lembar jawab di ruang pengawas hingga memasukkan kembali seluruh lembar jawab ke dalam amplop coklat. Cukup lama bu Nata terlihat berfikir. Nando dan kedua temannya hanya berdiam menatap wajah cantik guru PPL berjilbab itu. Tiba-tiba mulut bu Nata terbuka dan matanya terbelalak. “I..i..itu kamu? Mm …mmaaf nak. I… ibu ng…nggak bermaksud begitu. Ibu ibu cccuma…. Maaafin ibu” kata bu Nata tergagap. “Haha ngomong apaan sih lu bu? Ngomong kok kagak jelas” ledek Dani. “Tenang bu tenang. Kalo ibu ngomong kaya gini saya juga bingung ibu ngomong apa. Tarik nafas dulu coba baru ngomong lagi” kata Nando berusaha menenangkan bu Nata. Kali ini bu Nata mengikuti masukkan Nando dan setelah menarik nafas, bu Nata pun berkata “Maaf nak tadi ibu menyobek lembar jawabmu. Ibu ibu hanya berusaha mengikuti peraturan”. Terdengar nada bergetar dari mulut bu Nata. Raut wajahnya pun terlihat semakin tegang dan terlihat akan menangis. “Haha udah ingat ya? Iya nggak apa kok bu. Ibu nggak perlu minta maaf. Justru saya yang harusnya minta maaf. Saya minta maaf karena telah membuat ibu repot-repot menyobek lembar jawaban karena saya memang menyontek. Lebih dari itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mencampurkan obat tidur ke minuman ibu dan mengikat ibu seperti ini. Sekali lagi saya mohon maaf” kata Nando meminta maaf sambil meletakkan tangan kanan di dada kirinya sambil sedikit menunduk. Kini 1 misteri lagi telah berhasil dipecahkan oleh bu Nata. Alasan bagaimana dirinya bisa duduk terikat di atas kursi ruang kelas XII A2. “Saya ini merupakan sosok pria yang memiliki suatu prinsip bu. Sebagai seorang pria sejati…” ucap Nando sambil menunjukan mimik wajah sok ganteng dan serius. “Yaelah gaya amat lu sok-sokan pria sejati. Dasar krupuk karak” ledek Dani. Nando pun terlihat sedikit geli, namun ia berhasil melanjutkan ucapannya masih dengan wajah yang sama. “Prinsip ini saya dapatkan dari teman saya sang atlet silat ini. Saya percaya bahwa setiap kesalahan harus diberi hukuman. Benar kan Gus?” kata Nando sambil memegang pundak Gusti yang hanya direspon dengan anggukannya. “Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada bu Nata karena telah memberikan hukuman yang layak saya terima. Terima kasih bu” lanjut Nando. Bu Nata pun terlihat kebingungan dengan pernyataan Nando. “Kemudian sebaliknya. Setiap prestasi harus diberikan hadiah. Ibu telah melakukan tugas sebagai pengawas try out dengan sangat baik. Meski berstatus guru PPL, namun ibu berani mengambil tindakan tegas. Saya anggap itu merupakan suatu prestasi. Oleh sebab itu, saya dan teman-teman saya ingin memberikan hadiah untuk ibu. Ibu tau apa hadiahnya?” tanya Nando. Mendengar perkataan Nando, bu Nata menjadi sedikit lega. Ia berfikir ketiga muridnya tersebut akan melepaskannya. Keadaan itu membuat dirinya lengah. Ia tidak menyadari bahwa kini Dani telah berjalan memutar ke belakang kursinya. “K…kalian mau mm….melepaskan ikatan ibu?” tanya bu Nata. Mendengar pertanyaan tersebut, Gusti terlihat menunduk dan bergeleng geli. “Haha kurang tepat bu. Kami tentu akan melepaskan ikatan ibu. Tapi itu nanti. Bukan sekarang. Untuk sekarang, kami punya hadiah lain untuk ibu” jawab Nando. Bu Nata yang semula terlihat agak tenang kembai terlihat bingung. Matanya menatap bingung ke arah Nando. Sambil berjalan perlahan mendekat, Nando berkata “Saya berikan 1 clue untuk ibu tentang hadiah saya. Ibu harus menebaknya, oke?”. Bu Nata pun masih terlihat mematung dengan Dani yang telah bersiap di belakangnya. “Clue nya adalah perawan. Apakah bu Nata, sang guru PPL idola SMA Coroda 19 ini masih perawan?”. Belum sempat rasa kaget muncul, tiba-tiba bu Nata merasakan ada sepasang tangan yang meremas dada nya dari belakang. “Kyaaaa” teriak bu Nata kaget merasakan buah dada nya tengah diremas-remas dari luar kemeja batiknya. “Haha mantep brooo. Gede dan padet banget rasanyaa” kata Dani dengan muka cengengesan dan senyum mesum lebar. Ya, kedua tangan yang sedang meremas buah dada milik bu Nata adalah tangannya. Remasannya pun terlihat cukup kasar dan berantakan sehingga kemeja batik yang dikenakan bu Nata menjadi agak berantakan. “AHHH APA-APAAN INI? DASAR KURANG AJAR KALIAN MMFFF. LEPASIN UFF IBU MFF” kata bu Nata sambil berusaha meronta berusaha melepaskan diri. Namun apa yang dilakukan bu Nata sia-sia. Ikatan tali pada tubuhnya cukup kencang dan tidak mudah dilepaskan. Dani pun tetap meremas buah dada bu Nata seakan tidak mendengarkan ucapannya. “Hehe. Inilah hadiah yang kami berikan pada ibu. Kami bertiga akan memberikan kenikmatan kepada bu Nata. Sekarang Dani sedang memijat ibu agar lebih relax. Gimana bu pijatan Dani? Enak kan?” kata Nando. “Hehe iya bu, gimana pijatan saya? Enak kan? Eh tapi dada bu Nata juga enak. Gede dan padet banget. Saya mau kok mijetin ibu kaya gini tiap hari hehe” kata Dani cengengesan sambil tetap meremas kedua buah dada bu Nata. “DIAM!! DASAR KALIAN MURID JAHANAM!! CEPAT LEPASKAN IBU DASAR KALIAN MURID SIALAN!!” umpat bu Nata penuh emosi. Dirinya merasa tidak terima dengan pelecehan yang dilakukan ketiga siswa di sekolah tempat dirinya mengajar ini. “Wah bu Nata ini calon guru dan berjilbab tapi omongannya kok gitu sih? Prihatin saya dengan ibu ini” kata Nando menunjukkan ekspresi pura-pura prihatin. Hal ini tentunya dibalas dengan makian yang semakin banyak terlontar dari bibir tipis manis bu Nata. “Ini guru omongannya makin lama makin gak enak didengerin ya. Perlu gue ajarin sopan santun dulu kayaknya” kata Gusti. Tangannya yang semula terlipat kini telah direnggangkan dan berjalan mendekati bu Nata. Melihat hal tersebut, mental bu Nata mendadak menjadi ciut. Makian kasarnya pun seketika berhenti terdengar. “Udah bro, tenang aja. Jangan main kasar gitu. Kita kan di sini mau ngasih hadiah, ngasih kesenangan buat bu Nata. Ya kan bu?” kata Nando sambil merogoh bungkusan yang nampak seperti permen dari saku bajunya. Bu Nata yang masih ciut hanya terdiam saja. Kini Nando berjalan mendekati bu Nata sambil membuka bungkusan permen kecil tersebut dan langsung memasukannya ke mulutnya. “Ibu tenang saja ya, kita di sini cuma mau ngasih hadiah buat ibu kok” ucap Nando sedikit berbisik tepat di sebelah telinga bu Nata yang tertutup jilbab dan mengelus kepala bu Nata”. “DASAR BANG” belum sempat bu Nata menyelesaikan umpatannya, tiba-tiba mulutnya terbuka lebar. “AHHHHH” lenguh bu Nata merasakan kali ini remasan di dadanya begitu kuat. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan Nando untuk mencium bu Nata. Bu Nata yang kaget tidak sempat menutup mulutnya sehingga kini lidahnya berpagutan dengan lidah Nando. Bu Nata bukanlah orang awam dalam dunia sex. Beberapa kali memang ia pernah bercumbu dengan kekasihnya. Namun kini ciuman yang ia rasakan begitu berbeda dengan yang biasa ia lakukan. Lidah Nando bergerak begitu liar di dalam mulut bu Nata. Tentu saja bu Nata melawan dengan berusaha menutup mulutnya dan mendorong lidah Nando dengan lidahnya. Namun permainan agresif Nando dan permen yang semula berada di mulutnya membuat bu Nata cukup kewalahan. Hampir 1 menit lidah mereka berpagutan dan tiba-tiba terdengar bunyi “glup”. Permen yang semula berada di mulut Nando kini telah ditelan oleh bu Nata. Nando pun kemudian melepaskan pagutannya. Terlihat air liur yang menyambung dari kedua mulut manusia berbera jenis kelamin tersebut. “hahh hahhh. APA-APAAN YANG KAMU LAKUKAN? APA YANG BARUSAN KAMU MASUKAN KE DALAM TUBUH IBU? hahhh hahhh” kata bu Nata membentak sambil berusaha mengumpulkan nafasnya. “Bukan apa-apa kok bu” kata Nando sambil mengelap air liurnya. “Bu Nata juga sebentar lagi akan tau kok hehe”. “JANGAN BERCANDA KAMU!! CEPAT KATAKAN APA YANG….” belum sempat perkataannya selesasi, bu Nata dikagetkan dengan ulah Dani yang membuka paksa kemeja batiknya sehingga sebagiam kancingnya terlepas memperlihatkan dada putih mulusnya yang masih tertutup bra berwarna hitam. “KYAAAA” kembali teriak bu Nata terkejut. Hujan deras yang mulai turun membuat teriakan bu Nata tersamarkan. Tanpa membuang waktu, Dani langsung melanjutkan kegiatan “memijat”nya. “Uhh makin mantep bro kalo gini. Makin kerasa empuk kenyel padetnya” ujar Dani. “Tapi biar lebih mantep gimana kalo gini aja”. Tiba-tiba kedua buah dada bu Nata keluar dari bra nya. Sosok Dani yang playboy telah menjadikannya mahir dalam bidang sex. Mengeluarkan sepasang buah dada dari bra bukanlah hal yang sulit baginya. Kini buah dada bu Nata telah nampak sepenuhnya. Bentuknya yang bulat padat dengan puting dan aerola kecoklatan tentunya menggoda siapapun yang melihatnya. Terlihat pula beberapa garis urat berwarna biru yang kontras dengan kulit putihnya yang menambah kesan lebih seksi dan menggoda.