Kontol Kecil

Sudah dua tahun aku menjanda, sejak kematian suamiku Amir. Dia jatuh dengan pesawat terbang mungilnya di sebuah hutan yang dia sendiri adalah co pilot-nya. Aku merasa terpukul dan sangat terpukul atas kepergiaannya. Kami baru dua tahun menikah dan belum dikaruniai anak, tiba-tiba aku bagai tersambar petir mendapat pemberitahuan dari maskapai penerbangan suamiku. Setelah tiha hari pencarian, resmilah mayat jenazah suamiku dibawa ke rumah kami yang mungil dan tanpa berlama-lama dia harus dikebumikan, karena sudah berbau.

Setelah dua tahun, menjanda, akui terus bangkit tak mau menghadapi kesedihanku berlama-lama. Aku buka usaha dan kali ini aku membuka usaha papan dan kayu. Aku harus keluar kota dan meninjau balok yang sudah ditebang dan menjadikannya papan, kemudian mengangkutnya dengan kapal phinisi ke Jakarta. Begitulah selalu aku keluar kota hingga pekerjaanku sangat meletihkan. Oh.. ya. Usiaku sekarang baru sekitar 25 tahun.

Waktu adikku Yono liburan, ingin dia mengikuti aku ke luar kota. Mau melihat bagaimana cara kerjaku, katanya. Dia adikku yang bungsu dari empat bersaudara. Dia satu-satunya adikku laki-laki dan aku anak tertua. Aku pun membawanya. Kami menumpang pesawat Merpati menuju tujuan kami. Walau dai bungsu, tubuhnya jauh lebih tainggi dari aku. Idel dalam tinggi badannya dan bobot badannya. Dia suka pula fitness, hingga tubuhnya sangat atletis walau usia masih 16 tahun mendekati 17 tahun.

Biasanya aku sangat memanjakannya. Tapi setelah kematian suamiku, malah terbalik kini, aku dia manjakan. Rasanya lucu. Tapi karena itu adalah bagian dari rasa sayangnya padaku, aku nikmati saja kemanjaan yang diberikannya padaku. Terkadang, (karena tubuhku memang mungil) setiap kali kami berjalan, orang mengira kami seperti orang pacaran. Terlebih saat dia memanjakanku, aku pun memanjakan diriku kepadanya.

Tak jarang aku menggandeng tangannya. Terkadang dia memeluk bahuku dan aku memeluk pinggangnya saat kami berdua berjalan. Banyak pula perempuan lain yang mengetahui usiaku lebih tua dari adiku, merasa iri padaku. Kok bisa ya aku mendapat pacar brondong yang ganteng seperti adikku. Kubiarkan saja mata mereka jelalatan dan otak mereka berpikir aneh-aneh tentang diriku.
Saat kami minum di sebuah restoran taman dimana di sebuah sudut restoran itu ada airmancurnya dan suasana lampunya juga sangat romantis, bulu kudukku berdesir. Tiba-tiba aku membutuhkan seks yang sekian lama kupendam. Tiba-tiba aku membutuhkannya. Aku menghetahui kalau itu hal yang lumrah saja. Tapi… Dia adalah adikku yang paling kusayangi.

Kunikmati saja pelukan adikku di sebuah kursi yang kami duduki. Yah… layaknya kami sedang berpacaranlah. Akua mengetahui banyak wanita sebayaku melirik-lirik ke arahku. Aku tak mengerti kenapa mereka melirik kami. apakah mereka cemburu atau mereka memang hanya melirik adikku yang tampan. Biar sajalah, toh aku sedangh menikmati pelukan adikku sendiri. Terserah kau mau bilang apa, bathinku.

Usai kami makan minum kami pulang ke rumah. Adiku memang tinggal bersamaku saat liburan da bersiap, kami berok pagi sekali harus menuju airport untuk tujuan penerbangan kami. Lagi-lagi di airport, kami tetap berjalan bergandengan dan adikku sangat memanjakanku dan aku pun tak asing lagi pada kemanjaan diriku sendiri. Kami Cek in pada counter dan mulai memasuki ruang tungu. Ransel besar yang dipinggulnya sejak dari rumah sudah masuk dalam bagasi pesawat dan kami tinggal melenggang dengan ransel kecil, karena rencana kami tinggal di sana selama 10 hari.

Pesawat mulai melaju pada runway. Tak lama pesawat melayang-layang di udara dn pramugaripun mulai menyorong kereta minuman dan makanan dn menawarkan kepada kami. Aku sepeti biasanya, telebih kurangtidur, terlelap di kursi. Saat itulah adikku yang mengambil inisiatif memilih makanan kami dan minuman kami. Seusai dia makan, dia mulai membangunkanku dn menyuapi aku makan noodle. Tanpa membuka mata aku membuka mulutku dna mengunyah makanan yang disuapkan kepadaku. Sampai habis. Kepalaku dibelainya dan dielusnya dengan kasih sayang. Saat itu pula aku kembali berhasrat dan nafsuku bangkit. Aku memeluk tangannya erat-erat dan menyandarkan kepalaku ke dadanya. Sebelah tangan kirinya merangkulku dan kepalu terus dibelainya dengan kasih sayang. AKu merasa kalau buah dadaku yang masih terbungkus Bra dan baju demikian lengket ke tubunya. Aku semakin tak menentu dan desah nafasku aku tak perduli lagi. Jelasnya nafsuku sudah menggebu.

Lebih dua ja penerbangan kami tiba di bandara tujuan. Kami segera naik taksi menuju hotel. Karean hotel di sana hanya ada yang berbintang dua, kami menginap di sana. Singgle bath yang luas dan empuk sudah menantui tubuhku untuk direbahkan. Kami makan siang dulu, kemudian memasuki kamar tidur untuk rebahan, agar sorenya kami boleh jalan menikmati kota kecil yang asri. Aku langsung menuju kamar mandi dan menyalan air bath tub. Aku berendam air hangat dan membasahi rambutku setelah disamphoo. Oh… segar sekali rasanya,. Kupakai kimoni hotel dan aku merebakah tubuhku di atas tempat tidur yang empuk sembari menonton TV. Saat itu adikku yang ke kamar mandi dan aku mendengar suara air dia nyalakan.

Mungkin inilah salahku, kalau aku dikatakan salah. Karena letih, aku tertidur. Mungkin kimobnoku tersingkap dan yang paling celaka, aku tidk mengenakan bra dan celana dalam, karean aku hanya berniat tidur-tiduran saja. Setelah rambutku kering, aku akan berganti pakaian. Itulah yang ada dalam pikiranku.

Aku rasakan bibirku dicmut lembut dan aku masih melayang dan aku membalas emutan itu. Aku merasakan buah dadaku dielus dan aku merangkul Lalu aku merasakan lidah menjilati leherku, kemudian mengemut-emut pentil tetekku. kemudian saat aku membuka mataku, vaginaku sudah dijilati. Aku begitu terkejut dalam rasa sadarku, kalau yang melakukan itu adalah adikku. Tapi aku menimatinya. Haruskah aku menghentikannya? Sementar aaku menikmatinya? Haruskah adikku menjadi malu, padahal; aku sangat menyayanginya dan dia sangat meyayangiku? KUjawab sendiri dengan cepat, Tidak!.

Kuelus kepalanya dengan kasih sayang dan aku memberikan responsku dan aku begitu menikmatinya.
“Terus sayang… aku suka” desahku. Mendengar kata-kataku, adikku semakin berani dan dia mulai terus mengemut klitorisku dan lidahnya bermain dis ana. Aku menyiukainya, karean ketika bersama suamiku aku beberap akmi memintanya agar aku diperlakukan sepertia apa yang sedang diperlakukan oleh adikku padaku saat ini. Suamiku tetap tak mau. Kini adikku, adik kandungku yang memperlakukan apa yang kuidamkan selama ini.
Aku sudah tidak tahaun lagi dan ku t angkap kontolnya yang sudh mulai mengeras dan aku mulai menmdesah.
“Ayo doooong, dimasukin ininya ke dalam anuuukuuuu….”

Tanpa tunggu lama-lama lagi adikku mulai mengangkangkan kedua kakimku dan dia sudah berada di antara kedua kakiku. Tubiuhku dia tindih dn kutangkjap kontolnya, lalu kutuntun memasuki memekku. Ooohhh… kontol itu begitu terasa demikian indah sat kepalanya menyentuh bibir memekku. Aku sepertio tak mampu berkata apa lagi saat kontiol itu mulai ditekan memasuki ruang ghelap di dalam memekku. Terasa kehangatan kontol itu menembus memekku yang sudah dua tahun lebigh menunggu, kontol yang mau memasukinya.

Langsung kupeluk tubuh adikku dan dia mulai memompanya dn tubuh kami demikian rapatnya. AKu memeluknya dan kubiarkan leherku dia jilati, membuat aku melayang-layang terbang jah di atas angkasa sana. Kedua kakiku menjepit tubuhnya dan aku menggelinjang,. Sejak di atas pesawat aku sudah horney dan kini aku mendapatkan apa yang kumau. Aku pun berada dipuncak kenikmatanku dan aku memeluk tubunya dengan kuat dan aku melepaskan nikmatku yang tak terhingga. Aku sampai pada puncak nikmatku.

Dengan meleas tubuhku mulai melepaskan pelukanku. Adikku tau kalau aku sudah sampai dan di aterus memompa tubuhku lebih cepat dan lebih cepat lagi. Kubiarkan dia mencapai orgasmenya dn aku meresponsnya dengan desahan saja, agar dia merasa mendapat perhatian juga. Sampai akhirnya dia pun melepaskan spermanya beberapa kali ke dalam rongga memekku.
Kami pun tertidur sejenak, tanpa kata sepatah pun. Sampai nafas kami sama-sama normal kembali. Setelah normal adikku memasuki kamar mandi dan aku mendengarkan suara air. Dia pasti sedangh membersihkan dirinya, bathinku. Aku menyusulnya. Aku harus mencairkan suasana.
Begitu aku emmasuki kamar mandi yang tak terkubnci, aku langsung membersihkan kontolnya. Aku masuk kamar mandi dalam keadaan bugi.
“Sini biar kakak yang bersihkan, kataku tersenyum. Dia [pun tersenyum sembari menicum pipiku.
“Kamu hebat sekalui. Luar biasa…” kataku manja membesarkan hatinya. Dia hany amembalas ucapanku dengan senyumannya saja.