MATA LANGIT
Part 1
Untung Saja “Kemana lagi harus melangkah, kaki ku terasa kebas.” Rutuk Zee dengan mengusap dahinya yang berkeringat. Keluar masuk toko tapi tak ada satupun yang menerima Zee bekerja, padahal dari pagi sampai sore telah puluhan toko yang dia masuki. Tetap saja kata penolakan yang diterimanya. Ini adalah hari ke 28 dia berada di kota Berastagi untuk mencari pekerjaaan. Ada niatan dari Zee untuk kembali lagi ke panti asuhan, tempat dimana dia dibesarkan oleh bu Sulis yang telah mengangkatnya menjadi anak asuh. Tapi karena tekadnya yang bulat untuk tak lagi menjadi beban, Zee tetap bertahan hingga hari ini dan masih menggantung harapannya bisa sukses di kemudian hari agar bisa menjadi orang sukses dan bisa membalas jasa, sukur sukur bisa membahagiakan orang-orang yang telah menyayanginya selama ini. *Flashback “Nak.. apakah kamu sudah yakin untuk pergi ke kota? Mengingat hanya disinilah keluargamu. Berastagi kota yang tak ramah nak, dan juga tak ada orang yang kamu kenal disana”. “Apa ibu tak ikhlas jika Zee merantau, Zee tak akan pergi ke kota kok bu, kalau ibu tak mengizinkannya” sahut Zee yang kini menghadap ibunya. “Bukan gitu nak, ibu khawatir kamu dicelakai orang disana. Ibu sedih kalau liat anak ibu yang ganteng begini terluka” timpal bu Sulis mengacak-acak rambut ikal Zee, yang Zee sendiri tahu jika yang dilakukan ibunya itu sebagai bentuk perhatian. “Iya bu.. Zee akan berhati-hati di kota, ibu tenang saja. Zee kan sudah besar ini, gak bakalan menangis hanya karena dihina orang”. “Ibu percaya kok, anak ibu tak akan diam saja bila dilukai, ibu masih ingat saat ibu dipalak oleh para preman pasar, tiba-tiba kamu datang dan menghabisi 8 preman itu sampai babak belur.” “Haha.. Zee gitu loh bu, jangankan 8 preman.. sekampung pun bakalan Zee hadapi, tapi bo’ong..” “Iiih dasar, ayam sayur kalo gitu anak ibu?” “Lah iya lah bu, wong sekampung.. bukan ayam sayur lagi malah jadi ayam geprek Zee nanti. Dah ah.. kalau gitu Zee berangkat ya bu, mang Odang dah nunggu di depan, kasihan kalau terlalu lama. Assalamualaikum..” Bu Ambar pun langsung menjawab salam dari anak angkat kesayangannya itu. Lantas sejurus dari balik pagar mang Odang berkata. “Tenang saja bu Sulis, anak ibu bakal jadi orang sukses. Dan saya sebagai garis keras fans Valentino Rossi bakal nganterin ke terminal dengan selamat.” “Eleh, sok-sok’an jadi pembalap mamang ni, bulan kemarin aja bawa gerabah ampe nyungsep di sawah.” sahut bu Ambar dari balik pagar. “Eh.. itu ee.. saya sedang lapar, jadi gak konsen” kilah mang Odang dengan tingkah kikuknya sembari menstarter motornya. “Jaga diri baik-baik Nak.. kabari ibu kalau sudah sampai”. “Iya bu” sahut Zee dengan melambaikan tangan. *Flashback of End Tiiiiiiinn…. “Hei bocah tengik! Nyebrang liat-liat sudah bosan hidup kamu!!” Bentak lelaki paruh baya yang seketika perjalanannya terganggu dibalik kemudi. “Maaf pak” sahut Zee yang merasa bersalah karena sedari tadi ia merasa berjalan di tepian, justru entah kenapa malah melipir ke tengah jalan, efek lelah dan melamun yang membuatnya tak sadar. “Sudah tau salah, kenapa juga masih disitu. Minggir!! Buruan ah dasar keong !!” Suaranya yang berat dan menekan membuat pria dibalik kemudi merasa frustasi, jelas saja karena pak Bayu tak ingin majikannya terganggu perjalanannya. Masih terngiang di ingatannya 15 menit yang lalu saat bu Ambar mengultimatum pak Bayu yang sebagai sopir pribadinya karena telat menjemput di kantor. Barusan saja bu Ambar meringis kesakitan karena kepalanya tiba-tiba terantuk kaca mobil yang menjadi sandarannya, dikarenakan laju mobil yang pak Bayu bawa mendadak berhenti. “Ma- maaf nyonya” Hanya kata itu yang keluar dari pak Bayu setelah tadi memaki seorang pemuda yang hampir saja ditabrak olehnya. Lantas dengan sigap pak Bayu menjejak kembali gasnya. Mobil pun kembali melaju, melewati seorang pemuda yang terlihat lusuh dari balik kaca mobil yang bu Ambar sendiri melihatnya sekilas. “Sial.. Kenapa juga harus melamun, untung saja masih selamat.” ujar Aji yang kali ini langkah kakinya mantap untuk kembali pulang ke tempat kosnya. Seharian ini hanya lelah dan keringat yang ia dapatkan. ————————— Sebuah mobil mewah telah masuk ke dalam garasi rumah, saat seorang wanita berusia 43 thn dengan pesona kecantikannya melangkah keluar dari dalam mobil, seorang pembantu berlari tergopoh menghampiri majikannya. “Ada apa bi Inah..??” tanyanya. “Anu.. itu nyonya, itu anunya tuan” suara bi Inah terdengar gelisah sehingga tak jelas apa yang dikatakannya. “Ngomong apaan sih bi.. gak jelas banget deh” kata bu Ambar dengan memicingkan sebelah matanya. Lalu meninggalkan pembantunya itu begitu saja. Saat akan mengejar nyonyanya kedalam rumah, sopir pribadinya yang ikut mendengar pun merasa dibuat penasaran. Plak “Eh, Nah.. emang kenapa dengan anunya tuan? Apa burungnya tuan kejepit pintu?” Tanya pak Bayu ketika menampar pantat bi Inah yang menggeol dari balik seragam kerjanya. Sebenarnya yang ingin bi Inah katakan pada bu Ambar adalah tentang kondisi pak Soe yang tiba-tiba kumat dari penyakitnya, karena kebingungan yang sejak tadi menghadapi penyakit dari tuannya, membuat bi Inah gugup dan akhirnya ngawur saat menjelaskan pada bu Ambar. “Ngapain sih ikutan tanya segala?! Burung kamu itu yang kejepit, huh dasar!!” ujar bi Inah dengan nada yang terdengar garang. “Dasar bebek kuali, ditanya malah nyolot” rutuk pak Bayu tak terima. “BIBIIII….” Tak lama terdengar panggilan bu Ambar yang melengking dari dalam rumah. Mendengar panggilan keras dari nyonyanya, membuat keduanya segera berhamburan ke dalam. —————————- Tok tok tok Terdengar ketukan pintu dari balik kamar kos, dimana Zee tengah memikirkan nasibnya. “Zee.. Zee.. Zee.. bisa bantuin ibu gak? Tolong ibu sih..” Saat pintu terbuka, pemilik Kos merlihat aura kusut dari wajah Zee. “Eh bu Retno, ada apa ya bu?” “Tolongin ibu nak Zee, bisa gak perbaiki genteng rumah ibu yang bocor, tadi tukangnya gak jadi datang. “Ya elah, gak ngerti apa ini udah mau sore udah mana mendung lagi, pake acara minta tolong segala!” gerutu Zee dalam hati. “Gimana, bisa kan Zee?” tanya bu Retno dengan mode mengiba. “Mm.. gimana ya bu, udah sore dan mendung loh bu, takutnya belum selesai malah keburu kehujanan, gimana kalau besok aja?” tawar Zee karena tak mau mengambil resiko. “Aduh kelamaan nunggu besok mah, udah sekarang aja. Nanti ibu kasih diskon biaya kosan kamu biar bayar setengahnya aja, plus ibu kasih jatah makan sore ini. Gimana Zee..?” Mendengar penawaran ibu Kosnya yang bagai air hujan di tengah gurun sahara, membuat Zee langsung di mode tempurnya. Karena sudah tahu dimana letak gudang perkakas milik ibu kosnya itu, langsung saja Zee mengenakan sandal dan meninggalkan ibu kos yang hanya diam mematung diri. “Anak kosan, dimana-mana selalu saja yang dicari kalo bukan diskonan ya gratisan”. Ujar bu Retno yang melihat tingkah Zee barusan hanya menghela nafas panjang. Part 2
Data Misterius Raungan sirine ambulance berhenti tepat di depan rumah sakit, langsung disambut beberapa petugas medis bahkan manager rumah sakit pun ikut menunggunya dengan raut wajah serius. Beberapa diantaranya langsung bergerak cepat membuka pintu ambulance, yang lainnya telah sigap memindahkan seorang pasien ke atas brankar. Setengah jam yang lalu, pihak rumah sakit mendapati panggilan darurat dari seorang keluarga besar terpandang, yang mana selalu menyuntikan donasi besar-besaran bagi Rs Medika. “Cepat kirimkan ambulance kemari, suami saya harus segera ditangani. Jika terlambat, saya akan menggugat kalian semua!!” suara dari balik telpon membuat manager rumah sakit berdegup kencang seakan nafasnya berhenti sejenak, karena dia mengenali siapa pemilik suara tersebut. Kedua mata lelaki paruh baya tengah terpejam rapat. Wajahnya terlihat kesakitan dan mulutnya mengeluarkan busa. Tubuhnya sedang kejang-kejang saat dipindahkan ke atas brankar dari mobil ambulance. “Mas, kamu harus bertahan, kamu akan baik-baik saja.” Seorang wanita berusia empat puluh tiga tahun berparas cantik dengan rambut hitam tersampir di bahunya. Dia mengenakan rok pendek hitam ketat, pinggulnya lebar juga pahanya terekspos, kakinya memakai sepatu hak tinggi. Tubuhnya yang berbentuk gitar spanyol sangat menggoda, ditambah sepasang payudaranya yang membuat para lelaki tak mau mengalihkan pandangan. Wanita itu terlihat seksi dan panas. Tatapan pemuda yang kepalanya dibalut perban bergerak dari atas ke bawah, menikmati suguhan menarik. “Hm.. madep sekali ibu nih” tutur Zee yang kemudian disadarkan oleh Dani. “Liat apa luh! gak ngotak apa kepala lu dibebat begitu?” tanya Dani di sebelahnya yang keduanya sama-sama tengah menunggu taxi. “Ssst.. berisik!!” sahut Zee. “Gue juga demen yang begituan, tapi lu gak liat dibelakangnya, dihajar pengawalnya geser otak elu Zee” Balas Dani. “Apa yang kamu lakukan disini manager? Cepat selamatkan suami saya. Aku tekankan sekali lagi, jika sesuatu terjadi pada suamiku, kalian semua tidak akan kubiarkan hidup tenang!!.” Wanita itu marah karena melihat Manager yang hanya berdiam diri dan tidak berusaha membantu suaminya itu. Sadar dengan tindakan bodohnya yang akan membuat hancur karirnya, dengan cepat manager itu berkata pada kepala suster yang bernama Lusi untuk segera membawanya ke ruang UGD. *Flashback BRAKK!! BUGHH!! Suara benda jatuh terdengar keras, membuat para penghuni kos berhamburan menuju sumber suara. Dani, Leman, Rudi dan para penghuni kos pria lainnya terkejut saat melihat sosok tubuh pria tengah bertumpuk dengan pecahan asbes, kayu, dan genteng. Dani dibantu lainnya segera menyingkirkan beberapa benda yang menghalanginya, lantas membalikan tubuh itu, sontak saja mereka terkejut saat tahu siapa lelaki yang naas itu. Kepalanya mengeluarkan banyak darah bahkan yang membuat mereka meringis ngilu, beberapa serpihan kayu hampir saja menembus kedua matanya, untung saja hanya menembus bagian pelipis. “Zee?? astaga.. kenapa dengan lu bro, hei cepat panggilkan taxi” seru Dani pada kawannya, dia tampak panik memegang kepala Zee yang sudah berlumuran darah pada tangannya. “Suara ribut apa sih tadi? Astaga Zee.. eh kalian kok malah bengong sih, yang lain bantu Dani, dan kamu Leman cepat panggil taxi.” Bentak bu Retno sebagai ibu kos yang juga turut panik, ada embun di matanya yang menandakan penyesalan. “Maafkan ibu Zee..” sesalnya dalam batin yang terasa sesak. Setelah Dani membawanya ke rumah sakit dan ditangani dokter spesialis, dirinya tampak gelisah mondar mandir tak jelas menunggu kabar dokter yang menangani. Beberapa menit kemudian, dua orang suster keluar dari ruang UGD tengah memindahkan Zee ke ruang perawatan. “Suster.. suster.. dia ini teman saya, bagaimana kondisinya?? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Zee yang menghampiri. “Kalau mas benar temannya, segera hubungi keluarganya” Perkataan suster barusan membuat Dani berpikir yang tidak-tidak. “Ap- apa luka tem- temaan saya parah suster, apa teman saya gegar otak atau justru teman saya sudah mati?” tanya Dani lagi, suster yang mendengarnya justru menaikan sebelah alisnya. “Kamu bicara apa? Teman macam apa kamu, tak baik berprasangka seperti itu, teman mu baik-baik saja, saya meminta kamu menghubungi keluarganya untuk mengurus administrasinya.” tegas suster yang kini meninggalkan Dani sendiri. “Untung..untung.., 700rb gue selamat, kalau Zee modar bisa rugi gue, siapa nanti yang bakal bayar hutang. Gue gak tau nagihnya ke siapa, keluarganya aja gue gak tau” ujar Dani yang merasa senang piutangnya pada Zee aman. Setengah jam setelah Zee berada di ruang perawatan, dirinya berangsur mulai sadarkan diri. Kepalanya terasa berdenyut dan terasa sedikit pusing, berusaha mengingat apa yang dilakukannya terakhir kali. “Sepertinya aku masih hidup, aahh sukurlah.. aku pikir bakalan lewat” ujar Zee yang mengingat dirinya saat menata genteng di bawah rintik hujan dan tiba-tiba kilatan cahaya petir membuat dirinya terkejut, hingga keseimbanganya menjadi oleng, lantas tubuhnya menghantam genteng dan menembus plafon, lalu menghantam sesuatu yang keras, sesaat kepalanya terasa sakit, berat, kemudian gelap seketika. Tatapan Zee mengitari isi dalam ruangan dirinya dirawat, namun dia merasa sesuatu hal yang aneh, beberapa kali dia mengucek kedua matanya, mencoba menyakinkan kembali apa yang telah dilihatnya. “Aku belum mati kok, ini kamar rumah sakit kan?, dan itu tembok bukan kaca, tapi kenapa aku bisa melihat para suster berkeliaran dari balik tembok? Ada apa dengan pandangan mataku?” Lantas dialihkannya pandangan Zee ke sisi tembok yang lain, matanya terbuka lebar karena dia melihat barisan motor yang terparkir di luar dengan segala aktifitas orang-orang yang entah apa yang dikerjakan diluaran. Saat Zee berusaha mencari jawaban dari apa yang terjadi pada matanya, dokter, suster, dani dan bu Retno tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan. “Wuih, udah siuman aja lu bro, gue pikir elu bakalan mati” sapa Dani dengan menggeplak pundak Zee. “Nyumpahin gue luh, sialan!” sahut Zee yang disambut kekehan Dani padanya, sedangkan bu Retno menggelengkan kepalanya saja. “Dok.. gimana keadaan Zee, apakah baik-baik saja?” “Anak itu beruntung, serpihan kayu tak menusuk kedua matanya, kalau terjadi dia bisa mengalami kebutaan. Benturan keras pada kepalanya hanya mengakibatkan gegar otak ringan dan ada sedikit penyumbatan darah tapi itu tak jadi masalah, cukup mengkonsumsi obat pereda nyeri beberapa hari juga akan sembuh. Tapi jika mengalami rasa sakit di kemudian hari segera bawa kemari agar cepat ditangani. Hari ini juga sudah bisa pulang” Penjelasan dokter membuat lega hati bu Retno. “Terimakasih dok, setelah ini saya akan mengurus segala administrasinya dan membawanya pulang hari ini juga, biar gak kemahalan dok biayanya” sahut bu Retno terkekeh. Saat dokter menjelaskan keadaan luka pada kepala Zee, justru Zee sendiri tak mendengarkannya sama sekali, dia justru bertambah bingung, karena pandangan matanya sekarang bermunculan data-data misterius. Saat menatap dokter, suster, dani dan bu Retno muncul berbagai rincian data misterius yang terbaca di pandanganya. Nama : Gunawan Supriadi Job : Dokter spesialis Otak dan Mata Tinggi/ Bd : 170 / 72 kg Size penis : 15 cm on ereksi Bercinta : 11 mnt Umur : 42 Thn Status : Menikah Kekayaan : Rp 423 juta Dll.. Nama : Dani Sabirin Job : Pegawai Swasta Tinggi/ Bb : 168 kg/ 59kg Size Penis : 17 cm on ereksi Bercinta : 16 mnt Umur : 24 Thn Status : Belum menikah/ Jomblo akut Kekayaan : Rp 500rb Dll.. Nama : Lina Asmani Job : Suster Tinggi/ Bb : 158 cm Buah dada : 34B Vagina : Virgin Bercinta : Non pengalaman Umur : 25 Thn Status : Single/ memiliki pacar 2 orang Kekayaan : Rp 2.8 juta Dll.. Nama : Retno Wulandari Job : Ibu rumah tangga Tinggi/ Bd : 160 cm Buah dada : 36C Vagina : non Virgin Bercinta : unlimited Umur : 41 Thn Status : Menikah Kekayaan : 127 juta Dll.. Satu persatu data-data misterius itu muncul dan terbaca oleh pandangan Zee, membuat Zee larut semakin dalam kebingungannya. Tiap kali dia membaca status data, selalu saja muncul lengkungan senyum di bibirnya yang membuat dokter, suster, dani dan bu Retno saling mengerutkan dahi mereka masing-masing kala menatap Zee yang bertingkah ambigu. “Oi.. senyum-senyum sendiri, sakit luh..” bentak Dani yang membuyarkan pandangan Zee. “Ayok balik, dokter dah ngizinin tuh”. Lanjut Dani menggandeng Zee untuk membantunya berdiri. Saat Zee, Dani dan bu Retno telah meninggalkan ruangan perawatan, celetuk suster Lina bertanya pada dokter Gunawan. “Dok.. apa benar pasien gak kenapa-napa, saya merasa otaknya rada bergeser deh dok..” ujar suster Lina. “Itu perasaanmu saja sus.. sudah kamu kembali kerjakan yang lain” sahut dan perintah dokter gunawan yang melihat suster Lina yang kini meninggalkannya sendiri. Lalu dokter Gunawan bergumam “Seharusnya, anak itu tidaklah selamat, melihat dari luka-luka di kepalanya sangatlah parah. Tapi kenapa hasil pemeriksaan medis berkata lain. Baru kali ini menemukan kasus aneh. Huufh…” Di luar rumah sakit. “Zee.. Dani.. ibu duluan pulang ya, nanti ada taxi yang menjemput kalian di depan, ibu sudah pesankan taxinya.” ujar bu Retno meninggalkan mereka berdua. Tiba-tiba mereka mengalihkan perhatiannya pada seorang wanita berpenampilan menggoda sedang berlari menghampiri pintu belakang ambulance. Sesaat setelah menatap wanita itu, kembali muncul data-data misterius di pandangannya. Nama : Ny. Ambar Wiguna Job : Direksi PT. Lintang Bahari Tinggi/Bb : 160 cm/ 62kg Buah Dada : 38D Vagina : Non Virgin Bercinta : Unlimited, Terakhir sex 6 thn lalu. Umur : 43 Thn Staus : Menikah Kekayaan : 320 Miliar “Hm.. madep sekali ibu nih” gumam Zee yang kemudian disadarkan oleh Dani. “Liat apa luh! gak ngotak apa kepala lu dibebat begitu?” tanya Dani di sebelahnya yang keduanya tengah menunggu taxi. “Ssst.. berisik!!” sahut Zee yang merasa terganggu. “Gue juga demen yang begituan Zee, tapi lu gak liat dibelakangnya itu, dihajar pengawalnya geser otak elu Zee.” Balas Dani. “Apa yang kamu lakukan disini manager? Cepat selamatkan suami saya. Aku tekankan sekali lagi, jika sesuatu terjadi pada suamiku, kalian semua tidak akan kubiarkan hidup tenang!!.” Wanita itu marah karena melihat Manager yang tertegun dan tidak berusaha membantu menyelamatkan pasien. Sadar dengan tindakan bodohnya yang akan membuat hancur karirnya, dengan cepat manager itu berkata pada kepala suster yang bernama Lusi untuk segera membawanya ke ruang UGD. *Flashback of End “Wuih wanita itu galaknya melebihi bu retno saat menagih bulanan kos” ucap Dani kemudian ikut masuk kedalam taxi setelah Zee lebih dulu masuk. Taxi pun meninggalkan keributan yang terjadi di depan rumah sakit medika tersebut. Bersambung…