Mbak Parmi

Cerita Dari Komentator: Jati P (Terima kasih atas bantuan ceritanya)

Biasanya aku sarapan pagi bersama papa dan mama, tapi pagi itu sarapan sendiri, karena papa dan mama pulang kampung ke Yogya mengajak Sigit, anak mbak Parmi. Di rumah hanya ada mbak Parmi, pembantu asal jawa dan aku.

Selesai sarapan, aku menaruh piring di cucian. Ketika melewati kamar mandi, pemandanganku terhenti memperhatikan mbak Parmi lagi mandi. Badannya membelakangi pintu sehingga tidak sadar pintu kamar mandi setengah terbuka. Tubuh tinggi padat berisi dan rambut hitam lebat panjang basah tersiram air menyebabkan sexku muncul menggebu. Aku segera kembali ke kamar. Disana langsung onani menggunakan pelicin baby oil sambil membayangkan seolah sedang menyetubuhi mbak Parmi. Tiba-tiba terpikir olehku kenapa tidak sekali-kali minta mbak Parmi melayani sexku? Bukankah dia juga pernah memergoki aku lagi onani di kamar?

Aku tidak menyelesaikan onaniku. Dengan penis mengacung tegang tanpa busana bagian bawah, aku menuju kamar madi. Ternyata mbak Parmi sudah selesai mandi dan ada di kamarnya. Kamar mbak Parmi yang tertutup langsung aku buka. Saat itu mbak Parmi sedang mengeringkan badan dengan handuk. Ia menjerit kaget. Tapi secepatnya mbak Parmi aku peluk dan aku dorong rebah ke tempat tidurnya. Ia meronta “jangan…..mas….. aku nggak mau…. Jangan….. aku takut…..”. Aku memaksanya sambil membentak “mbak diam saja…. nurut aku”. Aku semakin kalap ketika mbak Parmi mendorongku dan akhirnya tangan mbak Parmi aku kunci ke belakang. Setelah beberapa kali meronta tidak berhasil, akhirnya mbak Parmi menangis sesenggukan. Aku mengendorkan pegangan tanganku dan mengusap air matanya “Mbak, maafin aku ya…. aku kepingin merasakan. Mbak mau ya…. “. Kemudian mbak Parmi aku tarik berdiri dan aku peluk, aku ciumi. Penisku yang telah kendur kembali berdiri perkasa. Mbak Parmi diam dan kedua tangannya menutup dada dan perut bawah. Sekali lagi aku membisikkan kata “mbak,….. aku sayang sama mbak, maafin. Aku belum pernah merasakan seperti ini, beri aku sekali saja ya mbak….”. Aku usap-usap keningnya dan aku dekatkan mukaku ke mukanya sampai hidungku bersentuhan dengan hidungnya. “Mas…. mbak takut……mbak…. nggak mau…. nanti papa dan mama marah kalau tahu dan …. mbak takut hamil”. Aku peluk mbak Parmi dengan erat dan aku bisikkan kata “Mbak…. aku tahu caranya tidak hamil. Aku tidak keluarkan di dalam dan aku keluarkan di luar seperti onani. Aku ingin sekarang mbak, mumpung papa dan mama juga tidak di rumah. Aku kepingin banget merasakan dari mbak,…. boleh ya mbak….”.

Setelah mendapatkan berbagai bujukan dan rayuan, nafas mbak parmi melonggar dan kelihatan sedikit tenang. Kemudian ia semakin bisa menerima pelukanku yang tidak pernah lepas. Harum wangi sabun yang melekat di tubuh mbak Parmi menambah tinggi gairahku. Badan mbak Parmi aku balik searah dengan tubuhku. Penisku yang tegak berdiri menonjol ke pantatnya. Tanganku mengarah ke dadanya. Ternyata ia tetap tidak mau melepaskan kedua tangan yang menutupinya. Beberapa kali tanganku disibakkan. Akhirnya leherku menjulur dan mulutku menelusuri belakang telinga dengan kecupan lembut dan jilatan merangsang. Perlahan-lahan mbak Parmi bereaksi menengokkan kepala supaya lehernya tidak terjangkau mulutku. Setelah beberapa saat kemudian mbak Parmi bertambah tenang, tanganku berhasil menjangkau ujung buah dadanya. Dengan tarikan dan pelintiran halus di putingnya, mbak Parmi tidak melawan lagi. Tangan kananku melingkar meraba ke perut bawah tapi dengan sigap tangannya menyingkirkan tanganku. Ketika tanganku ke atas menuju buah dadanya kembali, ternyata ia membiarkan saja. Aku semakin yakin bisa berhasil menyetubuhi sehingga jariku dengan pelan mengusap gunung kenyal menonjol. Remasan halus di buah dada mbak Parmi dengan pijitan ke arah depan dan pelintiran perlahan di puting susu, menyebabkan mbak Parmi menarik nafas dalam.

Ketika mulutku mengisap tengkuknya dan kedua tanganku meremas gemas di kedua gunung kembarnya, nafas mbak Parmi mulai memburu. Aku melirik matanya terpejam. Tarikan nafas di mulutnya terdengar mendesis dan kepala yang semula tegak sudah dirobohkan ke pundakku. Aku mendudukkan dan merebahkan mbak Parmi ke tempat tidurnya dengan kaki menjuntai ke bawah. Mulutku mulai menelusuri gunung kembar sambil melepaskan baju kaus yang masih di badanku. Puting kecil kemerahan mulai aku sedot dengan mulutku dan satunya aku memelintir. Semakin ke bawah mulutku bergerak menelusuri perutnya, semakin panjang tarikan nafas mbak Parmi.

Ketika mulutku sampai ke belahan paha, lidahku menjulur memasuki lipatan basah dan menyusup ke dalam. Aku mencari daging kecil seperti yang aku lidat dalam tontonan VCD. Daging itu aku usap dengan ujung lidah. Tiba-tiba mbak Parmi menggelinjang dan tangannya meremas rambutku serta menekan ke dalam. Lidahku liar masuk ke liang vagina dan daging lembut menonjol itu aku permainkan dengan lidahku. Mbak Parmi mengerang lembut sambil nafasnya sedikit tersengal dan kepalanya digoyangkan ke kanan dan kiri, aku segera mengakhiri permainan itu dan ganti penisku menyusup vagina mbak Parmi.

Posisiku berdiri dan badan mbak Parmi rebah di kasur dan kakinya menjuntai ke tanah. Ketika ujung penisku menyusup di ujung liang senggama, mbak Parmi membuka pahanya lebar sehingga memudahkan aku memasukkan penis. Untuk lebih memudahkan, maka kedua kakinya aku letakkan di atas pundak. Aku merasakan nikmat ketika penis makin masuk ke dalam dan akhirnya …. bles…. sampai pangkalnya. Tarikan dan dorongan sambil gerakan diputar menyebabkan gerakan kepala mbak Parmi ke kiri dan kanan semakin sering. Tiba-tiba ujung penisku seperti disedot dalam vagina sehingga aku mengocok maju mundur lebih cepat. Mbak Parmi tiba-tiba mengejang dan pantatnya diangkat sambil mendesis suara tertahan “…….mmmaaass…….ssss…..ooohhhahhh…..sessss…..aauuw…..ssss….”. Di penisku terasa ada gerakan denyut yang memeras. Begitu nikmat sehingga ujung penisku merasakan ada sesuatu yang mau keluar. Dengan cepat penisku aku cabut. Tumpahlah maniku di pahanya dan jatuh di ubin. Terasa badabku ringan dan otot-otot mengendur santai. Kemudian aku tertidur disisi mbak Parmi. Hari itu perjakaku hilang untuk mbak Parmi.

Aku terbangun dan mbak Parmi tidak ada disisiku. Aku mencarinya karena kawatir mbak Parmi minggat dari rumah. Aku menemukan mbak Parmi di gudang belakang duduk di lantai sambil menangis. Aku dekati dia dan aku usap rambutnya yang hitam panjang. Aku bisikan kata-kata “mbak, maafin aku ya….. aku telah khilaf membuat mbak Parmi marah”. Kemudian aku berkotbah tentang moralitas dan kebutuhan sex perempuan “mbak… bayangkan kalau aku tidak dikasih mbak Parmi, berarti aku dengan pelacur kan…. Mbak Parmi pasti tahu seusiaku seperti ini kebutuhan penyaluran pasti sangat besar”. Kepala mbak Parmi aku jatuhkan ke pundakku “begitu juga kalau wanita nggak pernah melakukan senggama, dia cepat tua dan bisa kena kangker lho… dan yang menakutkan keinginannya bisa hilang..” Khotbahku panjang lebar mulai meluluhkan hatinya “Apapun yang telah terjadi…. aku berterimakasih aku lebih memilih mbak Parmi yang pasti bersih, sehat dan pernah punya pengalaman. Disamping itu mbak Parmi sangat sayang padaku”. Setelah aku merayu cukup lama, akhirnya mbak Parmi mau ku ajak makan siang. Untuk menambah kemesraan, sesekali mbak Parmi aku suapi.

Sambil makan aku mengemukakan keinginanku merasakan lagi. Semula mbak Parmi menolak, tapi akhirnya dia bersedia dengan syarat tidak boleh ada yang keluar dalam rahimnya. Aku setuju dan aku juga meminta ke mbak Parmi kalau merasa nikmat dan kepingin menjerit, jangan sungkan-sungkan. Kemudian aku keluar sebentar membeli jamu biar bisa main lebih lama. Mbak Parmi aku minta menutup semua pintu agar tidak ada tamu yang mengganggu.

Aku dan mbak Parmi mandi bersama. Elusan dan remasan di buah dada dengan sabun cair menyebabkan mbak Parmi seperti tersihir dengan menciumi pipi dan bibirku seperti kesetanan. Kelihatan sekali nafsu mbak Parmi tiba-tiba berkobar luar biasa. Shower air hangat aku buka untuk mengakhiri mandi bersama. Mbak Parmi aku peluk menghadap ke depan di bawah shower air hangat sambil kedua tanganku meremas dan menarik buah dadanya. Aku merasakan gejolak nafsunya mbak Parmi telah sampai puncak dengan ditandai dia menarik penisku untuk dimasukkan ke vaginanya. Secepatnya aku dan mbak Parmi mengeringkan badan dan menuju kamarku.

Pantatnya aku ganjal bantal sehingga vaginanya menonjol lebih tinggi. Aku susupkan penisku setahap-setahap dan tiba-tiba tanganku diraih mbak Parmi diletakkan ke buah dadanya. Aku remas kedua gunung kenyal itu dan pinggulku bergerak maju-mundur, sesekali diputar dan dalam hitungan tertentu hanya tudung penis yang masuk dan saat berikutnya dengan gerak menggenjot seluruh penis masuk sampai pangkal pinggul. Mbak Parmi menggoyangkan pantat dan kepalanya bergerak kanan kiri.
“Ooooohhhhh……..aaaahhhhhhh……sssstttttttt……ttterrrruuuuuusssss ……… yaaaaaaahhhhhh.. mbbaaakk….. ma..u.. keluaaaarrrrrr ….. oohh..oohh..oohh…aahh..aahh..” . Mbak Parmi tidak malu lagi mengeluarkan suara rintih dan jerit kenikmatan. Remasan di penisku dan suara rintih dan jerit kenikmatan yang dikeluarkan mbak Parmi menyebabkan aku tidak kuat menahan lebih lama. Ujung penis yang semakin mendesak menyebabkan aku cabut dari liang vagina dan …. croott……crootttt……croott…. maniku muncrat ke perut mbak Parmi.

Hari itu aku dan mbak Parmi bermain sampai puas. Pagi harinya mbak Parmi aku ajak ke dokter untuk pasang susuk KB. Sejak saat itu aku tidak perlu mencabut penis setiap kali maniku muncrat. Nikmat dan nikmat paling tinggi rasakan ketika penis dalam cengekeraman vagina disodokkan sampai pangkal sambil memuncratkan air mani.

Selesai