Memijat Pak RT

Lost time kerja, Iseng coret-coret ah..

Karekter
Nama: Ratih
Usia: 38 th
Ukuran payudara: 34B
Tubuh khas Ibu-Ibu semurannya, dengan kulit sawo matang

Berbekal pengalaman memijat, di kampung-nya, Ratih seorang janda beranak satu, memberanikan diri untuk mengadu nasip di Batam. Sudah hampir satu taun ini Ratih bekerja sebagai trapis di sebuah panti pijat di salah satu panti pijat di Batam. Awalnya Ratih tidak menyangka bahwa panti pijat tempatnya bekerja merupakan sebuah panti pijat plus-plus. Namun kelamaan dirinya mulai tergiur dengan penghasilan yang ia dapat dari memberi pelayanan plus-plus.
Trapis di tempat itu umumnya hanya sekedar mengelus-ngelus dan langsung menawarkan untuk berhubungan intim. Namun berbeda dengan Ratih, yang selalu memberi layan pijat yang baik. Ratih tidak pernah menawarkan layanan plus-plus, kecuali diminta.
Oleh karena itu Ratih cepat dikenal dan memiliki banyak pelanggan tetap, karena umumnya orang akan puas dengan pijatan Ratih yang nikmat, dan di akhiri dengan layanan plus-plus yang tak kalah nikmatnya.
Pada suatu ketika, di hari kerja yang biasanya sepi, ratih kedatangan pengunjung di ruang VIP. Setelah mengenakan seragam berupa kemeja dan rok pendek, Ratih berjalan menghampiri ruang tersebut. Tidak lupa ia membawa sebotol lotion, handuk bersih dan celana pendek untuk ganti sang pengunjung.

“Siang.. Boleah saya masuk” Tanya Ratih dari balik pintu kamar VIP yang tertutup rapat
“Oh iya silahkan” Jawab pria di dalam ruangan tersebut

“kreeekk” Ratih pun membuka pintu dan terbelalak kaget melihat kearah pengunjung tersebut, yang ternyata adalah Pak Suryo. Pak Suryo adalah ketua RT di daerah Ratih mengontrak. Pak Suryo ini lah yang selalu membantu Ratih bila mengalami kesulitan selama di Batam.

“Eh.. Nak Ratih??”
“Pak Suryo?”
“Kamu kerja disini?”
“I..Iya Pak” Jawab Ratih gelagapan
“Oh..Kamu bias mijet Rat?”
“Sedikit Pak.. Silahkan dibuka dulu pakaiannya pak, Ini celana gantinya”

Pak Suryo ternyata memang sudah sering menggunakan jasa pijat plus-plus di tempat lain, dan sengaja datang ke tempat itu atas rekomendasi temannya. Tanpa di duga ia malah bertemu Ratih, wanita yang mengontrak di dekat rumah-nya. Walaupun memiliki bentuk tubuh yang tergolong biasa namun paras wajah Ratih yang hitam manis, sedari lama mencuri perhatian Pak Suryo.

Tentu saja pertemuan yang kebetulan kali ini, membuat Pak Suryo tidak ingin melpaskan kesempatan ini untuk mencicipi tubuh Ratih . Setelah membuka pakaiannya, Pak Suryo pun tengkurap di atas tempat tidur, dengan sengaja ia tidak mengenakan celana pendek yang di siapkan Ratih dan membiarkan kemaluannya mengintip di antara kedu pahanya yang penuh bulu.

“Tok..tok..Maaf Pak sudah ganti pakaian-nya?” Ujar Ratih dari balik pintu
“Sudah, Masuk saja”

Ratih pun masuk dan langsung terkejut melihat Pak Suryo yang sudah tengkurap sambil bertelanjang bulat.

“Maaf pak, Kok tidak dipakai celana pendeknya?”
“Biarkan saja dek, saya memang biasa gini kalau pijat”

Perlahan-lahan Ratih mulaimengampiri tubuh telanjang Pak Suryo dan duduk di pinggir tempat tidur. Dengan lihai tangan Ratih mulai melumuri kaki Pak Suryo dengan lotion yang ia bawa. Kaki berbulu Pak Suryo kini terihat licin, sedang di pijat oleh jemari lentik Ratih.

Dengan telaten Ratih memijat setiap bagian telapak kaki dan betis Pak Suryo, dan kemudian naik hingga ke paha. Ukuran penis Pak Suryo yang panjang membuat Ratih tidak leluasa memijat di daerah itu. Dengan hati-hati Ratih berusaha menghiindari penis Pak Suryo. Namun percuma, Berulang kali tanpa sengaja jemari Ratih menyenggol penis Pak Suryo, saat memijt di daerah paha dalam. Karena Pak Suryo selalu menggerakan pinggul-nya dengan alasan geli.

Semakin lama Ratih dapat melihat penis Pak Suryo yang mulai membesar di antara ke dua paha Pak Suryo. Penis Pak Suryo yang besar dan panjang, membuat Ratih penasaran dan terus melirik kea rah penis besar tersebut. DIdorong oleh hasrat yang mulai muncul, dengan sengaja Ratih sesekali menyenggol kepala penis Pak Suryo. Membuat birahi Pak Suryo semakin memuncak akibat aksi jahil Ratih.

Perlahan-lahan jemari lentik Ratih terus merambat naik hingga tepat di selangkangan Pak Suryo. Sambil memijat daerah pinggang dan pantat, kini jemari Ratih semakin berani untuk sesekali mengelus lembut batang dan biji penis Pak Suryo. Bahkan tanpa sungkan sesekali jemari lentik itu mulai membelai lembut lubang anus Pak Suryo.

Setelah cukup lama memijat di daerah tersebut, kini pijitan ratih mulai naik memijat punggung hingga pinggang Pak Suryo. Seakan-akan memberi jeda waktu, dengan lihat Ratih memijat punggu Pak Suyo. Pijatan ratih yang terasanyaman, membuat Pak Suryo merasa mengantuk karena perlahan-lahan ia merasakan otot punggungnya melemas.

“Maaf Pak, sekarang depan-nya.” Ujar Ratih membangunkan Pak Suryo yang keenakan tidur.
“Oh.. Iya..”

Pak Suryo pun membalikan tubuhnya, membuat Ratih dapat melihat langsung penisnya yang panjang menjuntai lemas diantara bulu kelamaluan Pak Suryo. Ukuran penis Pak Suryo membuat Ratih sempat menelan ludah-nya. Ratih begitu penasaran bagai mana rasanya bila penis besar dan panjang tersebut mengobok-obok vaginanya.

Ratih-pun mulai kembali memijat tubuh Pak Suryo mulai dari kaki dan perlahan naik ke paha, tentu saja pandangan ratih seolah-olah tidak bisa lepas dari selangkangan Pak Suryo. Dengan jahil jari lentik Ratih kembali menyenggol penis dan biji Pak Suryo. Mambuat penis tersebut perlahan-lahan menegang dan menodong kea rah Ratih.

“Pak.. ini-nya kok bangun sih?” Tanya Ratih sambil telunjuknya menyentuh kepala penis Pak Suryo.
“Kamu senggol-senggol terus sih” Jawab Pak Suyo sambil tetap memejamkan mata.
“Ihh.. apa sih pak..” Ujar Ratih manja sambil memukul penis besar itu gemas.

Dan Ratih pun kembali melanjutkan memijat bagian perut dan dada Pak Suryo. Setelah seluruh otot dada dan perut Pak Suryo lemas, kini giliran tangan Pak Suryo. Dengan hati-hati Ratih menaruh tangan berbulu Pak Suryo di ataas pahanya yang kini terpampang bebas, karena roknya yang tersingkap akibat posisi duduk-nya.

“Mulus juga paha kamu Rat..” Ujar Pak Suryo, mulai meraba paha Ratih

“Geli ah Pak..” Jawab Ratih malu-malu

Walaupun terus membantah ucapan nakal Pak Suryo, namun Ratih membiarkan telapak tangan Pak Suryo yang terus meraba paha Ratih. Karena melihat lampu hijau, Pak Suryo mulai menyusupkan tangan-nya ke dalam celah rok Ratih.

“Pak tanganya…jangan nakal ah” Ujar Ratih pura-pura galak

Sambil cengengesan, Pak Suryo mulai semakin berani mengusap paha bagian dalam Ratih sambil sesekali menyolek belahan vagina Ratih yang masih ditutupi celana dalam. Melihat tidak ada penolakan yang berarti dari Ratih. Jari tangan Pak Suryo mulai menyibak celana dalam Ratih kesamping dan mulai mengelus lembut lipatan vagina berbulu Ratih.

“Awh.. Pak jangan jahil ah tangannya…” Ujar Ratih setengah mendesah

“Jail apa ?”

“emh.. ini tangannya.. awhh” Jawab Ratih, mulai tak bisa diam.

“Kenapa tangan saya? Kan lagi dipijat kamu..”

“Iya dipijat sih dipijat, tapi jangan colek-colek itunya Ratih dong”

“Colek-colek apa?”

“iihh dasar nih mulai genit yaah? Ratih bilangin Istrinya loh” Ancam Ratih manja

“Bilangin aja, yang penting Bapak mau cobain ini kamu nih” Ujar Pak Suryo sambil mencolek belahan vagina Ratih.

“Awwwwhhhh Pak… Udah ah, gentian tangan satunya.”

Ratih pun bangkit dan pindah memijat tangan Pak Suryo yang satunya. Kembali tangan Pak Suryo mencuri kesempatan saat Ratih mulai memijat tangannya. Dengan cekatan Pak Suryo mulai mencolek-colek belahan vagina Ratih dari luar celana dalam. Semakin lama tubuh Ratih menjadi tak bisa diam dan mulai bergelian menahan geli bercampur nikmat, di selangkangan-nya.

“Dek Ratih buka aja deh celana dalam-nya, basah nih” Ujar Pak Suryo nakal. Karena merasakan celana dalam Ratih yang mulai lembab dibasahi cairan vagina-nya.

“Bapak sih nakal..” Bentak Ratih manja, sambil memukul tangan berbulu Pak Suryo.

Tanpa disuruh lagi Ratih puun mulai meloloskan celan dalam dibalik roknya dan menggantungnya, di gantungan pakaiian di balik pintu. Ditengah celana dalam tersebut terlihat samar bercak basah cairan vagina Ratih.

Setelah itu Ratih duduk kembali dan mulai menyelesaikan pijatan di tangan Pak Suryo. Dengan tanpa celana dalam, kini jemari tangan Pak Suryo menjadi leluasa untuk mengelus lipatan vagina Ratih sambil sesekali memilin klitoris Ratih yang mencuat keluar.

Ratih pun mulai kehilangan konsentrasinya, karena rasa nikmat bercampur geli di selangkangan-nya. Pijatannya mulai melemah, diibarengi vaginanya yang semakin basah.

“Dek Ratih, masih lama mijetnya? Bapak gak kuat nih” Ujar Pak Suryo sambil mengocok penisnya yang sudah ereksi maksimal.

“Ihhh.. gede banget sih Pak.. Ratih takut” UJar ratih sambil bergidik manja.

“Nanti kamu rasain sendiri deh, Bapak gak kuat nih sempit banget” Ujar Pak Suryo yang mulai mengocokan jarinya di lubang vagina Ratih yang basah.

“Tapi pak kan belum selesai, masa udah minta plus-plusnya” Ujar Ratih sambil menggeliat keenakan

“Udah biarkan, Berapa yang harus bapak bayar untuk dapet izin masuk kes memek kamu?” Tanya Pak Suryo sambil memmpercepat kocokan jarinya di vagina Ratih.

“Terserah bapak deh..eemmhhh” Jawab Ratih yang mulai di penuhi nafsu.

“Kalau begitu, Sekarang buka dong bajunya.. Bapak penasaran mau liat tubuh kamu..”

Tanpa menjawab, Ratih pun bangkit dan mulai melucuti semua pakaian yang ia kenakan. Membuat Pak Suryo terbelalak kaget saat melihat payudara Ratih yang kencang dengan putting yang berwarna hitam dan mencuat hampir sebesar buah ceri. Karena menyadari arah tatapan Pak Suryo ratih pun langsung menutupi kedua payudaranya dengan kedua tanganya.

“Ih.. jangan diliatin pak.. Maklum udah punya anak jadi agak besar pentilnya..” Ujar Ratih malu-malu

“Gak usah ditutupin dek Ratih.. Bapak suka kok.. sini bapak Mau nyobain..”

Perlahan-lahan tubuh telanjang Ratih pun mendekati Pak Surya dengan penisnya yang telah siap tempur. Dan…

Bersambung dulu yah… maaf di kasih bos kerjaan.. dilanjut nanti pas pulang kerja..

 

Silahkan ini lanjutanya, tadi ane kebut sebelum pulang kerja.

“Sini sayang.. Bapak mau nyicipin pentil kamu”

Ratih pun bersimpuh di samping Pak Suryo dan memberikan payudaranya, layaknya seorang ibu yang menyusui anak-nya. Tentu saja Pak Suryo langsung menyambar putting kehitaman tersebut. Sambil menghisap ganas, Pak Suryo dengan lihai menggerakan lidah-nya untuk menggelitik ujung putting Ratih. Tentu saja hal tersebut membuat Ratih tidak bisa diam dan mulai mendesah.

Setelah puas mengerjai payudara Ratih, Pak Suryo mulai mengarahkan Ratih untuk berlutut mengangkangi wajah-nya. Sehingga lipatan vagina Ratih yang menghitam, terbuka tepat di hadapan wajah Pak Suryo.

“Pak… Maaf yah kalo memek Ratih bau..” Ujar Ratih malu-malu mau.

“Bapak suka kok, turunin sayang.. Bapak udah gak sabar pengen jilatin itil kamu.”

Perlahan lahan Ratih mulai menurunkan pinggang-nya hinga Pak Suryo dengan leluasa menjilati vagina basah Ratih. Aroma menyengat yang keluar dari cairab vagina Ratih, malah membuat Pak Suryo semakin bersemangat menggelitik klitoris kehitaman Ratih, dengan lidahnya.

Permainan lihai lidah Pak Suryo, membuat nafas Ratih semakin memburu. Tanpa malu lagi Ratih mulai membenamkan mulut Pak Suryo dengan vagina-nya. Sesekali hidung Pak Suryo sengaja di gesekan dengan lubang anus Ratih, hingga menciptakan sensasi geli yang membuat Ratih menggeliat kesana-kemari.

“Pakk, emmhh.. Saya gak sanggup lagi.. Masukin kontol Bapak.. Awwwhhh”

Melihat ekspresi penuh birahi Ratih, Pak Suryo pun dengan cepat mengarahkan tubuh Ratih untuk melakukan women on top. Tanpa di perintah lagi Ratih langsung menurunkan pinggang-nya. Dan menerima lesakan penis panjang milik Pak Suryo, Ratih pun terbelalak dan tubuh-nya mulai berguncang-guncang saat kepala penis Pak Suryo mula mengocok vaginanya, hingga menyentuh mulut rahim Ratih.

Pak Suryo pun semakin mempercepat aksinya seraya ingin menyobek vagina Ratih yang terasa sesak. Semakin lama Pak Suryo mulai merasakan otot vagina Ratih yang mulai berkedut, memberikan sensasi nikmat di penisnya.

Seakan tidak ingin payudara Ratih menganggur, dengan kasarnya tangan berbulu Pak Suryo mulai meremas kedua payudara Ratih, sambil sesekali menarik putting ke hitaman Ratih hingga terlihat elastis.

Seakan belum puas dengan vagina Ratih, Pak Suryo mulai bangkit dan merebah kan tubuh Ratih. Dengan kasar di bukanya keduda paha Ratih lebar-lebar, hinga menampakan dua lubang intim Ratih yang sama-sama terlihat sedikit menghitam. Dengan perlahan Pak Suryo mulai mengarahkan kepala penisnya ke lubang anus Ratih, hingga membuat wajah penuh birahi Ratih tiba-tiba terbelalak kaget.

“Pak mau ngapain, jangan pak saya belum pernah” Pinta Ratih memelas, sambil berusaha menutupi lubang anus-nya.
“Bapak pengen Rat.. Please.. Biarkan Bapak merasakan sempitnya lubang pantat-mu”
“Tapi Ratih belum pernah pak di sodomi gini”
“Tenang aja yah sayang, nanti juga enak, boleh yah?” Pinta Pak Suryo memelas.

Ratih pun mulai melepaskan tangan yang menutupi lubang anusnya, dan hanya mampu mengangguk perlahan. Melihat lampu hijau dari Ratih, Pak Suryo mulai meludahi lubang anus Ratih hingga terlihat berkedut. Setelah itu dengan sangat hati-hati Pak Suryo mulai memaksakan kepala penisnya untuk menyeruak masuk kedalam lubang anus perawan Ratih.

“AWWWHHHH Perih Pak..” Jerit Ratih Saat hampir setengah batang penis Pak Suryo sudah masuk ke dalam lubang anus-nya.

Tanpa membiarkan lubang sempit itu beradaptasi Pak Suryo mulai menggenjot pinggang-nya dan memasukan penisnya dalam satu hentakan. Tentu saja hal tersebut membuat Ratih menggeliat dan menjerit-jerit kesakitan. Tangan Pak Suryo pun dengan sigap-nya menahan kedua tangan Ratih di atas kasur. Hingga membuat Ratih tak bisa melawan dan hanya mampu meringis histeris merasakan siksaan penis besar Pak Suryo yang kini mengobok-obok lubang anusnya dengan kasar. Dengan hentakan yang kasar dan cepat Pak Suryo, payudara sekal Ratih mulai menggayun tidak karuan. Namun percuma, semakin kuat Ratih melawan, maka lubang anusnya malah semakin menjepit penis besar Pak Suryo. Tentu saja hal tersebut sunggu menyiksa Ratih.

“AAAAAWWWHH… PAAAKK UDAAHHH.. SAKIIIIITT” Jerit Ratih memohon ampun.

“Slep” Dengan kasarnya tangan Pak Suryo mulai menutupi mulut Ratih, sambil tangan satunya masih sibuk memegangi kedua tangan Ratih. Lalu tanpa memperdulikan wajah Ratih yang meringis menahan sakit, Pak Suryo malah terus melesakan penis besarnya keluar masuk lubang anus Ratih, yang kini terlihat membesar akibat sodokan Pak Suryo.

Setelah puas merasakan jepitan lubang anis Ratih, Kini Pak Suryo kembali menghujamkan penis besatnya ke vagina Ratih. “Plakk..plaaakkk” Suara hentakan kulit pantat Ratih ketika Pak Suryo terus melesakan paksa penis besarnya ke lubang vagina Ratih. Ratih pun hanya mampu bergidik nyeri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, karena mulutnya telah di sumpal oleh tangan kasar Pak Suryo.

Tak lama kemudian Ratih dapan merasakan penis Pak Suryo yang mulai berkedut,

“Ratih bapak keluarin di dalam memek kamu aja yah?” Pinta Pak Suryo dengan wajah sumringah.
“EEEMMMMMHHHH” hanya itu yang terdengar dari mulut Ratih yang dibekap paksa oleh Pak Suryo.

Tubuh Ratih mulai menggeliat tidak karuan, sambil terus bergeleng-geleng agar Pak Suryo mengurunkan niat-nya. Ratih tahu betul bahwa dirinya saat ini, sedang dalam kondisi subur. Jadi bukan tidak mungkin dia bisa langsung hamil apa bila Pak Suryo menumpahkan sepermanya di lubang vaginanya.

Namun semua gerakan Ratih malah membuat Pak Suryo semakin bernafsu untuk terus menngobok vagina Ratih dengan penis-nya. Setelah beberapa hentakan “CROOOOTTT CROOOTTT” dengan sukses penis Pak Suryo memenuhi lubang vagina Ratih dengan sepermanya.

Sementara ratih hanya bisa terhisak dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Seakan dunianya hancur saat vagina-nya merasakan seperma Pak Suryo yang begitu hangat. Ratih tidak bisa membayang-kan apa bila benar dirinya hamil. Apa yang akan di katakana oleh keluarga dan anak-nya nanti di kampong bila mereka mengetahui Ratih mengandung bayi Pak Suryo.

Setelah puas, Pak Suryo pun mencabut penisnya yang mulai melemas. Dan Ratih hanya bisa menutupi mukanya dengan kedua tangan, lalu mulai menangis sejadi-jadinya. Payu daranya terlihat berguncang mengikuti isak tangisnya, yang terdengar parau. Pak Suryo pun bangkit dan menghampiri wajah Ratih yang mulai dibasahi air mata. Dengan kasar tangan Pak Suryo menarik kedua tangan Ratih, dan mulai menggesekan penisnya yang masih dibasahi seperma bercampur cairan vagina Ratih.

Ditengah tangis-nya yang semakin menjadi-jadi, Ratih hanya mampu pasrah ketika wajah-nya telah dipenuhi campuran seperma dan cairan vagina. Setelah puas mengusap wajah hiteris Ratih dengan penisnya, Pak Suryo pun mulai kembali berpakaian. Diambilnya beberapa lipatan uang seratus ribu dan melemparkannya ke depan wajah Ratih yang masih terus menangis. Membuat lembaran uang itu berserak di atas kasur.

Tanpa memperdulukan Ratih, Pak Suryo pun keluar dari ruang VIP tersebut dan menghilang di balik pintu. Meninggalkan Ratih yang masih tergolek lemah diatas kasur sambil menangis parau, dengan seperma yang terlihat mulai keluar menetes dari vaginanya. Kini Ratih hanya mampu berharap seperma Pak Suryo gagal membuahi sel telurnya.

–Tamat–