Mestinya Di Kamar Terpisah
Ide bermula ketika Ardi dan Ibunya dalam perjalanan berdua mengunjungi salah satu saudara. Akibat perjalanan panjang keduanya merasa capek dan memutuskan berhenti untuk beristirahat. Di tengah beristirahat di sebuah rest area mereka membicarakan tentang tempat pijat.
“Badan capek begini sepertinya enak banget kalau pijat ya Di?” ibu Ardi memulai di tengah pembicaraan.
“Ya kita cari saja tukang pijat, kita kan bawa mobil sendiri bebas mau nyari-nyari”
“Kamu tahu di mana tempatnya kalau nyarinya muter-muter kan sama saja tambah capek”
“Ada beberapa info tapi cocok nggak juga nggak tahu”
Ardi tahunya dari forum-forum mengenai pijat pasutri atau pijat plus-plus tapi masa iya dengan ibunya. Tapi kepikiran untuk dicoba saja siapa tahu ibunya juga ternyata menikmati.
“Kita sewa penginapan yang agak bagus terus kita undang saja tukang pijatnya”
“Begitu lebih praktis sepertinya Di”
Mereka berdua memilih hotel yang cukup bagus sehingga privasi mereka terjaga. Seperti biasa di resepsionis mereka dicek kartu identitasnya dan karena tinggal sealamat mereka diperbolehkan menyewa satu kamar saja. Ardi lalu menelpon tukang pijat yang dia tahu dari forum dan rekomendasi teman baiknya yang katanya bisa menjaga rahasia.
“Bu, tapi ini agak ada layanan tambahannya jadi kalau di tengah ibu gak sreg ya bisa minta yang biasa-biasa saja.”
“Layanan tambahan gimana?”
“Ya nanti tahu sendirilah.”
Ibu Ardi mulai tidak tenang dengan rencana memanggil tukang pijatnya. Tapi tidak terlalu lama pintu mereka diketuk sepertinya tukang pijatnya sudah datang.
Pintu dibuka dan di depan berdiri dua orang wanita yang mengaku telah dipesan oleh nomor telepon Ardi. Ardi mempersilahkan masuk dan mempersiapkan untuk pemijatan. Ibu Ardi agak sedikit lega karena yang datang ternyata wanita kalau laki-laki pasti akan sangat rikuh.
Mereka bekerja sangat profesional dengan tas yang mereka bawa berisi peralatan lengkap untuk pemijatan.
“Bu silahkan di sebelah sini dan kakak di sebelahnya, tidak perlu sungkan di satu bed karena kami sudah menyiapkan pembatas”
Benar juga mereka memisahkan bed dengan kain dan penyangga yang mereka rakit dengan cepat. Ibu dan Ardi sudah bersiap dengan mengenakan jubah mandi yang disediakan oleh hotel. Ibu masih mengenakan pakaian dalamnya sementara Ardi tidak pakai apa-apa karena tahu style pijatnya.
Ardi dan Ibunya rebahan bersebelahan tapi tidak bisa saling melihat karena tirai yang dipasang. Dengan demikian ibunya tidak merasa canggung ketika harus melepaskan handuknya. Sesi pijat dimulai secara normal dengan mengoleskan minyak pijat ke tubuh Ardi dan Ibunya. Mereka juga menyalakan aroma terapi sesuai yang dikehendaki oleh ibu. Pelan-pelan mereka mulai memijat. Ardi dan Ibunya merasa langsung nyaman. Ibunya memilih posisi telungkup untuk mengurangi rasa malu melepaskan handuk dan menyisakan pakaian dalam saja. Sementara Ardi sudah bertelanjang bulat dengan penis yang sudah tegang. Karena pikirannya sudah didahului hal-hal jorok ketika akan dipijat.
Tukang pijatnya berdua bekerja dengan hati-hati dan memulai dari step dasar relaksasi dan pelemasan otot dulu. Ibu Ardi merasa semakin nyaman dan bahkan membiarkan bagian tubuhnya yang lebih pribadi untuk dipijat. Sementara Ardi napasnya menjadi semakin cepat karena dipijat dalam keadaan telanjang sambil melihat tukang pijatnya yang walaupun tidak sangat cantik tapi dalam kondisi seperti itu sudah sangat membangkitkan nafsunya. Ibu Ardi sampai mendengar suara napas Ardi dan berpikir dasar anaknya punya pikiran nakal.
“Ardi, jaga sikapnya ya nak?”
“I iya Bu”, Ardi terkejut dan menjawab secepatnya.
Ibu Ardi sendiri sedikit banyak mulai terangsang akibat pijatan di daerah yang lebih privat. Tangan pemijatnya mulai memijat pantat dan selangkangan dekat area kewanitaan. Lalu perut dan ketika akan memijat lebih keatas Ibu Ardi tidak keberatan untuk mengubah posisi menjadi terlentang. Pemijatan di area atas betul-betul dinikmatinya termasuk ketika payudaranya dipijat juga. Ibu merasakan kewanitaannya mulai basah dan napasnya ikut semakin cepat. Kadang terdengar suara anaknya di sebelah melenguh kecil ikut menambah sensasi rangsangan si pemijat.
“Bu, ijin boleh melepaskan baju dalamnya ya agar lebih leluasa atau kalau ibu keberatan tidak perlu juga tidak apa-apa.”
Walaupun agak ragu awalnya tapi ibu ingin agar pijatnya maksimal.
“Ya dilepas saja tidak apa-apa”
Ardi mendengar percakapan ibunya dengan si pemijat menimbulkan sensasi tambahan. Membayangkan ibunya tidak memakai apa-apa di sebelah. Antara geli, malu dan penasaran bercampur menjadi satu. Pijatan yang mulai agak nakal memainkan putingnya dan kadang menyenggol penisnya membuat semakin terangsang. Tangannya mulai berani menggerayangi tubuh pemijatnya yang masih berpakaian lengkap. Dari informasi yang didapat dari temannya, mereka pro dan paling jauh dia hanya bisa menyentuh pemijat dan pemijatnya hanya sebatas menampakkan tubuh tanpa bertelanjang bulat. Tangan nakal Ardi menjelajahi paha pemijatnya yang sesekali seolah tidak sengaja menekan penisnya yang sudah sangat mengeras. Ardi melenguh lagi tanpa disadari dan semakin sering.
Ibunya mendengarkan lenguhan Ardi di sebelah membuatnya menjadi semakin terangsang. Kini ia sudah bertelanjang bulat dan kewanitaannya semakin basah karena tubuhnya merasakan kenikmatan. Si pemijatnya mencubit ringan putingnya di antara remasan ke payudaranya.
“Ugh ohh…”, spontan ibu Ardi ikutan melenguh.
Di sebelahnya Ardi seolah membalas, “ahh enaak banget, ya terus…”
Lenguhan Ardi dan Ibunya seolah bersahutan. Tangan Ardi terus meraba tubuh pemijatnya sementara tangan lainnya meraba ke sebelah ke arah ibunya. Ibunya yang mulai dipijat area kewanitaannya tiba-tiba merasakan tangannya disentuh oleh tangan anaknya. Tangan mereka akhirnya saling mencengkeram.
“Enak Ardi, pijatnya ibu sudah lama tidak merasakan seenak ini.”
“Ardi juga keenakan Bu, mau yang lebih sih, ough shit…”
Tangan Ardi semakin erat mencengkeram tangan ibunya ketika penisnya mulai diurut.
“Buka ya Di, ibu mau lihat kamu dipijat. Boleh kan mbak?”
“Boleh Bu itu terserah ibu dan kakak.”
Ibu menyibak tirainya dan melihat tubuh telanjang anaknya serta penisnya yang besar dan sedang tegak mengeras. Ardi kaget sebentar tetapi malah menikmati gantian memandang tubuh telanjang ibunya. Ibu Ardi merasa takjub melihat tubuh anaknya yang ternyata walaupun bukan olahragawan tetapi masih menunjukkan otot-otot karena juga masih aktif mengerjakan pekerjaan fisik di tempat kerjanya.
“Saya buka tirainya sekalian ya Bu?”
“Yah…. terimakasih.” Ibu menjawab pendek karena masih mengagumi tubuh anaknya dan bergantian memandang penis anaknya yang berdiri tegak.
“Permisi ya Bu”, pemijat ibu mengusap kewanitaan ibu, menjepitnya dengan jari sehingga bibir kemaluannya saling menekan membuat ibu merintih.
“Aduh, oh ibu hampir tidak tahan…”
Pemijat satunya menggenggam penis Ardi dan memijat ringan buah zakarnya. Penis Ardi menegang cairan bening meleleh keluar dari ujung penisnya.
“Pelan-pelan ya mbak hampir keluar rasanya”, Ardi meringis tangannya menahan tangan pemijatnya. Sementara tangan satunya berusaha mengelus tangan ibunya. Melihat tangan anaknya, ibu menjulurkan tangannya berusaha meraba badan anaknya.
“Kami bantu Bu, kakak?”
Pemijat ibu menghentikan pijatannya dan berusaha membantu ibu supaya bisa bergeser mendekati Ardi. Ardi juga bergeser mendekati ibunya.
“Ibu boleh ya nak?” tanya ibunya sambil tangannya mendekati penis Ardi. Ardi mengangguk dan membiarkan tangan ibunya menjelajahi penisnya.
“Kenapa Bu?” tanya Ardi
“Nggak apa-apa”, sudah lama nggak merasakan deg-degan pegang barang laki-laki. Punya ayahmu rasanya sudah biasa bertahun-tahun ibu lihat dan rasakan.
“Ardi juga boleh ya Bu?” sambil tangannya menuju payudara ibunya.
Pemijat yang satu melanjutkan memijat kewanitaan ibu dan satunya memijat pangkal paha dan buah zakar Ardi. Ibu Ardi sekarang yang gantian mengurut penis anaknya. Wajah Ardi dan Ibunya semakin saling mendekat, ibunya memejamkan mata merasakan pijatan daerah kewanitaannya. Ardi mencium bibir ibunya dan dibalas oleh ibunya sambil sekarang tangannya berusaha memeluk Ardi.
Tangan Ardi sudah berhenti mengelus pemijatnya sekarang gantian mengelus tangan kemudian punggung ibunya setengah berpelukan.
“Ibu sudah kepingin banget Nak. Tapi ibu takut kalau nanti hamil.”
Pemijat Ardi berhenti sebentar, merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebungkus kondom. Dibukanya pembungkus kondom tersebut dan perlahan memasangkan ke penis Ardi. Merasakan sensasi rangsangan pada penisnya seperti diurut ketika dipakaikan kondom dan kini ia yakin ibunya tidak akan hamil.
“Bu, sudah disiapkan oleh mereka ini.”
“Mungkin aman Di kalau pakai itu.” jawab ibunya agak ragu.
Akhirnya Ardi memegang penisnya mengarahkan ke lubang kewanitaan ibunya.
Kewanitaan ibunya sudah sangat basah ditambah pelumas dari kondom yang dipakainya memudahkan Ardi membenamkan penisnya ke dalam ibunya.
“Oh Ardi, sayangku, maafkan ibu nak, untuk kali ini tolong puaskan ibu.”
“Ardi juga cinta ibu, oh cintaku ”
Mereka merasakan momen persetubuhan tabu antara ibu dan anak. Tidak terlalu lama Ardi sudah mulai memaju-mundurkan pantatnya menyetubuhi ibunya. Mereka berdua beradu desahan dan lenguhan.
Dua orang pemijat saling berpandangan dan tersenyum, lalu mereka ikut hanya sekedar memberikan tambahan rangsangan. Yang satu menciumi leher ibu, memainkan putingnya dan memijat klitoris ibu. Sementara yang lain menekan pantat Ardi seolah memberikan semangat untuk menyetubuhi ibunya lebih cepat.
Orgasme pertama didapat oleh sang ibu.
“Kamu hebat nak, ibu bakal selalu ketagihan sama kamu.” Lalu ibu Ardi mencium bibir anaknya dalam-dalam. Rangsangan tambahan dari pemijat menyebabkan ibu sekali lagi hampir mendapatkan orgasme kedua. Tangan ibunya meraih penis Ardi yang terbungkus kondom. Tidak disangka tangan ibunya ternyata berusaha melepaskan kondom tersebut. Setiap genjotan yang dilakukan Ardi menyebabkan kondom semakin melorot sampai akhirnya lepas.
“Ibu… apa…”
“Lebih enak sayang, ibu ingin merasakan langsung.”
Kini penis Ardi tanpa penghalang memberikan rangsangan kontak langsung ke dinding vagina ibunya. Punggung ibunya melengkung merasakan kenikmatan orgasme yang sudah lama dirindukannya. Dadanya membusung dan langsung dilumat oleh Ardi. Rangsangan yang kuat juga dialami olehnya karena dikelilingi tiga wanita dan kini tanpa kondom penghalang.
Dengan gemas salah seorang pemijatnya meremas pantat Ardi menyebabkan Ardi semakin mendekati orgasme dan ejakulasi. Si pemijat menindih badan Ardi sambil menciumi lehernya. Kini badan Ardi terhimpit di antara si pemijat dan ibunya, penisnya terbenam sampai dasar dalam kewanitaan ibunya. Sensasi ejakulasi sudah tidak terbendung lagi ketika penisnya diselimuti kehangatan dan denyutan dinding vagina ibunya yang mengalami orgasme. Ardi dalam sekejap ejakulasi banyak di dalam tubuh ibunya dan kini tidak ada kondom yang memproteksi mereka. Ibu Ardi menjerit kecil merasakan cairan kental panas menyiram leher rahimnya menyebabkan orgasme kesekian kalinya.
Tubuh Ardi jatuh lemas sambil memeluk ibunya dan merasakan denyutan penisnya semakin reda menyemprotkan sperma. Dinding vagina ibunya juga terasa berdenyut memeras penisnya seolah memeras habis isinya.
“Maaf kami pamit kalau tugas kami sudah selesai.”
“Terimakasih ya”
Si pemijat mohon pamit setelah melihat ibu dan anak terlihat kelelahan setelah dipijat dan persetubuhan. Saat ini yang diperlukan oleh Ardi dan Ibunya adalah istirahat. Para pemijat sudah mendapatkan bayaran di depan sehingga mereka tinggal mengemasi peralatan mereka dan tidak lupa menyelimuti Ardi dan Ibunya yang sedang berpelukan merasakan kemesraan terlarang. Penis Ardi pun masih terbenam di kewanitaan ibunya. Membiarkan para wanita pemijat meninggalkan mereka.
Malam masih panjang, persetubuhan berikutnya akan dimulai lagi dan mungkin mereka akan mulai kehidupan baru sebagai pasangan hubungan terlarang.