Misty Morning

 

Kabut mulai merayap di perbukitan. Ada beberapa tenda berdiri di lapangan desa beserta sisa api unggun-api unggun yang sudah dipadamkan. Meski matahari belum menampakkan sinarnya, namun pendar cahaya masih terlihat dari arah kampung yang terletak tidak jauh dari lapangan bola yang memang tempat anak-anak kampung bermain bola di sore hari. Agak jauh dari lapangan, di semak-semak belukar, terdengar dua nafas yang terengah cepat. Dua Insan yang sedang mengejar birahi tampak masih menggunakan jaket tebal meski celana mereka sedikit turun di posisi keduanya yang seperti merangkak. Tangan sang pria menelusup di balik jaket tebal sang wanita beratribut kampus keduanya. Hentakan demi hentakan membawa kedua insan ini perlahan menuju puncak kenikmatan. Peluh mengalir di dahi keduanya. Sesekali bibir mereka beradu menandakan keintiman yang tak dibuat-buat. Detik berikutnya satu hentakan keras membuat keduanya terjerembab. Sang wanita mengejang beberapa saat setelah keduanya ambruk bertindihan. Rasa hangat menjalar didalam tubuhnya. Ia masih menikmati momen tersebut ketika sang lelaki bangkit lalu merebahkan diri di sampingnya. “That was great.” “No, it was You, who’s great.” “You too, babe. I love you.” “Thanks. But, no thanks. Gue udah punya pacar.” “Hahahaha.. I knew. Gue juga. Tapi gada salahnya kan kalau gue sayang lo?” “Brengsek, emang semua cowok sama aja ya.” “Nope. Ada dua tipe cowok, satu brengsek satu lagi… mmmmmhh.” Ciuman sang wanita mendarat di bibir sang lelaki sebelum ia selesai bicara. “Bodo amat. Jangan baper. Gue cuma suka ama kontol lo doang. Nggak lebih. Dan ini juga karena cowok gue nggak ikut acara ini jadi gue butuh dan kebetulan ada kontol ini yang bisa muasin gue… ahhhhhh…” cerocos sang wanita sembari duduk mengangkangi sang cowok dan memasukkan kontol yang masih lemas ke dalam memeknya yang basah. “Dan,…… jangan bilang kalo lo udah ga mampu lagi, kontol,..” ucapnya lagi. Tak berapa lama, kontol yang hangat di dalam memek sang wanita mulai mengeras kembali. “Dasar cewek cantik,… apa sih yang enggak buat lo. Lo mau kontol, gue kasih nih kontol.” katanya sembari mendorong penisnya ke atas. Wajah sang wanita mendongak, matanya dipejamkannya, serta mulutnya melenguh pelan. “Aaahhh……” Keduanya memulai lagi ritual kebersamaan alat kelamin. Tusukan demi tusukan membuat badan sang wanita naik turun. Jaketnya yang tebal sayangnya menutupi payudaranya yang berguncang naik turun dibalik jaket almamater. Tangan sang pria kembali menelusup di dalam jaket tersebut. Kali ini membuat jaketnya tersingkap ke atas. Terlihat pusarnya yang sangat indah di perutnya yang rata. Perut dan pahanya yang putih mulus kontras dengan jaket atribut kampusnya yang berwarna merah. “Lebih keras lagi…. ahhh…” lenguhan yang terdengar sangat merdu diantara kicau burung pagi yang mulai bangun. Sang pria mulai menaikkan tempo hentakannya. “Lo suka, sayang?” tanyanya setelah beberapa lama. Penisnya masih keluar masuk menusuk memek hangat di atasnya. “Iyaaah suka…” “Suka gue apa suka kontol?” katanya lagi. “Suka kontollll…” “Em em… jawaban salah.” ujar sang pria tiba-tiba menghentikan gerakannya. “Kenapa berhenti?” kata sang wanita dengan muka kecewa. “Jawaban lo salah.” katanya sambil kembali mendorong ke atas dengan pinggulnya. “Ahhhh… enak… kontol lo enak banget… memek gue enak banget…” “Jadi, lo suka gue apa suka kontol..” “Ahhhhh… gue suka kontol….” mereka berhenti sejenak,”gue suka ama lo…” kembali sang lelaki bergerak memompa lagi. “Gue suka lo dan gue suka kontol lo…ahmmmmmm..” Kata-katanya terputus karena ia menahan jeritan saat hendak orgasme. Sang cowok mengdorong kuat-kuat lalu mendiamkan penisnya di dalam vagina sang wanita. Berasa hangat penisnya terkena cairan kewanitaan yang sudah entah berapa kali keluar pagi itu. “I love you, honey.” “I love you too, babe. Lo cewek gue meski lo sekarang pacarnya entah siapa itu gue ga kenal.” “Iya, gue cewek lo.” “Selamanya?” “Iya, selamanya.” Kecupan sang lelaki di dahi sang wanita tak langsung dilepaskannya setelah beberapa lama. Sementara itu, kabut pagi mulai lebih terang seiring surya yang seharunya mulai naik di ufuk timur. –TAMAT– Buat kamu yang entah dimana sekarang. Kapan kita ngopi di rerumputan lagi?