Pacarku Budak Seks (Nyata)
10 tahun tentu bukannlah waktu yang sebentar, cerita seksual pun tak terkecuali hadir dalam kehidupanku. 6 tahun menjalani kisah asamara bersama gadis perantauan yang datang dari tanah Borneo. Dia adalah April Lintang, dan lagi, tentu bukan nama sebenarnya. Usia kita sepantar, hanya saja dia terlahir keturunan ras tirai bambu lokal. Ya, amoy julukannya. Walaupun tak seputih dan sesipit ras pada umumnya, iya tetap terlihat menawan dengan di dukung dengan badan yang sangat berisi dan berambut lurus.
Kita berbeda kepercayaan
Ya, kita berbeda kepercayaan, diriku seorang muslim, sedangkan April seorang kristiani yang taat. Pada saat itu, tentu perbedaan kepercayaan bukanlah masalah besar bagi kami, melihat karena usia kami yang masih sangat muda yaitu 18 tahun.
Seks, bukan cerita baru bagi April, awal pacaran banyak cerita dirinya yang membuatku tercengang panjang. Dirinya mengaku telah ditiduri dan diperawani pada saat ia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Penulis mengarang? Tidak sedikitpun!
April mengaku tak sedikit orang yang telah menikmati badan bantalnya, terlebih ia kerap kali terjebak rayuan manis lelaki seperti lebah yang hanya menghisap sarinya lalu pergi begitu saja. Apakah dia menyesalinya?
“Yaudah lah ya, april sih nikmatin aja,” ujarnya tertunduk malu.
Saat itu, rasa percaya diriku tiba-tiba saja tertampar keras. Hal itu disebabkan oleh pengalamanku di atas ranjang yang mempunyai jam terbang rendah, walau demikian, aku mempunyai imajinasi liar seksual yang bisa dikatakan mengerikan.
Unboxing kaget
Rasa penasaran terus berteriak dibenakku akan tubuh indah April. Saat sepulang kuliah diriku memaksa untuk ikut April dengan alasan ingin ikut makan di indekostnya.
“April, boleh gak Farhan ikut ke kost April. Lagi gak ada uang nih soalnya tanggal tua,” pintaku saat itu.
“Iya boleh lah, yuk deh sekarang aja,” ujar April tanpa rasa curiga.
Setibanya di kost, Aku bersama April langsung menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2 bangunan. Sembari mengeluarkan kunci kamar, April berpesan, “Tunggu diluar ya sayang, jangan ikut masuk,” pintanya.
Ada apa? Aku sangat bertanya-tanya, namun seketika April langsung masuk dan menutup pintu kamarnya meninggalkanku seorang diri di koridor indekostnya.
“Apaan April, kok main tinggalin aja sih sayang,” teriakku.
“Tunggu sebentar dong, sebentar aja tunggu diluar,” teriak April dari dalam kamar.
Aku yang sedikit kesal ditinggal begitu saja langsung membuka pintu kamarnya, ketika dibuka, aku sedikit terkejut mendapati April dengan pantat besarnya yang tertutup oleh legging ketat menungging sibuk memunguti sempak dan behanya yang tergeletak tak beraturan di dalam kamar.
Wajahnya panik, April langsung membalik badan dengan berusaha memeluk hasil pungutan dalamannya, “Kan April suruh tunggu diluar,” jawab April dengan kecewa.
Diriku tak bisa berkata-kata, benakku memaksa untuk menarik semua dalaman April yang ia peluk untuk mengetahui aroma apa yang ada pada setiap dalamannya. Seketika aku langsung menarik semua dalaman yang telah dipungut, melihat itu, April hanya bisa terdiam bertanya ada apa dengan diriku.
Semua dalaman itu berhasil kukuasai, tanganku mulai memilah mana yang terbaik, selembar sempak berwarna krim gelap kupilih, wajahku mulai mendekati sempak berukuran besar itu dan hidungkku mulai menciumnya, Kaget! Sontak diriku terkejut dengan aroma kecut nan pesing. Pendapatku tak setepat espektasiku, perempuan montok dan cantik yang kupikir bersih, ternyata memiliki aroma yang lebih menjijikan daripada mantanku yang sudah-sudah,
Tak dipungkiri aku menyukai aromanya, nafsuku mulai menggila, April hanya menatapku terbelenggu tanpa kata. Aku mulai manatap wajahnya, Ia terlihat bingung dengan menunjukkan mimik wajah polosnya. Saat itu April mengenakan Celana legging dengan ditudungi atasan hoodie hitam polos. Seketika aku langsung membatingnya ke kasur tanpa ampun dengan menarik hoodienya, terlihat ia menggunakan kaus katun tipis berwarna merah muda dengan sebagian kerah oblong dan bawah ketiak yang menggelap basah karena keringat.
Aku melihatnya penuh nafsu, legging yang April pakai langsung kupelorotkan dengan menggantung di ujung kakinya. Pemandangan indah tertuju pada sempak yang ia kenakan, terlihat bulu-bulu yang sesak sedikit keluar dari sela sempak yang April gunakan.
Kembali wajahku tertarik pada bagian atas badan April, tanpa basa-basi diriku langsung menarik kaus ketat penuh keringat berwarna merah muda yang ia kenakan. Alhasil aku mendapati dua bola menggantung seperti memberontak sesak ingin keluar dari beha yang April kenakan, saat itu aku bertanya, “Behanya terlalu sesak, April buka sekarang ya,” pintaku.
April pun menurutinya dan langsung melepaskan pengait beha yang ia kenakan. Beha sesak itu pun terjun bebas dengan melihatkan tete besar yang kendur menggantung tak karuan. Terkejutku ketika melihat puting April yang coklat membengkak besar pada sebelah kanan tetenya. Pemandangan itu membuatku bertanya-tanya mengapa, “Loh kok besar sebelah gini pentilmu April,” tanyaku.
“Apa karena sering menyusui cowok-cowok,” sangkaku nakal.
April hanya mengangguk tersipu malu, namun ekspresi aktif itu membuatku puas menyakinkan bahwa pacarku layaknya seorang lonte cantik. Kala itu tiba-tiba saja April memegang tetenya dan menyorongkannya kedepan wajahku, dengan tatapan seolah berbicara silahkan dinikmati, diriku yang nakal langsung menampar bola besar tersebut dengan berkata, “Aku gak mau itu, angkat tangannya sekarang,” tegasku.
Mendengar itu April langsung mengangkat kedua tangannya dan memperlihatkan bola besar yang menggantung dengan dihimpit kedua ketiaknya yang berkeringat. Terpesona melihatnya, diriku langsung melahap menciumi kedua ketiaknya yang beraroma kecut.
“Bagus gak pakai deodoran, haha,” kataku.
“Farhan suka sayang?,” tanya April.
Mulai terangsang, April pun mencoba untuk menyisir diseputar kemaluanku, dengan sigap aku menepisnya dengan berkata, “Nanti yah, nanti kita enak-enak,” tuturku berdalih.
Hal itu tentu tak ingin kulakukan apabila rasa percaya diriku diatas ranjang tetap kuat. Kenyataannya, aku hanya ingin menikmati tubuh indah April sembari membantu membuatnya orgasme tanpa berhubungan badan.
April yang percaya dengan alasanku langsung melepaskan sempak yang ia kenakan, setelah melepasnya, dengan wajah nakal terpengaruh tingginya kuantitas hasrat seksual, April kemudian membuka kedua kakinya mengangkang lebar seperti tak ada rasa malu dalam memamerkan memeknya. Lagi dan lagi, aku terkejut, sebuah hutan belantara menghiasi memek April dengan dikawal selangkangan hitamnya. Merasa jijik? Mungkin, namun aku harus menikmatinya!
Tanpa ragu, mencumbui memeknya yang besar dan tebal bukanlah hal yang mudah, bulu lebat itu menyusahkanku, tapi membuatku nafsu. Aroma tentu tak usah ditanya, perempuan ini tentunya bukanlah mempunyai hormon dengan kuantitas keringat yang rendah. Ya dinikmati saja.
Aku yang ingin membuat April orgasme dengan cepat langsung berposisi baring terlentang, selanjutnya kutarik dirinya dengan menyurunya untuk berjongkok tepat diatas wajahku. Pantat besarnya mulai turun dan menipa wajahku, April yang bingung bertanya, “Gimana ini sayang,” tanyanya.
“Iya kamu duduk aja diwajahku sambil aku jilatin memekmu,” ajarku singkat.
April pun mengikuti semua permintaanku, malu-malu tapi mau teepancar dari wajahnya. Diriku yang liar mulai menjilati memekmya sembari kecil menusuk lubang kesenangan itu dengan lidahku. Semakin cepat ritme lidahku menjilat dan menciumi memeknya, disitu pula teelihat April mulai terangsang hebat. Badanya mulai bergoyang tak karuan, matanya mulai terbuka dan tertutup diikuti desahan suara serak basahnya, “Aaaawh, aah, enak sayang, sayang ampun,” teriak April.
Goyangannya mulai menggila, tubuhnya terguncang hebat. Kini April mulai menggerakan pantatnya dan sengaja menggosok memeknya dari bibir ke arah hidungku. Kedua tangannya dikepalnya diatas kepala, tetenya yang tak karuan itu mulai bergoyang seperti mau lepas.
“ampun, sumpah mau keluar, auuh auuhh, aaawh sayang April gak tahan,” serunya.
Merasa tubuhnya mulai bergetar hebat, tanganku dengan cepat langsung mendorong pantat besar April tanpa kasihan. Alhasil ia tersungkur merangkak diatas ranjang dengan bergoyang tak karuan. Puncak orgasme sudah tiba, air bening bercampur cairan kental mengucur deras keluar dari memek April, sambil berteriak, “Aaaaaaaaawh, aaaaaaaawh, enaaaaaaaak, sayang ini enaaakkk,” teriak April.
—
SELANJUTNYA
BAG II
Apabila ramai akan diteruskan suhu-suhuku, kanda-kandaku
—
Berhubung cerita nyata, khusus bagi pengikut setia ada spill foto loh
BAG II
Momen itu takkan pernah kulupa, dimana diriku puas menikmati tubuh April diawal kita berpacaran. Tentunya, kita menjalani hari-hari dengan melakoni aktivitas seksual layaknya suami istri walau kami usia muda dan masih berstatus sebagai Mahasiswa aktif.
Fantasi
Tak kupungkiri, kian berganti hari dan tahun diriku merasa bosan dengan April. Berangkat dari pria yang tak percaya diri dalam urusan ranjang, hingga kini diriku yang telah mampu membuat seorang April Lintang mengemis tiap hari untuk ditiduri.
Titik bosan itu mulai mendorong hasratku untuk bergerilya mencari dan berkenalan dengan perempuan baru. Diriku merasa terjebak lama dalam kehidupan April. Terlalu hitam putih anggapku.
Namun, saat hasrat bosan itu menguat, disisi lain diriku meninginkan hal liar dalam melakukan seksual bersama April. Otakku saat itu berpikir kotor dan jahat. Diriku ingin semua pria dapat menikmati badan April, mengetahuinya dan berharap akan terkejut seperti diriku.
April Lintang yang terkenal cantik, putih, mulus, glowing, wangi, modis, dan rapih sepertinya hanya tersaji ketika dirinya sedang berkuliah, jalan ke departemen store, dan nongkrong bersama teman-temannya.
Faktanya, Selera seksual April benar-benar liar, murahan, dan rendahan. Saat berkali-kali melakukan aktivitas seksual, tak jarang diriku memperlakukannya layaknya perempuan pramunikmat yang butuh dibayar. Bahkan, diriku tak segan membuat dirinya memperagakan sosok apapun yang aku inginkan.
Favoritku ialah ketika April menikmati dirinya dieperlakukan seperti seekor sapi perah betina. Dirinya benar-benar menjalani perannya dengan sangat baik dan membuatku tertagih ingin melakukannya lagi dan lagi.
Awal mula itu terjadi, ketika April dan diriku yang sedang pulang dari minimarket sambil meminum sekotak susu, berbincang, “Susu sapi ini emang sebenarnya hambar gini ya sayang,” ucapku.
“Iya emang semua susu yang diproduksi makhluk hidup itu gak ada rasanya sayang haha,” tawa April.
“Kalau susu kamu gimana yah, kalau kamu produksi susu kaya sapi mungkin aku bakal tiap hari minum dan perasin susu kamu kaya sapi beneran,” jawabku.
“Kamu mau sayang?,” ajak April.
Larut dalam diskusi susu, diriku mulai merasa nafsu dengan ajakan nakal April. Saat itu pula aku langsung membayangkan nakal April berpose merangkak layaknaya seekor sapi yang sedang mengantre guna diperah payudaranya.
Mendakak diriku langsung mengehentikan laju mobilku dan menepi perlahan di antrian parkiran bahu jalan Kota.
Saat itu, tatapan tajamku menghujam mata April, hatiku berkata ingin sekali melihat si rambut pirang ini merangkak layaknya seekor sapi dengan payudara baunya yang menggantung tak karuan di depanku.
Saat itu April hanya bisa terdiam bingung dan bertanya mengapa mobil yang kukendarai menepi dan berhenti di gelapnya malam. Seperti tak percaya, April menebak dengan nada mengejek,
“Kamu, em kamu.. Farhan Mau sekarang? Masa iyasih di mobil,” ujar April.
“Sekarang, aku udah gak kuat,” seruku.
Diriku yang sudah tak lagi dapat berpikir jernih langsung membanting badan April ke kursi mobil bagian tengah. Tanpa paksaan dan perlawanan, April langsung melepas kaos putih ketat yang bergambarkan foto Marilyn Monroe dan celana pendek kremnya.
Malam yang gelap sedikit membuatku kesulitan untuk melihat keindahan badan bantal April. Diriku juga tak berani untuk menyalakan lampu kabin mobil lantaran takut orang lain melihat aktivitas seksual kita walaupun terbantu gelapnya kaca film. Tak habis akal, penerangan layar gawai kami sepertinya menjadi alternatif efektif saat itu.
Kini April telah melepas kaos dan celana pendeknya dan hanya menyisakan beha abu-abu dan celana dalam hitam yang tidak pernah berganti dari lusa lalu.
Melihat itupun aku langsung memerintahkan April untuk merangkak di kursi bagian tengah dan diriku yang berada di kursi kemudi beranjak pindah menuju April walaupun terasa sangatlah sesak.
“Lepas behanya,” perintahku.
“Sesak sayang, ini kamu susah, dikost aja ih,” keluh April.
April yang protes membuat diriku sedikit kesal. Beha yang masih mengikat payudara April kutarik hingga pengaitnya lepas tercecer entah kemana. April yang sadar diriku sudah emosi dan tak dapat membendung nafsu hanya bisa menurut dan mendesah liar.
Payudara itu kini sudah tak ada yang menghalangi, terlihat jatuh dan berat. Diikuti nafas April yang sudah tak karuan, payudaranya seperti balon super kendor berisi air yang hendak pecah. Putingnya cokelat gelap mendekati hitam, tak senada dengan bibirnya yang pink dan juga di ombre. Benar-benar seperti pelacur dalam benakku.
Rambut pirangnya terurai berantakan, menutupi sebagian tubuhnya yang berkeringat. Aku tidak dapat melonggarkan tempat karena kurasa ini sudahlah sangat sempit. Tanganku mulai menggerayangi payudara April yang sudah lembab karena keringat. Pendingin mobil sengaja mati agar tak ada yang curiga dan menganggap mobil kita memang sedang terparkir tanpa ada manusia didalamnya. Hanya, kaca jendela terbuka seukuran satu jari telunjuk agar terjadi sirkulasi udara.
April mulai mendesah tak karuan, terasa gerakan kami membuat mobil bergoyang. Saat itu aku sudah tidak perduli, segera kutelanjangi sempak April dan terpampang jelas pantat besar April yang berambut di bagian lubang duburnya.
“Bener-bener kaya sapi, coba ngomong mooo,” pintaku.
“Mooo, ahh peras teteku sayang, peras.. ahhh,” ujar April.
Tanpa ragu diriku langsung memeras payudara April seperti layaknya peternak memerah susu seekor sapi, April hanya bisa kegelian karena puting cokelatnya kutarik-tarik naik turun berirama. Tak lupa pula kutampari balon kendornya itu hingga memerah seperti keluar dari oven. Teriakan April juga menjiwai layaknya seekor Sapi betina yang sudah birahi.
“Enak jadi sapi, enak kan? Mau jadi sapi beneran sayang?,” tanyaku nakal.
“Ahhh moooo mau sayang, geli, enak ahhh Moooo,” lirih april genit.
Aku tak habis pikir, pacarku benar-benar seperti jalang yang tak punya rasa malu untuk melakukan sesuatu. Benar-benar murahan anggapku.
Aku tak ingin ini paksaan, diriku memastikan apakah April benar-benar menikmati ketika apa yang kuminta. Memperagakan hal yang aneh seperti ini. Dengan cepat langsung kuraba lubang lacur April dan terkejutnya diriku, ini benar-benar basah hingga melumasi bibir dan selangkangan April. Sangat yakin saat itu pelacurku benar-benar menikmati perannya sebagai seekor sapi.
“Ahh sayang jangan diobok-obok memek aku. Gak kuat mau pipis,” tutur April.
“Pipis disini aja, Sapi kan pipisnya sembarangan.. cepet pipis,” pintaku sambil tertawa puas.
“Ahhhhh..,” desah April.
Air kencing itu tak segan-segan keluar dan membasahi kursi mobil serta ke jendela, masa bodoh pikirku. April benar-benar terlihat seperti seekor sapi kotor, diperah sambil kencing di posisi merangkak, ini terlihat seksi sekali bagiku.
Diriku yang sudah nafsu berat langsung mengeluarkan penis dan menamparkannya ke wajah April. Diriku tertawa puas, April benar-benar memainkan perannya dengan baik, “Ini namanya kontol, suka kontol kan? Sini emut dulu kontolku sayang,” pungkasku.
“Ahhh iya sayang, habis ini langsung ngentot ya.. udah gak kuat bawaannya pengen pipis terus,” ujar April.
Nafas kita seakan berlomba-lomba untuk keluar dari dalam mobil ini. Rasanya seperti di ruang sauna, panas, dan lembab.
Aroma parfurm mobil pun mulai tercampur kuat dengan kecut keringat April yang tercecer dari ketiak dan membasahi payudara hingga menetes dari ujung putingnya. Serta, air kencingnya yang menggenang di kursi mobil membuatku semakin bergairah. Ingin kuceritakan agar orang-orang tahu betapa murahan, kotor, dan baunya si pirang ini yang banyak mendapat perhatian oleh banyak orang karena kecantikannya.
April yang birahi terus melumat penisku seperti seekor sapi kelaparan. Memaju mundurkan kepalanya dan tak lupa menghisap dan menjilati kedua bola gantungku tanpa rasa jijik.
Semakin kudorong semakin pula April terhempit di ujung pintu kiri mobil. Kakinya terlipat dan pantatnya menempel erat di jendela tanpa ku takut orang lain tahu dan melihat pantat april yang besar itu menghiasi jendela pintu. Seakan saat itu memberikan pemandangan gratis kepada siapa saja yang lewat.
Diriku tak ingin ini berakhir di mulut April, cairan penisku inginku semburkan di lubang lacurnya. Tanpa pikir panjang, diriku langsung memutar badan april dan memaksa wajah beserta payudara yang telah kuyup keringat menempel di jendela mobil. “Sayang ahhh nanti diliat orang,” keluh April.
“Udah diem, biarin aja orang lihat, gapapa juga kan, suka kan?,” tanyaku nakal.
April hanya bisa pasrah. Jendela mulai membentuk embun dari desahan nafas April. Suara payudara yang menampar jendela pun kian terdengar nyaring, mengkuti gerakan maju mundur penisku yang menggosok kuat kemaluan April. “Uhhh memek lonteku ini basah banget sih,” ujarku.
“Eh lonteku atau lonte beneran nih,” lanjutku.
“Ahh, sayang apasih.. kok gitu ahhh,” jawab April.
Mendengar itu, akupun hanya bisa tersenyum puas. Diriku berharap, aku bisa melihat pelacurku April ditiduri laki-laki lain layaknya wanita pramunikmat yang dipakai tanpa rasa cinta dan kasih sayang hanya untuk senang-senang.
Kian lama lubang ini semakin basah serta hangat. Tercium aroma pesing dan bau terasi sangatlah familiar. Tentunya ini ialah aroma kemaluan April yang kuat menusuk hidung. Pinggulku semakin kencang, doronganku semakin kuat. Dengan penuh percaya diri, kedua payudara April yang menempel di jendela langsung ku remas dan kutarik tanpa ampun.
Tidak lagi diriku hiraukan suara desahan April yang semakin kuat. Torpedo ini sudah siap menyemburkan lahar panasnya di tubuh April. Diriku yang tak mampu mengontrol diri langsung menusuk dengan kuat menuju rahim April dan tanpa ragu menyemburkan sperma di dalam kemaluannya.
Seketika kami benar-benar terkulai lemas bak melayang. Badan April bergetar hebat. Posisinya seperti katak yang tersengat listrik. Tubuh April langsung jatuh ke kursi termandikan oleh genangan air kencingnya sendiri. Saat itu kami hanya berpikir bahwa kenikmatan ini harus terulang lagi. “Aku keluar di dalem sayang. Habis ini kita beli Minuman bersoda (Spr**e) lalu kamu bersihkan seperti biasa. Langsung ya,” perintahku sambil terengah-engah.
“Sayang keluar didalem terus.. aku takut loh kalau kamu ulang-ulang terus,” keluh April.
BERSAMBUNG di BAG III