Satpam Heru

Satpam Heru

LIANA, seorang wanita berusia 35 tahun. Sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.

Hubungan Liana dengan suaminya baik-baik saja, dalam arti kata hubungan seks mereka berjalan lancar, walaupun terdapat cekcok sedikit adalah hal yang lumrah dan wajar dalam sebuah rumah tangga yang terdiri dari 2 pribadi yang berbeda sifat.

Saat ini Liana bekerja di salah satu perusahaan export import bagian keuangan.

Bekerja di bagian keuangan membuat Liana sering pulang malam jika akhir bulan, tidak jarang sampai dini hari.

Heru, salah seorang satpam di kantor Liana selalu menemani Liana setiap kali Liana lembur. Pria berusia 55 tahun ini, memiliki 2 istri dengan 3 anak dan 2 cucu.

Tidak ada seorang pun yang tahu tentang hubungan mereka berdua. Di kantor mereka bekerja seperti karyawan lainnya.

Jika mereka berdua bisa menikmati hubungan rahasia ini, semua berawal secara tidak terduga sama sekali.

*****​

Heru yang bertugas jaga malam itu merasakan kesepian, kondisi hujan memperparah kondisi Heru. Memiliki dua orang istri seharusnya bisa memuaskan napsu birahi Heru, seandainya bosan dengan istri yang pertama bisa datang menagih pada istri yang kedua.

Bukankah begitu?

Ternyata kepuasan berhubungan intim Heru dengan istri-istrinya tidak maksimal. Istri pertama yang dinikahi Heru 27 tahun yang lalu sudah menopause.

Gesekan penis Heru terasa seret dan tidak nikmat lagi pada lubang vagina istrinya kalau Heru menyetubuhi istrinya yang pertama ini. Istri yang kedua berbeda lagi kasusnya. Istri yang kedua frigid.

Setiap kali Heru memasukkan penisnya ke lubang vagina istrinya yang kedua ini, istrinya selalu berteriak sakit pada vaginanya.

“Pak Heru, yang jaga malam ini, ya?” sapa Liana yang sepertinya baru dari warung depan membeli sesuatu.

“Ya, Neng.” Heru menjawab sopan, hanya saja matanya fokus pada payudara Liana yang lumayan montok dibalut dengan kaos ketat dan tertutup blazer berwarna hitam.

“Aku masuk dulu ya, Pak.” Liana menganggukkan kepalanya untuk pamitan.

Isi kepala Heru saat ini adalah bagaimana membawa Liana masuk ke dalam pesonanya, membuat Liana menjadi istrinya yang ketiga atau menjadi selingkuhannya.

Heru sangat yakin jika vagina Liana bisa memuaskan penisnya dibandingkan kedua istrinya. Heru langsung membayangkan bagaimana rasanya vagina Liana. Vagina Liana pasti masih basah, legit dan liat kalau disetubuhi.

Heru lalu mengamati kantor yang berada di dalam, pegawai-pegawai sudah pada pulang dan tampaknya hanya Liana yang belum. Memilih untuk menutup dan mengunci pagar, Heru berjalan memasuki ruangan kantor mencoba melihat keadaan Liana.

“Belum pulang, Neng?” tanya Heru berjalan mendekat ke arah Liana.

“Belum, Pak.”

“Teman-temannya udah pada pulang lho, nanti nggak dicari suami?” Heru mencoba memancing Liana.

“Akhir bulan sudah paham, Pak. Bapak kenapa ada disini?” Liana menatap sekilas pada Heru.

“Lihat keadaan dalam dan Neng Liana yang belum pulang.” Heru menjelaskan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Heru menatap Liana yang sudah sedikit berantakan, tapi tidak dengan wajahnya yang masih terlihat menyegarkan. Heru membelai penisnya perlahan, membayangkan rasa penisnya di dalam lubang vagina Liana yang kuyup.

“Sudah selesai, Neng?” tanya Heru saat melihat Liana membereskan sesuatu.

“Subuh, mungkin aku baru bisa pulang, Pak.” Liana mengatakan tanpa menjawab pertanyaan Heru.

Heru angkat tangan dan memilih kembali ke posnya, tidak ada kejadian apapun dan di kantor hanya ada mereka berdua.

Waktu berjalan dengan cepat dan teman Heru sudah datang untuk menggantikan Heru, tetapi dari kejauhan Heru melihat Liana berjalan dengan wajah lelahnya.

Heru langsung berpamitan pada temannya, mengambil jam pulang awal dan mendatangi Liana yang akan berjalan keluar dari gedung kantor.

“Aku antar aja ya, Neng.” Heru menawarkan dirinya.

Liana menggelengkan kepalanya “Naik angkot di depan saja, Pak.”

“Aku antar.” Heru mengatakan dengan nada datarnya dan tidak terbantahkan.

Kemudian Liana hanya bisa mengikuti perkataan Heru, beralasan pada teman yang bertugas menggantikannya bahwa Liana dari semalam tampak tidak enak badan.

Heru merasakan dari belakang beberapa kali Liana terantuk, lalu Heru memilih mencari penginapan karena tidak mungkin mereka pulang dalam keadaan Liana seperti ini.

“Kita istirahat disini dulu, nggak mungkin Neng pulang dalam keadaan seperti ini.” Heru sekali lagi berbicara dengan nada yang sama seperti sebelumnya.

Liana yang tidak ingin membantah hanya mengikuti perkataan Heru. Heru membiarkan Liana langsung berbaring di ranjang tidak lama setelah itu Heru mendengar suara dengkuran pelan.

Berselang beberapa saat kemudian ponsel Liana berbunyi dan Heru memilih mengambil ponsel Liana dari dalam tas Liana.

Saat itu selain Heru tahu siapa yang telepon Liana dan Heru juga mendapati bahwa ponsel Liana tidak terkunci, sehingga Heru bisa membuka galeri foto yang langsung membuat penis Heru tegang.

Liana memotret dirinya dalam keadaan yang bisa membuat pria menginginkannya, foto telanjang mulai dari payudaranya sampai vaginanya.

Heru mengalihkan pandangan ke arah Liana yang masih tidur, lalu Heru berjalan mendekati Liana, membuka kancing baju Liana secara perlahan sampai baju Liana terbuka memperlihatkan perut mulusnya yang berbeda dengan di foto.

Heru menaikkan bra Liana membuat payudara Liana terlihat dengan putingnya yang berwarna coklat, tangan Heru membelainya pelan.

Sejurus kemudian Herupun melepaskan semua pakaiannya dan dilemparkannya begitu saja ke lantai, menurunkan badannya dan langsung melumat puting dan meremas payudara Liana.

“Ehmm… ehmm… ehmm…” Liana mendesah di saat tidurnya.

Heru yang mendengar itu tidak mau membuang kesempatan lagi dengan membuka celana Liana dan memainkan jemarinya disana, desahan keluar dari bibir Liana dengan mengangkat tubuhnya.

“Apa yang Bapak lakukan?” suara Liana saat tersadar menatap Heru terkejut.

“Hanya ingin merasakan bagaimana punya Neng Liana.”

Liana membelalakkan matanya mendengar jawaban Heru. “Bapak sudah punya anak dan istri bagaimana bisa…”

Heru menghentikan perkataan Liana dengan melumat bibir Liana, tangan Liana memukul dada Heru dengan kuat. Heru menggigit bibir Liana sehingga membuat Liana membuka bibir dan Heru langsung memasukkan lidahnya di dalam bermain disana.

Liana yang sudah tidak memiliki tenaga memilih untuk menyerah dan menikmati apa yang Heru lakukan, tangan Liana sudah melingkar di leher Heru.

“Apa bisa aku melakukannya sekarang, Sayang?” tanya Heru setelah melepaskan ciuman mereka “Buka semua bajumu sekarang.”

Liana tidak ingin membantah dan memilih melakukan apa yang diminta Heru, membuka seluruh pakaiannya dan membuat Heru menelan ludah.

Heru menarik tubuh Liana dan bisa merasakan penisnya yang tegang, Heru mengambil tangan Liana untuk diletakkan di penisnya yang membuat Liana terkejut dibuatnya.

“Foto-foto kamu seksi, aku suka.” Heru mencium bibir Liana lembut “Lebih besar siapa, aku atau suamimu?”

“Ahh… kamu…” Liana mengerang saat merasakan remasan pada payudaranya.

“Kamu foto buat siapa?” tanya Heru masih meremas payudara Liana.

“Ahhh… hentikan… suamiku… semua buat suamiku… ahh…” Liana tidak bisa berpikir dengan jernih.

Heru mengganti posisinya menjadi berbaring, meletakkan Liana di atasnya dan memberi kode pada Liana untuk memasukinya. Liana menatap penis Heru ragu, mengangkat tubuhnya menempatkan penis Heru di bibir vaginanya, menggesekkannya perlahan membuat Liana memejamkan matanya.

Heru melihat apa yang dilakukan Liana lalu Heru mengulurkan tangan untuk meremas payudara Liana, dan remasan Heru membuat Liana mendesah sambil memasukkan penis Heru ke liang vaginanya.

“Ahhh… penuh… oughh…” Liana mendesah di antara gerakannya.

Heru yang melihat itu memilih mengubah posisi dengan duduk dan memegang pinggang Liana, mendorong penisnya semakin masuk ke dalam.

Liana yang sudah mencapai klimaks hanya bersandar pada bahu Heru, dan dorongan penis Heru membuat Liana tidak bisa melakukan gerakan lain karena terlalu lelah.

Heru tidak peduli yang penting adalah dirinya mengeluarkan benih di dalam rahim Liana. Cukup lama dalam posisi seperti duduk sampai akhirnya mereka mencapai klimaks bersamaan.

Liana mencapai klimaksnya kembali bersamaan dengan Heru yang mengeluarkan cairan spermanya di dalam.

“Kamu luar biasa,” bisik Heru.

Sejak saat itu Heru dan Liana melakukan hubungan terlarang, tidak ada kata cinta yang keluar dari bibir mereka. Heru tahu Liana tidak mencintainya, pasangan sah mereka adalah yang paling utama.

“Belum selesai?” tanya Heru yang sudah duduk di samping Liana.

“Dikit lagi, Mas.” Liana menjawab dengan menggerakkan kepalanya.

“Capek? Padahal kangen ini sama kamu.” Heru mendekatkan diri pada Liana mencium bibirnya singkat.

“Nanti dulu, dikit lagi selesai.” Liana mendorong Heru tanpa melepaskan tatapan pada layar dan berkas.

“Memang nanti mau dimana?”

“Kost aja, kamu bilang apa sama suami?”

“Aku udah ijin mau tidur di rumah kamu, sekalian besok belajar masak sama istrimu.”

“Terus nanti hasil masakannya?” tanya Heru.

“Gampang, aku tinggal beli. Jangan ajak bicara, kamu tunggu di luar aja.”

Liana segera menyelesaikan pekerjaannya, setelah memastikan semuanya selesai langsung mematikan semua peralatannya. Besok dirinya mengambil cuti, kebiasaan Liana akan mengambil cuti setiap kali lembur. Tujuannya adalah menghabiskan waktu bersama Heru seharian, langkah Liana semakin keluar dari tempatnya kerja.

Heru sudah menunggunya di kost, tempat yang mereka sewa untuk menghabiskan waktu bersama. Kost yang berjarak jauh dari tempat mereka kerja dan tempat tinggal mereka, Liana memasuki kamar dengan wajah lelahnya, namun tidak berlangsung lama saat melihat Heru disana dengan bungkusan di atas meja.

“Kamu pasti lapar, makan dulu.” Heru membuka bungkusan.

Makan dalam diam, Liana memang membutuhkan tenaga untuk memuaskan mereka berdua. Kali ini Liana akan memberikan kejutan pada Heru, setelah makan langsung membersihkan dirinya dan menggunakan lingerie tanpa dalaman.

“Kamu selalu seksi, Sayang.” Heru menatap Liana dengan kagum.

“Mas sering lihat masih aja.”

“Habis kamu memang benar-benar seksi.” Heru memberikan kode pada Liana untuk duduk di sampingnya.

Liana mengikuti permintaan Heru, tapi tidak di sampingnya melainkan duduk di paha Heru. Liana membelai wajah Heru secara perlahan, mendekatkan bibirnya dengan bibir Heru dan mengecupnya pelan, menggerakkan bibirnya dan langsung disambut Heru.

Tangan Heru menarik Liana semakin dekat dengan dirinya, melingkarkan tangan di pinggang, tangan Liana berada di leher Heru membuat ciuman mereka semakin dalam.

“Ehmmm…ehmmm…” suara desahan terdengar di antara ciuman mereka berdua.

“Kamu memang luar biasa,” ucap Heru saat ciuman mereka terlepas.

“Mas yang luar biasa, lebih seksi mana aku dibandingkan istrinya?” Liana membuka lingerienya yang langsung membuatnya telanjang depan Heru.

“Kamu sangat seksi, Mas jadi pengen menikahi kamu dan memiliki kamu sepenuhnya.” Heru menarik payudara Liana dan langsung menghisap putingnya.

“Ough… Mas… oughh…” Liana berteriak saat bibir Heru mengulum putingnya “Disitu, Mas… oughh…” menelan kepalanya lebih dalam.

“Susu kamu memang enak, andaikan aku bisa menghamilimu.” Heru menatap Liana penuh damba.

“Kontolnya udah tegang aja,” ucap Liana membelai penis Heru dari celana “Dibuka ya, Mas.”

Liana tidak membutuhkan jawaban Heru, melepaskan celana yang dipakainya dan langsung keluar penisnya.

Penisnya panjang dan diameter besar, berbeda dengan milik suaminya. Mendekatkan bibirnya dengan penis Heru, memberikan ciuman singkat sebelum memasukkan ke dalam mulut, tangan Liana bergerak di buah zakarnya dengan mulutnya bergerak naik-turun.

Heru membantu Liana dengan memegang rambutnya, kuluman pada penisnya bergerak pelan, terkadang memberikan jilatan dan menatap Heru dengan tatapan menggoda.

Heru yang tidak tahan menarik Liana, melumat bibirnya kasar. Liana membalas lumatan bibir Heru dengan mengalungkan tangannya pada leher Heru, posisi mereka saat ini Liana berada di atas Heru.

“Mas masukin kontolnya sekarang, aku nggak tahan.” Liana mengatakan dengan tatapan sayu penuh gairah.

“Sesuai keinginanmu, Sayang.”

Heru membalikkan tubuh Liana menjadi menungging, posisi yang sangat disukainya, bibirnya mendekat pada vagina Liana dan menjilatinya.

“Sudah basah aja ternyata….” Heru membelai bibir vaginanya “Mas masukkan…”

Liana memejamkan matanya saat merasakan penis Heru membelah vaginanya, meskipun sudah beberapa kali tetap membuat Liana tidak menyangka penis itu bisa memuaskannya berkali-kali.

“Oughhh…. masih sempit aja….” Heru mengerang tertahan.

“Dalam…. oughh… Mas…” Liana mengerang sesekali meremas payudaranya.

Heru mendorong semakin dalam, Liana memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Dorongan semakin dalam, sampai akhirnya mengenai rahim Liana. Heru mendiamkan penisnya dalam vagina Liana, tangannya meremas payudara dan mencubit putingnya keras yang membuat Liana teriak.

“Ough… memek kamu… luar biasa.” Heru mengerang setiap kali penisnya bergesekkan dengan vagina Liana.

“Lebih dalam dan cepat…. oughhh… Mas.” Liana mengerang saat Heru menggerakkan penisnya.

Suara tabrakan kelamin mereka berdua terdengar jelas di ruangan, saling melumat dan teriak sebagai tanda mereka menikmati pergumulan terlarang. Mereka berdua tidak peduli dengan status dan usia, terpenting adalah kenikmatan satu sama lain.

Hubungan mereka sudah terjalin hampir setahun, tidak ada yang menaruh curiga pada hubungan mereka termasuk pasangan masing-masing.

Kost yang mereka sewa dibayar dengan urunan, mencari kost suami istri dan mereka mengaku menikah secara agama.

“Shit! kamu enak sekali.” Heru kembali mendorong lebih dalam.

Mengubah posisi Liana tanpa melepaskan penyatuan mereka, membuat Liana mengerang tertahan merasakan penis Heru yang di dalam sana memutari vaginanya.

“Kamu luar biasa,” ucap Heru melumat payudara Liana dan meremas yang lain.

“Oughh… Mas… terus aku mau keluar.” Liana mengerang dengan tangannya meremas rambut Heru.

Heru yang mendengar perkataan Liana melakukannya dengan cepat dan sedikit keras, erangan terdengar semakin keras tanda mereka akan mencapai klimaks.

Heru merasakan penisnya selalu dipijat di dalam vagina Liana, ini yang membuat Heru menyukai hubungan terlarang dengan Liana. Liana menarik kepala Heru yang berada di payudaranya dan langsung melumat bibirnya, tanda bahwa Liana akan mencapai klimaksnya dan Heru akan melakukannya dengan cepat agar mereka bisa mencapai klimaks bersama.

“Mas… oughhh…. aku mau keluar.” Liana mengangkat tubuhnya keatas dan mengejang tidak lama kemudian cairannya keluar.

Heru yang merasakan penisnya terjepit semakin tidak tahan, mendorong semakin dalam dan mengeluarkan spermanya di dalam lubang vagina Liana.

Nafas mereka tersengal setelah pelepasan dahsyat itu, Heru membiarkan lama di dalam sampai merasakan spermanya tidak keluar dan melepaskan penyatuan mereka.

“Mas ingat aku pernah bilang ingin lepas KB?” tanya Liana yang membuat Heru mengerutkan keningnya “Aku sudah lepas KB.”

Heru membelalakkan matanya “Tadi aku keluar di dalam, bagaimana?”

Liana tersenyum dan membelai wajah Heru pelan, “Adik senang kalau ayahnya mengunjungi dia malam ini. Mas, akan jadi ayah dan ini buah cinta kita berdua.”

Liana merahasiakan kehamilannya dari siapapun, kecuali sang suami dan Heru pastinya. Sikapnya berubah semenjak hamil, tidak seperti kehamilan sebelumnya.

“Kamu sekarang jadi lebih manja,” ucap Heru saat mereka sudah berada di rumah sewaan atau kost.

“Kamu manja juga sama suami?”

Liana menggelengkan kepalanya “Aku hanya manja sama kamu, Mas. Anak ini tahu siapa ayahnya jadi hanya manja sama satu orang, apalagi kalau kontolmu itu masuk kedalam kayaknya anak ini bakal tenang.”

“Alasan kamu aja itu.” Heru mencubit hidung Liana pelan.

Mereka berbicara banyak hal, posisi mereka berbicara berada di atas ranjang tanpa sehelai benang di tubuh masing-masing. Heru sebenarnya mau minta lagi, tapi harus menahan diri karena Liana hamil anaknya.

“Kamu alasan apa sama suami?” tanya Heru penasaran.

“Mas alasan apa sama istri? Dua istri pula.” Liana menatap selidik pada Heru.

“Aku cowok jadi gampang alasannya, kalau kamu?” tanya Heru penasaran.

“Suami dinas luar kota selama sekitar 3 bulan, jadi agak sedikit bebas. Aku sudah pernah bicara sama Mas kalau nggak salah.”

“Aku sudah tua pastinya lupa dan pikun.” Heru memberikan alasan membuat Liana memutar bola matanya malas.

“Mikirin apaan?” tanya Liana menatap penuh selidik. “Istri kamu?”

“Cemburu?” tanya Heru dengan nada menggodanya.

“Kalau ya?” Liana menatap kesal pada Heru.

“Kita akan tetap seperti ini, aku nggak mungkin menikahimu. Kamu tetap dengan suamimu sampai kapanpun.” Heru membelai wajah Liana perlahan.

“Aku paham karena aku juga nggak mau jadi istri ketigamu.” Liana menganggukkan kepalanya.

“Pintar.” Heru mencium bibir Liana lembut. “Anak ini adalah saksi bagaimana kita bersama selama ini, aku akan membiayainya semampuku.”

“Aku menerima apapun itu, asalkan kamu tetap ada di samping kami.” Liana menatap Heru lembut.

Mereka berciuman kembali, berlanjut dengan kegiatan ranjang dan panas yang menjadi kebiasaan mereka selama ini.

 

Sembilan bulan kemudian….

“Kenapa kamu disini?” tanya Liana terkejut dengan kedatangan Heru ke rumahnya.

“Dimana semua?” tanya Heru menatap rumah Liana.

“Suami kerja, anak-anak sekolah. Asisten hari ini libur jadinya aku sendirian.” Liana menjelaskannya dengan tatapan rindu pada Heru.

“Nggak ada orang sama sekali?” Liana menganggukkan kepalanya.

“Masuk ke dalam.”

Liana membawa Heru masuk semakin ke dalam rumahnya setelah mengunci pintu semua, tujuan mereka tentu melihat anak mereka yang baru Liana lahirkan dua bulan lalu.

“Cakep kaya ibunya,” ucap Heru menatap bayi yang ada di ranjang.

Heru mengangkat bayinya dan menggendongnya, Liana yang melihat itu hanya diam dan tersenyum kecil. Melangkahkan kakinya kearah Heru, melingkarkan tangannya di pinggang Heru dan meletakkan kepalanya di bahu Heru.

“Mirip kamu juga,” ucap Liana menatap bayi mereka.

Heru menatap Liana sekilas, mencium bibirnya lembut dan kembali fokus pada bayi mereka.

“Kalau begini aku jadi pengen punya anak lagi dari kamu,” ucap Heru membuat Liana mencubit pinggangnya.

“Mungkin satu lagi nggak masalah, nanti kita atur waktunya kapan buat kasih dia adik.”