Satpamku dan Temannya yang Lain

 

Namaku Aliah. Umurku baru 20 tahun. Aku dikarunia wajah yang cantik (bukannya aku GR,tapi emang semua teman-temanku,keluargaku dan kenalanku juga mengakuinya). Diusiaku yang masih sangat muda, aku tumbuh menjadi gadis yang energik dan sexy seperti kebanyakan cewe bandung lainnya. Baju-baju ketat, semi-transparan dan tanktop adalah `seragam`ku. Sehinga kemolekan tubuhku makin ter-ekspose. Malah kalo dirumah aku tidak segan-segan untuk tampil sangat sexy. Toh ngapain punya tubuh sexy kalo ga dikasih tunjuk ke orang lain. Tapi aku masih punya batas-batas kewajaran.

Aku kuliah disalah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku sebenarnya asli Jakarta, tapi aku lebih memilih untuk kuliah di Bandung. Di bandung papaku membelikanku sebuah rumah di kawasan setiabudi. Aku tinggal sendiri disana bersama pembantuku dan anaknya yang masih kecil. Terkadang aku harus sendirian dirumahku yang besar, jika pembantuku balik kerumahnya sekali seminggu. ITu sih tidak ada masalah, karena aku bisa mengajak teman-temanku nginap dirumah. Malah terkadang aku mengajak cowoku untuk nginap dirumahku. Tapi itu dulu, sekarang aku lagi jomblo. Aku mulai malas pacaran yang orientasinya hanya sex melulu. Mending aku bebas tanpa terikat dan bisa `berpetualang`.

–SEBELUM HARI-H–

Kisahku yang satu ini adalah lanjutan dari kisahku yang berjudul `Petualanganku bersama satpam dan temannya’. Sejak aku menyerahkan tubuhku pada Paimin, satpam rumahku di Jakarta, dia sering memintaku melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan, bahkan terkadang aku dipaksanya melayani nafsunya yang besar itu. Bukan hanya itu aja , dia sering mengajak temannya, Yapto, untuk berbagi kebahagian dengan kami (Pesta Sex). Pernah malah ketika kedua orang tuaku keluar kota dan rumah sepi, mereka berdua menginap dikamarku. Dan sudah bisa ditebak, mereka mengarap tubuhku sampai habis-habisan. Walau awalnya menolak, tapi mereka sangat pintar memancing nafsuku, sehingga aku jatuh dipelukan mereka. Malah aku mulai menyukai adegan pesta sex tersebut. Ada perasaan yang hilang jika hanya pak paimin aja yang menggarapku, tapi lain hal jika mereka berdua yang sama-sama menggarap tubuhku, aku bisa mendapatka kenikmatan yang tak terlukiskan.

kali ini aku akan menceritakan kisahku yang lain bersama mereka. Waktu itu, bulan mei tahun 2004, laptopku rusak dan aku belum sempat memperbaikinya karena harus memperbaikinya di jakarta. Padahal saat itu lagi banyak-banyak tugas. Maka aku minta tolong ke papaku untuk meminjam laptopnya. Papaku setuju aja, mereka berencana akan mengirim satpam rumahku,Pak Paimin, ke Bandung akhir pekan ini untuk membawa laptop. Mendengar bahwa pak paimin yang akan mengatar laptop, ntah kenapa aku jadi senang. Terbayang petualangan-petualagan yang pernah kami alam, teringat dia menggenjotku sampai aku hampir mati karena lemas. Kenikmatan tersebut ingin terulang lagi, apalagi sudah 3 bulan ini aku ga balik ke jakarta (dan selama itu pula aku dan aimin tidak ML). oleh karena itu aku berancana akan mengulang kenikmatan yang pernah kami reguk di Bandung. Aku jadi horny membayangkan penis hitam pak paimin yang tegang dan berurat. Sehabis menelpon, aku libidoku naik, dan aku masturbasi membayangkan pak paimin.

Malamnya Pak Paimin menelponku dari wartel. Katanya dia sangat senang akan bertemu denganku di bandung. Dia ingin ML denganku. Malahan dia bilang ke orangtuaku bahwa dia akan mengeinap semalam di bandung, untuk menjenguk saudaranya (padahal akan menginap dirumahku). Aku juga senang. Malahan aku memintanya untuk mengajak pak Yapto.

— HARI-H —

Aku tak sabar menunggu kedatangan pak paimin dan temannya dirumahku di bandung. Aku sudah memepersiapkan semuanya. Malah pembantuku kukasih ijin pulang. Tepat jam 7 malam pak paimin tiba. Aku sangat senang melihatnya, tapi aku sangat kaget ketika yang datang bersamanya bukan pak yapto,melainkan seorang lelaki paruh baya.

“Hai, neng…… pa kabar?” ujarnya ketika baru keluar dari mobil.
“Baik,Pak. Silahkan masuk”senyumku sambil menerima laptop darinya.
” oh, iya kenalin nih teman bapak”katanya sambil menunjuk lelaki disebelahnya.
“aliah”ucapku sambil tersenyum.

“Baron”katanya sambil mengenggam tangnn halusku. Orangnya kira-kira seumuran pak paimin,40 tahun. badannya tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman, dan rambutnya agak beruban.

“Pak Paimin sudah banyak cerita tentang neng,Aliah. Ternyata benar, neng aliah sangat cantik.he..he..”katanya sambil terkekeh.

Aku hanya tersenyum saja menanggapi ucapannya.
“Emang Pak Paimin cerita apa aja?”Tanyaku, yang langsung dijawab sendiri oleh Pak Paimin.

“Aku bilang kamu ini suka isap anu bapak. Dan suka menjerit-jerit kalo lagi dientot ama saya. He..he…”Kata pak paimin terkekeh-kekeh. Aduh.. aku malu sekali. Kesanku jadi gimana gitu dihadapan Pak baron yang baru kukenal. Maka kucubit pinggang pak paimin.

“Ga usah malu,neng,Bapak juga mau kok muasin neng.he..he..”Pak baron menimpalin.

“Ah,ngaco bapak-bapak ini. Masuk dulu deh, mau makan ga?’ucapku menghentikan pembicaraan yang mesum ini.

“jangan marah ya neng. Bapak sengaja membawa teman bapak Baron untuk nemanin bapak. Bapak yakin neng pasti puas akan pelayan dia. Masa Yapto terus yang menikmati tubuh neng. Sesekali ganti orang,dong. He..he..”Bisik pak paimin kepadaku sambil menyerahkan laptopku.

Aku tidak marah, malah justru penasaran dengan ucapan pak baron. Apa benar dia bisa memberikan kenikmatan yang lebih bagiku. Walau baru kenal aku udah ga sabar ingin melihat penisnya seperti apa. Ntah kenapa libidoku memang lagi gampang naik. Sejak aku putus lagi dari cowoku, beberap minggu yang lalu, aku belum pernah mereguk kenikmatan dunia lagi. Ditambah lagi dari pengalamannku bercinta dengan lelaki paruh baya lebih mengasikkan. Mereka lebih bisa membuatku melayang.

Malamnya sehabis makan, kami ngobrol-ngobrol diruang tamu. Sudah tidak ada lagi kecanggungan diantara kami bertiga. Malah terkadang mereka becanda kelewatan sambil meremas dadaku atau mengusap pahaku. Aku sih cuek aja. Toh cepat atau lambat kami pasti akan merasakan tubuhku.

Kemudian aku permisi untuk kekamar atas sebentar. Baru aku masuk kekamar, aku dikagetkan dengan kehadiran merka berdua dibelakangku. Aku tahu maksud mereka, mereka pasti sudah tidak sabar lagi ingin menikmati tubuhku. aku tak menolak kala pak paimin mendekat kearahku, lalu mendudukkanku diranjang kamar. Mereka berdua mengapitku disisi kanan dan kiri. Aku agak gugup juga karena baru kenal dengan pak baron.

“Neng aliah cantik sekali…”kata paimin sambil mendekatkan mulutnya kebibirku. Mataku terpejam menikmati cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku, lidahku secara refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil lidahku seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas olehku.

Pak baron yang disebelahku tidak tinggal diam, dia lalu meremas dadaku dari luar. Remasanya cukup keras sehingga aku mendesah panjang. Dia dengan intens meremas-remas dadaku. Aku hanya terpejam mendengar pujiannya akan keindahan dadaku (padahal belum dilihatnya dalamnya). Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan kasar Pak Baron mengelusi paha mulusku, dan terus mengelus menuju pangkal paha. Jarinya menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahiku naik dengan cepatnya, terpancar dari lumatanku pada bibir pak Paimin yang makin liar dan vaginaku yang mulai becek.

Kemudian pak paimin melepas mulutku, lalu bibirnya bergerak dileher jenjangku. Diciuminya leherku sehingga membuatku makin menggelinjang. Sementara lidahnya menjilati leher jenjangku,dia juga perlahan-lahan tangannya mengerayanggi dadaku. Mulutnya dari bawah leherku naik ke atas terus menggelikitik kupingku dan menyapu wajahku yang mulus.

Aku makin mendesah panjang kala pak baron menaikkan tempo permainan. Tangannya sudah menyusup ke balik celana dalamku, jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitorisku, benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jarinya membuatku menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.

“Oh..pak ..puaskan aku…”. desahku.

Pak paimin berdiri disampingku sambil membuka bajunya. Pria kurus itu juga membuka resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu tanganku digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Penis itu kugengam sambil kuelus-elus, banda yang sudah lama tidak kusentuh.

Kemudian pak baron membuka kancing-kancing kemeja tipis yang kupakai beserta braku hingga payudaraku terpampang didepan mereka. Aku melepaskan penis pak paimin dari gengamanku dan membantunya melepaskan atasanku. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku. Tanpa menunggu lama diremasnya dadaku yang sebelah kanan.

“Indah sekali dadamu aliah…”Katanya sambil memilin-milin puting susuku.

Pak Paimin yang penisnya istirahat kukocok, kemudian mencaplok dada kiriku dengan mulutnya. Dia yang memang sangat menyukai payudaraku menjilatinya dengan liar dan ganas. Aku makin mendesah-desah hingga mulutku terbuka lebar.

“Nnngghhh… Pak” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu. Hal itu tidak disia-siakan pak baron.Bibir mungilku dipagutnya , kami berciuman dengan hot, lidahku dan lidahnya saling jilat dan belit.

Puas menyusu dariku, mulut Pak Paimin perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan rok beserta celana dalamku. Kini aku telanjang bulat. Polos tanpa sehelai benang pun ditubuhku. Pak paimin berhenti sejenak menatap bulu vaginaku yang beberapa hari lalu kucukur. Nampak dia terbengong-bengong.

“cukur jembut yah,neng?” tanyanya terhadap bulu kemaluanku yang kurapihkan pinggir-pinggirnya. Aku melepaskan ciumanku sambil tersenyum. Pak Baron menghentikan ciumannya untuk sejenak menikmati pemandangan tubuh mulusku dibawah cahaya lampu kamar. Matanya melotot menyaksikan keindahan vagina seorang gadis muda berusia 20 tahun.

Kemudian tubuh polosku dibaringkan kasur dan mereka pun kembali menjarahnya. Kali ini Pak baron mendekat kearah vaginaku. Dijulurkannya lidahnya untuk merasakan kehalusan kulit pahaku. Dia menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku. Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas.Aku bergetar hebat saat lidahnya menerobos liang sengamaku. Seperti kena sengatan tawon kala lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku. Dia melakukan lebih dari sekedar menjilat, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku.

Bersamaan dengan itu Pak Paimin pun sudah melumat payudaraku, Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.

Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani kujambak rambut Pak Baron dan merengek-rengek meminta mereka untuk terus melakukannya.

“Aaahh…….teruss.. sshh.. enakk sekalii”

Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Pak Paimin-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.

“Aaagghh…. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai, terkapar tak berdaya di ranjang. Aku orgasme.

Kupejamkan mataku mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenagaku yang terkuras. Mereka lalu melepaskan tubuhku. dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan.

Belum pulih benar tenagaku, tiba-tiba kurasakan hembusan nafas dipayudaraku dan rasa tidak asing lagi…. bibir dan lidah Pak Baron mulai lagi. Kubuka mataku dan aku terkejut melihat Pak Baron yang sudah sama-sama polos sepertiku. Aku lebih terkejut lagi melihat penisnya yang besar itu. Panjangnya hampir sama dengan penis pak paimin, tapi ini lebih gemuk. Diameternya lebih lebar, warnanya hitam pula. Suatu pesona tersendiri bagiku menyaksikan batang berotot itu.

Puas menjilati payudaraku, dia lalu berdiri. Diangkatnya tubuh polosku agar duduk ditepi ranjang. Dia berdiri didepanku dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, bahkan semua lelaki ingin dilakukan seperti itu,oral sex. Maka aku bersimpuh dilantai, lalu perlahan-lahan kuraih kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu. Penisnya bergetar dalam genggamanku. Tanganku tidak cukup untuk menggengam penisnya yang besar itu. Perlahan-lahan kukocok-kocok batangnya itu keatas dan kebawah. Dia menatapku, seorang gadis muda yang cantik, sedang mengelus-elus penis tuanya. Aku ingin lebih memuaskannya maka kuarahkan mulutku ke penisnya. aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vitalnya ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda seperti pentungan satpam itu kukulum dan kujilati. Kukeluarkan semua keahlian yang pernah kudapat.

“Oh..neng Aliahh…sudah pengalaman ya….?” tanya sambil mendesah-desah kenikmatan.

“Ehm..ehmm…”hanya itu yang keluar dari mulutku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.

Pak Paimin yang dari tadi hanya melihat putri majikanya memeberikan kenikmatan, lalu mendekati kami. Dia meraih tanganku untuk menggengam kemaluannya. Kuraih penis hitam itu lalu secara perlahan-lahan kukocok. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tapi aku lebih sering mengoral punya pak baron (karena barang baru), sedangkan penis pak paimin lebih sering kukocok pakai tanganku. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Pak Paimin meminta untuk ambil posisi di tengah ranjang. Tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku diposisikan doggy style sambil mengulum penis pak baron.

Aku mulai merasakan ada jari yang merenggangka vaginaku, kemudian disusul dengan sebuah benda keras yang menyeruak masuk. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi penisnya memasuki vaginaku. walau sudah basah, aku masih merasakan sedikit nyeri di vaginaku. Karena memang ukuran penis pak paimin memang lumayan besar. Tapi rasa perih yang sedikit ditutupi oleh kenikmatan yang besar. Pak paimin juga merasakan nikmatnya jepitan vaginaku diujung kepala penisnya. Didorongnya penisnya itu lebih kedalam hingga amblas semuanya ditelan ronggaku. Kontan tubuhku bergetar hebat.

“Ooohh.. Pak.. ngghh”erangku sambil melepas penis pak baron dari mulutku. Pak paimin perlahan-lahan menggenjot vaginakau, tapi makin lama makin cepat sehingga desahanku menjadi erangan pankang. Pak baron tidak menyia-nyiakan mulutku yang terbuka lebar, diatancapkannya penisnya kemulutku, sehingga aku tidak bisa berteriak lagi.

Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepala pak Paimin merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokan dan kulumannku pada penis Pak Baron makin bersemangat.

Rupanya aku telah membuat Pak baron ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat. Bahakan sesekali dia menjambak rambutku ketika aku menggigit pelan batangnya. Penisnya yang besar itu memenuhi mulutku yang mungil, malah masih ada sisaanya diluar. Hal itu membuat aku susah bernafas. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak baron. Bersamaan dengan itu pula genjotan Pak Paimin terasa makin bertenaga.

“Neng…neng say keluar nih !” erangnya panjang sambil meringis. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan. Aku melepaskan penis pak baron dan jatuh telungkup diranjang . Aku sangat lemas. Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat sangat banyak.

“Neng, bisa ga bapak tusuk sekarang? udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng” kata Pak baron sambil membalikkan tubuhku. Aku tahu itu hanya basa-basi, sebab jika aku menolak sekalipun dia pasti akan tetap memkasaku. Maka, walau masih lemas banget, tapi kuanggukan kepala merestuinya

“Tapi pelan-pelan ya….”kataku sambil menatap ngeri ke penis supernya.

Dia nampaknya senang, karena sebentar lagi akan merasakan kenikmatan gadis cantik yang masih muda lagi. Lalu dia mengambil posisi berlutut di depanku. dibukanya pahaku lalu diarahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian .

“Suka ga neng bapak ginikan?”Tanyanya sambil terus menggesek-gesek.Dia nampaknya tidak mau buru-buru. Dia senang melihatku tersiksa seperti ini.

“Aahh.. iya…senang…” desahku tak tertahankan.

Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku walaupun sudah dilumasi oleh lendirku. dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi.

“Wah.. sempit banget memeknya Neng” ceracaunya. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Dia yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.

“Oh..oh…”hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Malah kini aku juga ikut menggoyang-goyangkn pantatku secara aktif. Melihat aku ang sudah `in` dia makin bersemangat. Dia lalu ingin berganti posisi. dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan menaikkan tubuhku ke penisnya. Dia rupanya ingin memberiku kepuasan lebih dengan cara aku yang memegang kendli. Aku sangat senang dengan posisi ini. Maka Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda perlahan-lahan itu amblas ke dalamku. Aku merintih kesakitan sebentar kala penisnya makin dalam menyentuh liangku. Tanpa menunggu lama aku lalu menaik turunkan tubuhku perlahan-lahan. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari.

Mukanya yang memerah menambah sensasi sendiri bagiku untuk lebih liar lagi. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku terus-menerus diatas tubuhnya, bahkan aku ikut membantu kedua belah telapak tangannya meremasi payudaraku yang bergoyang-goyang.

Pak Paimin menonton adeganku sambil mengelus-elus penisnya, dia ingin memncing adik kecilnya untuk `bangun`.

“Ayo…goyang neng…oohh!” Pak Baron sepertinya ketagihan dengan goyanganku. Tangannya tetap meremas-remas dadaku, bahkan sesekali dicondongkannya wajahna untuk melumat payudaraku. Kontan aku menjerit-jerit makin kuat.

Jeritanku membuat pak baron makin bernafsu begitu juga Pak Paimin, dia tidak tahan hanya menonton saja. Dia mendekat dan berdiri di sebelahku, penisnya mengacung di depan mukaku. Dia mengelus-elus pipiku yang putih mulus.

“Emut neng…ayo buka mulutnya!” sambil mengarahkan batangnya kemulutku yang mendesah-desah. Dengan setengah memaksa dia menjejalinya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu kemulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, ntah kenapa aku tidak merasa jijik. Malah kupakai ujung lidahku untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Hal itu membuat Pak paimin blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak baron.

“ah uh ah..yes..”suara-suara itu membahana dikamarku. Untung pembantuku tidak ada sehingga aku puas untuk menjerit.

Dengan tetap bergoyang, aku juga mengisap-ngisap penis Pak paimin makin keras. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dia sangat pandai meremas-remas titik sensitifku, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Pak baron menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. “Aaaahhhhh….!!” Dengan panjang keluar dari mulutku, kepalaku mendongak ke atas menatap langit-langit kamar. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

penis pak paimin yang sudah tegang benar kulepaskan lalu aku ambruk ke depan, ke dalam pelukan Pak baron. Dia peluk tubuhku sambil penisnya tetap dalam vaginaku, kami berdua basah kuyup keringat yang mengucur.

pak baron lalu melpas tubuhku yang sangat lemas. Dia mengambil air untuk minum. Penisnya sudah tidak setegang yang tadi. Aku telentang menghadap pak paimin yang sedang mendekat kearahku. Aku meminta waktu istirahat ke paimin yang sudah bersiap-siap ingin mengagahiku. Tapi sepertinya dia sudah on fire. Dia menyalakan AC kamar untuk mengurangi hawa panas. Kemudian dia mengambil handuk kecil dan membersihkan vaginaku yang belepotan sperma. Usapan ujung handuk di vaginaku cukup membuatku bergetar.

kemudian tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, walau susah tapi aku paksakan. dia menepuk-nepuk pantatku yang montok. Puas menepuk sekarang giliran lidahnya yang merasakan kelembutan kulit pantatku. Mulutnya dengan rakus menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dari atas kebawah. Dan satu hal yang membuatku merinding adalah ketika lidah memjilati anusku. Pak paimin tanpa perasaan jijik masih terus menjulurkan lidahnya dia anusku sehingga memberiku sensasi geli.

Puas merasakan nikmatnya vagina dan anusku, dia kemudian meludahi bagian duburku beberapa kali. lalu digosok-gosokkan dengan jarinya ke daerah itu. Aku memejamkan mata dan berdoa dalam hati semoga dia tidak menyerang anusku, karena aku sudah membayangkan ngerinya kalau batangnya itu membobol pantatku yang masih perawan. aku belum pernah anal sex, dan tidak punya keinginanan untuk melakukannnya. Karena sakit. Sunguh aku lemas jika membayangkan rasa sakit jika penisnya menusuk-nusuk anusku seperti menusuk-nusuk vaginaku.

belum habis aku berfikir aku dikejutkan oleh sebuah benda lonjong dibibir lubang anusku. Aku kontan menarik pantatku. Tapi Pak paimin menarikku.

Aku terkejut dan mencoba berontak “Jangan pak…jangan di situ…. sakit” ibaku.
“Tahan dikit neng, masih baru emang sakit, tapi ntar pasti enak kok” katanya dengan tenang. Dia perlahan-lahan mendorong penisnya masuk ke anusku. Anusku kontan mengerut. Dia masih terus berusaha melicinkan jalan penisnya.

Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.

“Aduuhh… Sudah dong Pak… Aliah nggak tahan” rintihku kesakitan. Sungguh rasanya seperti ditusuk silet. Tapi dia tidak dihiraukannya. Maka dengan paksa terus dimasukkannya penisnya ke anusku.

“Uuhh… Sempit banget nih” dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.

Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Bantal guling makin keras kugigit karena saking perihnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.

“Auhhh….sakit…”

Aku menjerit keras saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Aku tidak bisa melukiskan rasa sakit yang aku rasakan. Tanpa menghiraukannku dia tetap mengengot duburku. Untuk merangsangku, tangannya meraih kedua payudaraku yang bergoyang dan diremas-remasnya dengan lembut. Tapi remasannya kalah dibandingkan rasa sakit yang kuterima.

“pak..u..da..ah….aliah..sa..kit” jeritku panjang. Keringat dan air mataku bercucuran. Jeritanku itu bukannya membuatnya kasihan malahan membuatnya makin bernafsu. Dengan keras dia sodok-sodokan penisnya dan payudaraku yang menggantung diremas-remas dengan brutal. Suara rintihanku saling beradu dengan lenguhan Lambat laun mulai kuraskan nikmat sedikit. Tapi walaupun begitu air mataku tetap bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir atau bantal untuk meredam jeritanku.

Lama-lama rasa sakit oleh sodokkannya mulai sirna berganti dengan rasa nikmat, apalagi waktu dia tarik wajahku dan memagut bibirku, diciumnya aku dengan lembut, rasanya seperti dicium seorang lelki muda. Sungguh suatu perpaduan keras-lembut yang fantastis, dia perlakukan anus dan dadaku dengan kasar, tapi di saat yang sama dia perlakukan mulutku dengan lembut.
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang, ya aku mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang. Pak paimin sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu dia mencabut penisnya dariku dan membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat dengan derasnya dan berceceran di sekujur dada dan perutku, hangat dan kental dengan baunya yang khas

Aku lemas sekali. Kurasakan anusku terbuka lebar dan perih.

Malam itu mereka kembali menjarahku.

TAMAT