Siapa yang Tahan
Post 1
Tik.. Tik.. Tik…. Sessshhhhhh !!!!!
Aku berlari sekuat tenaga masuk ke dalam rumah. Bukan untuk menyelamatkan diri tapi karena malas harus basah-basahan badan ini. Sudah beberapa bulan ini setiap hari saat pulang sekolah aku harus kehujanan. Kata mama bulan yang akhirannya ber-beran itu pasti akan turun hujan, apalagi kalau bulan Desember. Memang negara ini hanya punya dua musim, hujan dan kemarau, jadi kita harus siap kalau gak kehujanan ya kekeringan.
Aku langsung melempar kedua sepatuku pada sebuah rak kecil di depan pintu dapur bagian luar. Setelahnya aku langsung menuju kamarku untuk meletakkan tas sekolahku dan melepas baju seragamku.
“Aldi… bajunya taruh di mesin cuci, jangan tumpuk di kamar..”
“Iya maa…..”
Oiya, namaku Aldi, umurku sudah 19 tahun tapi masih kelas 12. Kalau ditanya kenapa masih sekolah SMA, ya karena pas sekolah dasar dulu aku pernah tidak naik kelas sekali. Bukan karena aku nakal atau melanggar aturan sekolah tapi karena saat kelas 5 SD aku sakit sampai sering keluar masuk rumah sakit, makanya aku lama tak masuk sekolah. Sebenarnya menyiksa banget kalau pas ketemu teman sekelas pas SD dulu. Mereka saat ini sudah kuliah, sedangkan aku masih berseragam abu-abu putih.
Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan, umurnya kalau gak salah 21 tahun. Namanya Alvira, wajahnya cantik dengan sorot mata yang tajam namun teduh di baliknya. Alisnya tebal dan matanya bulat. Dia kuliah semester 6 tahun ini di sebuah kampus yang masih satu kota dengan rumahku, jadi dia setiap hari pulang ke rumah. Kakakku itu orangnya supel dan rame kalau diajak pergi kemana gitu, jadi temannya banyak dan sering gonta-ganti pacarnya sampai aku lupa hitungannya.
“Di.. langsung mandi aja deh, daripada cuma ganti baju badannya bau..” ucap mamaku dengan lantang dari luar pintu kamarku.
“Iya maaaa…. ini udah mau mandi kok..” jawabku.
Tanpa menunggu lama aku segera melepaskan bajuku dengan menyisakan celana dalam lalu kubelitkan handuk di tubuhku. Aku tak mau ada amukan dari mama kalau aku tak segera melakukan apa yang diperintahnya. Dengan segera kutenteng baju dan celanaku menuju tempat mesin cuci yang ada di sebelah pintu kamar mandi.
Sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi aku sempat melihat mamaku sedang menyiapkan sesuatu di dapur. Karena mamaku saat itu memakai daster yang agak pendek jadi aku bisa melihat kedua paha mama yang putih saat dia membungkuk.
“Maa…” ucapku hendak mengingatkannya tapi entah kenapa terhenti.
“Iya dek.. ada apa sih?”
“emm.. gapapa kok maa.. ga jadi..” balasku.
“yaudah cepetan mandi sana.. ntar kakakmu datang malah ribut lagi masalah kamar mandi”
Aku tak membalas ucapan mama, langsung saja kututup pintu kamar mandi begitu aku berada di dalamnya. Sejenak kukagumi wajah mama yang masih cantik di umurnya yang 42 tahun itu. Begitu juga tubuhnya yang masih langsing terawat meski ada timbunan lemak, itupun tak banyak. Sungguh tak menyiratkan kalau seumuran mamaku itu sudah pantas menimang cucu.
Setelah aku masuk ke dalam kamar mandi dan telanjang bulat, sejenak kuamati tubuhku sendiri pada sebuah kaca lebar. Kaca itu memang sengaja dipasang di dalam kamar mandi atas permintaan mama. Entah apa tujuannya aku juga belum tau sampai sekarang. Bentuk tubuhku memang tak seatletis pemain bola atau teman-temanku yang sering nge-gym, tapi bentuk perutku lumayan rata karena aku menyukai renang secara teratur.
“Ahhh…” mulutku menggumam saat tanganku menyentuh permukaan batang kejantananku.
Rasanya memang enak saat batang penisku tersentuh jari-jemari tanganku. Tak manufik, aku memang suka coli, bahkan sering melakukannya. Tanganku terus mengelus-elus batang kebanggaanku itu sampai mengeras maksimal dan menunjukkan ukurannya yang bisa aku banggakan. Tapi aku segera melepaskannya, aku lanjut mandi dulu biar mama tak curiga. Soalnya dari suaranya aku bisa mendengar mama masih berada di dapur yang letaknya tepat di depan pintu kamar mandi.
Kubalurkan sabun keseluruh permukaan tubuhku seperti biasa sampai busanya melimpah. Namun saat sapuan tanganku mengenai penisku kembali kurasakan sensasi nikmat yang memabukkan itu. Ahh, aku tak kuasa lagi menahannya. Langsung saja kukocok kemaluanku itu pelan-pelan sampai kembali menegang dengan sempurna.
“Braakkk!! Kyaaaa….!!”
Tiba-tiba seseorang membuka dengan cepat pintu kamar mandi. Setelah itu langsung terdengar teriakan kaget dari depan pintu itu.
“Aduhhh kaaakkk…main buka aja!” teriakku dari dalam kamar mandi saat kudapati kakak perempuanku berdiri di depan pintu. Kulihat kak Alvira sudah dalam balutan handuk merah yang menutupi tubuhnya. Aku mengira dia juga mau mandi.
“Lhah.. salah sendiri, ngapain mandi ga di kunci pintunya!?” balas kak Alvira tanpa merasa berdosa.
“yaudah.. cepetan tutup pintunya” sergahku lagi. Aku merasa malu dilihat telanjang oleh kakak perempuanku itu, dan parahnya tangan kiriku juga masih memegang penisku yang masih tegak mengacung.
“Eh dek.. kamu coli yah?”
“Ahh, kakak.. gak lah.. ngawur aja” balasku.
“Halahhh.. jangan sok baik deh, lihat tuh…tanganmu aja masih nempel di situ” tunjuk kak Alvira pada kemaluanku.
“Eh..eh.. kakak.. adek..apasih ini rame-rame..” tiba-tiba mama ikut nimbrung juga.
“tuh mam.. Aldi coli tuh.. hihihi..” ucap kakak perempuanku tanpa merasa malu.
“Ehh.. sudah, tutup pintunya.. ga baik ngolok-olok adek sendiri seperti itu, tapi punya adekmu itu lumayan juga ukurannya, hahahahahaaa….” tawa mamaku pecah saat mengomentari batang penis anak laki-lakinya sendiri. Aku sungguh dibuat malu oleh mereka berdua.
“Ihhh… mama, apaan sih? yaudah dek, lanjut aja..”
Kak Alvira lalu menutup pintu kamar mandi. Aku yang sudah terlanjur hilang mood langsung menghentikan elusan tanganku dan langsung meneruskan mandi seperti biasa. Entah kenapa hari ini aku dibuat sial oleh orang-orang yang kusayangi. Tapi aku bertekat untuk cuek saja di depan mereka. Toh bukan aku yang salah, bukan aku pula yang memperlihatan tubuh telanjangku pada mereka.
Setelah selesai mandi aku langsung keluar dengan belitan handuk pada pinggangku. Aku berusaha pede dan tidak menganggap peristiwa tadi pernah terjadi, toh yang melihat tubuh telanjangku adalah keluargaku sendiri. Kulihat hanya ada mama saja yang masih berdiri di depan kompor sambil mengaduk masakan yang dibuatnya.
“kak Vira kemana ma?”
“tau tuh.. tadi dia balik ke kamar” jawab mama tanpa melihat ke arahku.
“Lhah tadi buru-buru mau mandi, sekarang malah ga ada.. heehh..”
“yaudah, pergi ke kamar kakakmu, kasih tau kalo kamu udah selesai mandi”
Aku langsung berjalan menuju kamar kak Alvira. Meski perasaanku masih dongkol dan jengkel pada kelakuannya tapi aku pergi juga memberi tahu kakak perempuanku itu.
“Kak.. udah tuh kamar mandinya…” ucapku membuka pintu kamar kak Alvira yang memang terbuka sedikit.
“Eh, iya..iya..” balasnya.
Sejenak aku terpana melihat kakak perempuanku. Bagimana tidak, kakakku yang cantik itu tengah terbaring di atas tempat tidurnya hanya memakai bra dan celana dalam saja. Sedangkan handuk merah yang tadi di pakainya nampak tergeletak di ujung tempat tidur. Meski aku sempat terpesona tapi aku langsung pergi dari kamar kak Alvira, sebenarnya aku sudah sering melihat kakak perempuanku itu hanya memakai bra dan celana dalam saja. Sudah bukan hal yang aneh kalau kakak perempuanku hanya memakai bra dan celana dalam saat keluar dari kamar mandi menuju ke kamarnya. Papa dan mama juga sering melihatnya, entahlah, meski
mereka sering melihatnya tapi tak pernah menegurnya. Kalau begini terus siapa yang tahan.
***
Malam hari sebelum tidur, aku sudah berbaring di atas tempat tidurku sambil memelototi layar Hp. Yah, namanya anak lagi puber pastinya seneng sekali sama film bokep alias film porno. Di dalam memory Hpku aja jumlahnya ada sekitar dua puluh judul. Belum lagi yang ada dalam laptopku.
Aku sudah bugil tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku dan tangan kiriku sudah mulai mengocok pelan batang penisku. Di layar Hp sudah pula kuputar film bokep jepang kesenanganku sebagai sumber inspirasi syahwatku. Ahh, aku paling suka sekali momen seperti ini. Aku bisa bebas melampiaskan nafsuku tanpa ada yang mengganggu. Apalagi tadi sore saat aku coli di kamar mandi diganggu sama kakakku. Akhirnya birahiku pun menumpuk hingga membuat kulit penisku semakin nikmat saat disentuh.
“Cklekk…krieett..brakk..!!” pintu kamarku terbuka. Anjrit, aku lupa menguncinya tadi.
“Adeeekkkk….!!” teriak kak Alvira yang menangkap basah aku sedang coli di atas tempat tidurku. Kakak perempuanku yang malam itu memakai tanktop hitam dan celana pendek ketat itu masuk tanpa permisi. Kacau deh.
“Hadeeuuhh… apaan sih kak!? Gangguin orang lagi seneng aja…” protesku tanpa berusaha menutupi ketelanjanganku. aku sudah cuek pada kak Vira.
“Eh, iya.. maap-maap, kakak ga sengaja tadi” balasnya enteng.
“Trus, kakak maunya apa masuk kemari?” tanyaku sambil masih berbaring telanjang. Kurasa kakak perempuanku tak hanya kali itu saja melihatku telanjang dengan batang penis tegak mengeras.
“Hemm.. kakak cuma mau pinjem charger laptop, punyaku ketinggalan di rumah temen” ucapnya polos, namun pandangan matanya beberapa kali melirik ke arah batang penisku yang tegak menjulang.
“Iya deh.. tuh, pake aja…” balasku.
Kak Alvira langsung menuju kolong meja belajarku lalu memungut kabel charger laptop punyaku, kebetulan tipe laptop kami sama. Sambil menggulung kabel charger kutemui tatapan mata kak Vira beberapa kali mengarah ke batang penisku, iseng kulepaskan tanganku yang sedari tadi menutupinya. Sekarang kakak perempuanku itu bisa melihat penisku dengan jelas.
“Napa kak? Kagum yah.. hehe..” ucapku menggodanya.
“Helehhh.. gitu aja bangga, macam kakak ga pernah lihat laki-laki telanjang aja” balasnya.
“Lhah, berarti kakak sering dong lihat laki-laki telanjang? Hayoo.. siapa kak? Jangan-jangan….?” godaku lagi.
“Eh, itu.. ya lihat di foto-foto lah.. di internet banyak” balasnya beralasan. Aku pikir ucapan kak Vira itu hanya alasannya saja, dari mimik wajahnya aku tahu dia sedang berbohong.
“Yaudah, kalo udah selesai cepetan keluar sono.. gangguin orang lagi enak aja” suruhku dengan sengit.
“dasar adek mesum.. yaudah kamu lanjutian aja, moga tuh dengkul ga kosong isinya.. hihihi…” ucap kak Vira terkekeh sambil keluar dari dalam kamarku.
Setelah kak Vira keluar dari kamarku mendadak aku bengong sendirian. Entah dari mana datangnya keberanian menghadapi kakak perempuanku seperti tadi. Bahkan dengan kondisi mempertontonkan batang penisku sendiri yang sedang tegak mengeras. Ah, kacau nih. Aku gak bisa bayangin kalau sampai kak Vira melapor pada mama atau pada papa. Bisa-bisa laptop dan Hpku bakalan disita sama mereka.
Aku langsung loncat dari tempat tidurku dan menuju ke kamar kak Vira yang ada di sebelah kamarku. Saking bingungnya aku sampai tak menyadari kalau tubuhku masih belum tertutup apa-apa. Itu baru aku sadari setelah kak Vira kaget melihat kedatanganku.
“Dekkkk… ngapain sih kamu kemari bugil gitu??”
“Halahh, biarin, kakak kan udah lihat semuanya, percuma juga aku sembunyikan” balasku berusaha cuek saja.
“Dasar adek mesumm..”
“Gapapa, mesum tapi baik hati.. eh kak, tolong dong jangan lapor sama papa mama ya kak…” ujarku sambil mendekati kak Vira. Batang penisku yang tadi sempat lemas tiba-tiba langsung tegak mengeras kembali.
“Eh, ii-iya.. iya…” balas kak Vira gugup, mungkin karena mukanya sedang ditodong sama pistol berambut milikku. Haha.
“Beneran ya kak!?”
“Iya dek.. udah ahh.. kamu keluar sana.. mengganggu pemandangan aja” usirnya.
Akupun mengikuti apa permintaannya. Aku keluar dari dalam kamar kak Vira, namun terlebih dulu aku kecup pipinya tanda sayang, itu sudah biasa kami lakukan semenjak kecil dulu. Semoga apa yang dijanjikannya untuk tidak melaporkan perbuatanku pada mama dan papa dia pegang.
***
Suatu siang yang terik dan panas aku menuju ke rumah temanku. Selepas sekolah tadi dia berjanji mau memberiku file film bokep yang katanya bagus dan baru saja didownload olehnya. Akupun sebagai penggemar film bokep merasa harus menambah koleksiku. Itulah kenapa aku bergegas menuju rumahnya.
Temanku itu hidup sendirian di rumahnya. Bukan karena dia yatim piatu tapi karena dia anak tunggal, sedangkan kedua orang tuanya sudah cerai dan mamanya pergi kerja ke luar pulau. Kadang 5 bulan sekali baru pulang. Sampai sekarang akupun tak tahu mama temanku itu kerja dimana. Temanku itu termasuk dalam kategori laki-laki yang ganteng dan menarik namun tak mengetahui kalau dia ganteng dan menarik. Apalagi dengan penampilannya yang asal-asalan membuat kesan cuek dan introvert melekat pada dirinya. Padahal semua anggapan orang lain itu salah besar.
“Don.. Doni.. gua di depan nih” panggilku di depan pintu rumahnya yang tertutup.
“Masuk bro.. masuk… udah gua siapin yang bakal bikin lu kagum…” ucapnya saat aku sudah masuk ke dalam rumahnya yang terlihat acak-acakan.
Begitu aku masuk ke dalam, langsung bisa aku rasakan bau asap rokok yang menyengat dan tak sedap. Aku tahu kalau temanku itu memang merokok, tapi tak lebih dari itu, dia memang nakal tapi masih dalam batas.
“Apaan sih? baru yah?” tanyaku saat sudah masuk ke dalam rumahnya.
“Tonton aja…” balasnya sambil melepas baju seragamnya, sebentar kemudian dia kembali duduk di depan meja komputer dengan hanya memakai celana pendek boxer saja.
“Mana..” akupun mendekatinya.
Sejenak kemudian dia memutar sebuah film bokep asia yang file-nya bejudul ‘Mommy, lust and pleasure’
“Tuh.. cantik kan!?” serunya saat pemeran wanita mulai melepas semua pakaiannya.
“Eh, ini ceritanya ibu sama anaknya yah Don?”
“Yupp..”
Aku semakin tertarik dengan film yang diputarnya. Baru kali ini aku menonton film bokep asia yang bertemakan hubungan ibu dan anaknya. Meskipun saat surfing di internet sudah sering aku temui tapi entah kenapa aku tak tertarik. Baru sekarang ini aku menontonnya secara keseluruhan.
“Bungkus gak bro??” tanya Doni melihatku.
“Eh…iya.. boleh tuh..” balasku gelagapan karena penisku mulai ngaceng.
“yahh.. baru nonton dikit aja udah horni lu… cemen lu bro..” ejeknya melihatku yang memang mulai menahan nafsu.
“Lhah, emang lu kagak?”
“Udah..udah…mana Hp lu.. sini”
Akhirnya file yang ditawarkan oleh Doni berhasil masuk ke dalam Hp ku. Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul tanpa ada hal penting yang dibicarakan.
“Bro.. besok kayaknya kita ga bisa setenang ini nonton bokep di rumah gua”
“Emang napa Don?” tanyaku penasaran.
“Itu.. emm. Mama gua pulang.. dia ga kerja di luar pulau lagi” balas Doni kemudian menghisap rokoknya.
“Yaudah, malah harusnya lu seneng, bisa ketemu sama mama lu terus”
“Hehhhhh… kita lihat aja nanti bro..” balasnya dengan menghela nafas panjang. aku tak tahu itu apa artinya tapi dari sorot mata Doni aku bisa melihat kegalauan yang dalam.
“Oke deh bro, gua pulang aja dulu, ntar emak gua cariin…”
Urusan selesai, aku langsung pulang ke rumah tanpa mampir lagi ke tempat lainnya.
***
Bersambung di sini ya gaes… ^_^