Kangen Mba Sita

Mba sita adalah keponakan jauh ibuku yang ikut tinggal dirumahku. Ya, dia ikut keluargaku sebab keluarganya kurang beruntung. Dia ikut keluargaku sejak kelas dia 2 SMP. Kejadian ini terjadi saat mba sita duduk di kelas 3 SMA

Mba sita adalah seorang perempuan yang sangat menarik. Wajahnya cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih dan bodynya… hmmm.. masih tergambar jelas bodynya yang aduhai. Aku masih ingat bagaimana dulu aku sering sekali memelototi dadanya yang ranum. Sebenarnya dadanya tidak terlalu besar, tapi membusung kedepan, benar-benar bulat sempurna. Aku juga senang sekali memperhatikan lekukan pinggangnya yang seperti gitar spanyol itu, pantatnya yang membulat dan pahanya yang putih. Apalagi kalau dia memakai celana pendek favoritnya, terlihat jelas paha mulusnya dan betis bulir padinya yang aduhai. Hmmm…. Pantas saja banyak teman prianya yang mengejar-ngejarnya.

Kejadian ini terjadi waktu aku tinggal berdua denga mba sita dirumah. Bapakku seperti biasa pergi ke kantor dan ibuku pergi kerumah temannya dengan membawa adikku yang masih kecil.

Awalnya aku bermain diluar bersama teman-temanku, tapi karena turun hujan akhirnya aku pulang kerumah dan tinggal berdua dengan mba sita. Dari pada tidak ada kerjaan, aku menonton tv. Selagi asik menonton kartun di tv swasta satu-satunya waktu itu, mba indah keluar dari kamarnya dan memanggilku. Saat itu mba sita memakai kaos putih dan rok SMA nya. Aku menebak pasti dia tidak pakai bra, soalnya puting payudaranya tercetak di kaus putih yang tipis itu.

“Rian ! Ke kamar mba sita yuk sebentar” panggil mba sita. aku yang sebenarnya lagi asik menonton dengan agak malas akhirnya masuk ke kamar mba sita.

“Ada apa mba ?” tanyaku.

“Dari pada nonton tv, mendingan main sama mba sita” katanya

“Main apa ?” tanyaku.

“Kita main dokter-dokteran yuk” ajaknya

Aku tertawa.. “Wah itu kan mainannya anak perempuan, lagian aku kan udah gede” jawabku. Padahal adikku sering mengajakku bermain dokter-dokteran.

“Ini beda, kan mba udah dapet pelajarannya di SMA” katanya merayuku.

“Hmmm… ya udah, jadi gimana mainnya ?” tanyaku.

“Mba yang jadi dokternya, kamu yang jadi pasiennya. Sudah kamu tiduran dulu ditempat tidur, mba siap-siap” suruhnya.

Kemudian aku naik ke tempat tidurnya dan berbaring terlentang.

“Sakit apa de ? saya periksa dulu ya…” kata mba indah berakting. Kemudian dia menaikkan bajuku dan mengetuk-ngetuk dadaku layaknya seorang dokter.

“Wah de ini sakitnya parah” katanya. Aku tertawa kecil karena mba sita pandai sekali meniru seorang dokter. Kemudian tangannya turun mengetuk-ngetuk perutku sambil berkata “Sepertinya penyakitnya ada dibawah sini” kemudian dia berusaha membuka kancing celanaku.

Tanganku memegang tangannya, menahan dia membuka celanaku. “Kok celananya dibuka mba ?” tanyaku. Walaupun aku masih kecil, tapi waktu itu aku sudah mengerti perbedaan antara pria dan wanita.

“Mau disembuhin penyakitnya gak ?” katanya sambil pura-pura melotot. Aku terdiam, kemudian melepaskan tangannya. Dia tersenyum kemudian berkata “Gitu dong, kan mau diobatin”.

Kemudian dia melepas kancing celanaku dan resletingnya. Kemudian dia melorotkan celanaku hingga terpampanglah burung mudaku. Aku hanya diam menahan malu.

“Wah ini dia sumber penyakitnya” katanya riang kemudian memegang burungku. Kemudian dia duduk disebelahku. Mukaku semakin merah, apalagi burungku secara perlahan tapi pasti menegang membesar.Mba sita malah tertawa “Nah aku bilang apa, ini dia masalahnya, tuh dia makin keras, makin besar !” sambil mengelus-ngelus lembut burungku.

Tubuhku tergetar karena nikmat yang menjalari tubuhku. Burungku makin tegang dan makin membesar.

“Mba…” kataku lemah karena keenakan. “Tenang ya rian, mba obatin dulu ya” katanya. Celanaku dibuka secara penuh kemudian dia menaruhnya di kursi dekat meja belajarnya. Selangkanganku dilebarkan, kemudian dia berpindah posisi, dia duduk diantara kedua pahaku.

Kemudian mba sita mulai mengulum penisku. Aku semakin menerawang, inilah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Saat mba sita mengulum dan menyedot-nyedot penisku, dia mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar masuknya penisku di mulutnya. Ternyata saat aku melihat, tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Hmm tak heran badannya ikut bergetar saat mengulum penisku.

Tiba-tiba mba sita berhenti mengulum penisku. “Sebentar ya” kata mba sita yang kemudian berdiri. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena tidak ingin kehilangan kenikmatan tadi.

Ternyata mba sita melorotkan celana dalamnya. Karena dia memakai rok, celana dalamnya langsung turun, kemudian dia membuangnya kelantai. Dia kembali duduk diantara selangkanganku, tapi kali ini dia agak melebarkan pahanya.

Mba sita kembali mengulum penisku. Badanku kembali bergetar keenakan. Diantara sadar dan tidak, aku mulai mencium suatu bau khas, yang sekarang aku tau kalau bau itu adalah vagina.

Aku melihat mba sita yang terus mengulum penisku. Tangan kirinya yang tadi meremas-remas payudaranya sekarang berada di selangkangannya, tapi aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan tangan itu sebab tertutup kain rok yang masih dipakainya. Tapi aku menduga bau khas tadi pasti berasal dari selangkangannya itu.

Kenikmatan naik sampai ubun-ubunku, badanku bergetar hebat.

“Mba… aku mau pipis…” kataku sambil menahan dorongan hebat dipenisku. Tapi mba sita tidak memperdulikan, bahkan mempercepat kulumannya. Aku merasa gila karena keenakan.. “Crotz… Crotz.. Crot..” akhirnya aku keluar.

THE END