The Concubine Game

Halo warga  tercinta. Setelah sekian lama mejadi silent reader karya suhu-suhu di sini, akhirnya ane memutuskan mencoba berkontribusi juga Cek ombak dulu apakah ada peminatnya untuk genre semacam ini. Chapter 1 Prologue Kerajaan Dalmasca merupakan salah satu kerajaan terkuat di sepanjang sejarah. Dinasti Rosenberg, telah berkuasa selama lebih dari 400 tahun dan berhasil membawa Dalmasca menakhlukan kerajaan-kerajaan lain disekitarnya. Kehidupan masayarakat Dalmasca dapat dibilang sangat baik, mereka memiliki sumber daya yang cukup, pemerintahan yang adil, dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Letak kerajaan Dalmasca juga sangat strategis, sehingga banyak pedagang dari negara lain yang melintas dan berdagang di negara ini. Raja Andrew Rosenberg merupakan raja yang berkuasa saat ini. Andrew diangkat menjadi raja saat usianya baru 15 tahun. Sudah 13 tahun ia memerintah sekarang dan kesuksesan pemerintahannya membawa Dalmasca pada suatu periode yang damai. Andrew adalah seorang raja yang cerdas dan ulet dalam ilmu pemerintahan. Hampir tidak ada musuh politik yang mengganggu masa pemerintahannya. Ratu Vivian, istri sah dari raja Andrew merupakan seorang ratu yang sangat cantik. Ia dikagumi seluruh rakyat Dalmasca oleh karena parasnya dan juga kecerdikannya dalam membantu raja Andrew. Namun, setelah 8 tahun pernikahan mereka, belum seorang anakpun yang terlahir di keluarga raja. Hal ini membuat para penasihat raja khawatir, karena raja belum memiliki suksesor yang akan meneruskan tahtanya kelak. Sejak 3 tahun lalu, sebuah tradisi baru telah dimulai. Setiap tahunnya, 100 orang wanita dikumpulkan dari berbagai wilayah kerajaan dan negara jajahannya ke dalam harem kerajaan. Tujuannya adalah untuk memilih selir bagi raja, yang diharapkan dapat memberi keturunan dan menjadi calon penerus kerajaan. Dari 100 orang wanita yang dibawa ke harem, akan diseleksi dengan sangat ketat hingga diperoleh 10 orang finalist, dan hanya 3 orang setiap tahunnya yang akan mendapat gelar selir/concubine. Seleksi yang sangat ketat diberlakukan untuk menjaga kualitas dari selir yang akan dilantik. Ini adalah kisah “The Concubine Game” ke-4, dimana setiap wanita akan menjalani berbagai tantangan untuk membuktikan kelayakannya menjadi the concubine. Beginning Pada bulan Maret, istana mengeluarkan sayembara ke seluruh pelosok negeri untuk mengundang gadis terbaik dari setiap daerah untuk dikirim ke istana. Begitu banyak iming-iming hadiah yang diberikan bagi sang selir, mulai dari kekayaan, kenaikan jabatan bagi sanak saudaranya, hingga status putera mahkota apabila ia dapat memberikan anak laki-laki bagi sang raja. Tentu saja banyak orang tua yang mengirimkan anak gadis mereka untuk mengikuti seleksi awal, dan berharap putri mereka dapat masuk ke lingkungan harem istana. Tidak peduli status sosial mereka, mulai dari pekerja rumah bordil, hingga anak pejabat memenuhi meja pendaftaran. Satu hal yang pasti, bagi sang pemenang kekayaan dan kenyamanan telah menunggu mereka di istana. Namun bagi 7 orang finalist yang gagal, mereka tidak akan bisa pulang ke rumah mereka lagi untuk selamanya.

Ketujuh orang finalis yang gagal ini dianggap telah mengetahui terlalu banyak rahasia kerajaan, dan terlalu berbahaya apabila kembali ke lingkungan mereka. Tidak ada seorangpun di luar lingkungan istana yang tahu bagaimana nasib mereka dari 3 periode kompetisi yang sudah berjalan. Banyak rumor yang beredar, mulai dari mereka dijadikan dayang di istana, menjadi simpanan para pejabat, atau bahkan menjadi gadis pemuas di rumah bordil kerajaan. Hal itu tidak membuat gentar para gadis yang mengikuti kompetisi itu, hadiah yang disediakan seolah membutakan mata mereka, membuat mereka lengah akan resiko yang mungkin mereka hadapi. Seleksi yang panjang dan ketat telah dimulai untuk mencari 10 finalist yang akan masuk ke dalam harem istana. Kesepuluh finalist ini saat ini telah berkumpul di halaman harem istana. Mereka akan menjalani babak terakhir dari The Concubine Game yang akan diselenggarakan selama sebulan penuh. Rasa bangga dan penuh harapan jelas terlihat dari setiap gadis yang berbaris rapi di halaman harem istana. Berbagai hadiah, mulai dari uang, ternak, bahkan kenaikan pangkat telah diberikan bagi keluarga mereka. Namun tentu saja harapan mereka tetap tertuju pada hadiah utama, yaitu status selir bagi Raja Andrew. The Rules Kepala Harem Istana beserta Ratu Vivian tiba di halaman harem istana untuk menyambut kesepuluh finalis. Selir-selir yang telah memenangkan kompetisi ini di tahun-tahun sebelumnya juga ikut berbaris rapi di belakang sang ratu. Namun yang membedakan mereka adalah, selir-selir istana hanya memakai kain yang sangat tipis yang tidak dapat menutup ketelanjangan mereka. Kecantikan para selir jelas terpancar dari wajah setiap selir, lekuk tubuh yang indah yang sikap yang anggun jelas menunjukkan kualitas seorang selir yang telah melewati tempaan yang berat. Valir, sang kepala harem istana adalah seorang kasim yang dipercaya oleh sang raja untuk mengurus segala keperluan dari selir dan ratu. Dia telah mengabdikan dirinya sejak remaja, penisnya telah dipotong untuk memastikan ia tidak melecehkan selir dan ratu yang tinggal di dalam harem. Bersana Ratu Vivian, ia memiliki wewenang penuh untuk mengatur seluruh kehidupan di dalam harem. Tidak ada aktivitas di dalam harem yang boleh berjalan tanpa persetujuannya. Bahkan ia juga diberikan wewenang oleh Raja Andrew untuk mendisiplinkan para selir yang tinggal di dalam harem istana. Valir : “Selamat datang para finalis The Concubine Game ke-4. Selamat kalian telah berhasil mengalahkan 90 orang pesaing kalian di dalam babak seleksi awal. Seperti yang kalian ketahui, babak final akan dilakukan selama sebulan penuh. Kami akan mencatat skor dari setiap tantangan yang kalian kerjakan, 3 orang dengan skor tertinggi akan masuk ke dalam harem istana dan mendapat gelar Selir bagi baginda Raja Andrew.” Finalist : “Panjang umur bagi Raja Andrew” Ratu Vivian : “Kalian adalah wanita terpilih bagi sang raja. Seluruh tubuh dan jiwa kalian hanyalah bagi Raja Andrew dan kerajaan Dalmasca. Pengkhianatan dan ketidaktaatan akan dihukum dengan sangat berat, tidak hanya bagi kalian tetapi juga untuk keluarga kalian. Selir Ashe, silahkan mulai membacakan peraturan untuk kompetisi ini” Selir Ashe merupakan selir kepercayaan sang ratu. Dia memenangkan kompetisi The Concubine Game pada periode pertama. Ia merupakan putri dari Menteri Keuangan sang raja, dan telah menjadi salah satu selir kesayangan raja selama tiga tahun terakhir. Walaupun ia belum bisa memberi keturunan bagi Raja Andrew, namun dia dipercaya adalah orang yang memiliki pengaruh yang sangat kuat di lingkungan Raja. Keahliannya di kamar tidur raja, seringkali mengubah keputusan sang Raja yang berdampak luas bagi kerajaan Dalmasca. Selir Ashe dengan berbalut kain kuning emas khas kerajaan, maju dengan membawa gulungan kertas. Langkahnya mantap menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang selir dan keanggunannya yang tentu meluluhkan mata setiap pria. Ia melewati Ratu Vivian, dan membungkuk di depannya sebagai tanda hormatnya, kemudian ia melanjutkan langkahnya hingga ke depan para finalist. Selir Ashe : “Panjang umur bagi Raja Andrew dan Ratu Vivian. Raja Andrew telah bertitah untuk para finalist The Concubine Game ke-4. Posisi hormat untuk mendengar titah Raja Andrew!” Para selir yang ada di belakang Ratu Vivian segera menanggalkan kain tipis yang tersisa di tubuh mereka dan dengan segera berlutut ke tanah. Ratu Vivian juga ikut berlutut tanpa menanggalkan pakaiannya. Seluruh kasim dan kepala harem juga ikut mengambil posisi bersujud untuk menunjukkan sikap hormat pada titah sang Raja. Para gadis yang berasal dari keluarga terpandang, jelas mengerti cara untuk menerima titah dari baginda raja. Mereka dengan segera mengambil posisi bersujud ke tanah, namun keterkejutan tidak terelakkan dari raut wajah mereka. Mengapa para selir yang memiliki status begitu tinggi di istana dengan mudahnya menanggalkan satu-satunya kain yang melekat di tubuh mereka seperti wanita yang tidak memiliki harga diri. Namun para gadis ini menahan rasa ingin tahu mereka dan taat untuk bersujud di hadapan titah Raja Andrew. 6 orang gadis yang bukan dari golongan bangsawan, tentu kebingugan ketika mereka di perintahkan untuk hormat pada titah raja. Mereka hanya menoleh ke kanan dan kiri dengan kebingungan mereka, apalagi ketika melihat para selir melepas kain dari tubuh mereka. Seolah tidak percaya, Maya seorang putri pedagang memekik cukup keras karena kekagetannya. Pengawal harem istana di belakangnya dengan segera menampar pipinya dengan keras, dan menendang kakinya hingga ia tersungkur dan berlutut. Tidak ingin bernasib sama, kelima gadis yang lain segera ikut berlutut untuk menghormati titah Sang Raja. Selir Ashe yang melihat semua orang telah siap menerima titah raja, membuka gulungan yang dipengangnya sedari tadi. Kayu yang menjadi pusat dari gulungan titah itu berbentuk dildo yang terpahat sesuai dengan bentuk penis Raja Andrew. Selir Ashe tanpa ragu memasukkan bongkahan dildo kayu tersebut ke dalam vaginanya, yang merupakan simbol bahwa ia sedang berbicara atas kuasa dari Raja Andrew sendiri. “The Concubine Game telah menjadi tradisi dari kerajaan Dalmasca, dan akan terus berlangsung secara turun temurun. Ini akan menjadi suatu warisan sejarah yang harus di pandang tinggi sebagai tradisi yang menggambarkan hormat dan kesetiaan pada sang raja. Tradisi ini akan menentukan siapa yang layak untuk menyandang gelar selir dan membuktikan kesetiaannya pada kerajaan Dalmasca. Seorang selir harus menjunjung tinggi lima sila yang ada di harem istana : Kesetiaan, Ketaatan, Sensualitas, Kecantikan, dan Pengorbanan. Siapapun yang melanggar, akan dihukum berat baik untuk dirinya maupun keluarganya karena dianggap sebagai pembelot dan pengkhianat kerajaan.” Selir Ashe kembali menggulung titah Raja Andrew, dan melepaskan dildo dari vaginanya. Kemudian iya membuka gulungan kedua, yaitu peraturan dari The Concubine Game, yang sebelumnya dijepit dengan dua jepitan rambut dari Ratu Vivian. Sebelum membacakan gulungan kedua, selir Ashe berbalik menghadap sang ratu yang telah kembali berdiri, kemudian ia membungkuk sebagai tanda hormatnya bagi ratu. Kedua jepitan tersebut di jepitkannya pada kedua puting selir Ashe sebagai tanda bahwa ia sendang berbicara dengan otoritas dari ratu Vivian, sang penyelenggara dan ketua dari The Concubine Game. Dengan penuh kewibawaan, ia membacakan aturan dari acara ini :

Setiap finalist dari The Concubine Game ini telah setuju untuk menyerahkan seluruh tubuh dan jiwa mereka pada kerajaan Dalmasca. Apapun yang dilakukan mulai saat ini harus dengan persetujuan otoritas kerajaan.
Setiap finalist akan tinggal di dalam lingkungan harem istana atau tempat lain yang telah ditentukan oleh ratu Vivian.
Setiap finalist dilarang melakukan tindakan seksual, mulai dari berciuman, masturbasi, hingga berhubungan seksual tanpa persetujuan dari ratu.
Akan terdapat 10 tantangan yang akan menanti pada babak akhir The Concubine Game. Setiap tantangan memiliki sistem penilaian yang berbeda dan akan menentukan ranking peserta.
Juara dari acara ini akan di tentukan pada tanggal 1 September, bertepatan dengan hari ulang tahun raja. Nasib dari setiap peserta akan bergantung dari ranking yang diperoleh :
Rank 1 : Status Royal Concubine, emas dan uang senilai 50 tahun upah harian pekerja, dan kenaikan pangkat dari sanak saudaranya.
Rank 2 : Status Common Concubine, emas dan uang senilai 20 tahun upah harian pekerja, dan kenaikan pangkat dari sanak saudaranya.
Rank 3 : Status Low Concubine, emas dan uang senilai 10 tahun upah harian pekerja, dan kenaikan pangkat dari sanak saudaranya.
Rank 4-5 : Akan dikirim ke rumah bordil istana untuk melayani para pejabat eselon 1 dan tamu kehormatan istana. Keluarga mereka akan menerima 25% dari penghasilan yang didapatkan dari pekerjaan mereka
Rank 6-10 : Akan bekerja sebagai budak istana yang boleh dipakai oleh pejabat kelas rendah dan orang yang berjasa pada raja. Mereka akan diberi tato sebagai budak istana seumur hidup mereka dan keluarga mereka akan dipenjarakan karena dianggap telah mengirimkan gadis yang menghina kerajaan.
Setiap kekalahan pada tantangan yang diberikan akan diberikan hukuman sebagai tanda ketidakmampuan untuk memberikan yang terbaik pada kerajaan.
Segala bentuk kecurangan dan pelanggaran akan diberikan hukuman berat, hingga berupa diskualifikasi, yang berarti peserta akan turun ke ranking terendah dan keluarga mereka memperoleh hukuman yang berat, hingga dapat dieksekusi di depan umum.
Para peserta harus tunduk kepada otoritas ratu, para selir, dan kepala harem selama tinggal di dalam harem istana. Selama tidak sedang mengikuti tantangan, para finalist akan mengerjakan apapun yang diperintahkan pada mereka.
Setiap finalist hanya diijinkan menggunakan sehelai kain sutera tipis yang disediakan bagi mereka, seperti yang dikenakan para selir.
Komunikasi dengan orang di luar harem merupakan bentuk pelanggaran berat karena dapat membahayakan kerahasiaan harem istana.
Selesai membacakan peraturan tersebut, selir Ashe kembali menggulung peraturan tersebut dan menjepitnya dengan jepitan yang sebelumnya menempel pada putingnya. Tidak lupa ia membungkuk kembali untuk memberi hormat pada sang Ratu. Berikut ini adalah kesepuluh finalist yang akan berkompetisi memperebutkan status selir dari Raja Andrew :
Maya, putri seorang pedagang kain di ibukota. Ia memiliki ukuran tubuh yang proporsional dan sifat yang sedikit childish.
Abigail, putri dari duta besar negara Distia, salah satu negara jajahan Dalmasca. Ia dibesarkan di lingkungan bangsawan dan sangat menjunjung tinggi etikanya.
Brenda, putri dari seorang pejabat eselon 2 di bidang kemiliteran Dalmasca. Ia dibesarkan di lingkungan militer yang penuh disiplin.
Cindy, putri dari seorang penasihat raja yang telah mengabdi selama 25 tahun. Ia mewarisi kebijaksanaan dari ayahnya
Sylvie, putri dari seorang kaya di negeri Utopi yang berbatasan dengan Dalmasca. Ia sangat cerdik dan mudah bergaul
Olivia, putri dari seorang pejabat pajak yang ditugaskan untuk memungut upeti dari negeri jajahan. Ia sangat tegas dan teliti.
Sarah, seorang pelacur dari rumah bordil kenamaan di ibukota. Nama besarnya sudah terkenal di seluruh Dalmasca.
Yuna, putri dari pemuka agama di sebuah desa kecil. Ayahnya menyuruhnya mengikuti acara ini karena kekagumannya pada raja.
Rose, putri dari seorang jendral negara Rosanda yang dikalahkan oleh Dalmasca 10 tahun lalu. Ia dijadikan upeti oleh negaranya untuk Dalmasca.
Eugene, seorang pengrajin bunga di kota kecil Lisandre. Ia memutuskan untuk mengikuti acara ini demi mengangkat martabat keluarganya.

 

Chapter 2 First Punishment Valir : “Kalian punya waktu 1 menit untuk melepas semua pakaian kalian, sesuai dengan peraturan dari Yang Mulia Ratu Vivian.” Keraguan nampak jelas di wajah para peserta, terutama para putri bangsawan yang selama ini diajarkan untuk menjaga martabat mereka. Mereka terlihat malu dan enggan untuk menanggalkan pakaian mereka. Di sisi lain, para selir yang telah selesai mendengar titah raja dan ratu kembali bangkit berdiri dan mengambil kain yang mereka tanggalkan sebelumnya. Mereka kembali berdiri dan berbaris rapi di belakang sang ratu. Sarah, yang sudah biasa bekerja sebagai pelacur, mulai berinisiatif untuk segera melepas pakaiannya, sesuai dengan perintah. Toh dirinya memang sudah biasa tampil tanpa sehelai benang pun di depan banyak orang. Ia dengan cekatan dan sensual melepaskan pakaiannya satu per satu, melipatnya, kemudian maju menghadap kepala harem untuk menyerahkan pakaiannya. Sarah : “Panjang umur bagi Raja Andrew dan Ratu Vivian” ucapnya seraya memberikan pakaiannya kepada Valir. Tindakannya seolah ingin mengambil hati ratu dan para selir, dengan membuktikan bahwa ia adalah seorang gadis yang penurut. Valir pun menerima pakaian Sarah dan memberikannya sehelai kain sutera berwarna putih yang menerawang. Kain putih melambangkan bahwa gadis tersebut masih dalam tahap pelatihan, dan belum memperoleh status selir yang diidentikkan dengan warna kuning emas. Valir : “30 detik lagi” Beberapa gadis terkejut dan segera mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Sarah. Rose, Olivia, Maya, Eugene, dan Brenda dengan segera mengikuti untuk melepas pakaian mereka dan berbaris menuju kepada Valir. Sedangkan Abigail, Cindy, dan Yuna yang dididik sejak kecil untuk menjaga moral mereka, masih tertegun kaget dan tidak dapat mempercayai apa yang sedang mereka alami. Mereka tidak menyangka diperlakukan seperti budak belian yang dengan mudahnya dipaksa untuk telanjang di depan puluhan pasang mata. Valir : “Waktu habis” ucap Valir sambil melambaikan tangannya kepada para pengawal harem istana. Seketika itu juga para pengawal yang sedari tadi berada di belakang para peserta segera bereaksi. Dengan kasar mereka menarik tangan ketiga gadis yang masih berpakaian lengkap untuk di bawa ke depan Ratu Vivian. Tidak hanya itu, para pengawal juga memaksa mereka untuk berlutut di depan sang ratu, kemudian merobek pakaian mereka dengan paksa. Rontaan mereka tidak berarti menghadapi tenaga pengawal yang sudah terlatih. Seketika itu juga, terpampanglah bongkahan payudara mereka yang coba mereka sembunyikan. Yuna, seorang putri pemuka agama jelas tidak dapat menyembunyikan rasa takut dan malunya. Selama ini ia diajarkan untuk menjaga kesuciannya untuk suaminya kelak. Ia terus menangis, menundukkan kepalanya dan berusaha menutupi ketelanjangannya dengan kedua tangannya. Ratu Vivian : “Baru beberapa menit saja sejak peraturan dibacakan, sudah ada pelanggaran. Sungguh sangat mengecewakan. Sebagai pelajaran untuk kalian semua, kali ini aku akan menghukum dengan ringan. Jangan harap kalian bisa memperoleh hukuman ringan ini untuk pelanggaran berikutnya.” Selesai berbicara, sang ratu melemparkan sebuah kotak kayu kecil yang berisikan vonis hukuman untuk ketiga pelanggar tersebut. Kemudian ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam harem, diikuti oleh kesembilan selir yang berbaris rapi di belakangnya. Valir, setelah selesai memberi hormat pada ratu, segera mengambil kotak kayu tersebut dan membacakan hukuman yang diberikan oleh ratu. Valir : “Oleh karena belas kasihan ratu, berikut hukuman yang akan kalian terima. 5 kali tamparan pada wajah, 10 kali pukulan rotan pada masing-masing payudara, dan kalian akan diikat diluar untuk malam ini. Pengawal, laksanakan hukuman!” Ketiga pengawal yang tadi bertugas merobek pakaian mereka, segera mengangkat tubuh ketiga wanita tersebut. Tamparan pada wajah mereka segera dilakukan oleh ketiga pengawal tersebut. Yuna, Abigail, dan Cindy tak elak meneteskan air mata saat wajah yang mereka rawat hingga dewasa ini, ditampar dengan keras oleh pengawal tingkat rendah di harem istana. Kaget, malu, dan rasa takut bercampur menyelimuti ketiga orang gadis ini. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka, dari kehidupan mewah yang mereka alami sampai kemarin akan berubah drastis pada waktu ini. Bahkan mereka dipaksa untuk menghitung jumlah tamparan dan berterima kasih pada ratu yang telah memberikan hukuman kepada mereka. “Satu, hiks…, dddua,… ttigaa,…. Eempat, … lima…” ucap mereka bersamaan setelah setiap tamparan diberikan. “Terima kasih baginda ratu telah mendisplinkan kami” teriak mereka bersamaan, walaupun sang ratu telah lama meninggalkan mereka. Ketujuh peserta lain yang masih berdiri dengan ketelanjangan mereka, hanya bisa melihat dengan penuh kekagetan dan rasa iba. Bisa saja hukuman ini akan menimpa mereka di kemudian hari. Bahkan hukuman lebih berat lagi seperti yang telah dijanjikan sang ratu. Hukuman dilanjutkan dengan pukulan rotan pada payudara kanan dan kiri mereka. Mereka di paksa untuk duduk bersimpuh tanpa alas, dengan tangan di belakang punggung mereka sehingga dada mereka akan membusung ke depan. Pemandangan yang sangat menggairahkan, melihat tiga orang gadis pilihan yang berparas cantik, sedang bersimpuh dan memamerkan dada mereka di depan tiga pengawal kelas rendah. Ayunan demi ayunan rotan pun mendarat pada masing-masing dada mereka. Tangisan dan rancauan mulai mengisi keheningan, namun mereka tetap menjalani hukuman karena takut akan hukuman lebih berat yang mungkin saja diberikan apabila mereka melanggar. Terlihat garis-garis merah dan ungu membekas di dada mereka. Tak terbayangkan rasa sakit itu sebelumnya. Jangankan dipukul dengan rotan, untuk memarahi mereka saja seringkali orang tidak tega dan tidak sampai hati. Namun realita telah berubah, sekarang ketaatan mereka lah yang bisa menjamin keselamatan di harem istana yang kejam ini. Setelah kedua puluh pukulan ini selesai dilakukan, kembali mereka dipaksa berdiri dan berterima kasih pada ratu yang telah memberi hukuman ini untuk mereka. “Terima kasih Ratu Vivian atas hukuman kami” ucap mereka diiringin dengan tangis dan rintihan. Setelah seluruh pakaian dilepaskan dari tubuh mereka, tiga orang pengawal yang lain datang dengan membawa kayu berbentuk salib untuk di pasang di halaman harem. Mereka dipaksa berdiri di sana dang diikatkan pada kayu salib itu untuk menyangga tubuh mereka.

Hinaan yang belum berakhir, setidaknya hingga besok pagi. Yuna berada di tengah, Abigail di sebelah kiri, dan Cindy di sebelah kanan. Mulut mereka tidak disumpal, namun mereka dipaksa berterima kasih pada ratu setiap lonceng harem berbunyi, yaitu pada setiap pergantian jam. Valir : “Ini menjadi pembelajaran untuk kalian semua. Perintah raja dan ratu adalah mutlak, jangan coba untuk meragukan, bertanya, atau bahkan melawan. Tujuh orang yang tidak dihukum, sekarang masuk ke dalam harem, dan bersihkan diri kalian.” Dinner Menunggu jam makan malam, ketujuh peserta ini mencoba untuk berbaur dan menceritakan latar belakang mereka masing-masing. Mereka mencoba untuk menggali lebih dalam, siapa saja yang akan menjadi pesaing mereka dalam kompetisi ini. Beberapa dari mereka bahkan terlihat lebih akrab dan saling bertukar cerita. Jam makan malam pun tiba, lonceng harem berbunyi enam kali, menandakan sudah pukul enam malam, dan semua penghunin harem akan berkumpul di ruang makan. Sebuah meja yang Panjang, menjadi pusat dari ruangan makan ini. Sang Ratu duduk di salah satu ujungnya, sedangkan ujung lainnya terlihat kosong. Memang kursi kosong tersebut dikhususkan bagi raja, apabila ia berniat bersantap bersama dengan ratu dan para selirnya. Di sisi sebelah kanan, ada tiga buah kursi yang di duduki oleh ketiga High Concubine, para selir yang berhasil meraih ranking pertama dalam concubine game tiga periode sebelumnya. Mereka terlihat duduk dengan sangat elegan, dan tetap masih berbalutkan kain kuning emas tipis yang menunjukkan lekuk tubuh mereka. Sedangkan di sisi bagian kiri meja, terdapat enam buah kursi yang di dudukin oleh Common Concubine dan Low Concubine. Ketujuh peserta masih bingung, dimana mereka akan bersantap malam. Mereka hanya berdiri di salah satu sudut meja tanpa tahu apa yang mereka harus lakukan. Ratu Vivian berdiri, mengangkat cawannya dan memukulkan sendok kecilnya ke cawan itu tiga kali, sehingga terdengan dentingan memenuhi ruang makan tersebut. Diikuti dengan berdirinya kesembilan selir tersebut untuk menghormati sang ratu. Ratu Vivian : “Selamat malam para selir dan finalis The Concubine Game. Seperti tahun-tahun sebelumnya, para finalis concubine game akan bertugas menemani dan menjadi asisten dari ratu dan selir yang tinggal di harem ini. Karena tahun ini jumlah peserta sama dengan jumlah ratu dan selir, maka setiap selir hanya akan mendapat 1 orang asisten. Selama makan malam ini dihidangkan, kalian bebas untuk berinteraksi dan menentukan siapa yang cocok menjadi asisten kalian. Untuk para finalis, ini adalah sebuah ujian bagi kalian, apabila kalian tidak diterima oleh seorang selirpun, akan ada hukuman untuk kalian karena kalian telah dianggap terlalu angkuh dan tidak dapat memenuhi sila concubine.” Ucapan sang ratu ini di akhiri kembali dengan tiga kali dentingan pada cawannya. Makanan mulai dihidangkan dan suasana mulai menjadi semakin cair. Berbagai macam makanan mewah mulai mengisi meja makan tersebut, banyak jenis makanan yang bahkan baru pertama kali dilihat oleh para peserta. Tanpa membuang waktu, ketujuh peserta ini mulai mencari cara untuk mendekati para selir untuk mencoba memperoleh perhatiannya dan dijadikan asisten oleh mereka. Selain rasa takut akan hukuman, para peserta juga berusaha untuk mencari selir yang cocok yang dapat menolong mereka selama kompetisi berlangsung. Sylvie yang konon memang mudah bergaul, mencoba mendekati Low Concubine Hana yang ia ketahui berasal dari negara yang sama dengannya. Bukan hal yang sulit bagi Sylvie untuk mengakrabkan diri dengan selir Hana. Banyak hal yang menjadi kesamaan mereka yang membuat mereka saling menerima satu dengan yang lain. Sylvie sadar, low concubine merupakan kelas terendah dari selir yang tinggal di harem ini, namun ia mau bermain aman agar terhindar dari hukuman. Setiap selir yang tinggal di dalam harem istana dapat dikelompokkan menjadi 3 kelas : High Concubine : Selir yang memiliki kedekatan khusus dengan raja. High concubine maksimal hanya terdiri dari 3 orang, dan mereka memiliki privilege untuk bertemu dan menemani raja tidur minimal 1 kali di setiap bulan. Selir di golongan ini, sedikit banyak punya pengaruh dalam roda pemerintahan Dalmasca, tidak jarang sanak saudara mereka memperoleh penugasan khusus dari raja Andrew. High concubine dapat diturunkan statusnya menjadi common concubine apabila gagal memuaskan raja atau tertangkap melakukan pelanggaran terhadap raja atau ratu. Common Concubine : Selir yang pernah menemani raja untuk tidur minimal satu kali di setiap 6 bulan. Common concubine tidak memiliki hak untuk bertemu dengan raja atas kehendak mereka. Mereka hanya menunggu panggilan dari raja untuk menemaninya, maka tidak jarang waktu makan Bersama raja adalah waktu terbaik untuk menunjukkan kebolehannya pada raja. Apabila selama 6 bulan mereka tidak di panggil untuk menemani raja, maka status mereka akan turun ke dalam kelas Low Concubine. Common Concubine hanya bisa naik menjadi high concubine atas persetujuan raja, dan ada posisi high concubine yang sedang kosong. Low Concubine : Selir yang pernah menemani raja untuk tidur, minimal 1 kali selama masa penugasannya sebagai selir. Sebagai kasta terendah dari selir di harem, mereka tunduk pada perintah yang diberikan ratu, high concubine maupun common concubine.

Low concubine dapat dinaikkan statusnya sebagi common concubine apabila ia dipanggil untuk menemani raja tidur minimal 2 kali dalam setahun. Namun demikian, posisi mereka adalah posisi yang paling riskan di dalam harem, apabila mereka mengecewakan raja atau ratu, status selir mereka akan di cabut dan mereka akan dilempakan untuk bekerja sebagai pelacur di rumah bordil istana. Selama tiga tahun ini, kehidupan di dalam harem memang berjalan dengan damai. Masing-masing ranking 1-3 di setiap concubine game masih menempati posisinya. Mereka hidup dengan rukun, karena dirasa belum ada ancaman yang berarti di dalam harem istana. Sarah, bekas pelacur di rumah bordil yang berhasil mengambil hati ratu dengan menjadi orang pertama yang melepaskan pakaiannya pada siang hari tadi, saat ini sedang memberanikan diri untuk mendekati ratu Vivian agar dijadikan asistennya. Ia bercoba bersikap semanis mungkin dan membujuk ratu untuk menjadikannya asisten selama kompetisi ini berlangsung. Ratu Vivian yang terkesan dengan keberanian dan sikapnya, memberikan sebuah tantangan padanya sebelum menerimanya sebagai asisten. Ratu Vivian : “Aku terksesan dengan keberanianmu tadi siang. Aku memberimu sebuah kesempatan untuk membuktikan kemampuanmu, berikan oral sex terbaikmu pada Ashe, apabila ia orgasme dalam 5 menit, kamu akan menjadi asistenku.” Sarah : “Dengan senang hati Ratu Vivian” Tanpa berpikir panjang, Sarah segera menyanggupinya dan mohon ijin untuk melaksanakan tugasnya. Ia menyelinap ke bawah meja makan dan menghampiri High Concubine Ashe yang duduk di dekat ratu. Segera ia singkapkan kain yang menutupi vagina Ashe, dan mulai mendekatkan lidahnya ke sana. Ashe yang kaget akan apa yang terjadi di sana, segera menoleh para ratu Vivian. Ia paham apa yang terjadi padanya setelah sang Ratu mengedipkan matanya sebagai tanda akan permainan yang sedang berlangsung. Ia berusaha menikmati permainan lidah Sarah yang memang sudah sangat terlatih dari pengalamannya selama bertahun-tahun menjadi pelacur. Ashe beberapa kali memejamkan matanya menahan nikmat yang ada di vaginanya sambil berusaha menjawab beberapa pertanyaan dari Rose yang mencoba mendekatinya. Tiga menit kemudian, seisi ruangan dikejutkan dengan teriakan “I’m cumming for his Majesty”. Memang seluruh isi harem diwajibkan meneriakkan hal tersebut setiap kali mereka mendapatkan orgasmenya. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan bahwa seluruh hidup mereka harus didedikasikan pada kepuasan sang Raja. Beberapa selir lain terlihat cekikikan sambil memperhatikan selir Ashe yang sedang dikerjai oleh Sarah. Setelah lolongan itu berhenti, Sarah mengucapkan terima kasihnya pada Ashe dan kembali menghadap ratu Vivian. Sarah : “Saya sudah membuktikan kemampuan saya, wahai baginda Ratu” Ratu Vivian : “Good job, mulai sekarang kamu akan menjadi asistenku”, sambil menunjuk ke bagian vaginanya untuk memberi kode bahwa ia juga ingin merasakan oral sex yang sama dari Sarah. Tanpa ragu, salah segera menjalankan tugasnya, menyelinap ke bawah meja dan melepaskan celana dalam yang menutupi vagina ratu Vivian. Ratu Vivian memang tidak secantik selir Ashe, namun jelas terlihat wibawa dan kuasa nya yang jauh di atas Ashe. Ia menikmati setiap juluran lidah dari Sarah. Lidah Sarah menari-nari di vagina ratu Vivian, beberapa kali lidahnya juga menyapu klitorisnya. Dengan telaten Sarah terus berkutat di bawah, berusaha memberikan yang terbaik pada ratu Vivian. Bahkan tidak jarang lidahnya mengarah ke lubang anus Ratu Vivian untuk memberikan sensasi yang lain pada sang Ratu. 5 menit berlalu, dan seisi ruangan kembali dihiasi oleh teriakan sang Ratu, yang sekali lagi meneriakkan “I’m cumming for his Majesty”. Walaupun statusnya sebagai ratu, ia tetap memiliki kewajiban yang sama dengan selir lain, yaitu mendedikasikan seluruh hidupnya bagi sang raja. Makan malam pun berakhir, enam dari tujuh gadis telah memperoleh nyonya baru untuk mereka layani, kecuali Eugene. Ia telah mencoba mendekati tiga Low Concubine, dan semua menolaknya. Walaupun Eugene memiliki wajah yang cantik, namun caranya berbicara terdengar angkuh, dan ia tidak mengerti seluk beluk istana sama sekali. Hal ini dianggap sebagai sebuah kecerobohan bagi para selir, sehingga tidak seorangpun mau menerimanya. Ratu Ashe : “Seorang tukang bunga jauh-jauh datang ke istana untuk menjadi selir raja, namun ternyata isi otaknya kosong. Aku akan memberimu kesempatan untuk melayani Low Concubine Cecil, setelah menjalani hukuman ini.” Ratu kembali meninggalkan sebuah kotak kayu di meja makan, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan ruangan makan. Seluruh selir yang lain, mengikuti meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamarnya masing-masing. Kepala Harem Valir, mengambil kotak kayu yang di tinggalkan oleh ratu, dan membacakan vonis hukuman untuk Eugene. Valir : “Titah baginda Ratu Vivian, Eugene akan dimasukkan ke dalam vas bunga yang besar di ruang makan, dengan vibrator yang ditempel di vaginanya. Setiap kali ia orgasme, ia harus meneriakkan hal yang sama dengan yang diucapkan para selir.” Eugene tersenyum tipis, rupanya hukumannya kali ini tidak seberat hukuman Yuna, Abigail dan Cindy tadi siang. Valir : “Pelanggaran ini akan mengurangi skor Eugene sebanyak 50 poin. Kedua puting Eugene akan dicolokkan mawar merah berduri untuk menghiasi ruang makan hingga besok pagi.” Mendengar lanjutan vonis hukumannya, Eugene seketika menjadi lemas. Tidak hanya ia mendekat kepada kekalahan pada concubine game, namun juga tidak terbayang rasa sakitnya saat putingnya akan ditembus oleh duri mawar. Ia tahu betul seberapa tajam duri mawar merah, apalagi berada di tempat yang paling sensitif di tubuhnya. Dua kali tepuk tangan dari Valir, mengisyaratkan para pengawal untuk mengeksekusi hukumannya. Kain putih yang dikenakan Eugene dilepas dengan paksa, kemudian sebuah vibrator yang menyala di tempelkan ke klitorisnya. Vibrator tersebut bergetar dengan kecepatan yang acak, kadang sangat kencang dan kadang sangat pelan. Eugene di angkat dan dimasukkan ke dalam vas bunga besar yang berada di sudut ruang makan. Untuk menutup hukumannya, kedua pengawal mengambil bunga mawar merah segar yang telah menjadi dekorasi meja makan selama jamuan makan malam, kemudian dengan tanpa ampun menusukkannya pada puting Eugene. Darah segar menetes saat putingnya ditembus oleh tajamnya duri mawar merah. Namun ketakutannya mencegahnya untuk bergerak lebih lanjut. Ia berdiri pasrah dalam kesakitannya di dalam pot tersebut semalaman. Malam itu terdengar suara bersahut-sahutan, “Terima kasih yang mulia Ratu Vivian” yang berasal dari salib di halaman harem. Juga teriakan “I’m cumming for his majesty” dari ruangan makan harem.

 

 

Chapter 3 First Game Lonceng harem istana kembali berbunyi 6 kali, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Udara segar menusuk yang dinanti-nantikan Eugene, Yuna, Abigail, dan Cindy pun tiba. Para pengawal yang bertugas pagi itu di harem segera melepaskan keempat peserta tersebut dari tempat hukumannya. Tampang pucat dan menggigil terpampang jelas pada raut wajah Yuna, Abigail, dan Cindy. Udara sekitar harem yang berada di tengah hutan jelas sangatlah menusuk kulit telanjang mereka. Ruangan mandi para selir dan ratu merupakan suatu ruangan yang besar dan terbuka, dilengkapi dengan aromatherapy lavender yang merupakan aroma favorit dari sang Ratu. Seperti biasa pagi itu seluruh selir dan sang ratu berkumpul di pemandian tepat pukul 6 pagi. Setiap penghuni harem memang dilatih untuk disiplin dalam setiap aktivitas mereka, sehingga setelah lonceng berbunyi mereka segera bergegas menuju tempat pemandian. Kesepuluh peserta the concubine game tidak luput bergegas ke tempat pemandian, dan segera berkumpul dengan nyonya mereka masing-masing. Sebagai asisten para selir, tugas pertama mereka adalah membantu nyonya mereka untuk mandi dan merawat tubuh mereka di ruangan yang besar itu. Yuna, Cindy, dan Abigail juga telah dipasangkan ke nyonya mereka masing-masing sesuai dengan instruksi dari Ratu Vivian yang disampaikan melalui Valir, sang kepala harem. Ratu Vivian masuk ke ruangan pemandian, diikuti oleh sembilan selir yang lain dan kesepuluh peserta concubine game. Untuk pertama kalinya kesepuluh peserta ini melihat tubuh telanjang Ratu Vivian, karena memang hanya sang Ratu yang diijinkan untuk memakai pakaian di lingkungan harem. Tubuhnya sangat terawat, kulitnya putih mulus, dan menampilkan keagungan seorang ratu. Seluruh bulu di tubuhnya dicukur habis, payudaranya yang berukuran sedang dan kencang jelas menggoda siapapun yang menatapnya. Usianya memang masih 25 tahun, namun beliau terlihat sangat dewasa dan bentuk tubuh layaknya seorang model kelas dunia. Meskipun ia bukan yang tercantik diantara seisi harem, namun auranya jelas yang paling memancar indah. Para penghuni harem menikmati waktu mandi di pagi hari tersebut. Mereka memanjakan tubuh mereka setelah malam panjang yang melelahkan. Para peserta terlihat sibuk untuk memberikan service terbaik kepada nyonya mereka. Bahkan beberapa diantara mereka juga terlihat bercakap-cakap untuk berusaha mendapat perhatian lebih dari nyonya mereka. Satu hal yang pasti, para selir dilarang untuk menceritakan seluruh pengalaman mereka selama mereka ikut serta dalam concubine game sebelumnya. Seluruh kejadian yang terjadi merupakan rahasia negara yang harus dijaga oleh para selir. Apabila ada yang ketahuan membocorkannya, tentu ada hukuman berat yang menanti mereka, dan bahkan keluarga mereka juga. Tidak terasa lonceng delapan kali telah berbunyi, saatnya para penghuni untuk berkumpul kembali di ruang makan untuk menikmati sarapan mereka. Sang ratu telah kembali berpakaian lengkap dan seluruh selir juga mengenakan kain kuning emas yang baru. Mereka semua duduk di kursi mereka masing-masing dan para asisten mereka berdiri di belakangnya. Namun berbeda dengan pagi hari biasanya, tidak ada makanan yang tersaji di meja makan. Melainkan bahan mentah dan peralatan memasak yang tersedia. Sang ratu memberi isyarat kepada Valir untuk memulai menjelaskan peraturan dari game pertama yang akan segera dimulai. Valir : “Selamat pagi ratu Vivian dan para selir, pagi ini akan dimulai game pertama dengan tema Prepare the Dish. Sebagai calon selir, kalian harus tahu cara untuk memuaskan raja Andrew melalui makanan. Di dalam game ini, akan diuji tiga dari lima sila concubine,

yaitu : kesetiaan, sensualitas, dan pengorbanan.” Kesepuluh peserta terlihat cukup lega, rupanya game yang diberikan tidak cukup sulit. Sebagai seorang gadis, tentu saja mereka memiliki keahlian untuk memasak. Namun beberapa dari mereka masih berpikir, apa hubungan menyiapkan makanan dengan pengorbanan atau bahkan sensualitas. Kali ini Low Concubine Hana, yang merupakan nyonya dari Sylvie berdiri dari kursinya seraya mengangkat gulungan yang mirip dengan gulungan yang dipegang oleh selir Ashe pada hari pertama. Gulungan itu berisi titah dari raja Andrew yang menjelaskan peraturan dari game pertama ini. Ya memang raja Andrew sendiri yang mendesain seluruh game yang akan dihadapi oleh semua peserta selama masa kompetisi. Beliau ingin selir yang terpilih merupakan selir yang bisa menjawab tantangan yang diberikannya secara pribadi. Selir Hana bergeser dari tempat duduknya dan mengangkat gulungan tadi dan berkata “Posisi hormat untuk menerima titah baginda Raja Andrew” Seperti pada hari pertama, seluruh selir segera menanggalkan kain yang tersisa di tubuh mereka, dan mengambil posisi bersujud. Seluruh peserta juga diwajibkan untuk melepas kain dan bersujud di hadapan titah raja. Namun sedikit berbeda dengan apa yang dilakukan selir Ashe di hari pertama, kali ini selir Hana memasukkan dildo berpahatkan penis raja ke dalam lubang analnya. Konon yang memiliki hak untuk memasukkan dildo raja ke dalam vagina hanyalah sang ratu dan High Concubine saja. Sedangkan Common concubine dan Low concubine hanya boleh memasukkan dildo raja ke lubang anal mereka. Terlihat selir Hana menahan rasa sakit karena lubang pantatnya yang masih kering dimasuki paksa oleh dildo berdiameter 4cm dengan panjang 16cm. Meskipun ini bukan kali pertama lubang analnya dimasuki benda sebesar itu, namun tanpa pelumas tentu saja rasanya tetap menyakitkan. Walau demikian, selir Hana tetap menjalankan tanggung jawab yang telah dipercayakan raja kepadanya dengan sepenuh hati. Peraturan Game Prepare the Dish 1.Setiap peserta akan menyiapkan satu hidangan untuk disantap seluruh penghuni harem. 2.Waktu yang diberikan untuk mempersiapkan hidangan adalah 60 menit. 3.Setiap bahan mentah, memiliki harga yang harus dibayarkan pada saat mengambilnya : 1 potong daging : 1 jarum ditusukkan pada puting atau klitoris 1 jenis sayuran : 1 penjepit di jepitkan pada putting atau bibir vagina 1 jenis rempah atau bahan pelengkap : 1 pukulan rotan pada pantat 4.Makanan yang dihidangkan akan dinilai oleh ratu dan sembilan selir sesuai dengan selera mereka. Masing-masing juri dapat memberi nilai 1-10. 5.Tiga orang peserta dengan nilai terendah akan memperoleh hukuman. 6.Selama memasak, peserta akan menggunakan vibrator pada vagina dan putingnya. Raut muka kaget tidak terelakkan dari wajah setiap peserta. Terjawab sudah mengapa pengorbanan diperlukan di dalam game ini. Mereka harus mengorbankan diri mereka demi dapat memperoleh bahan-bahan yang terbaik untuk dinikmati selir dan ratu. Hana : “Kalian punya waktu 5 menit untuk memikirkan strategi yang terbaik. Apabila sudah menentukan pilihan, kalian dapat segera ‘membeli’ bahan makanan yang kalian mau.” Eugene yang pada malam sebelumnya telah mendapat hukuman 50 poin, mencoba menebus kesalahannya dengan maju pertama kali untuk membeli bahan makanannya. Bayang-bayang kekalahan menghantui dirinya sejak semalam tadi. Hukuman berikutnya pastilah lebih menyeramkan daripada duri mawar yang menusuk putingnya semalam. Apalagi kalau sampai adik semata wayangnya yang jadi korban akibat kekalahannya dalam kompetisi ini. Eugene bertekad memasak resep andalan yang didapatnya dari almarhum ibunya, yaitu sup dengan daging sapi dan berbagai rempah yang dapat menghangatkan tubuh di tengah pagi yang dingin ini. Ia membeli dua potong daging, beberapa macam sayuran dan rempah-rempah.

Pembeliannya harus di bayar dengan 2 buah jarum yang sedang disiapkan untuk di pasang di masing-masing putingnya, 3 penjepit yang akan menempel di bibir vaginanya, serta 10 pukulan rotan pada pantatnya. Memang bukan jumlah yang sedikit, namun ia yakin dapat memenangkan game kali ini. “Arrgghhhhhhh….” Jeritnya saat Selir Cecil yang ditunjuk menjadi nyonya baginya menusukkan jarum menembus putingnya. Belum pulih luka di putingnya akibat duri mawar tadi malam, sekarang ia harus menanggung kembali rasa sakit yang begitu intens. Rasa percaya diri yang yang semula memancar, seketika pudar. Ia bahkan tidak tahu apakah ia akan sanggup memasak dengan kondisi seperti itu. Keringat dingin bercucuran dengan deras karena menahan rasa sakit yang ada di putingnya dan pukulan rotan pada pantatnya. Kesepuluh peserta telah memilih bahannya masing-masing, hanya 4 dari 6 orang peserta yang berani untuk membeli daging karena ngeri akan jarum yang akan menusuk puting mereka. Waktu memasak telah dimulai, kesepuluh peserta mulai memasak dengan hiasan jarum dan jepitan pada tubuh mereka, dan vibrator yang bergetar kencang di klitoris dan dada mereka. Baru 10 menit berjalan, tiba-tiba terdengar jeritan dari Sylvie, “I’m cumming for his majesty”, kemudian langsung disusul oleh Cindy yang meneriakkan hal yang sama. Kedua peserta ini memang tidak memilih bahan daging dalam masakan mereka, sehingga rasa sakit yang mereka rasakan tidak menggangu rangsangan yang diberikan dari vibrator yang menempel di tubuh mereka. Jeritan-jeritan orgasme terus mengiringi proses memasak para peserta. Eugene yang begitu yakin dengan resepnya, dapat menyelesaikan masakannya walau waktu baru berjalan 40 menit. Segera ia menghidangkan supnya selagi panas kepada para selir dan ratu yang menjadi juri dalam game kali ini. Selir Cecil pun menghampirinya dan melepas semua dekorasi yang menempel di tubuhnya, kemudian mengambil sup dari tangannya dan membagikannya kepada selir yang lain. Menilai dari mimik wajah para selir dan sang ratu, mereka terlihat cukup puas dari hidangan Eugene. Dengan harap-harap cemas ia menantikan nilai yang diberikan dari kesepuluh juri yang bertugas. Ia berdiri di belakang Selir Cecil dengan wajah pucat karena bekas tusukan di putingnya yang belum sembuh. Bel tanda waktu memasak selesai akhirnya berbunyi. Seluruh peserta membawa hasil masakannya ke meja panjang, di mana kesepuluh juri siap untuk mencicipi hasil karya mereka. Akhirnya saat yang dinantikan pun tiba, Ratu Vivian bangkit dari kursinya dan membacakan skor dari game pertama. Maya 70 Abigail 55 Brenda 65 Cindy 55 Sylvie 65 Olivia 60 Sarah 50 Yuna 75 Rose 75 Eugene 80 (-50) Eugene memang memenangkan game pertama pada hari ini, namun kemenangan tersebut tidak cukup untuk membawanya keluar dari zona kekalahan karena penalti yang ia dapatkan sebelumnya. Air mata tak dapat ditahan membayangkan kengerian yang akan terjadi apabila adiknya harus dipenjara karenanya. Ratu Vivian : “Sarah, Abigail, Cindy. Sesuai dengan titah raja, kalian akan mendapatkan hukuman untuk kekalahan hari ini. Kalian tidak menunjukkan pengorbanan yang cukup untuk bisa memberikan yang terbaik. Jelas ini bukan kualitas seorang selir yang kami cari.” Ratu Vivian bangkit dari kursinya, meninggalkan kotak kayu di meja makan seperti pada dua kesempatan sebelumnya. Ketiga peserta yang kalah tersungkur ke lantai tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan mereka terima. Terlebih Abigail dan Cindy yang baru saja menyelesaikan hukumannya tadi pagi, tentunya akan sangat berat bagi mereka. Valir : “Titah baginda Ratu Vivian. Karena ketakutan kalian melebihi kerelaan untuk berkorban, kalian tidak mengambil daging sebagai bahan masakan kalian. Vonis hukuman kalian adalah ditusuk 5 jarum pada masing-masing puting dan klitoris.” Seketika itu juga jeritan histeris terdengar memenuhi ruang makan.

Kengerian akan hukuman yang diberikan begitu menyelimuti pikiran mereka. Cindy yang sejak awal berusaha menghindari jarum yang bersarang di putingnya, mulai menyesali pilihannya. Ia tertunduk seolah membeku, tidak percaya hukuman yang akan ia terima. Valir melambaikan tangannya sebagai pertanda eksekusi hukuman akan dimulai. Para pengawal masuk membawa tiga salib berbentuk huruf X. Mereka menyeret ketiga terhukum ke masing-masing salib yang telah terpasang. Kedua tangan dan kaki mereka terikat kencang di ujung salib itu. Ketiga pengawal yang bertugas menyiapkan lima belas jarum untuk masing-masing terhukum. Mereka menusukan jarum-jarum itu tanpa ampun ke puting dan klitoris. Jeritan dan kengerian memenuhi ruangan makan tersebut, menggema hingga keseluruh harem. Cindy yang sejak awal ketakutan akan hukuman ini, tidak dapat menahan rasa sakit yang diberikan. Ia pun jatuh pingsan, setelah jarum kedua menusuk klitorisnya. Tidak selesai di situ, Valir menyiramkan seember air bercampur garam tepat di muka Cindy untuk membangunkannya. Para peserta tidak diijinkan untuk pingsan saat hukuman, mereka harus dapat menahan rasa sakit yang diberikan sebagai konsekuensi dari kekalahannya. Hukuman pun berakhir setelah 30 menit jarum-jarum tersebut menempel di bagian paling sensitif di tubuh mereka. Tangan dan kaki mereka dilepaskan dari tiang hukuman, dan mereka dibiarkan tegeletak lemas di sana.